Anda di halaman 1dari 23

LOGBOOK TUTOR KASUS 2

BLOK MANAJEMEN KEPERAWATAN

Disusun Oleh :

Rani Anggraini (G1B117008)

Dosen Pembimbing:

Ns. Yusnilawati, S.Kep, M.Kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
SKENARIO II

Di sebuah rumah sakit Raden Mattaher di salah satu ruang Instalasi rawat inap
ruang jantung setiap pagi melakukan operan terhadap pasien yang dilakukan oleh kepala
ruang dan tim perawat. Dimana ruangan tersebut menggunakan metode SP2KP (system
pemberian pelayanan keperawatan profesional). Setiap paginya kepala ruangan selalu
memimpin operan kepada perawat yang ada di ruangannya tersebut. Setelah dilakukan
operan pembagian tugas tentang asuhan keperawatan 10 Orang Pasien (dengan tingkat
ketergantungan lima parsial dan lima total). Dimana Kepala ruangan setiap harinya
selalu dipanggil supervisor untuk melakukan rapat di ruangan diklat. Tugas kepala
ruangan dialihkan kepada perawat primer (PP). Tidak lama setelah kepergian kepala
ruangan, tiba-tiba masuk pasien baru yang mengalami Heart attack dengan kondisi
kritis. Perawat primer (PP) tersebut memanggil perawat Associate (PA) untuk
menangani segera terhadap pasien yang baru datang dan menambahkan lagi tugas
asuhan keperawatan kepada Perawat Associate (PA).

LO: Pendelegasian dan perhatikan prinsip responsibility, accountability dan authority

STEP 1 (IDENTIFIKASI ISTILAH SULIT)


1. Supervisor
2. Metode SP2KP
3. Perawat associate
4. Perawat primer
5. Operan
6. Lima parsial

Jawaban :

1. Supervisor adalah orang yang melakukan kegiatan pengawasan dan pembinaan


yang dilakukan secara berkesinambungan mencakup masalah pelayanan
keperawatan, masalah ketenagaan dan perawatan agar pasien mendapat pelayanan
yang bermutu setiap hari.
2. SP2KP adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional yang
merupakan pengembangan dari MPKP (Model Praktik Keperawatan Profesional)
dimana dalam SP2KP ini terjadi kerja sama profesional antara perawat primer (PP)
dan perawat associate (PA) serta tenaga kesehatan lainnya.

3. Perawat associate adalah seorang perawat yang diberi wewenang dan ditugaskan
untuk memberikan pelayanan keperawatan langsung kepada klien.

4. Perawat primer atau Primary Nursing adalah metode penugasan kepada seorang
perawat dimana perawat tersebut bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pada pasien dari mulai pasien masuk sampai keluar
rumah sakit

5. Operan yaitu pergantian sift antar perawat

6. Lima parsial (intermediate care) adalah tindakan yang dilakukan perawat dalam
waktu 3-4 jam / hari dimana kegiatan sehari hari pasien seperti mengatur posisi
makan, memberikan makan, eliminasi, dan kebutuhan diri seperti ke kamar mandi
harus dibantu perawat.

STEP 2 (IDENTIFIKASI MASALAH)

1. Apa tugas pokok PP dan PA?


2. Gaya kepemimpinan apa yg diterapkan pada kasus?
3. Manfaat operan bagi perawat dan pasien?
4. Apa perbedaan supervisor keperawatan dengan supervisor di dalam kasus ?
5. Apa saja alasan penting yang dapat dijadikan dalam sebuah pendelegasian yang
dilakukan oleh PP kepada perawat associate?
6. Apa saja langkah-langkah dalam melakukan metode SP2K dan apakah semua
ruangan yg ada di rumah sakit menggunakan metode tersebut?
7. Apa saja yang akan dibahas oleh supervisor dan tenaga kesehatan saat di ruang
diklat?
8. Apa saja perbedaan antara MPKP dan SP2KP?
STEP 3 (ANALISA MASALAH)

1. Tugas & Tanggung Jawab Perawat Primer:

a. Menerima klien & mengkaji kebutuhan klien secara komprehensif


b. Melakukan kontrak dengan klien dan keluarga
c. Melakukan pengkajian terhadap klien baru/melengkapi hasil dari PA
d. Menetapkan rencana askep dan menjelaskan pada PA
e. Melaksanakan rencana yg telah dibuat slma praktik
f. Menetapkan PA yg bertanggung jawab pada klien
g. Memonitor dokumentasi yg dilakukan PA
h. Membuat jadwal perjanjian klinik
i. Mengatur pelaksanaan konsul & lab
j. Membantu & memfasilitasi terlaksananya kegiatan PA
k. Melakukan kegiatan serah terima klien, mendampingi visit team medis
l. Melakukan evaluasi askep & membuat catatan perkembangan klien setiap hari
m. Melakukan bimbingan & evaluasi pada PA dalam melakukan tindakan
keperawatan

Tugas & Tanggung Jawab Perawat asosiet :


a. Memberikan asuhan keperawatan
b. Mengikuti timbang terima
c. Melaksanakan tugas yang di delegasikan
d. Mendokumentasikan tindakan keperawatan

2. Gaya kepemimpinan dari kasus.


Gaya kepemimpinan yangditerapkan pada kasus yaitu gaya kepemimpinan
partisipatif.Gaya kepemimpinan partisipatif adalah gabungan bersama antara gaya
kepemimpinan otoriter dan demokratis dengan cara mengajukan masalah dan
mengusulkan tindakan pemecahannya kemudian mengundang kritikan, usul dan
saran bawahan. Dengan mempertimbangkan masukan tersebut, pimpinan
selanjutnya menetapkan keputusan final tentang apa yang harus dilakukan
bawahannya untuk memecahkan masalah yang ada.
3. Manfaat operan bagi perawat:
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
b. Menjalin hubungan kerja sama dan bertanggung jawab antar perawat
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien dilaksanakan secara
berkesinambungan
d. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.

Manfaat operan bagi pasien:


a. Bisa menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap.
b. Pasien merasa puas dengan pelayanan yang diberikan karena setiap
perkembangan yang terjadi maupun tindakan yang akan dilakukan
diinformasikan dengan jelas kepada pasien/keluarga

4. Perbedaan supervisor keperawatan dengan supervisor di dalam kasus


Tidak ada perbedaan karena tugas dan fungsinya sama saja yang mana supervisi
merupakan bagian dari fungsi directing pengarahan (dalam fungsi manajemen
yang berperan untuk mempertahankan agar segala kegiatan yang telah diprogram
dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Supervisi secara langsung
memungkinkan manajer keperawatan menemukan berbagai hambatan /
permasalahan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan dengan
mencoba memandang secara menyeluruh faktor-faktor yang mempengaruhi dan
bersama dengan staf keperawatan untuk mencari jalan pemecahannya.

5. Alasan penting yang dijadikan dalam sebuah pendelegasian


Adapun alasan mengapa pendelegasian diperlukan, beberapa diantaranya adalah :
a. Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan mencapai hasil yang
lebih baik dari pada semua kegiatan ditangani sendiri.
b. Agar organisasi berjalan lebih efisien.
c. Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan dapat memusatkan
perhatian terhadap tugas-tugas prioritas yang lebih penting.
d. Dengan pendelegasian, memungkinkan bawahan untuk tumbuh dan
berkembang, bahkan dapat dipergunakan sebagai bahan informasi untuk
belajar dari kesalahan atau keberhasilan.
6. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menerapkan SP2KP di rumah sakit yaitu:
a. Sosialisasi dari kementerian kesehatan kepada rumah sakit yang ingin
menerapkan SP2KP
b. Membentuk kelompok kerja dan merancang pelaksanaan pemberian pelayanan
asuhan keperawatan yang komprehensif
c. Menganalisis visibilitas sistem yang akan diterapkan
d. Harus terdapat pedoman pelaksanaan dari sistem tersebut
e. Menyiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan
f. Sosialisasi dengan penerapan SP2KP kepada suluruh yang berkepentingan
g. Dilakukan uji coba sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional
h. Mengevaluasi uji coba
i. Melaksanakan sistem dengan penerapan SP2KP

Untuk metode SP2KP merupakan pengembangan dari metode MPKP. Setiap


rumah sakit menerapkan metode MPKP tetapi tidak semua rumah sakit
menerapkan metode SP2KP.

7. Hal yang akan dibahas oleh supervisor dengan tenaga kesehatan saat diruang
diklat yaitu hal-hal yang berkaitan dengan mengawasi, mengevaluasi dan
memperbaiki hasil pekerjaan perawat. Adapun peran supervisor yaitu
a. Dalam perencanaan, seorang supervisor merencanakan pemberian arahan untuk
menjelaskan tugasnya untuk siapa, kapan waktu, bagaimana, kenapa dan
termasuk memberikan instruksi.
b. Pengarahan, diberikan untuk menjamin mutu asuhan keperawatan pasien
berkualitas tinggi dengan melaksanakan tugas pemberi asuhan keperawatan
kepada pasien sesuai dengan standart asuhan keperawatan,termasuk
pendokumentasian asuhan keperawatan dan sesuai kebijakan rumah sakit.
c. Pelatih dalam memberikan asuhan keperawatan keperawatan pasien. Supervisi
menfasilitasi informasi tentang pasien, lingkungan pasien, perawat pasien yang
memberikan asuhan keperawatan untuk pasien.
d. Pengamatan, meliputi memeriksa pekerjaan staf,memperbaiki,menyetujui
pelaksanaan (dalam hal ini pendokumentasia asuhan keperawatan ).
e. Penilai, dengan melaksanakan penilaian terhadap hasil kerja perawat pelaksana
saat melaksanakan asuhan keperawatan selama periode tertentu seperti selama
masa pengkajian.

8. Perbedaan antara MPKP dan SP2KP


MPKP adalah salah satu metode pelayanan keperawatan dari system, struktur,
proses, dan yang mempunyai nilai-nilai professional, yang memfasilitasi perawat
profesional yang mempunyai kemampuan dan tanggung jawab dalam mengatasi
masalah keperawatan dan telah menghasilkan berbagai jenjang produk
keperawatan untuk pemberian ASKEP termasuk lingkungan tempat ASKEP tsb
diberikan. sedangkan SP2KP adalah pengembangan dari MPKP dimana
pelaksanaannya melibatkan kerja sama profesional antara kepala ruangan, PP,
dan CCM (clinical care management)

STEP IV (MIND MAPPING)

Pendelegasian dan Metode SP2KP


dalam Keperawatan
Pengertian
Pendelegasian

Alasan Konsep Pendelegasian Konsep Metode SP2KP


Pendelegasian
dalam Keperawatan dalam Keperawatan

Ketidakefektifan
dalam Jenis Model
Pengertian
Pendelegasian SP2KP
SP2KP

Komponen
SP2KP Struktur
Tingkatan
Kegiatan Penerapan Penyebab SP2KP
Delegasi Pendelegasian Pemberian
Gagalnya
Wewenang ASKEP
Delegasi
SP2KP Penerapan
SP2KP
Keberhasilan Tempat dan Cara
Pendelegasian Waktu Pendelegasian
Pendelegasian
STEP V (LEARNING OBJECTIV)

1. Pendelegasian dan perhatikan prinsip responsibility, accountability, dan authority ?


Jawab :
Pendelegasian adalah pembagian wewenang dan kekuasaan kepada orang
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu, Pengertian Pendelegasian
Wewenang menurut Hasibuan (2007) Pendelegasian wewenang adalah
memberikan sebagian pekerjaan atau wewenang oleh delegator (pemberi
wewenang) kepada delegate (penerima wewenang) untuk dikerjakannya atas
nama delegator. Pengertian Pendelegasian Wewenang menurut Stoner (2000)
dalam Kesumnajaya (2010), Pendelegasian Wewenang adalah pelimpahan
wewenang formal dan tanggung jawab kepada seorang bawahan untuk
menyelesaikan aktivitas tertentu. Dimana pendelegasian ini ada 3 elemen penting
yaitu Wewenang (Authority), Tanggung Jawab (Responsibility) dan Akuntabilitas
(Accountability):
a. Wewenang (Authority)
Wewenang atau authority dapat didefinisikan sebagai kekuasaan dan hak
seseorang untuk menggunakan dan mengalokasikan sumber daya secara efisien,
untuk mengambil keputusan dan memberi perintah agar dapat mencapai tujuan
organisasinya. Dengan kata lain, wewenang atau otoritas adalah hak untuk
memberikan perintah, pesan atau instruksi untuk menyelesaikan segala sesuatu
yang ditugaskannya
b. Tanggung jawab (responsibility)
Tanggung Jawab atau Responsibility dapat diartikan sebagai kewajiban
seseorang untuk menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya. Seseorang
yang diberi tanggung jawab harus memastikan bahwa dia menyelesaikan tugas
yang dibebankan kepadanya.
c. Akuntabilitas (accountability)
Akuntabilitas atau accountability adalah kewajiban seseorang atau
organisasi untuk mempertanggungjawabkan aktivitasnya dan mengungkapkan
hasilnya secara transparan. Dapat dikatakan bahwa Akuntabilitas merupakan
peningkatan dari rasa tanggung jawab, suatu yang lebih tinggi mutunya dari
tanggung jawab (responsibility) sehingga memuaskan atasan.
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP PENDELEGASIAN DALAM KEPERAWATAN

1. Pengertian Pendelegasian dalam keperawatan


Pendelegasian adalah kegiatan seseorang untuk menugaskan stafnya
/bawahannya untuk melaksanakan bagian dari tugas manajer yang bersangkutan
dan pada waktu bersamaan memberikan kekuasaan kepada staf/bawahan tersebut,
sehingga bawahan itu dapat melaksanakan tugas itu sebaik baiknya serta dapat
mempertanggungjawabkan hal-hal yang didelegasikan kepadanya (Manulang 1988).

Pendelegasian (pelimpahan wewenang) merupakan salah satu elemen penting


dalam fungsi pembinaan. Sebagai manajer perawat dan bidan menerima prinsip-
prinsip delegasi agar menjadi lebih produktif dalam melakukan fungsifungsi
manajemen lainnya. Delegasi wewenang adalah proses dimana manajer
mengalokasikan wewenang kepada bawahannya.

Pendelegasian/pelimpahan asuhan keperawatan kepada pasien oleh perawat


tidak mudah dilakukan karena menyangkut pemberian suatu perintah kepada orang
lain untuk menyelesaikan tugas yang diemban. Para perawat meyakini bahwa
mereka dapat memberikan pendelegasian dengan baik kepada staf dalam asuhan
keperawatan, tetapi sering tidak dilaksanakan dengan baik. Hal ini menyebabkan
kurangnya rasa percaya kepada orang yang menerima pendelegasian.

a. Konsep Dasar Pendelegasian yang Efektif


Lima konsep yang mendasari efektifitas dalam pendelegasian. Lima
konsep tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
1) Pendelegasian bukan suatu system untuk mengurangi tanggung jawab, tetapi
suatu cara untuk membuat tanggung jawab menjadi bermakna. Manajer
keperawatan sering mendelegasikan tanggung jawabnya kepada staf dalam
melakssanakan asuhan terhadap pasien.
2) Tanggung jawab dan otoritas harus didelegasikan secara seimbang.
3) Proses pelimpahan membuat seseorang melaksanakan tanggung jawabnya,
mengembangkan wewenang yang dilimpahkan dan mengembangkan
kemampuan dalam mencapai tujuan organisasi. Keberhasilan pelimpahan
ditentukan oleh :
a) Intervensi keperawatan yang diperlukan
b) Siapa yang siap dan sesuai melaksanakan tugas tersebut
c) Bantuan apa yang diperlukan
d) Hasil apa yang diharapkan
4) Konsep tentang dukungan perlu diberikan kepada anggota. Dukungan yang
penting adalah menciptakan suasana yang asertif. Empowering meliputi
pemberian wewenang seseorang untuk melaksanakan tugas secara kritis
otonomi, menciptakan kemudahan dalam melaksanakan tugas, serta
membangun rasa kebersamaan dan hubungan yang serasi.
5) Seorang delegasi harus terlibat aktif. Ia harus dapat menganalisa otonomi
yang dilimpahkan untuk dapat terlibat aktif. Keterbukaan akan mempermudah
komunikasi antara PP dan PA.

b. Pedoman Pelimpahan Wewenang yang Efektif


Proses pendelegasian harus didahului dengan informasi yang jelas.
Pendelegasian yang jelas harus mengandung informasi mengenai :
1) Tujuan spesifik\
Tujuan yang spesifik dan jelas baik secara fisik maupun psikis harus
jelas sebagai parameter kepada siapa pendelegasian itu dibuat.
2) Target Waktu
Seorang PP atau Ners harus memberikan target waktu dalam
memberikan pendelegasian kepada PA. pada perencanaan keperawtan
kepada pasien, PP harus menuliskan target waktu yang jelas sebagai
indicator keberhasilan asuhan keperawatan.
3) Pelaksanaan tindakan keperawatan
PP harus mengidentifikasi dan memberikan petunjuk intervensi
keperawatan yang sesuai terhadap kebutuhan pasien. Tahap pengkajian dan
pengambilan keputusan harus didiskusikan sebelum tindakan dilaksanakan.
2. Jenis pendelegasian
Dalam bukunya yang berjudul The 7 Habits of Highly Effective People ,
Stephen R. Covey menyatakan bahwa ada 2 jenis pendelegasian, yaitu :
a. Pendelegasian Suruhan ( Gofer Delegation )
Pendelegasian suruhan berarti : "kejar ini, kejar itu, kerjakan ini, kerjakan
itu, dan beritahu saya ketika sudah selesai." Pendelegasian suruhan berprinsip
pada metode, yaitu semua didikte secara rinci dan spesifik step by step cara
melakukannya. Pendelegasian ini banyak digunakan manager karena mereka
berpikir metode yang dilakukan tidak akan keluar dari jalur, minim kesalahan
dan sesuai dengan yang diinginkan. Tapi kelemahannya adalah bahwa mereka
tidak melatih creative thinking anak buah mereka dan bila terjadi kesalahan.
b. Pendelegasian pengurusan ( Stewardship Delegation )
Pendelegasian pengurusan berfokus pada hasil dan bukan pada metode,
memberikan secara rinci hasil yang diinginkan, bukan memberikan secara rinci
apa yang harus dilakukan. Pendelegasian ini memberi pilihan metode kepada
anak buah dan membuat mereka bertanggung jawab atas hasil. Pendelegasian
metode pengurusan memberi kepercayaan penuh kepada anak buah dan
kepercayaan ini adalah bentuk tertinggi dari motivasi manusia. Kepercayaan
menghasilkan yang terbaik dari diri manusia. Tetapi dibutuhkan waktu dan
kesabaran, dan tanpa mengesampingkan kebutuhan untuk melatih dan
mengembangkan orang. Bila pendelegasian pengurusan dilakukan dengan benar,
kedua pihak akan mendapatkan keuntungan dan akhirnya jauh lebih banyak
pekerjaan yang dapat diselesaikan dalam waktu yang jauh lebih singkat. Prinsip
yang terlibat dalam pendelegasian pengurusan selalu benar dan dapat berlaku
pada orang atau situasi jenis apapun.

3. Prinsip delegasi
Prinsip– prinsip klasik yang dapat dijadikan dasar untuk delegasi yang efektif :
a. Prinsip scalar.
Proses skalar adalah mengenai perkembangan rantai perintah yang
menghasilkan pertambahan tingkat-tingkat pada struktur organisasi. Proses
skalar dicapai melalui pendelegasian wewenang dan tanggung jawab.
b. Prinsip kesatuan perintah.
Dalam melakasanakan pekerjaan, karyawan harus memperhatikan prinsip
kesatuan perintah sehingga pelaksanaan kerja dapat dijalankan dengan baik.
Karyawan harus tahu kepada siapa ia harus bertanggung jawab sesuai dengan
wewenang yang diperolehnya. Perintah yang datang dari manajer lain kepada
serorang karyawan akan merusak jalannya wewenang dan tanggung jawab serta
pembagian kerja.
c. Tanggung jawab, wewenang, dan akuntabilitas. Kondisi

4. Alasan pentingnya pendelegasian


Ada alasan delegasi itu diperlukan, diantaranya adalah :
a. Agar organisasi dapat berfungsi lebih efisien.
b. Karena atasan tidak mempunyai kemampuan yang dibutuhkan dalam pembuatan
keputusan.
c. Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan mencapai hasil yang lebih
baik dari pada semua kegiatan ditangani sendiri.
d. Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan dapat memusatkan
perhatian terhadap tugas-tugas prioritas yang lebih penting.
e. Dengan pendelegasian, memungkinkan bawahan untuk tumbuh dan berkembang,
bahkan dapat dipergunakan sebagai bahan informasi untuk belajar dari kesalahan
atau keberhasilan.

Manajer perawat/bidan seharusnya lebih cermat dalam mendelegasikan tugas


dan wewenangnya, mengingat kegiatan perawat dan bidan berhubungan dengan
keselamatan orang lain (pasien). Oleh karena itu sebelum mendelegasikan
tugas/wewenang hendaknya dipahami benar tingkat kemampuan dari perawat/bidan
yang akan diberikan delegasi.

5. Fungsi Manajer dalam Pendelegasian agar lebih Efektif


Dalam pendelegasian untuk hasil yang lebih efektif, perawat manajer harus
mengetahui tentang :
a. Pendidikan dan pengalaman setiap staf
b. Peran dan fungsi perawat yang ditetapakan di rumah sakit tersebut
c. Mengetahui ruang lingkup tugas manajer keperawatan dan kedudukan dalam
organisasi
d. Mengetahui batas wewenang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
e. Mengetahui hal-hal yang dapat di delegasikan kepada staf dan tenaga non
keperawatan.

6. Cara Bagi Manajer Perawat Agar Berhasil Dalam Pendelegasian


a. Membuat perencanaan ke depan dan mencegah masalah.
b. Menetapkan tujuan dan sasaran yang realistis
c. Menyetujui standar kerja
d. Menyelaraskan tugas atau kewajiban dengan kemampuan bawahan
e. Melatih dan mengembangkan staf bawahan dengan memberikan tugas dan
wewenang baik secara tertulis maupun lisan.
f. Melakukan kontrol dan mengkoordinasikan pekerjaan bawahan dengan
mengukur pencapaian tujuan berdasarkan standar serta memberikan umpan balik
prestasi yang dicapai.
g. Kunjungi bawahan lebih sering dan dengarkan keluhan – keluhannya.
h. Bantu mereka untuk memecahkan masalahnya dengan memberikan ide ide baru
yang bermanfaat.
i. Memberikan ‘reward’ atas hasil yang dicapai.
j. Jangan mengambil kembali tugas yang sudah didelegasikan.

7. Waktu Pelaksanaan Pendelegasian


a. Tugas rutin : Tugas yang dapat didelegasikan kepada staf
b. Tugas yang tidak mencukupi waktunya : Staf didelegasikan untuk
menyelesaikan tugas manajer keperawata
c. Peningkatan kemampuan : Pendelegasian bertujuan meningkatkan kemampuan
staf dan tim melalui proses pembelajara
d. Delegasi sebaiknya tidak diberikan untuk tugas-tugas yang terlalu teknis
(membutuhkan keahlian tertentu) dan tugas yang berhubungan dengan
kepercayaan/kerahasiaan institusi.
Kapan Tidak Dilakukan Delegasi
Hindari mendelegasikan kekuasaan dan tetap mempertahankan moral dalam
pelaksanaannya. Kontrol dilakukan khusus pada pekerjaan yang sangat teknis atau
tugas tugas yang melibatkan kepercayaan. Hal ini merupakan hal yang kompleks
dalam manajemen keperawatan, sehingga memerlukan pengetahuan dan
kemampuan yang khusus. Manajer perawat yang akan menangani hal
tersebut seharusnya memiliki kemampuan ilmu manajemen dan perilaku.
Mendelegasikan tugas dan tanggung jawab dapat menyebabkan perawat klinis
berasumsi bahwa manajer tidak mampu untuk menangani tanggung
jawab kepemimpinannya terhadap manajemen keperawatan

8. Teknik Pendelegasian
Manajer perawat pada seluruh tingkatan dapat menyiapkan tugas-tugas yang
dapat didelegasikan dari eksekutif perawat sampai eksekutif departemen atau
kepala unit, dan dari kepala unit sampai perawat/bidan klinis. Delegasi mencakup
kewenangan untuk persetujuan, rekomendasi atau pelaksanaan. Tugas-tugas
seharusnya dirangking dengan waktu yang diperlukan untuk melaksanakannya dan
sebaiknya satu kewajiban didelegasikan pada satu waktu.

9. Keberhasilan Pendelegasian
Dalam pendelegasian agar dapat behasil perawat manajer harus
memeprhatikan sebagai berikut :
a. Komunikasi yang jelas dan lengkap
b. Ketersediaan sumber dan sarana
c. Perlunya suatu monitoring atau kontrol
d. Adanya pelaporan mengenai perkembangan tugas yang dilimpahkan
e. Disiplin dalam pemberian wewenang
f. Bertanggung jawab dalam pembinaan moral staf
g. Menghindari kesalahan penyampaian dalam pendelegasian
10. Ketidakefektian dalam Pendelegasian
Delegasi dalam praktek keperawatan professional sering mengalami masalah,
dimana proses delegasi tidak dilaksanakan secara efektif. Hal ini diarenakan tiga
hal :
a. under –delegasi : Pelimpahan tugas terlalu sedikit. Staf diberi wewenang yang
sangat sedikit, terbatas dan sering tidak terlalu jelas.
b. over-delegasi : Pemberian delegasi berlebihan. Di sini dapat terjadi
penyalahgunaan wewenang.
c. unproper delegasi : Pelimpahan yang tidak tepat.Kesalahan yang ditemukan
adalah, pemberian tugas limpah, orang yang tepat, dan alasan delegasi hanya
karena faktor senang/tidak senang. Pelimpahan ini tidak efektif karena
kecendrungan pimpinan menilai pekerjaanya berdasarkan unsur Subyektif.

Delegasi yang baik tergantung pada keseimbangan antara komponen


tanggung jawab, kemampuan dan wewenang. Tanggung jawab (responsibility)
adalah suatu rsa tanggung jawab terhadap penerimaan suatu tugas, kemampuan
(accountability) adalah kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas limpah.
Wewenang (authorirty) adalah pemberian hak dan kekuasaan penerima tugas
limpah untuk mengambil suatu keputusan terhadap tugas yang di limpah.

11. Penyebab gagalnya delegasi


a. Atasan merasa lebih jika mereka tetap mempertahankan hak pembuatan
keputusan.
b. Atasan tidak ingin ambil resiko kalau saja bawahannya salah ataupun gagal
dalam menjalankan wewenangnya.
c. Atasannya kurang atau tidak percaya kepada bawahannya.
d. Atasan takut apabila seorang bawahannya melakukan tugas dengan sangat baik
dan efektif, sehingga dapat mengancam posisinya sebagai atasan.
e. Bawahan tidak menerima dengan alasan dapat menambah tanggung jawab
yang sudah diterima.
f. Bawahan takut tidak dapat menjalankan tugas – tugas dengan benar dan
dikatakan gagal.
g. Bawahan merasa tertekan apabila dilimpahkan tanggung jawab yang besar.
12. Hambatan pendelegasian
a. Hambatan hambatan pada delegator
1) Kemampuan yang diragukan oleh dirinya sendiri
2) Meyakini bahwa seseorang “mengetahui semua rincian” “Saya dapat
melakukannya lebih baik oleh diri saya sendiri” buah pikiran yang keliru.
3) Kurangnya pengalaman dalam pekerjaan atau dalam mendelegasikan
4) Rasa tidak aman dan takut tidak disukai
5) Penolakan untuk mengakui kesalahan
6) Kurangnya kepercayaan pada bawahan
7) Kesempurnaan, menyebabkan kontrol yang berlebihan
8) Kurangnya ketrampilan organisasional dalam menyeimbangkan beban kerja
9) Kegagalan untuk mendelegasikan kewenangan yang sepadan dengan
tanggung jawab.
10) Keseganan untuk mengembangkan bawahan
11) Kegagalan untuk menetapkan kontrol dan tindak lanjut yang efektif.

b. Hambatan- hambatan pada yang diberi delegasi


1) Kurangnya pengalaman
2) Kurangnya kompetensi
3) Menghindari tanggung jawab
4) Sangat tergantung dengan boss
5) Kekacauan [disorganization]
6) Kelebihan beban kerja
7) Terlalu memperhatikan hal hal yang kurang bermanfaat

c. Hambatan- hambatan dalam situasi


1) Kebijakan tertuju pada satu orang
2) Tidak ada toleransi kesalahan
3) Kekritisan keputusan
4) Urgensi, tidak ada waktu untuk menjelaskan [krisis manajemen
5) Kebingungan dalam tanggung jawab dan kewenangan.
6) Kekurangan tenaga
B. Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional

1. Pengertian Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP)

SP2KP atau Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional adalah


kegiatan pengelolaan asuhan keperawatan disetiap unit ruang rawat di rumah sakit.
SP2KP ini merupakan suatu sistem pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat
yang dapat memungkinkan perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang
profesional bagi pasien. SP2KP ini memiliki sistem pengorganisasian yang baik
dimana semua komponen yang terlibat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
diatur secara profesional (Sitorus, 2006).

Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP) adalah


pengembangan dari Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) yang
merupakan kerjasama professional antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya
(Perry, Potter. 2009). Sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional
(SP2KP) adalah kegiatan pengelolaan asuhan keperawatan di setiap unit ruang
rawat di rumah sakit yang memungkinkan perawat untuk melaksanakan asuhan
keperawatan yang profesional bagi pasien.

2. Jenis Model Praktek Keperawatan Profesional


Ada beberapa jenis model Praktek Keperawatan Profesional (PKP) yaitu:
a. Model Praktek Keperawatan Profesional III
Melalui pengembangan MPKP III dapat diberikan asuhan keperawatan
profesional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan
kemampuan doktor dalam keperawatan klinik yang berfungsi untuk melakukan
riset dan membimbing para perawat melakukan riset sera memanfaatkan hasil-
hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan.
b. Model Praktek Keperawatan Profesional II
Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional
tingkat II. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan
spesialis keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu. Perawat
spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi tentang asuhan keperawatan
kepada perawat primer pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan riset
dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan.
Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer pada
area spesialisnya (1:10).
c. Model Praktek Keperawatan Profesional I.
Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan profesional
tingkat I dan terdiri dari beberapa komponen yaitu: ketenagaan keperawatan,
metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan pada model ini adalah
kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim disebut tim primer.
d. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKPP) merupakan tahap
awal untuk menuju model PKP. Model ini mampu memberikan asuhan
keperawatan profesional tingkat pemula. Pada model ini terdapat 3 komponen
utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan
dan dokumentasi asuhan keperawatan.

3. Komponen Pelayanan Keperawatan Profesional


Menurut Kusnanto (2004) terdapat beberapa komponen pelayanan
keperawatan profesional yaitu:

a. Nilai-nilai profesional sebagai inti model


Pada model ini, Perawat Primer (PP) dan Perawat Associate (PA)membangun
kontrak dengan klien/keluarga sejak masuk ke suatu ruang rawat yang merupakan
awal dari penghargaan atas harkat dan martabat manusia. Hubungan tersebut akan
terus dibina selama klien dirawat di ruang rawat, sehingga klien/keluarga menjadi
partner dalam memberikan asuhan keperawatan. Pelaksanaan dan evaluasi renpra,
PP mempunyai otonomi dan akuntabilitas untuk mempertanggungjawabkan
asuhan yang diberikan termasuk tindakan yang dilakukan PA di bawah tanggung
jawab untuk membina performa PA agar melakukan tindakan berdasarkan nilai-
nilai profesional.

b. Pendekatan Manajemen
Pendekatan manajemen juga merupakan salah satu nilai profesional yang
diperlukan dalam mengimplementasikan praktek keperawatan profesional. Model
ini memberlakukan manajemen Sumber Daya Manusia (SDM), artinya ada garis
komunikasi yang jelas antara PP dan PA. Performa PA dalam satu tim menjadi
tanggung jawab PP. PP adalah seorang manajer asuhan keperawatan yang harus
dibekali dengan kemampuan manajemen dan kepemimpinan sehingga PP dapat
menjadi manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif.Pendekatan manajemen
yang digunakan dalam pengelolaan keperawatan diruang rawat meliputi:

c. Fungsi Perencanaan
Perencanaan merupakan rincian kegiatan tentang apa, bagaimana masing-masing
dan dimana kegiatan akan dilaksanakan.Perencanaan diruang rawat adalah
kegiatan perencanaan yang melibatkan seluruh perawat ruangan tersebut mulai
dari kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim/perawat pelaksana. Perencanaan
yang disusun oleh perawat disesuaikan dengan peran dan fungsi masing-masing.
Perencanaan yang diterapkan adalah rencana harian, mingguan dan bulanan.
a) Rencana Harian
Rencana harian adalah rencana aktifitas pada tiap shift oleh perawat
asosiet/perawat pelaksana, perawat primer/ketua tim dan kepala ruangan.
1) Rencana Harian Perawat Pelaksana
Perawat pelaksana akan membuat rencana yang ditujukan padatindakan
keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya.
2) Rencana harian ketua tim
Isi rencana harian ketua tim adalahpenyelenggaraan asuhan keperawatan
pada pasien di timnya, melakukan supervisi perawat pelaksana untuk
menilai kompetensi secara langsung dan tidak langsung, serta on the job
trainning yang dirancang, kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan
lainnya yang merawat pasien dalam timnya. Ketua tim sebaiknya hanya
dinas pagi, karena pada pagi hari banyak kegiatan atau tindakan yang
dilakukan dan merencanakan kegiatan sore dan malam.
3) Rencana harian kepala ruangan
Isi kegiatan harian kepala ruangan meliputi semua kegiatan yang dilakukan
oleh seluruh perawat yang ada di ruangan dalam rangka menghasilkan
pelayanan asuhan keperawatan yang berkualitas. Kepala ruangan harus
mengetahui kebutuhan ruangan dan mempunyai hubungan keluar dengan
unit yang terkait untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Demikian pula
dengan asuhan keperawatan, kepala ruangan sebagai narasumber utama atau
konsultan untuk menjamin terlaksananya asuhan keperawatan pada semua
tim di ruangan.
b) Rencana Bulanan
Ketua tim dan kepala ruangan membuat rencana bulanan berhubungan dengan
peningkatan asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan.
1) Rencana Bulanan Kepala Ruangan
Setiap akhir bulan kepala ruangan melakukan evaluasi dan
berdasarkan hasil evaluasi tersebut, kepala ruangan akan membuat rencana
tindak lanjut dalam rangka peningkatan kualitas hasil. Dalam fungsi
perencanaan, kepala ruangan membuat laporan tentang evaluasi rencana
harian yang dibuat oleh ketua tim dan perawat pelaksana.
2) Rencana bulanan ketua tim
Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi tentang keberhasilan
kegiatan yang dilakukan didalam tim nya yaitu askep dan kinerja perawat
pelaksana. Berdasarkan hasil tersebut, dibuat rencana tindak lanjut untuk
perbaikan pada bulan berikutnya. Ketua tim membuat laporan evaluasi
rencana kegiatan harian asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat
pelaksana dan melaporkan hasil audit asuhan keperawatan serta melakukan
perbaikan asuhan keperawatan dengan merencanakan diskusi langsung.

4. Pemberian Asuhan Keperawatan Profesional Berdasarkan SP2KP


SP2KP sebagai sistem pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat, dapat
memungkinkan perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang profesional
bagi pasien. SP2KP ini memiliki sistem pengorganisasian yang baik dimana semua
komponen yang terlibat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan diatur secara
profesional (Sitorus & Yulia, 2006).

Praktik keperawatan dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan kepada
klien mengacu pada proses keperawatan itu sendiri yaitu meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Dalam hal
pelaksanaan tindakan maupun pendokumentasiannya perawat dituntut untuk
profesional. Dalam melakukan asuhan keperawatan yang professional,
diperlukannya membuat suatu rencana asuhan keperawatan (renpra) untuk
membantu mengidentifikasi dan menyusun strategi terhadap tindakan keperawatan
yang akan dilakukan ke pasien. Selain itu renpra memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Pedoman bagi PP dan PA dalam melakukan tindakan dan asuhan keperawatan


profesional
b. Landasan profesional bahwa asuhan keperawatan diberikan berdasarkan ilmu
pengetahuan

Kerjasama profesional PP dan PA, renpra selain berfungsi sebagai penunjuk


perencanaan asuhan yang diberikan juga berfungsi sebagai media komunikasi PP
pada PA. Berdasarkan renpra ini, PP mendelegasikan PA untuk melakukan
sebagian tindakan keperawatan yang telah direncanakan oleh PP. Oleh sebab itu,
sangat sulit untuk tim PP-PA dapat bekerjasama secara efektif jika PP tidak
membuat perencanaan asuhan keperawatan (renpra). Hal ini menunjukan bahwa
renpra sesungguhnya dibuat bukan sekedar memenuhi ketentuan-ketentuan tertentu
(biasanya ketentuan dalam menentukan akreditasi rumah sakit).
Cakupan SP2KP lebih luas tidak hanya fokus dengan asuhan keperawatan
(Sitorus, 2006) saja tetapi juga fokus pada nilai, metode, dokumentasi, sarana
prasarana, dan lain-lain. SP2KP bertujuan untuk lebih merepresentasikan praktik
asuhan keperawatan profesional yang lebih komprehensif.

5. Penerapan Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP)


Penerapan SP2KP tidak memerlukan syarat khusus yang harus dipenuhi
ketika rumah sakit ingin menerapkan sistem tersebut. Tetapi ketika suatu rumah
sakit ingin menerapkan SP2KP, sebelumnya rumah sakit harus memiliki kesiapan
untuk berubah dan berkomitmen untuk menerapkan sistem tersebut. Langkah-
langkah yang dilakukan untuk menerapkan SP2KP di rumah sakit yaitu:
1. Sosialisasi dari kementrian kesehatan kepada rumah sakit yang ingin
menerapkan SP2KP
2. Membentuk kelompok kerja dan merancang pelaksanaan pemberian pelayanan
auhan keperawatan yang komprehensif
3. Menganalisis visibilitas sistem yang akan diterapkan
4. Harus terdapat pedoman pelaksanaan dari sistem tersebut
5. Menyiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan
6. Sosialiasasi dengan penerapan SP2KP kepada suluruh yang berkepentingan
7. Dilakukan uji coba sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional
8. Mengevaluasi uji coba
9. Melaksananakan sistem dengan penerapan SP2KP
DAFTAR PUSTAKA

Brown, Montague. 1997. Manajemen Perawatan Kesehatan . Jakarta : EGC

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan DEPKES RI. 2009. Modul Sistem pemberian
Pelayanan Keperawatan Profesional. Jakarta: Departemen Kesehatan.

Handoko, T.( 1997). Manajemen. Yogyakarta : BPFE

Hogdetts, R.M., (1986). Management : Theory, Process and Practice. Orlando :


Academic Press

Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktek Keperawatan Profesional. Jakarta:


EGC.

Kuntoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika

Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan . Jakarta : EGC

Potter, Patricia A. & Perry, Anne G. 2009. Fundamental Keperawatan Buku 1 Ed. 7.
Jakarta: Salemba Medika.

Sitorus,Yulia. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional; dirumah Sakit.Jakarta:


EGC.

Suarli dan Bahtiar, Yanyan. 2002. Manajemen Keperawatan . Jakarta : Erlangga

Swansburg, R. (2000). Pengantar kepemimpinan dan manajemen keperawatan untuk


perawat klinis. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai