Anda di halaman 1dari 20

Definisi

Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses
dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat professional mengatur pemberian
asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut
(Hoffart & Woods, 1996).
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) merupakan suatu metode pelayanan
keperawatan yang sistematis, terstruktur dan memiliki proses serta nilai-nilai profesionalisme
yang memungkinkan perawat profesional memberikan asuhan keperawatan secara professional
(Sitorus, 2006).
Model Praktik Keperawatan Profesional adalah bentuk dari pemberian asuhan
keperawatan yang berdasarkan nilai-nilai profesionalisme atau pelayanan prima keperawatan
yang dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan di rumah sakit.

Komponen MPKP
Model praktik keperawatan professional (MPKP) terdiri dari 5 subsistem sebagai
berikut:
1. Pendekatan Management (management approach )
Dalam melakukan asuhan keperawatan adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia, yang bilamana ingin memenuhi kebutuhan dasar tersebut seorangperawat
harus melakukan pendekatan penyelesaian masalah, sehingga dapat diidentifikasi
masalah klien, dan nantinya dapat diterapkan terapi keperawatan yang tepat untuk
masalah klien.
2. System Pemberian Asuhan (care delivery system)
Dalam perkembangan keperawatan menuju layanan yang profesional, digunakan
beberapa metode pemberian asuhan keperawatan, misalnya metode kasus, fungsional,
tim, dan keperawatan primer, serta manajemen kasus. Dalam praktik keperawatan
profesional, metode yang paling memungkinkan pemberian asuhan keperawatan
profesional adalah metode yang menggunakan the breath of keperawatan primer.
3. Nilai-Nilai Professional (professional values)
Nilai-nilai profesional menjadi komponen utama pada suatu praktik keperawatan
profesional. Nilai-nilai profesional ini merupakan inti dari MPKP. Nilai-nilai seperti
penghargaan atas otonomi klien, menghargai klien, dan melakukan yang terbaik
untuk klien harus tetap ditingkatkan dalam suatu proses keperawatan.
4. Hubungan Professional (professional relationships)
Pemberian asuhan kesehatan kepada klien diberikan oleh beberapa anggota tim
kesehatan. Namun, fokus pemberian asuhan kesehatan adalah klien. Karena
banyaknya anggota tim kesehatan yang terlibat, maka dari itu perlu kesepakatan
tentang cara melakukan hubungan kolaborasi tersebut.
5. Kompensasi Dan Penghargaan (compensasion and rewards)
Pada suatu layanan profesional, seorang profesional mempunyai hak atas
kompensasi dan penghargaan. Pada suatu profesi, kompensasi yang didapat
merupakan imbalan dan kewajiban profesi yang terlebih dahulu dipenuhi.
Kompensasi dan penghargaan yang diberikan pada MPKP dapat disepakati di setiap
institusi dengan mengacu pada kesepakatan bahwa layanan keperawatan adalah
pelayanan profesional.
Tujuan
Menurut Keliat (2010) ada beberapa tujuan MPKP
yaitu :
1. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan
3. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap
tim keperawatan
4. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
5. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan
Jenis-Jenis MPKP
Menurut Nursalam (2014), ada beberapa model praktik keperawatan yaitu :

1.Praktik keperawatan rumah sakit


Perawat profesional (Ners) mempunyai wewenang dan tanggung jawabmelaksanakan praktik
keperawatan di rumah sakit dengan sikap dankemampuannya. Untuk itu, perlu dikembangkan
pengertian praktik keperawatanrumah sakit dan lingkup cakupannya sebagai bentuk praktik
keperawatan profesional, seperti proses dan prosedur registrasi, dan legislasi keperawatan.2.6.2

2.Praktik keperawatan rumah


Bentuk praktik keperawatan rumah diletakkan pada pelaksanaan pelayanan/asuhankeperawatan
sebagai kelanjutan dari pelayanan rumah sakit. Kegiatan ini dilakukanoleh perawat profesional
rumah sakit, atau melalui pengikutsertaan perawat profesional yang melakukan praktik
keperawatan berkelompok.

3.Praktik keperawatan berkelompok


Beberapa perawat profesional membuka praktik keperawatan selama 24 jam kepadamasyarakat
yang memerlukan asuhan keperawatan dengan pola yang diuraikandalam pendekatan dan
pelaksanaan praktik keperawatan rumah sakit dan rumah.Bentuk praktik keperawatan ini dapat
mengatasi berbagai bentuk masalahkeperawatan yang dihadapi oleh masyarakat dan dipandang
perlu di masa depan.Lama rawat pasien di rumah sakit perlu dipersingkat karena biaya perawatan
dirumah sakit diperkirakan akan terus meningkat.2.6.4

4.Praktik keperawatan individual


Pola pendekatan dan pelaksanaan sama seperti yang diuraikan untuk praktikkeperawatan rumah
sakit. Perawat profesional senior dan berpengalaman secarasendiri/perorangan membuka praktik
keperawatan dalam jam praktik tertentu untukmemberi asuhan keperawatan, khususnya
konsultasi dalam keperawatan bagimasyarakat yang memerlukan. Bentuk praktik keperawatan
ini sangat diperlukan

Peran dan Tanggung Jawab dalam MPKP


Pada MPKP metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah
metode modifikasi keperawatan primer. Dengan demikian, dalam suatu ruang rawat
terdapat beberapa jenis tenaga, meliputi (Sitorus, 2006).:
1. Kepala ruang rawat
Tugas dan tanggung jawab kepala ruang rawat
a. Mengatur pembagian tugas jaga perawat.
b. Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan.
c. Mengadakan diskusi dengan staf untuk mencegah masalah di ruangan.
d. Membimbing siswa/mahasiswa(bekerja sama dengan pembimbing klinik) dalam
pemberian asuhan keperawatan di ruangan, dengan mengikuti system MPKP
yang sudah ada.
e. Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat.
f. Mengorientasi pegawat baru, residen, mahasiswa kedokteran dan mahasiswa
keperawatan yang akan melakukan praktik di ruangan.
g. Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis dengan
klien/keluarga dan tim kesehatan lain.
h. Memeriksa kelengkapan persedian status keperawatan minimal 5 set setiap hari.
i. Melaksanakan pembinaan terhadap PP dan PA dalam hal implementasi MPKP
termasuk sikap dan tingkah laku professional.
j. Bila PP cuti, tugas dan tanggung jawab PP dapat didelegasikan kepada PA
senior.
k. Merencanakan dan memfasilitasi ketersedian fasilitas yang dibutuhkan di
ruangan.
l. Memantau dan mengevaluasi penampilan kerja semua tenaga yang ada di
ruangan, membuat DP3 dan usulan kenaikan pangkat.
m. Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat setiap bulan untuk
membahas kebutuhan di ruangan.
n. Merencanakan pertemuan rutin dengan semua perawat setiap bulan untuk
membahas kebutuhan di ruangan.
o. Merencanakan dan melaksanakan kebutuhan di ruangan.
p. Merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan keperawatan.
q. Membuat peta risiko di ruang rawat.
2. Clinical care manager
Tugas CCM:
a. Membimbing PP pada implementasi MPKP.
b. Memberikan masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan PA.
c. Mempresentasikan isu-isu baru terkait dengan asuhan keperawatan.
d. Mengidentifikasi fakta dan temuan yang memerlukan pembuktian.
e. Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan dan melakukan
penelitian.
f. Menerapkan hasil-hasil penelitian dalam memberi asuhan keperawatan.
g. Bekerjasama dengan kepala ruang.
h. Mengevaluasipendidikan kesehatan yang dilakukan PP danmemberi masukan
untuk penelitian.
i. Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil evaluasi/penelitian tentang
askep.
j. Mengevaluasi implementasi MPKP dengan menggunakan instrument evaluasi
implementasi MPKP.
3. Tanggung jawab PP (Perawat Primer)
a. Melakukan kontak dengan klien dan keluarga pada awal masuk ruangan
sehingga tercipta hubungan terapeutik.
b. Melakukan pengkajian terhadap klien baru atau melengkapi pengkajian yang
sudah dilakukan PP pada sore, malam dan hari libur
c. Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis standar renpra
sesuai dengan hasil pengkajian.
d. Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan kepada PA di bawah tanggung
jawabnya sesuai klien yang dirawat.
e. Menetapkan PA yang bertanggung jawab pada setiap klien, setiap kali giliran
jaga.
f. Melakukan bimbingan dan evaluasi PA dalam melakukan tindakan keperawatan
apakah sudah sesuai dengan SOP atau belum.
g. Memonitor dokumentasi yang telah dilakukan PA
h. Mmebantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan PA
i. Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium
j. Melakukan kegiatan serah terima klien dibawah tanggung jawabnya bersama
dengan PA
k. Mendampingi dokter visit klien dibawah tanggung jawabnya. Bila PP tidak ada,
visit didampingi oleh PA dan sesuai timnya
l. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan perkembangan
klien setiap hari
m. Melakukan pertemuan dengan klien atau keluarga minimal 2 hari sekali untuk
membahas kondisi keperawatn klien
n. Bila PP libur atau cuti, tugas-tugas PP didelegasikan kepada PA yang telah
ditunjuk (wakil PP). Dengan bimbingan kepala ruang atau CCM
o. Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien atau keluarga
p. Membuat perencanaan pulang
q. Bekerja sama dengan clinical care manager CCM dalam mengidentifikasikan isu
yang memerlukan pembuktian sehingga tercipta evidence based practice (EBP)
4. Perawat Asosiet
a. Membaca renpra yang telah ditetapkan PP.
b. Membina hubungan terapeutik dengan klien/keluarga.
c. Menerima klien baru (kontrak) danmemberikan informasi berdasarkan format
orientasi klien/keluarga jika PP tidak ada ditempat.
d. Melakukan tindakan keperawatan pada kliennya berdasarkan renpra.
e. Melakukan evaluasi terdahap tindakan yang telah dilakukan dan
mendokumentasikannya pada format yang tersedia.
f. Mengikuti visite dokter bila PP tidak di tempat.
g. Memeriksa kerapian dan kelengkapan status keperawatan.
h. Membut laporan pergantian dinas dan setelah selesai diparaf.
i. Mengomunikasikan kepada PP/PJ dinas bila menemukan masalah.
j. Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostic, laboratorium, pengobatan dan
tindakan.
k. Berperan serta dalam memberikan pendkes pada klien/keluarga.
l. Melakukan inventarisasi faslitas yang terkait dengan timya.
m. Membantu tim lain yang membutuhkan.
n. Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga klien yang menjadi
tanggung jawabnya dan berkoordinasi dengan PP
Pilar-Pilar dalam MPKP
1. Pilar I : Pendekatan Keperawatan Manajemen
a. Perencanaan
Kegiatan perencanaan dalam praktik keperawatan
profesional merupakan upaya untuk meningkatkan profesionalisme dalam
pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan bukan saja dapat dipertahankan
tetapi juga dapat terus meningkat sampai tercapai derajat tertinggi bagi penerima
jasa pelayanan itu sendiri.
Jenis perencanaan dalam model praktik keperawatan profesional terdiri dari
perencanaan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka pendek. Rencana
jangka panjang adalah perencanaan strategis yang disusun untuk 5 hingga 10
tahun kedepan. Rencana jangka menengah disusun untuk kurun waktu 1 hingga 5
tahun kedepan sedangkan rencana jangka pendek disusun untuk kurun waktu 1
jam hingga 1 tahun. Kegiatan perencanaan yang dilakukan dalam ruangan MPKP
meliputi perumusan visi, misi, filosofi dan kebijakan.
1) Rencana Jangka Pendek
Rencana jangka pendek yang diterapkan dalam ruangan MPKP meliputi
rencana harian, bulanan dan tahunan. Rencana harian adalah kegiatan yang
dilaksanakan oleh perawat (kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana)
sesuai dengan perannya dan dibuat untuk setiap jadwal dinas. Isi dari kegiatan
tersebut disesuaikan dengan peran dan fungsi perawat. Rencana harian dibuat
sebelum operan jaga dilakukan dan dilengkapi lagi saat dilakukan operan dan
preconference.
Rencana harian kepala ruangan meliputi asuhan keperawatan, supervisi ketua
tim dan perawat pelaksana serta melakukan supervisi terhadap tenaga selain
perawat dan melakukan kerjasama dengan unit lain yang terkait. Sedangkan
rencana harian ketua tim meliputi penyelenggaraan asuhan keperawatan
pasien oleh tim yang menjadi tanggung jawabnya, melakukan supervisi
perawat pelaksana, berkolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain serta
alokasi pasien sesuai dengan perawat yang berdinas. Rencana harian perawat
pelaksana berisi tindakan keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat
pada jadwal dinasnya.
2) Rencana Jangka Menengah
Rencana bulanan merupakan rencana tindak lanjut yang dibuat oleh kepala
ruangan dan ketua tim. Rencana bulanan yang dibuat oleh kepala ruangan
adalah melakukan evaluasi hasil keempat pilar MPKP pada akhir bulan dan
berdasarkan evaluasi tersebut kepala ruangan akan membuat rencana tindak
lanjut untuk meningkatkan kualitas hasil. Kegiatan yang mencakup rencana
bulanan kepala ruangan adalah membuat jadwal dan memimpin case
conference, membuat jadwal dan memimpin pendidikan kesehatan untuk
kelompok keluarga, membuat jadwal dinas, membuat jadwal petugas untuk
terapi aktivitas kelompok (TAK), membuat jadwal dan memimpin rapat tim
kesehatan, membuat jadwal supervisi dan penilaian kinerja ketua tim serta
perawat pelaksana, melakukan audit dokumentasi dan membuat laporan
bulanan. Sedangkan rencana bulanan yang dilakukan ketua tim adalah
melakukan evaluasi tentang keberhasilan kegiatan yang dilakukan oleh tim
nya. Kegiatan rencana bulanan ketua tim meliputi mempresentasikan kasus
dalam case conference, memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga
serta melakukan supervisi perawat pelaksana.
3) Rencana Jangka Panjang
Rencana tahunan hanya dilakukan oleh kepala ruangan yaitu dengan
melakukan evaluasi kegiatan di dalam ruangan MPKP selama satu tahun dan
menjadikannya acuan rencana tindak lanjut dan penyusunan rencana tahunan
berikutnya. Rencana kegiatan tahunan yang dilakukan oleh kepala ruangan
MPKP adalah membuat laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP
baik proses kegiatan empat pilar MPKP serta evaluasi mutu pelayanan,
melaksanakan rotasi tim, melakukan pembinaan terkait dengan materi MPKP
khusus kegiatan yang memiliki pencapaian rendah dan hal ini bertujuan untuk
mempertahankan kinerja yang telah dicapai MPKP bahkan meningkatkan
dimasa mendatang. Hal lain yang dilakukan adalah kepala ruangan melakukan
pengembangan sumber daya manusia dalam bentuk rekomendasi peningkatan
jenjang karier perawat, rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan formal dan
membuat jadwal perawat untuk mengikuti pelatihan. Perencanaan jangka
panjang juga membahas ketenagaan yang dibutuhkan di ruang MPKP.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian atau organizing didefinisikan sebagai pengelompokan aktivitas
untuk mencapai tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan,
menentukan cara dari pengkordinasian aktivitas yang tepat baik vertikal maupun
horizontal serta bertanggung jawab untuk mencapai tujuan. Bentuk
pengorganisasian dalam ruangan MPKP meliputi penyusunan struktur organsisasi,
daftar dinas ruangan dan daftar pasien. Penyusunan struktur organisasi dibuat untuk
menunjukkan adanya pembagian kerja. Selain itu struktur organisasi dibuat
guna menunjukkan spesialisasi pekerjaan di dalam ruangan MPKP.
c. Pengarahan
Pengarahan atau directing dalah suatu usaha untuk penerapan perencanaan dalam
bentuk tindakan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pengarahan dalam
ruangan MPKP yaitu menciptakan budaya motivasi, melakukan komunikasi
efektif pada operan antar jadwal dinas, preconference dan postconference,
manajemen konflik, supervisi serta pendelegasian. Di dalam ruangan MPKP
penciptaan iklim motivasi diterapkan dengan beberapa cara, diantaranya adalah :
a. Pemberian reinforcement positif yaitu menguatkan perilaku positif dengan
memberikan reward. Reward yang dimaksud adalah membudayakan dalam
tim untuk membudayakan pemberian pujian yang tulus antar karyawan.
b. Melakukan doa bersama sebelum memulai kegiatan yang dilakukan setiap
pergantian dinas. Hal ini bertujuan agar timbul kesadaran diri dan dorongan
spiritual.
c. Membantu mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah setiap personil
dengan cara kepala ruangan mampu untuk berkomunikasi intensif dengan
semua staf baik ketua tim maupun perawat pelaksana untuk mempererat
hubungan.
d. Melakukan pengembangan jenjang karier dan kompetensi para staf.
e. Melakukan sistem reward yang adil sesuai dengan kinerja yang telah
dilakukan staf.
Pilar II : Sistem Penghargaan
Proses ini meliputi rekrutmen, seleksi, orientasi, penilaian kinerja dan
pengembangan staf. Dalam proses rekrutmen hal yang harus diperhatikan adalah
menyepakati level MPKP yang akan didirikan dan prioritas ruangannya. Dalam
hal penyeleksian maka dilakukan telaah dokumentasi, tes tertulis untuk semua
pilar MPKP, tes wawancara kepada perawat dan dilakukan presentasi visi, misi,
dan kegiatan oleh calon kepala ruangan.
Pilar III : Hubungan Profesional
Profesional relationsip didefinisikan sebagai hubungan antara tim pemberi
layanan kesehatan (gillies,1994). Hubungan ini meliputi komunikasi profesional,
bekerja sama secara tim dan kemampuan dalam memimpin. Didalam ruangan
MPKP hubungan profesional tersebut diwujudkan dalam rapat tim keperawatan
yang dilakukan minimal 1 (satu) bulan sekali dengan durasi waktu minimal 1
(satu) jam dan dilakukan saat pertukaran dinas perawat pagi dengan sore. Hal lain
yang dilakukan untuk hubungan profesional ini adalah case conference
(konferensi kasus) yaitu tim kesehatan membahas salah satu kasus pasien yang
terjadi di dalam ruangan MPKP. Rapat tim kesehatan yang dilakukan antara
dokter ruangan, kepala ruangan serta ketua tim adalah sebagai salah satu alat
terjalinnya hubungan profesional yang lebih baik.
Pilar IV : Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan terbagi atas asuhan keperawatan dan continuity
care. Asuhan keperawatan dilakukan saat pasien masih berada dalam ruangan
keperawatan, sedangkan continuity care dilakukan saat pasien sudah tidak berada
di ruangan keperawatan, seperti di rumah atau di rumah sakit rujukan.

Langkah-Langkah Implementasi MPKP


a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan penerapan MPKP ini ada beberapa hal yang harus
dilakukan, yaitu: (Sitorus, 2011).
1) Pembentukan Tim
Jika MPKP akan diimplementasikan di rumah sakit yang digunakan sebagai
tempat proses belajar bagi mahasiswa keperawatan, sebaiknya kelompok
kerja ini melibatkan staf dari institusi yang berkaitan sehingga kegiatan ini
merupakan kegiatan kolaborasi antara pelayanan/rumah saklit dan institusi
pendidikan. Tim ini bisa terdiri dari seorang koordinator departemen,
seorang penyelia, dan kepala ruang rawat serta tenaga dari institusi
pendidikan. (Sitorus, 2011).
2) Rancangan Penilaian Mutu
Penilaian mutu asuhan keperawatan meliputi kepuasan klien/keluarga
kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai dari dokumentasi
keperawatan, lama hari rawat dan angka infeksi noksomial (Sitorus, 2011).
3) Presentasi MPKP
Selanjutnya dilakukan presentasi tentang MPKP dan hasil penilaian mutu
asuhan kepada pimpinan rumah sakit, departemen, staf keperawatan, dan
staf lain yang terlibat. Pada presentasi ini juga, sudah dapat ditetapkan ruang
rawat tempat implementasi MPKP akan dilaksanakan (Sitorus, 2011).
a) Penentuan Tempat Implementasi MPKP
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan tempat
implementasi MPKP, antara lain (Sitorus, 2011) :
Mayoritas tenaga perawat merupakan staf baru di ruang tersebut. Hal
ini diperlukan sehingga dari awal tenaga perawat tersebut akan
mendapat pembinaan tentang kerangka kerja MPKP
Bila terdapat ruang rawat, sebaiknya ruang rawat tersebut terdiri dari 1
swasta dan 1 ruang rawat yang nantinya akan dikembangkan sebagai
pusat pelatihan bagi perawat dari ruang rawat lain.
b) Penetapan Tenaga Keperawatan
Pada MPKP, jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat ditetapkan
dari klasifikasi klien berdasarkan derajat ketergantungan. Untuk
menetapkan jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat didahului
dengan menghitung jumlah klien berdasarkan derajat ketergantungan
dalam waktu tertentu, minimal selama 7 hari berturut-turut. (Sitorus,
2011).
c) Penetapan Jenis Tenaga
Pada MPKP metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan
adalah metode modifikasi keperawatan primer. Dengan demikian, dalam
suatu ruang rawat terdapat beberapa jenis tenaga, meliputi (Sitorus,
2011):
Kepala ruang rawat
Clinical care manager
Perawat primer
Perawat asosiate
d) Pengembangan Standar Rencana Asuhan Keperawatan
Pengembangan standar rencana asuhan keperawatan bertujuan untuk
mengurangi waktu perawat menulis, sehingga waktu yang tersedia lebih
banyak dilakukan untuk melakukan tindakan sesuai kebutuhan klien.
Adanya standar rencana asuhan keperawatan menunjukan asuhan
keperawatan yang diberikan berdasarkan konsep dan teori keperawatan
yang kukuh, yang merupakan salah satu karakteristik pelayanan
profesional. Format standar rencana asuhan keperawatan yang digunakan
biasanya terdiri dari bagian-bagian tindakan keperawatan: diagnosa
keperawatan dan data penunjang, tujuan, tindakan keperawatan dan
kolom keterangan (Sitorus, 2011).
e) Penetapan Format Dokumentasi Keperawatan
Selain standar rencana asuhan keperawatan, format dokumentasi
keperawatan lain yang diperlukan adalah (Sitorus, 2011) :
Format pengkajian awal keperawatan
Format implementasi tindakan keperawatan
Format kardex
Format catatan perkembangan
Format daftar infuse termasuk instruksi atau pesanan dokter
Format laporan pergantian shif
Resume perawatan
f) Identifikasi Fasilitas
Fasilitas minimal yang dibutuhkan pada suatu ruang MPKP sama dengan
fasilitas yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat. Adapun fasilitas
tambahan yang di perlukan adalah (Sitorus, 2011) :
Badge atau kartu nama tim
Badge atau kartu nama tim merupakan kartu identitas tim yang berisi
nama PP dan PA dalam tim tersebut. Kartu ini digunakan pertama kali
saat melakukan kontrak dengan klien/keluarga.
Papan MPKP
Papan MPKP berisi daftar nama-nama klien, PP, PA, dan timnya serta
dokter yang merawat klien.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan MPKP dilakukan langkah-langkah berikut ini (Sitorus,
2011):
1) Pelatihan tentang MPKP
Pelatihan MPKP diberikan kepada semua perawat yang terlibat di ruang
yang sudah ditentukan.
2) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan
konferensi.
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.
Konferensi dilakukan setelah melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal
dinas PP. Konferensi sebaiknya dilakukan di tempat
tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar (Sitorus, 2011).
3) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan
ronde dengan porawat asosiate (PA).
Ronde keperawatan bersama dengan PA sebaiknya juga dilakukan setiap
hari. Ronde ini penting selain untuk supervisi kegiatan PA, juga sarana bagi
PP untuk memperoleh tambahan data tentang kondisi klien (Sitorus, 2011).
4) Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar rencana
asuhan keperawatan
Standar rencana asuhan keperawatan merupakan acuan bagi tim dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Semua masalah dan tindakan yang
direncenakan mengacu pada standar tersebut (Sitorus, 2011).
5) Memberi bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak/orientasi
dengan klien/keluarga.
Kontrak antara perawat dan klien/keuarga merupakan kesepakatan antara
perawat dan klien/keluarganya dalam pemberian asuhan keperawatan.
Kontrak ini diperlukan agar hubungan saling percaya antara perawat dan
klien dapat terbina. Kontrak diawali dengan pemberian orientasi bagi klien
dan keluarganya (Sitorus, 2011).
6) Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan presentasi kasus
dalam tim.
PP secara teratur diharapkan dapat mempresentasikan kasus-kasus klien
yang dirawatnya. Melalui kasus ini PP dan PA dapat lebih mempelajari
kasus yang ditanganinya secara mendalam. (Sitorus, 2011).
7) Memberi bimbingan kepada Critical Care Manager (CCM) dalam
membimbing PP dan PA.
Bimbingan CCM terhadap PP dan PA dalam melakukan implementasi
MPKP dilakukan melalui supervisi secara berkala. Agar terdapat
kesinambungan bimbingan, diperlukan buku komunikasi CCM. Buku ini
menjadi sangat diperlukan karena CCM terdiri dari beberapa orang yaitu
anggota tim/panitia yang diatur gilirannya untuk memberikan bimbingan
kepada PP dan PA. Bila sudah ada CCM tertentu untuk setiap ruangan, buku
komunikasi CCM tidak diperlukan lagi (Sitorus, 2011).
8) Memberi bimbingan kepada tim tentang dokumentasi keperawatan.
Dokumentasi keperawatan menjadi bukti tanggung jawab perawat kepada
klien. Oleh karena itu, pengisisan dokumentasi secara tepat menjadi penting.
c. Tahap Evaluasi
Evaluasi proses dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen evaluasi
MPKP oleh CCM. Evaluasi proses dilakukan oleh CCM dua kali dalam
seminggu. Evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara dini masalahmasalah
yang ditemukan dan dapat segera diberi umpan balik atau bimbingan.
Evaluasi hasil (outcome) dapat dilakukan dengan (Sitorus, 2011) :
1) Memberikan instrumen evaluasi kepuasan klien/keluarga untuk setiap klien
pulang.
2) Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai berdasarkan
dokumentasi.
3) Penilaian infeksi nosokomial (biasanya ditetapkan per ruang rawat).
4) Penilaian rata-rata lama hari rawat.
d. Tahap Lanjut
MPKP merupakan penataan struktur dan proses (sistem) pemberian asuhan
keperawatan. Agar implementasi MPKP memberikan dampak yang lebih
optimal, perlu disertai dengan implementasi substansi keilmuan keperawatan.
Pada ruang MPKP diuji coba ilmu dan teknologi keperawatan karena sudah
ada sistem yang tepat untuk menerapkannya (Sitorus, 2011).
1) MPKP pemula ditingkatkan menjadi MPKP tingkat I. Pada tingkat ini, PP
pemula diberi kesempatan meningkatkan pendidikan sehingga mempunyai
kemampuan sebagai SKep/Ners. Setelah mendapatkan pendidikan tambahan
tersebut berperan sebagai PP (bukan PP pemula) Sitorus, 2011).
2) MPKP tingkat I ditingkatkan menjadi MPKP tingkat II. Pada MPKP tingkat
I, PP adalah SKep/Ners. Agar PP dapat memberikan asuhan keperawatan
berdasarkan ilmu dan teknologi mutakhir, diperlukan kemampuan seorang
Ners spesialis yang akan berperan sebagai CCM. Oleh karena itu,
kemampuan perawat SKep/Ners ditingkatkan menjadi ners spesialis
(Sitorus, 2011).
3) MPKP tingkat II ditingkatkan menjadi MPKP tingkat III. Pada tingkat ini
perawat dengan kemampuan sebagai ners spesialis ditingkatkan menjadi
doktor keperawatan. Perawat diharapkan lebih banyak melakukan penelitian
keperawatan eksperimen yang dapat meningkatkan asuhan keperawatan
sekaligus mengembangkan ilmu keperawatan (Sitorus, 2011).

Manajemen Asuhan Keperawatan Profesional


Ada lima metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus
dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan.
1. Fungsional (bukan model MAKP). Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam
pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada
saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap perawat
hanya melakukan satu atau dua jenis intervensi keperawatan saja (misalnya, merawat luka)
kepada semua pasien di bangsal.

Kelebihan: a. manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan yang baik; b. sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga; c. perawat senior
menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat
junior dan/atau belum berpengalaman.
Kelemahan: a. tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat; b. pelayanan
keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan; c. persepsi perawat
cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja.

2. MAKP Tim. Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi
menjadi 2–3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu
kelompok kecil yang saling membantu.
Metode ini biasa digunakan pada pelayanan keperawatan di unit rawat inap, unit rawat jalan,
dan unit gawat darurat.
Konsep metode Tim:
a. ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan; b. pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin; c. anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim; d. peran
kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan berhasil bila didukung oleh kepala
ruang. Kelebihannya: a. memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh; b.
mendukung pelaksanaan proses keperawatan; c. memungkinkan komunikasi antartim,
sehingga konflik mudah di atasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim. Kelemahan:
komunikasi antaranggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang
biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
Konsep metode Tim: a. ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan; b. pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas
rencana keperawatan terjamin; c. anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim;
d. peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan berhasil bila didukung oleh
kepala ruang.

3. MAKP Primer
Metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan
pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus
antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi
asuhan keperawatan selama pasien dirawat.

Kelebihan: a. bersifat kontinuitas dan komprehensif; b. perawat primer mendapatkan


akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan pengembangan diri; c. keuntungan
antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit (Gillies, 1989).
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena terpenuhinya
kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai
pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi.
Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa mendapatkan
informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbarui dan komprehensif.
Kelemahannya adalah hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil
keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinis, penuh pertimbangan, serta mampu
berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.
Ketenagaan metode primer: a. setiap perawat primer adalah perawat bed side atau selalu
berada dekat dengan pasien; b. beban kasus pasien 4–6 orang untuk satu perawat primer; c.
penugasan ditentukan oleh kepala bangsal; d. perawat primer dibantu oleh perawat profesional
lain maupun nonprofesional sebagai perawat asisten.

4. MAKP Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan
dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap sif, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan
dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan
satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat/pribadi
dalam memberikan asuhan keperawatan khusus seperti kasus isolasi dan perawatan
intensif(intensive care).
Kelebihannya: a. perawat lebih memahami kasus per kasus; b. sistem evaluasi dari manajerial
menjadi lebih mudah.
Kekurangannya: a. belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab; b. perlu tenaga yang
cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.

5. Modifikasi: MAKP Tim-Primer


Model MAKP Tim dan Primer digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Menurut Sitorus
(2002) penetapan sistem model MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan berikut:
a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus
mempunyai latar belakang pendidikan S-1 Keperawatan atau setara. b. Keperawatan tim
tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan keperawatan pasien
terfragmentasi pada berbagai tim. c. Melalui kombinasi kedua model tesebut diharapkan
komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada
primer, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar adalah lulusan D-3, bimbingan
tentang asuhan keperawatan diberikan oleh perawat primer/ketua tim.

Contoh (dikutip dari Sitorus, 2002): Model MAKP ini ruangan memerlukan 26 perawat. Dengan
menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan empat orang perawat primer (PP)
dengan kualifikasi Ners, di samping seorang kepala ruang rawat yang juga Ners. Perawat pelaksana (PA)
21 orang, kualifikasi pendidikan perawat pelaksana terdiri atas lulusan D-3 Keperawatan (tiga orang) dan
SPK (18 orang).
Dapus
Sitorus, R. & Panjaitan, R. (2011). Manajemen keperawatan: Manajemen
keperawatan di ruang rawat. Jakarta: Sagung Seto.

Sitorus, R. (2006) Model praktek keperawatan professional di Rumah Sakit:


Penataan struktur dan proses (sistem) pemberian asuhan keperawatan di
ruang rawat. Jakarta: EGC.

Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional.


Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai