Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia,
sehingga komunikasi perlu dikembangkan dan dipelihara terus-menerus. Dalam
berkomunikasi dengan klien, perawat harus menggunakan tehnik pendekatan khusus agar
tercapai pengertian dan perubahan prilaku klien.
Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan non
verbal dari informasi dan ide. Komunikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga pada
perasaan dan emosi dimana individu menyampaikan hubungan ( Potter-Perry, 301)
Komunikasi pada lansia membutuhkan perhatian khusus. Perawat harus waspada terhadap
perubahan fisik, psikologi, emosi, dan sosial yang memperngaruhi pola komunikasi.
Perubahan yang berhubungan dengan umur dalam sistem auditoris dapat mengakibatkan
kerusakan pada pendengaran. Perubahan pada telinga bagian dalam dan telinga
mengalangi proses pendengaran pada lansia sehingga tidak toleran teradap suara.
Kondisi lansia yang telah mengalami penurunan dalam struktur anatomis maupun
fungsi dari organ tubuhnya menuntut pemahaman dan kesadaran tersendiri bagi tenaga
kesehatan selama memberikan pelayanan kesehatan. Untuk interaksi dalam
berkomunikasi dengan lansia secara baik, perawat perlu memahami tentang karakteristik
lansia, penggunaan tehnik komunikasi yang tepat, dan model-model komunikasi yang
memungkinkan dapat diterapkan sesuai dengan kondisi klien

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang kami buat adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk komunikasi pada usia lanjut
2. Bagaimana prinsip komunikasi untuk lansia
3. Apa manfaat dan Tujuan komunikasi terapeutik pada lansia
4. Bagaimana faktor yang mempengaruhi komter pada lansia
5. Bagaimana model komunikasi pada lansia

1
2

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut :
Tujuan umum :
1. Agar mahasiswa tahu bagaimana bentuk komunikasi pada usia lanjut
2. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana prinsip komunikasi untuk lansia
3. Agar mahasiswa tahu apa manfaat dan tujuan komunikasi terapeutik pada lansia
4. Agar mahasiswa tahu bagaimana faktor yang mempengaruhi komter pada lansia
5. Agar mahasiswa tahu bagaimana model komunikasi pada lansia
Tujuan khusus :
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai acuan maupun sebagai penambah ilmu pengetahuan khususnya dalam
mempelajari komunikasi terapeutik pada lansia
2. Bagi Instasi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai tambahan dan acuan pendidikan yang lebih unggul dan
lebih bermutu
3. Bagi Pembaca
Dapat memberikan wawasan yang lebih luas tentang komunikasi terapeutik pada
lansia
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian lansia
Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengelompokan usia lanjut
menjadi empat macam, meliputi:
1. Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2. Usia lanjut (elderly), kelompok usia antara 60 sampai 70 tahun.
3. Usia lanjut usai (old), kelompok usia antara 75 sampai 90 tahun.
4. Usia tua (veryold), kelompok usia diatas 90 tahun
Meskipun batasan usia sangat beragam untuk menggolongkan lansia namun
perubahan-perubahan akibat dari usia tersebut telah dapat diindentifikasi, misalnya
perubahan pada aspek fisik berupa perubahan neurologis & sensorik, perubahan visual,
perubahan pendengaran. Perubahan-perubahan tersebut dapat menghambat proses
penerimaan dan interpretasi terhadap maksud komunikasi. Perubahan ini juga
menyebabkan klien lansia mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Belum lagi
perubahan kognitif yang berpengaruh pada tingkat intelegensia, kemampuan belajar,
daya memori dan motivasi klien.

2.2 Bentuk komunikasi pada usia lanjut


Teknik komunikasi pd lansia
1. Teknik asertif
Sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan menunjukkan
sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan pasien, agar komunikasi
dapat dimengerti.
2. Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap klien merupakan bentuk perhatian petugas
kepada klien. misalnya dengan mengajukan pertanyaan ‘apa yang sedang bapak/ibu
fikirkan saat ini, ‘apa yang bisa bantu…? berespon berarti bersikap aktif tidak
menunggu permintaan bantuan dari klien. Sikap aktif seperti ini akan menciptakan
perasaan tenang bagi klien.
3. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi
komunikasi yang diinginkan. Ketika klien mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan di

3
4

luar materi yang di inginkan, maka perawat hendaknya mengarahkan maksud


pembicaraan.
4. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik fisik maupun psikis menyebabkan
emosi klien relative menjadi labil, sikapi menjaga kesetabilan emosi klien lansia
misalnya dengan mengiyakan , senyum dan mengagukkan kepala ketika lansia
mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat.
5. Klarifikasi
Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan
lebih dari satu kali ,agar maksud pembicaraan perawat dapat di terima dan di
persepsikan sama oleh klien : ‘bapak/ibu bisa menerima apa yang saya sampaikan
tadi..? bisa minta tolong bapak/ibu untuk menjelaskan kembali apa yang saya
sampaikan tadi…?.
6. Sabar dan Ikhlas
Terkadang lansia merepotkan dengan sifat kekanak-kanakan, perubahan ini
disikapi dengan sabar dan ikhlas , bila tidak menimbulkan perasaan jengkel bagi
perawat sehingga komunikasi yang di lakukan tidak terapeutik, dan dapat berakibat
komunikasi berlangsung emosional dan menimbulkan kerusakan hubungan antara
klien dengan perawat.

2.3 Prinsip Komunikasi untuk Lansia


Prinsip komunikasi untuk lansia (Ebersole dan Hess dalam Brunner dan Siddarth,
1996) adalah :
1. Menjaga agar tingkat kebisingan minimum.
2. Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol.
3. Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik (periksa baterai).
4. Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas.
5. Jangan berbicara dengan keras atau berteriak, bicara langsung dengan telinga yang
dapat mendengar dengan lebih baik. Berdiri di depan klien.
6. Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana.
7. Beri kesempatan pada klien untuk mengenang.
8. Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial seperti perkumpulan orang tua,
kegiatan rohani.
9. Membuat rujukan pada terapi wicara dan kegiatan sosial sesuai kebutuhan.
5

10. Berbicara pada tingkat pemahaman klien.


11. Selalu menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu tugas atau
keahlian.

2.4 Manfaat dan Tujuan Komunikasi Terapeutik pada Lansia


Manfaat komunikasi terapeutik pada lansia adalah untuk mendorong dan
menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan
pasien. Sedangkan tujuannya adalah:
1. Mengurangi beban lansia
2. Memudahkan tindakan keperawatan
3. Memandirikan pasien
4. Memenuhi kebutuhan pasien
5. Menggerakkan pasien untuk melakukan sesuatu
6. Tindakan efektif

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Komter pada Lansia


1. Lingkungan, seperti pencahayaan, suasana dan lain-lain.
2. Kesehatan, seperti penglihatan, pendengaran dan fungsi neurologis.
3. Suara dan sikap perawat.
4. Kemampuan dan kesiapan perawat.
5. Emosi dan tingkat sensitifitas pasien.
6. Sedikit bertanya dan banyak menunggu.
7. Usia (ageism) lansia

2.6 Model komunikasi pada lansia


Komunikasi yang berfokus pada transaksi antara professional kesehatan-klien yang
sesuai dengan permasalahab kesehatan klien. Pandangan system komunikasi lebih luas
yang mencangkup tiga faktor mayor yaitu:
1. Relationship
Perawat professional mengadakan komunikasi dengan klien lansia haruslah
menggunakan ilmu psikososial dan teknik komunikasi dimana perawat haruslah
ramah, rapi, bertanggung jawab, tidak sembarangan mengeluarkan kata-kata yang
dapat menyinggung perasaan klien lansia sehingga terjalin hubungan saling percaya.
Dalam mengadakan hubungan transaksi hendaknya seorang perawat professional
6

mengetahui permasalahan yang dihadapi klien lansia tersebut. Kemudian bersama-


sama menyelesaikan masalah.
2. Transaksi
Dalam berkomunikasi dengan lansia hendaknya disepakati untuk
menyelesaikan masalah klien bukan untuk hal lain. Pada lansia dengan reaksi
penolakan harus hati-hati mencari informasi dari klien, memberikan feed back baik
verbal maupun non verbal dan hendaknya secara berkesinambungan.
3. Konteks
Perawat professional harus mengetahui situasi dan permasalahan yang
dihadapi klien. Apabila masalah bersifat individu haruslah diselesaikan secara
individu dengan tidak mengabaikan tempat/ruangan dan jenis pelayanan apa yang
digunakan. Apabila masalah bersifat umum/kelompok harus diselesaikan secara
kelompok.
Kelebihan: dapat menyelesaikan masalah klien lansia dengan tuntas. Klien
lansia merasa sangat dekat dengan perawat dan merasa sangat diperhatikan.
Kelemahan: membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan permasalahan;
fasilitas dalam memberikan pelayanan harus lengkap.
BAB III

STUDI KASUS

3.1 Kasus
Pasien bernama TN. C umur 77 tahun pendidikan terakhir SD masuk
rumah sakit dengan keluhan sakit kepala sejak 3 hari yang lalu, Tn.C
mengatakan sakitnya berdenyut-denyut serta terasa kaku dibagian bahu,
sakitnya dating sewaktu-waktu Tn. C juga mengatakan nyeri sendi dan
penhlihatannya kabur, Tn. C ini sudah dirawat selama 3hari di RSUD
purwakarta tepatnya dikamar anggrek, dan saat di diagnosa Tn.C mengalami
hipertensi.
Perawat telah membuat janji dengan Tn.C dan keluarganya pasien
untuk dilakukan pemeriksaan tepatnya pukul 09:00 wib.
P1 dan p2 mendatangi Tn.C diruang perwatan
P1 : “Asalamualaikum”
Keluarga : “Wa’alaikum salam”
P1 dan p2 : “Selamat pagi bu, ke” (sambil tersenyum)
Keluarga : “Selamat pagi sus”
P1 : “Apakah bener ini dengan Tn.C ?”
Tn. C : “Iya sus”
P1 : “Memastikan gelang yang dipakai Tn. C, kake biasa di panggil kake
siapa?”
Keluarga : “kake cecep”
P1 : “Kake perkenalkan nama saya suster pipit dan ini suster widia, kami
disini bertugas dari jam 7:00-14:00 nanti, tujuan saya kesini saya akan
memeriksa tanda-tanda vital kake, seperti tekanan darah, suhu, nadi, dan
pernafasan kake, pemeriksaan ini dilakukan kurang lebih 15menit, apakah ada
yang ingin ditanyakan kek,bu? Apa kake bersedia?”
Tn. C : “(hanya menggangguk)”
P2 : “Bagaimana kabar kake hari ini?”
Tn. C :”Saya udah makan sus hari ini”
P2 : “Maaf kek saya menanyaakan kabar kake” (sambil tersenyum)
Keluarga : “Maaf sus kake saya kurang mendengar dengan baik ditanya pun
kadang suka nyambung kadang tidak”

7
8

P2 : “Baik bu kalo begitu”


P1 : “Kake sudah makan apa bekum ke?”
Tn.C : “Sudah sus”
P2 : “Obatnya sudah di minum kek?”
Keluarga : “Sudah kok sus”
Keluarga : “Alhamdulilah kake hari ini sudah lebih baik dari kemarin”
P1 : “Kake gimna tidurnya semalem?”
Tn. C : “Kake susah tidur sus”
P2 : “Ada apa kek? Apa kake sedang banyak fikiran?”
Tn. C : “Kake ingin segera pulng sus”
P2 : “Sebaiknya kake jangan dulu banyak fikiran, nanti akan mempengaruhi
kesehatan kake dan akan lama sembuhnya”
Tn. C : “Baiklah saya akan akan mencoba saran suster”
P1 : “Baiklah bu, kami permisi sebentar untuk mengambil alat dan
mempersiapkannya”
Tn.C : “Baik sus silahkan”
P1 dan p2 meninggalkan kamar dan segera ngambil alat yang sudah di
sediakan selang beberapa saat p1 dan p2 kembali dengan membawa peralatan
yang akan di gunakan.
P2 : “Kake maaf sebelumnya boleh saya pinjem tangannya”
Tn.C : “Kake belum mandi sus”
P2 : “Bukan kek, maksud saya pinjam tangan kake sebentar”
Tn.C : “Oh silahkan sus (sambil tersenyum)”
P2 : “Maaf ya ke (memakaikan spignomonometer ke tangan kake, kake sudah
memiliki berapa cucu kek?”
Tn. C : “Istri saya sudah meninggal 2 tahun yang lalu (merasa sedih)”
P2 : “Maaf kan saya kek, tapi saya menanyakan cucu kake”
Tn. C : “Saya sudah memilik 12 cucu dari 5 anak kandung saya”
P2 : “Nah kake alhamdulilah tekanan darah kake sudah turun kemarin 120/90
sekarang 120/80 mmHg”
Tn. C dan keluarga : “Alhamdulilah”
Keluarga : “Sus penyebab tekanan darah tinggi itu aapa aja sih”
P1 : “Banyak factor penyebab tekanan darah tinggi diantaranya asupan garam
yang terlalu banyak, stress ( nah usahakan kake tidak banayk fikiran buat kake
9

merasa lebih nyaman), males gerak (nah disini juga kkake dianjurkan untuk
berolahraga, tapi hati-hati jangan berolahraga yang cukup berat, cukup dengan
berolahraga jalan kaki dipagi hari)”
Keluarga : “Oh gitu ya sus, baiklah mulai saat ini saya akan lebih
memperhatikan kake!”
P2 : kake maaf ya dibuka bajunya saya akan mengukur suhu kake
Tn.C : ya silahkan sus
P2 : “Membuka baju kake dan mengukur suhu sekaligus mengkur denyut nadi
kake”
P2 : “(memasang thermometer) kek langsng di jepit ya tangannya jangan dulu
di lepas sebelum saya suruh”
Tn.C : “Hanya mengangangguk”
Setelah beberapa menit kemudian tekanan darah dan suhu sudah
selesai diukur, kemudian perawatan dilepas kembali, dan setelah itu p2
melanjutkan untuk memeriksa nadi dan pernafasannya.
P2: “Saya pinjam tangan kake sebentar ya kek, untuk memeriksa nadi”
T. C :”(memberikan tangannya)”
Dan selanjutnya P2 memeriksa pernafasan
P2 : “pemeriksaannya sudah selesai kek”
Keluarga : “Bagaimana sus?”
Perawat mencatat hasil tekanan darah,nadi, suhu, dan pernafasannya
dibuku perawat dan memberitahu hasil pemeriksaan kepada keluarga pasien.
P2: “Tekanan darah kake saat ini 120/80 lebih baik dari kemarin yang saya
lihat di catatan Tn. C”
Tn.C: “Tapi kake masih pusing”
P2: “Oh engga ko ke itu adalah hal yang wajar, akan tetapi seiring dengan
waktu pusing kake akan menghilang dan kake sudah minum obat.”
Keluarga: “Apa sebaiknya itu tidak diberikan obat lagi sus?”
P2: “Oh engga perlu diberikan obat bu, karena ditakutkan kake banyak
mengkonsumsi obat takutnya lebih parah”
Keluarga:” Oh iya sus terimakasih sarannya”
P2: “Sama-sama”
P1: “Kake harus banyak minum air putih dan juga makan sayuran ya ke. Entar
ibunya nih yang harus rajin masak sayur buat kake. Orang tua ibu harus
10

banyak istirahat dan jangan dulu banyak pikiran biar kake cepet pulang ya
kek”
P1 : “Ada yang ingin ditanyakan kek,bu?”
Keluarga : “tidak sus”
P1 : “Kalau begitu kami permisi dulu ya kek,bu, kalo ibu sama kake butuh
bantuan saya atau perawat lain ibu bisa memanggil saya di ruang perawat,
kake cepet sembuh ya(sambil tersenyum)
P1 : “Saya akan kesini lagi jam 12 siang nanti untuk memberikan obat dan
makanan ya kek”
Keluarga : “Iya sus makasih”
P2 : “Mari bu,kek”
3.2 Penyelesaian Masalah
A. Pengkajian
1. Tahap prainteraksi
a. Untuk mengumpulkan data tentang klien, agar dapat
mengidentifikasi masalah-masalh yang ada
b. Membuat rencana pertemuan dihari pertama dengan klien
2. Tahap orientasi
P1 : “Asalamualaikum”
Keluarga : “Wa’alaikum salam”
P1 dan p2 : “Selamat pagi bu, ke” (sambil tersenyum)
Keluarga : “Selamat pagi sus”
P1 : “Apakah bener ini dengan Tn.C ?”
Tn. C : “Iya sus”
P1 : “Memastikan gelang yang dipakai Tn. C, kake biasa di panggil
kake siapa?”
Keluarga : “kake cecep”
P1 : “Kake perkenalkan nama saya suster pipit dan ini suster widia,
kami disini bertugas dari jam 7:00-14:00 nanti, tujuan saya kesini saya
akan memeriksa tanda-tanda vital kake, seperti tekanan darah, suhu,
nadi, dan pernafasan kake, pemeriksaan ini dilakukan kurang lebih
15menit, Apa kake bersedia?”
Tn. C : “(hanya menggangguk)”
11

3. Tahap kerja
P2 : “Kake maaf sebelumnya boleh saya pinjem tangannya”
Tn.C : “Kake belum mandi sus”
P2 : “Bukan kek, maksud saya pinjam tangan kake sebentar”
Tn.C : “Oh silahkan sus (sambil tersenyum)”
P2 : “Maaf ya ke (memakaikan spignomonometer ke tangan kake, kake
sudah memiliki berapa cucu kek?”
4. Tahap terminasi
Keluarga : “Bagaimana sus?”
P2: “Tekanan darah kake saat ini 120/80 lebih baik dari kemarin yang
saya lihat di catatan Tn. C”
Tn.C: “Tapi kake masih pusing”
Keluarga: “Apa sebaiknya itu tidak diberikan obat lagi sus?”
P2: “Oh engga perlu diberikan obat bu, karena ditakutkan kake banyak
mengkonsumsi obat takutnya lebih parah”
Keluarga:” Oh iya sus terimakasih sarannya”
P2: “Sama-sama”
B. Diagnosa
1. Tahap praorientasi
Klien bernama Tn.C masuk rumah sakit dengan diagnosa hipertensi
2. Tahap oreintasi
P2 : “Bagaimana kabar kake hari ini?”
Tn. C :”Saya udah makan sus hari ini”
P2 : “Maaf kek saya menanyaakan kabar kake” (sambil tersenyum)
Keluarga : “Maaf sus kake saya kurang mendengar dengan baik
ditanya pun kadang suka nyambung kadang tidak”
P2 : “Baik bu kalo begitu”
P1 : “Kake sudah makan apa bekum ke?”
Tn.C : “Sudah sus”
P2 : “Obatnya sudah di minum kek?”
Keluarga : “Sudah kok sus”
3. Tahap kerja
P2 : kake maaf ya dibuka bajunya saya akan mengukur suhu kake
Tn.C : ya silahkan sus
12

P2 : “Membuka baju kake dan mengukur suhu sekaligus mengkur


denyut nadi kake”
P2 : “(memasang thermometer) kek langsng di jepit ya tangannya
jangan dulu di lepas sebelum saya suruh”
Tn.C : “Hanya mengangangguk”
4. Tahap terminasi
Tn.C: “Tapi kake masih pusing”
P2: “Oh engga ko ke itu adalah hal yang wajar, akan tetapi seiring
dengan waktu pusing kake akan menghilang dan kake sudah minum
obat.”
Keluarga: “Apa sebaiknya itu tidak diberikan obat lagi sus?”
P2: “Oh engga perlu diberikan obat bu, karena ditakutkan kake banyak
mengkonsumsi obat takutnya lebih parah”
Keluarga:” Oh iya sus terimakasih sarannya”
C. Intervensi
1. Tahap prainteraksi
Perawat meminta persetujuan dan kontrak waktu kepada klien untuk
melakukan pengkajian dan pemeriksaan tada-tanda vintal
2. Tahap orientasi
Perawat menyampaikan kontrak waktu yang akan dilaksanakan untuk
melakukan pengkajian selanjutnya
3. Tahap kerja
a. Perawat melakukan pengkajian kepada klien
b. Perawat melakukan tindakan tanda-tanda vital kepada klien
4. Tahap terminasi
Tn.C: “Tapi kake masih pusing”
P2: “Oh engga ko ke itu adalah hal yang wajar, akan tetapi seiring
dengan waktu pusing kake akan menghilang dan kake sudah minum
obat.”
Keluarga: “Apa sebaiknya itu tidak diberikan obat lagi sus?”
P2: “Oh engga perlu diberikan obat bu, karena ditakutkan kake banyak
mengkonsumsi obat takutnya lebih parah”
Keluarga:” Oh iya sus terimakasih sarannya”
13

D. Implementasi
1. Tahap prainteraksi
Sesuai kontrak waktu yang telah dilakukan, perawat melakukan
implementasi atas rencana tindakan yang akan diberikan pada Tn. C
pada hari senin di ruang anggrek
2. Tahap orientasi
perawat menjelaskan kepada klien perihal tindakan apa saja yang akan
dilakukan
3. Tahap kerja
a. Tindakan tanda-tanda vital
b. Melihat ekspresi wajah klien
4. Tahap terminasi
Perawat telah pengkajian ulang dan berharap rasa pusing teratasi
E. Evaluasi
1. Tahap praorientasi
Setalah dirawat 3hari keadaan pasien mulai membaik, pusing yang
dirasakan teratasi.
2. Tahap orientasi
P2 : “pemeriksaannya sudah selesai kek”
Keluarga : “Bagaimana sus?”
Perawat mencatat hasil tekanan darah,nadi, suhu, dan pernafasannya
dibuku perawat dan memberitahu hasil pemeriksaan kepada keluarga
pasien.
P2: “Tekanan darah kake saat ini 120/80 lebih baik dari kemarin
3. Tahap kerja
Perawat telah melakukan pengkajian kepada pasien secara keseluruhan
dan pasien memberikan respon baik kepada perawat
4. Tahap terminasi
P1 : “Kalau begitu kami permisi dulu ya kek,bu, kalo ibu sama kake
butuh bantuan saya atau perawat lain ibu bisa memanggil saya di ruang
perawat, kake cepet sembuh ya(sambil tersenyum)
P1 : “Saya akan kesini lagi jam 12 siang nanti untuk memberikan obat
dan makanan ya kek”
Keluarga : “Iya sus makasih”
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan
perubahan verbal dan non verbal dari informasi dan ide. Komunikasi
mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga pada perasaan dan emosi
dimana individu menyampaikan hubungan ( Potter-Perry, 301)
Komunikasi pada lansia membutuhkan perhatian khusus. Perawat
harus waspada terhadap perubahan fisik, psikologi, emosi, dan sosial
yang memperngaruhi pola komunikasi. Perubahan yang berhubungan
dengan umur dalam sistem auditoris dapat mengakibatkan kerusakan
pada pendengaran. Perubahan pada telinga bagian dalam dan telinga
mengalangi proses pendengaran pada lansia sehingga tidak toleran
teradap suara.
4.2 Saran
1. Bagi mahasiswa
Agar mahasiswa dapat memperbaiki serta memperhatikan
pembuatan makalah selanjutnya, khususnya tentang komunikasi
terapeutik lansia
2. Bagi institusi
Memberikan masukan atau inovasi baru bagi institusi untuk
lebih baik dalam memberikan ilmu pengetahuan.
3. Bagi pembaca
Agar pembaca dapat menerapkan dan memahami tentang
komunikasi terapeutik lansia

14
15

DAFTAR PUSTAKA

Mundakir.2006.komunikasi keperawatan aplikasi dalam pelayanan.


Surabaya: Graha ilmu
Keliat.Anna.1996. Hubungan terapeutik. Jakarta: EGC
Widjaya.2000. Ilmu komunikasi. Jakarta: Rineka cipta. Anomin
Adelman, R.D., Greene, M.G., Ory, M.G. 2000. Communication
between older patients and their physicians. Clin Geriatr Med
6:1–24
Brunner & Suddarth.2001.Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 volume
1.Jakarta : EGC
Mundakir.2006.Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam
Pelayanan.Surabaya: Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai