Anda di halaman 1dari 19

MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL

1.    Pengertian MPKP


Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,
proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur
pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut
diberikan. (Ratna sitorus & Yulia, 2006).
Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur,
proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian
asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan
tersebut (Hoffart & Woods, 1996).

2.    Komponen MPKP


Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai rumah sakit,
Hoffart & Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP tediri lima komponen yaitu
nilai – nilai professional yang merupakan inti MPKP, hubungan antar professional,
metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam
perubahan pengambilan keputusan serta sistem kompensasi dan penghargaan.
a.    Nilai – nilai professional
Pada model ini PP dan PA membangun kontrak dengan klien/keluarga, menjadi
partner dalam memberikan asuhan keperawatan. Pada pelaksanaan dan evaluasi
renpra. PP mempunyai otonomi dan akuntabilitas untuk mempertanggungjawabkan
asuhan yang diberikan termasuk tindakan yang dilakukan oleh PA. hal ini berarti PP
mempunyai tanggung jawab membina performa PA agar melakukan tindakan
berdasarkan nilai-nilai professional.
b.    Hubungan antar professional
Hubungan antar profesional dilakukan oleh PP. PP yang paling mengetahui
perkembangan kondisi klien sejak awal masuk. Sehingga mampu memberi informasi
tentang kondisi klien kepada profesional lain khususnya dokter. Pemberian informasi
yang akurat akan membantu dalam penetapan rencana tindakan medik.
c.    Metode pemberian asuhan keperawatan
Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah modifikasi
keperawatan primer sehingga keputusan tentang renpra ditetapkan oleh PP, PP akan
mengevaluasi perkembangan klien setiap hari dan membuat modifikasi pada renpra
sesuai kebutuhan klien.
d.   Pendekatan manajemen
Pada model ini diberlakukan manajemen SDM, yaitu ada garis koordinasi yang
jelas antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim menjadi tanggung jawab PP.
Dengan demikian, PP adalah seorang manajer asuhan keperawatan. Sebagai seorang
manajer, PP harus dibekali dengan kemampuan manajemen dan kepemimpinan
sehingga PP dapat menjadi manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif.
e.    Sistem kompensasi dan panghargaan.
PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan
keperawatan yang dilakukan sebagai asuhan yang profesional. Kompensasi dan
penghargaan yang diberikan kepada perawat bukan bagian dari asuhan medis atau
kompensasi dan penghargaan berdasarkan prosedur.

3.    Tujuan MPKP


a.    Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.
b.    Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
c.    Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
d.   Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
e.    Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap
tim keperawatan.

4.    Pilar – Pilar MPKP


Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar diantaranya
adalah :
a.    Pilar I : Pendekatan manajemen keperawatan
Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen
sebagai pilar praktik perawatan professional yang pertama. Pada pilar I yaitu
pendekatan manajemen terdiri dari :
-       Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi
(perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ;
harian,bulanan,dan tahunan)
-       Pengorganisasian dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar
alokasi pasien.
-       Pengarahan
Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan iklim motifasi,
manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post conference,
dan manajemen konflik
-       Pengawasan
-       Pengendalian.
b.    Pilar II: Sistem penghargaan
Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik keperawatan
professional berfokus pada proses rekruitmen,seleksi kerja orientasi, penilaian
kinerja, staf perawat.proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan
setiap ada penambahan perawatan baru.
c.    Pilar III: Hubungan professional
Hubungan professional dalam pemberian pelayanan keperawatan (tim kesehatan)
dalam penerima palayana keperawatan (klien dan keluarga). Pada pelaksanaan nya
hubungan professional secara interal artinya hubungan yang terjadi antara pembentuk
pelayanan kesehatan misalnya antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim
kesehatan dan lain – lain. Sedangkan hubungan professional secara eksternal adalah
hubungan antara pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.
d.   Pilar IV : manajemen asuhan keperawatan
Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah pelayanan keperawat
dengan mengunakan manajemen asuhan keperawatan di MPKP tertentu. Manajemen
asuhan keperawat yang diterapkan di MPKP adalah asuhan keperawatan dengan
menerapkan proses keperawatan

5.    Macam – Macam Metode Asuhan Keperawatan


a.    Metode Tim
Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat.
Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman serta
memiliki pengetahuan dalam bidangnya.
Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh pemimpin kelompok,
selain itu pemimpin kelompok bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota
tim.sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien
serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami
kesulitan. Selanjutnya pemimpin tim yang melaporkan kepada kepala ruangan
tentang kemajuan pelayanan atau asuhan keperawatan klien.
Metode ini menggunkan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan askep terhadap sekelompok pasien.
Ketenagaan dari tim ini terdiri dari :
-       Ketua tim
-       Pelakaana perawatan
-       Pembantu perawatan
Adapun tujuan dari perawatan tim adalah : memberikan asuhan yang lebih baik
dengan menggunakan tenaga yang tersedia.
Kelebihan metode tim :                            
-       Saling memberi pengalaman antar sesama tim.
-       Pasien dilayani secara komfrehesif
-       Terciptanya kaderisasi kepemimpinan
-       Tercipta kerja sama yang baik .
-       Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
-       Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda dengan aman dan
efektif.
Kekurangan metode tim:
-       Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi tanggung
jawabnya.
-       Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan atau
trburu-buru sehingga dapat mengakibatkan kimunikasi dan koordinasi antar anggota
tim terganggu sehingga kelanncaran tugas terhambat.
-       Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau
berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim.
-       Akuntabilitas dalam tim kabur.
Peran Kepala Ruang dalam tahap:
1.    Pengkajian : Mengidentifikasi masalah terkait fungsi manajamen
2.    Perencanaan :
Fungsi perencanaan dan fungsi ketenagaan
-       Menunjuk Ka Tim
-       Mengikuti serah terima klien
-       Mengidentifikasi tingkat ketergantungan
-       Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas dan
kebutuhan klien
-       Merencanakan strategi pelaksanaan keeperawatan
-       Merencanakan lgistik ruangan/failitas ruangan
-       Melakukan pendokumentasian
3.    Implementasi :
Fungsi pengorganisasian :
-       Merumuskan system penugasan
-       Menjelaskan rincian tugas Ketua Tim
-       Menjelaskan rentang kendali di ruang rawat
-       Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan diruang rawat
-       Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan/fsilitas ruangan
-       Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktik
-       Mendelegasikan tugas kepada ketua Tim
Fungsi pengarahan:
-       Memberikan pengarahan kepada ketua Tim
-       Memberikan motivasi dalam meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap
anggota Tim
-       Memberi pujian kepada anggota Tim yang melaksanakan tugas dengan baik
-       Membimbing bawahan
-       Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim
-       Melakukan supervisi
-       Memberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan yankep diruangan
-       Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
4.    Evaluasi
Fungsi pengendalian:
-       Mengevaluasi kinerja katim
-       Memberikan umpan balik pada kinserja katim
-       Mengatasi masalah di ruang rawat dan menetapkan tidak lanjut
-       Memperhatikan aspek legal dan etik keperawatan
-       Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
Peran Ketua Tim dalam tahap
1.    Pengkajian : mengumpukan data kesehatan klien
2.    Perencanaan :
Fungsi perencanaan dan ketenagaan :
-       Bersama Karu melaksanakan serah terima tugas
-       Bersama karu melaksanakan pembagian tugas
-       Menyusun rencana asuhan keperawatan
-       Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan keperawatan
-       Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruangan
-       Mengorientasikan klien baru pada lingkungan
-       Melakukan pelaporan dan pendokumantasian
3.    Implementasi
Fungsi pengorganisasian:
-       Menjelaskan tujuan pengorganisasian tim keperawatan
-       Membagi pekerjaan sesuai tingkat ketergantungan pasien
-       Membuat rincian tugas anggota tim dalam keperawatan
-       Mampu mengkoordinir pekerjaan yang harus dilakukan bersama tim kesehatan lain
-       Mengatur waktu istirahat anggota tim
-       Mendelegasikan proses asuhan keperawatan pada anggota tim
-       Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
Fungsi pengarahan :
-       Memberikan pengarahan kepada anggota tim
-       Memberikan bimbingan pada anggota tim
-       Memberikan infromasi yang berhubungan dengan askep
-       Mengawasi proses pemberian askep
-       Melibatkan anggota tim sampai awal dan akhir kegiatan
-       Memberikan pujian/motivasi kepada anggota tim
-       Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
4.    Evaluasi:
Fungsi pengendalian :
-       Mengevaluasi asuhan keperawatan
-       Memberikan umpan balik pada pelaksana
-       Memperhatikan aspek legal dan etik
-       Melakukan pelaporan dan pendokumantasian
Peran pelaksana dalam tahap :
1.      Pengkajian : mengkaji kesiapan klien dan diri sendiri untuk
melaksanakan asuhan keperawatan.
2.      Perencanaan:
Fungsi perencanaan dan ketenagaan :
-       Bersama Karu mengadakan serah terima tugas
-       Menerima pembagian tugas dari katim
-       Bersama katim menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan keperawatan
-       Mengikuti ronde keperawatan
-       Menerima klien baru
3.      Implementasi
Fungsi pengorganisasian :
-       Menerima penjelasan tujuan pengorganisasian tim
-       Menerima pembagian tugas
-       Melaksanakan tugas yang diberikan oleh katim
-       Melaksanakan program kolaborasi dengan tim kesehatan lain
-       Menyesuaikan waktu istirahat dengan anggota tim lainnya
-       Melaksanakan asuhan keperawatan
-       Menunjang pelaporan, mencatat tindakan keperawatan yang dilaksanakan
Fungsi pengarahan :
-       Menerima pengarahan dan bimbingan dari katim
-       Menerima informasi yang berkaitan dengan askep dan melaksanakan askep dengan
etik dan legal
-       Memahami pemahaman yang telah dicapai
-       Menunjang pelaporan dan pendokumentasian
4.      Evaluasi
Fungsi pengendalian :
-       Menyiapkan menunjukkan bahan yang diperlukan untuk proses evaluasi serta ikut
mengevaluasi kondisi pasien.
b.    Metode Primary Team
Yaitu pemberian askep yang ditandai dengan keterikatan kuat dan terus
menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan
dan mengkoordinasikan askep selama pasien dirawat.
Tugas perawat primer adalah :
-       Menerima pasien
-       Mengkaji kebutuhan
-       Membuat tujuan, rencana, pelaksanaan dan evaluasi.
-       Mengkoordinasi pelayanan
-       Menerima dan menyesuaikan rencana
-       Menyiapkan penyuluhan pulang
Konsep dasar :
 

-       Ada tanggung jawab dan tanggung gugat


-       Ada otonomi.
-       Ada keterlibatan pasien dan keluarganya
Ketenagaan :
-       Setiap perawat primer adalah perawat bed. side.
-       Beban kasus pasien maksimal 6 pasien untuk 1 perawat
-       Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
-       Perawat profesional sebagai primer dan perawat non profesional sebagai asisten.
Kepala bangsal :
-          Sebagai konsultan dan pengendali mtu perawat primer
-          Orientasi dan merencanaka karyawan baru.
-          Menyusun jadwal dinas
-          Memberi penugasan pada perawat asisten.
Kelebihan dari metode perawat primer:
-          Mendorong kemandirian perawat.
-          Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat
-          Berkomunikasi langsung dengan Dokter
-          Perawatan adalah perawatan komprehensif
-          Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau diterapkan.
-          Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
-          Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan keperawatan.
Kelemahan dari metode perawat primer:
-          Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat
-          Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.
-          Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.
Peran Kepala Ruang :
-       Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawatan primer
-       Orientasi dan merencanakan karyawan baru
-       Menyusun jadual dinas
-       Memberi penugasan pada perawat asisten/asosiat (PA)
-       Evaluasi kerja
-       Merencanakan /menyelenggarakan pengembangan staf
Peran Perawat Primer :
-       Menerima pasien
-       Mengkaji kebutuhan pasien untuk asuhan
-       Membuat tujuan
-       Membuat rencana keperawatan
-       Melakukan konferens untuk menjelaskan rencana asuhan kepada PA yang menjadi
anggota timnya.
-       Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama dinas bersama PA yang menjadi
anggota timnya.
-       Melakukan kolaborasi dengan t9im kesehatan lainnya.
-       Memantau PA dalam melaksanakan rencana asuhan keperawatan.
-       Mengkoordinasi pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain
-       Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
-       Menerima dan menyesuaikan rencana
-       Menyiapkan penyuluhan untuk pulang
-       Melakukan pendokumentasian (catatan perkembangan, catatan tindakan
keperawatan)
Peran Perawat Asosiat :
-       Mengikuti konferens untuk menerima penjelasan tentang asuhan yang direncanakan
oleh PP.
-       Melaksanakan asuhan keperawatan yang telah dibuat oleh PP
-       Memberi informasi/masukan yang diperlukan kepada PP tentang klien untuk
keperluan asuahan keperawatan selanjutnya.
-       Mencatat tindakan keperawatan yang telah dilakukan dalam catatan tindakan
keperawatan.
c.    Metode Fungsional
Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya
melakukan 1 – 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model
ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas
( tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada (Nursalam, 2002).
Kerugian metode fungsional:
-       Pasien mendapat banyak perawat.
-       Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan
-       Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan.
-       Pelayanan terputus-putus
-       Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai
Kelebihan dari metode fungsional :
-       Sederhana
-       Efisien.
-       Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu.
-       Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas.
-       Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman
untuk satu tugas yang sederhana.
-       Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta didik yang praktek
untuk ketrampilan tertentu.
d.   Metode Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia
dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini
umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti
isolasi, intensive care.Metode ini berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi
keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien
tertentu (Nursalam, 2002).
Kekurangan metode kasus :
-       Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas sehingga
tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh
-       Membutuhkan banyak tenaga.
-       Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang
sederhana terlewatkan.
-       Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penaggung jawab
klien bertugas.
Kelebihan metode kasus:
-       Kebutuhan pasien terpenuhi.
-       Pasien merasa puas.
-       Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.
-       Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.
e.    Metode Modul / Distrik
Yaitu metode gabungan antara Metode penugasan tim dengan Metode
perawatan primer. Metode ini menugaskan sekelompok perawat merawat pasien dari
datang sampai pulang.
Keuntungan dan Kerugian :
Sama dengan gabungan antara metode tim dan metode perawat primer.
f.     Metode MPKP
Suatu sistem (Struktur, Proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan
perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan,
yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart&Woods, 1996 dalam
Sitorus,2005).
 
Peningkatan profesionalisme keperawatan di Indoneasia dimulai sejak diterima
dan diakui sebagai suatu profesi pada Lokakarya Nasional Keperawatan (1983). Sejak
itu berbagai upaya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional,
Departemen Kesehatan, dan organisasi profesi dengan terus mengembangkan
keperawatan diantaranya membuka pendidikan pada tingklat sarjana,
mengembangkan kurikulum keperawatan dan mengembangkan standar praktik
keperawatan.

7.    Tingkatan MPKP


a.    Model praktek Keperawatan Profesional III
Tenaga perawat yang akan bekerja di ruangan ini semua profesional dan ada
yang sudah doktor, sehingga praktik keperawatan berdasarkan evidence based. Di
ruangan tersebut juga dilakukan penelitian keperawatan, khususnya penelitian klinis.
b.    Model Praktek Keperawatan Profesional II
Tenaga perawat yang bekerja di ruangan ini mempunyai kemampuan spesialis
yang dapat memberikan konsultasi kepada perawat primer. Di ruangan ini digunakan
hasil-hasil penelitian keperawatan dan melakukan penelitian keperawatan.
c.    Model Praktek Keperawatan Profesional I
Model ini menggunakan 3 komponen utama yaitu ketenagaan, metode
pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan. Metode yang
digunakan pada model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode
tim yang disebut tim primer.
d.   Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
Model ini menyerupai MPKP I, tetapi baru tahap awal pengembangan yang
akan menuju profesional I.

8.    Peran Staf MPKP


1.    Kepala Ruangan, tugasnya :
Merencanakan pekeriaan, menentukan kebutuhan perawatan pasein, membuat
penugasan, melakulan supervisi, menerima instruksi dokter.
2.    Perawat staf :
-Melakukan askep langsung pada pasien
-  Membantu supervisi askep yang diberikan oleh pembantu tenaga keperawatan
3.    Perawat Pelaksana :
-  Melaksanakan askep langsung pada pasien dengan askep sedang, pasein dalam
masa pemulihan kesehatan dan pasein dengan penyakit kronik dan membantu
tindakan sederhana (ADL).

4.    Pembantu Perawat :


-       Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk mandi,
menbenahi tempat tidur, dan membagikan alat tenun bersih.
5.    Tenaga Administrasi ruangan
-       Menjawab telpon, menyampaikan pesan, memberi informasi, mengerjakan
pekerjaan administrasi ruangan, mencatat pasien masuk dan pulang, membuat
duplikat rostertena ruangan, membuat permintaan lab untuk obat- obatan/persediaan
yang diperlukan atas instruksi kepala ruangan.
9.    Kegiatan dalam MPKP
a.    Timbang terima
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan kedaan klien, bertujuan :
-       Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien
-       Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya
-       Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.                           
Prosedur timbang terima
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :
1.    Persiapan
-kedua kelompok dalam keadaan siap
-kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
2.    Pelaksanaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing
penanggung jawab:
-       timbang terima dilaksanakan setiap penggantian shift/operan
-       dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan
mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan klien,
rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya
yang perlu dilimpahkan.
-       hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya
dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat yang
berikutnya
Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
-       identitas klien dan diagnosa medik
-       masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul
-       tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
-       intervensi kolaborasi dan dependensi
-       rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya,
misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan penunjang lainnya,
persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara
rutin.
Perawat yang melakukan timbang terima daat melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas. Penyampaan pada
saat timbang terima secara singkat dan jelas. Lama timbang terima untuk setiap klien
tidak lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang
lengkap dan rinci. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada
buku laporan ruangan oleh perawat. Penyampaian operan di atas (point c) harus
dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru. Perawat penanggung jawab dan
anggotanya dari kedua shift bersama-sama secara langsung melihat keadaan kien.
b.    Preconference
Komunikasi kepala primer dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk
rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ka primer atau penanggung
jawab primer. Jika yang dinas pada primer tersebut hanya 1 orang, maka pre
conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana
harian) dan tambahan rencana dari kepala primer dan penanggung jawab primer.
(modul mpkp,2006)
Waktu    : setelah operan
Tempat   : meja masing-masing perawat primer
PJ           : kepala primer atau penanggung jawab primer
Kegiatan            :
1.    Kepala primer atau penanggung jawab primer membuka acara
2.    Kepala primer atau penanggung jawab primer menanyakan rencana harian masing-
masing perawat pelaksana
3.    Kepala primer atau penanggung jawab primer memberikan masukan dan tindakan
lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu
4.    Kepala primer atau penanggung jawab primer memberikan reinforcement
5.    Kepala primer atau penanggung jawab primer menutup acara
c.    Post conference
Komunikasi kepala primer dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan
sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikutnya. Isinya adalah hasil
asuhan keperawatan tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post
conference dipimpin oleh kepala primer atau penanggung jawab primer. (modul
mpkp, 2006)
Waktu    : sebelum operan ke dinas berikutnya
Tempat   : meja masing-masing primer
PJ           : kepala primer atau penanggung jawab primer
Kegiatan            :
1.    Kepala primer atau penanggung jawab primer membuka acara
2.    Kepala primer atau penanggung jawab primer menanyakan kendala dalam asuhan
yang telah diberikan
3.    Kepala primer atau penanggung jawab primer menyakan tindakan lanjut asuhan klien
yang harus dioperkan kepada perawat shift berikut nya
4.    Kepala primer atau penanggung jawab primer menutup acara
d.   Ronde keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien
yang dilaksanakan oleh perawat, disamping klien dilibatkan untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan
oleh penanggung jawab jaga dengan melibatkan seluruh anggota tim.
Karakteristik :
-          klien dilibatkan secara langsung
-          klien merupakan fokus kegiatan
-          perawat asosiet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama
-          kosuler memfasilitasi kreatifitas
-          konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet, perawat primer
untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.
Tujuan :
-          menumbuhkan cara berfikir secara kritis
-          menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari masalah
klien
-          meningkatkan vadilitas data klien
-          menilai kemampuan justifikasi
-          meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
-          meningkatkan kemampuan untuk emodifikasi rencana perawatan.
Peran perawat primer dan perawat asosiet
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa untuk
memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain :
-          Menjelaskan keadaan dan adta demografi klien
-          Menjelaskan masalah keperawatan utama
-          Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan
-          Menjelaskan tindakan selanjtunya
-          Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
Peran perawat primer lain dan atau konsuler
-          memberikan justifikasi
-          memberikan reinforcement
-          menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta,tindakan yang
rasional
-          mengarahkan dan koreksi
-          mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
Tahap pelaksanaan ronde keperawatan
1.    Pesiapan
-Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde
-Pemberian informed consent kepada klien/keluarga
2.    Pelaksanaan ronde
-       Penjelasan tentang klien oleh perawat dalam hal ini penjelasan difokuskan pada
masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau telah dilaksanakan dan
memilih prioritas yang perlu didiskusikan
-       Pemberian justifikasi oleh perawat tentang masalah klien serta rencana tindakan yang
akan dilakukan
-       Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan ditetapkan
3.    Pasca ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menerapkan
tindakan yang perlu dilakukan.
e.    Case studi
Menurut bogdan dan bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci
terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen
atau satu peristiwa tertentu . Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi kasus
sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara
intensif dan rinci. Sementarayin (1987) memberikan batasan yang lebih bersifat
teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya. Ary, jacobs, dan razavieh (1985)
menjelasan bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti berusaha menguji unit atau
individu secara mendalarn. Para peneliti berusaha menernukan sernua variabel yang
penting.
Berdasarkan batasan tersebut dapat dipahami bahwa batasan studi kasus
meliputi: (1) sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan
dokumen; (2) sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu
totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing dengan maksud untuk
mernahami berbagai kaitan yang ada di antara variabel-variabelnya.
Jenis-jenis studi kasus
1.    Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada perhatian organisasi
tertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan rnenelusuni perkembangan
organisasinya. Studi ini sering kurang memungkinkan untuk diselenggarakan, karena
sumbernya kunang mencukupi untuk dikerjakan secara minimal.
2.    Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalul observasi
peran-senta atau pelibatan (participant observation), sedangkan fokus studinya pada
suatu organisasi tertentu.. Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus studinya
antara lain: (a) suatu tempat tertentu di dalam sekolah; (b) satu kelompok siswa; (c)
kegiatan sekolah
3.    Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu onang dengan maksud
mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang khas.
Wawancara sejarah hiclup biasanya mengungkap konsep karier, pengabdian hidup
seseorang, dan lahir hingga sekarang. Masa remaja, sekolah. Topik persahabatan dan
topik tertentu lainnya.
4.    Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan
(community study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat
sekitar (kornunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu bagaimana studi kasus
organisasi dan studi kasus observasi.
5.    Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi
terhadap peristiwa atau kejadian tertentu. Misalnya terjadinya pengeluaran siswa pada
sekolah tertentu, maka haruslah dipelajari dari sudut pandang semua pihak yang
terkait, mulai dari siswa itu sendiri, teman-temannya, orang tuanya, kepala sekolah,
guru dan mungkin tokoh kunci lainnya.
6.    Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit organisasi
yang sangat kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang kelas atau suatu kegiatan
organisasi yang sangat spesifik pada anak-anak yang sedang belajar menggambar.
Langkah-langkah penelitian studi kasus
1.    Pemilihan kasus: dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara bertujuan
(purposive) dan bukan secara rambang. Kasus dapat dipilih oleh peneliti dengan
menjadikan objek orang, lingkungan, program, proses, dan masvarakat atau unit
sosial. Ukuran dan kompleksitas objek studi kasus haruslah masuk akal, sehingga
dapat diselesaikan dengan batas waktu dan sumbersumber yang tersedia
2.    Pengumpulan data: terdapat beberapa teknik dalarn pengumpulan data, tetapi yang
lebih dipakai dalarn penelitian kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis
dokumentasi. Peneliti sebagai instrurnen penelitian, dapat menyesuaikan cara
pengumpulan data dengan masalah dan lingkungan penelitian, serta dapat
mengumpulkan data yang berbeda secara serentak
3.    Analisis data: setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi,
mengorganisasi, dan mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat dikelola.
Agregasi merupakan proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum
guna menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi secara kronologis,
kategori atau dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis data dilakukan sejak peneliti di
lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data terkumpul atau setelah
selesai dan lapangan
4.    Perbaikan (refinement): meskipun semua data telah terkumpul, dalam pendekatan
studi kasus hendaknya clilakukan penvempurnaan atau penguatan (reinforcement)
data baru terhadap kategori yang telah ditemukan. Pengumpulan data baru
mengharuskan peneliti untuk kembali ke lapangan dan barangkali harus membuat
kategori baru, data baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam kategori yang sudah ada.
5.    Penulisan laporan: laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, rnudah dibaca, dan
mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga
rnernudahkan pembaca untuk mernahami seluruh informasi penting. Laporan
diharapkan dapat membawa pembaca ke dalam situasi kasus kehidupan seseorang
atau kelompok.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. 2001. Dasar – Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta : Widya Medika
http://www.nursingbegin.com/konsep-model-asuhan keperawatan-profesional/
http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/10/28/model-praktek-keperawatan-
profesional-di-indonesia/
http://aflahchintya23.wordpress.com/2008/02/23/metode-penelitian-studi-kasus/
http://mohafandi.wordpress.com/2008/07/22/modul-pelatihan-mpkp/
http://mrgie.wordpress.com/2009/05/12/antara-mpkp-atau-makp/
http://sukardjoskmmkes.blogspot.com/2010/09/peran-dan-fungsi-kepala-ruang-
dalam.html

Anda mungkin juga menyukai