Anda di halaman 1dari 20

LOGBOOK TUTOR KASUS II

BLOK MANAJEMEN KEPERAWATAN

Oleh :
APRIADI RAHMAT
G1B117006

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021
SKENARIO II

Disebuah rumah sakit Raden Mattaher disalah satu ruang Instalasi rawat inap
ruang jantung setiap pagi melakukan operan terhadap pasien yang dilakukan oleh
kepala ruang dan tim perawat. Di mana ruangan tersebut menggunakan metode
SP2K ( system pemberian pelayanan Keperawatan Profesional ). Setiap paginnya
kepala ruangan selalu memimpin operan kepada perawat yang ada di ruangan nya
tersebut. Setelah dilakukan operan pembagian tugas tentang Asuhan keperawatan
10 Orang Pasien ( dengan tingkat ketergantuangan lima parsial dan lima total ).
Dimana Kepala ruangan setiap harinya selalu dipanggil supervisor untuk
melakukan rapat diruangan Diklat. Tugas kepala ruangan dialih kan kepada
perawat primer (PP). Tidak lama setelah kepergian kepala ruangan, tiba- tiba
masuk pasien baru yang mengalami Heart attack dengan kondisi kritis. Perawat
primer ( PP) tersebut memanggil perawat Assosiate ( PA) untuk menagani segera
terhadap pasien yang baru datang dan menambahkan lagi tugas asukan
keperawatn kepada Perawat Assosiate ( PA) .

LO : Pendelegasian dan perhatikan prinsip responsibility, accountability dan


authority
STEP I (Identifikasi Istilah Sulit)
1. Supervisor
2. Metode SP2K
3. Perawat Assosiate
4. Perawat primer
5. Operan
6. 5 Parsial

Jawab :
1. Supervisor adalah seseorang yang mempunyai untuk memberikan arahan dari
atasan kepada bawahan serta mengawasi tugas yang diberikan
2. Merupakan system pemberian asuhan keperawatan professional yang mana
merupakan hasil pengembangan dari MPKP atau model praktek keperawatan
professional. SP2KP ini termasuk didalamnya adalah perawat primer (PP),
perawat associate (PA) serta tenaga kesehatan lainnya yang saling bekerja
sama.
3. Perawat associate (PA) adalah seorang perawat yang diberikan wewenang
untuk melakukan asuhan keperawaran kepada klien secara langsung.
4. Perawat primer (PP) merupakah sebuah metode penugasan yang mana
melibatkan perawat untuk bertanggung jawab penuh kepada pasien selama 24
jam penuh baik dari pasien datang sampai dengan pasien tersebut pulang.
5. Operan merupakan sebuah komunikasi antar perawat yang sedang berganti
shift dengan perawat lainnya, dimana perawat menyampaikan secara rinci
tentang kondisi pasiennya.
6. Parsial merupakan sebuah keadaan pasien masih memiliki kemampuan/tenaga
sebagian namun untuk melakukan kegiatan seperti berjalan, bangun, mandi
ataupun eliminasi perlu dibantu oleh perawat
STEP II (Identifikasi Masalah)
1. Apa tugas pokok perawat primer (PP) dan Perawat associate (PA) ?
2. Gaya kepemimpinan apa yang diterapkan pada kasus ?
3. Manfaat operan bagi perawat dan pasien ?
4. Apa perbedaan supervisor keperawatan dengan supervisor pada kasus ?
5. Apa saja alasan penting yang dapat dijadikan dalam sebuah pendelegasian
yang dilakukan oleh perawat primer kepada perawat associate ?
6. Apa saja langkah langkah dalam melakukan metode SP2K dan apakah semua
ruangan yang ada di rumah sakit menggunakan metode tersebut ?
7. Apa saja hal yang dibahas oleh supervisor dan tenaga kesehatan saat
diruangan diklat ?
8. Apa saja perbedaan antara MPKP dengan SP2K ?

STEP III (Analisa Masalah)


1. A. Tugas Perawat Primer
• Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif.
• Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
• Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama praktek bila diperlukan.
• Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan
oleh disiplin ilmu lain maupun perawat lain.
• Mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan.
• Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial
di masyarakat
• Membuat jadwal perjanjian klinik.
• Mengadakan kunjungan rumah bila perlu.
• Bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan
pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
• Mengikuti timbang terima
• Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komperhensif
• Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
• Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas.
• Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan
oleh disiplin lain maupun perawat blain.
• Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
• Menerima dan menyesuaikan rencana.
• Menyiapkan penyuluhan untuk pulang.
• Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial
di
• masyarakat.
• Membuat jadual perjanjian klinik.
• Mengadakan kunjungan rumah.
• Melaksanakan sentralisasi obat.
• Mendampingi visite.
• Melaksanakan ronde keperawatan bersama dengan kepala ruangan dan
perawat associate.
• Melaporkan perkembangan pasien kepada kepala ruangan.
B. Tugas Perawat Assosiate
• Memberikan perawatan secara langsung berdasarkan proses keperawatan
dengan sentuhan kasih saying
• Melaksanakan program medik dengan penuh tanggung jawab
• Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik , mental, dan spiritual dari
klien
• Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi tindakan
perawatan dan pengobatan serta diagnostic
• Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai kemampuannnya.
• Memberi pertolongan segera pada kien gawat atau sakaratul maut.
• Membantu kepala ruangan dalam ketatalaksaaan ruangan secara
administrative
• Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada diruangan.
• Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan dan
keindahan ruangan.
• Melaksankan tugas dinas pagi/sore/malam secara bergantian.
• Memberi penyuluhan kesehatan kepada klien sehubungan dengan
penyakitnya.
• Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik lisan maupun
tertulis.
• Membuat laporan harian.
• Mengikuti timbang terima.
• Mengikuti kegiatan ronde keperawatan.
• Melaksanakan rencana keperawatan yang dibuat oleh perawat primer
• Berkoordinasi dengan perawat associate yang lain dan perawat primer.
• Melakukan evaluasi formatif.
• Pendokumentasian tindakan dan catatan perkembangan pasien.
• Melaporkan segala perubahan yang terjadi atas pasien kepada perawat
primer

2. Gaya kepemimpinan yang diterapkan adalah gaya kepemimpinan partisipatif


dimana atasan memiliki kepercayaan penuh kepada bawahan yang mana hal
ini memungkinkan bawahan untuk ikut berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan, pemimpin juga dapat meminta ide atau pendapat kepada karyawan
dan memanfaatkannya.
3. Manfaat operan bagi perawat :
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
b. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien dilaksanakan secara
berkesinambungan
d. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.
Manfaat operan bagi pasien :
a. pasien bisa menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum
terungkap
b. Pasien merasa puas dengan pelayanan yang diberikan karena setiap
perkembangan yang terjadi maupun tindakan yang akan dilakukan
diinformasikan dengan jelas kepada pasien/keluarga
4. Tidak ada perbedaan, karena memang tugas yang diemban keduanya adalah
sama, yang mana tugas supervisor adalah untuk membantu kepala bagian
keperawatan mengawasi dan juga mengendalikan kegiatan keperawatan.
5. Salah satu alasan yang dapat dijadikan pendelegasian yaitu karena Perawat
Primer sedang libur atau pun cuti tanggung jawab yang mana seperti sedang
menghadiri rapat, ataupun tugas Perawat primer digantikan menjadi kepela
ruangan
6. Langkah – langkah dalam melaksanakan sp2kp adalah :
a. Sosialisasi dari kementrian kesehatan kepada rumah sakit yang ingin
menerapkan SP2KP
b. Membentuk kelompok kerja dan merancang pelaksanaan pemberian
pelayananauhan keperawatan yang komprehensif
c. Menganalisis visibilitas sistem yang akan diterapkan
d. Harus terdapat pedoman pelaksanaan dari sistem tersebut
e. Menyiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan
f. Sosialiasasi dengan penerapan SP2KP kepada suluruh yang
berkepentingan
g. Dilakukan uji coba sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional
h. Mengevaluasi uji coba
i. Melaksananakan sistem dengan penerapan SP2KP
Karena system ini diterapkan di suatu Rumah Sakit maka setiap ruangan
menerapkannya juga

7. Adapun hal – hal yang akan dibahas di dalam ruangan diklat oleh supervisor
serta tenaga kesehatan lainnya yaitu tentang pengawasan, evaluasi, serta
perbaikan – perbaikan yang bisa dilakukan untuk meningkatkan hasil kerja
dari perawat.
8. Perbedaanya adalah kalau MPKP merupakan suatu system yang
memungkinkan perawat professional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menoang pemberian asuhan
tersebut. Sedangkan SP2KP adalah pengembangan dari MPKP tersebut, yang
mana disini terjadi kerja sama antara perawat primer, perawat associate dan
tenaga kesehatan lainnya.
STEP IV (MIND MAPPING)

Konsep Metode SP2KP


dalam Keperawatan

Pengertian Jenis Model


SP2KP SP2KP

Komponen
SP2KP Struktur
Tingkatan
Pemberian SP2KP
ASKEP
SP2KP Penerapan
SP2KP
STEP V (LEARNING OBJECTIVE)

1. Pendelegasian dan perhatikan prinsip responsibility, accountability dan


authority ?

Jawab :
1. Pendelegasian adalah pembagian wewenang dan kekuasaan kepada orang
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu, Pengertian Pendelegasian
Wewenang menurut Hasibuan (2007) Pendelegasian wewenang adalah
memberikan sebagian pekerjaan atau wewenang oleh delegator (pemberi
wewenang) kepada delegate (penerima wewenang) untuk dikerjakannya atas
nama delegator.
Dimana pendelegasian ini ada 3 elemen penting yaitu Wewenang
(Authority), Tanggung Jawab (Responsibility) dan Akuntabilitas
(Accountability):

a. Wewenang (Authority)
Wewenang atau authority dapat didefinisikan sebagai kekuasaan dan
hak seseorang untuk menggunakan dan mengalokasikan sumber daya secara
efisien, untuk mengambil keputusan dan memberi perintah agar dapat
mencapai tujuan organisasinya.

b. Tanggung jawab (responsibility)


Tanggung Jawab atau Responsibility dapat diartikan sebagai
kewajiban seseorang untuk menyelesaikan tugas yang dibebankan
kepadanya.

c. Akuntabilitas (accountability)
Akuntabilitas atau accountability adalah kewajiban seseorang atau
organisasi untuk mempertanggungjawabkan aktivitasnya dan
mengungkapkan hasilnya secara transparan.
STEP VI (KONSEP TEORI)
A. Pendelegasian
1. Definisi
Menurut Marquis dan Huston (1998) dalam Nursalam
(2002) bahwa pendelegasian adalah penyelesaian suatu pekerjaan melalui
orang lain. Dapat juga diartikan sebagai suatu pemberian suatu tugas
kepada seseorang atau kelompok dalam menyelesaikan tujuan organisasi.
Pendelegasian adalah bagian dari manajemen yang memerlukan latihan
manajemen profesional yang dikembangkan untuk dapat menerima
pendelegasian tanggung jawab secara struktural(Swanburg, RC., 2000).

2. Alasan Pendelegasian
Adapun beberapa alasan mengapa pendelegasian diperlukan,
beberapa diantaranya adalah :
a. Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan mencapai hasil
yang lebih baik dari pada semua kegiatan ditangani sendiri.
b. Agar organisasi berjalan lebih efisien.
c. Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan dapat
memusatkan perhatian terhadap tugas-tugas prioritas yang lebih
penting.
d. Dengan pendelegasian, memungkinkan bawahan untuk tumbuh dan
berkembang, bahkan dapat dipergunakan sebagai bahan informasi
untuk belajar dari kesalahan atau keberhasilan.

3. Ketidakefektifan dalam Penedelegasian


Delegasi dalam praktek keperawatan professional sering
mengalami masalah, dimana proses delegasi tidak dilaksanakan secara
efektif. Hal ini dikarenakan tiga hal :
a. Pendelegasian yang terlalu sedikit (under – delegasi) : Staf diberi
wewenang yang sangat sedikit, terbatas dan sering tidak terlalu jelas,
sehingga tugas tersebut tidak dapat diselesaikan dengan baik
b. Pendelegasian yang berlebihan (over-delegasi) : Penggunaan waktu
yang sia-sia, yang disebabkan keterbatasan menajer untuk memonitori
dan menghabiskan waktu dalam tugas organisasi. Staf akan merasa
terbebani dan dapat terjadi penyalahgunaan wewenang yang diberikan
c. Pendelegasian yang tidak tepat (improper delegasi) : Kesalahan yang
ditemukan adalah, pendelegasian menjadi tidak efektif jika diberikan
kepada orang yang tidak tepat, dan alasan delegasi hanya karena faktor
senang/tidak senang. Pelimpahan ini tidak efektif karena kecendrungan
pimpinan menilai pekerjaanya berdasarkan unsur Subyektif

4. Konsep Pendelegasian
Delegasi yang baik tergantung pada keseimbangan antara
komponen tanggung jawab, kemampuan dan wewenang. Tanggung jawab
(responsibility) adalah suatu rasa tanggung jawab terhadap penerimaan
suatu tugas, kemampuan (accountability) adalah kemampuan seseorang
dalam melaksanakan tugas limpah. Wewenang (authorirty) adalah
pemberian hak dan kekuasaan penerima tugas limpah untuk mengambil
suatu keputusan terhadap tugas yang di limpah.

5. Kegiatan Delegasi Wewenang


a. Manager perawat / bidan menetapkan dan memberikan tugas dan
tujuannya kepada orang yang diberi pelimpahan
b. Manajer melimpahkan wewenang yang diperlukan untuk mencapai
tujuan
c. Perawat yang menerima delegasi baik ekspilisit maupun implisit
menimbulkan kewajiban dan tanggung jawab
d. Manajer perawat menerima pertanggung jawaban atas hasil yang telah
dicapai
Kegiatan yang tidak boleh Didelegasikan yaitu :
a. Aktivitas yang memerlukan pengkajian dan keputusan selama
pelaksanaan.
b. Pengkajian fisik, psikologis, social yang merlukan keputusan, rujukan,
dan intervensi atau tindak lanjut.
c. Penyusunan dan evaluasi rencana keperawatan.

6. Penerapan Pendelegasian
Delegasi dilaksanakan di MPKP dalam bentuk pendelegasian tugas
oleh Kepala Ruangan kepada Ketua Tim, Ketua Tim kepada Perawat
Pelaksana. Pendelegasian dilakukan melalui mekanisme pelimpahan tugas
dan wewenang. Pendelegasian tugas ini dilakukan secara berjenjang.
Penerapannya dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
a. Pendelegasian terencana
Merupakan pendelegasian yang secara otomatis terjadi sebagai
konsekuensi sistem penugasan yang diterapkan di ruang MPKP.
Bentuknya dapat berupa :
• Pendelegasian tugas Kepala Ruangan kepada Ketua Tim untuk
menggantikan tugas sementara karena alasan tertentu
• Pendelegasian tugas Kepala Ruangan kepada Penanggung Jawab
Shift
• Pendelegasian Ketua Tim kepada Perawat Pelaksana dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan
b. Pendelegasian insidentil
Terjadi apabila salah satu personil ruang MPKP berhalangan hadir
maka pendelegasian tugas harus dilakukan. Dalam hal ini yang
mengatur pendelegasian adalah Kepala Seksi Perawatan, Kepala
Ruangan, Ketua Tim atau Penanggung Jawab Shift, tergantung pada
personil yang berhalangan.

7. Cara Pendelegasian
a. Seleksi dan susun tugas
Sediakan waktu yang cukup untuk menyusun daftar tugas-tugas
yang harus dilimpahkan secara rasional dan dapat dilaksanakan oleh
staf. Tahap berikutnya yang harus dikerjakan secara otomatis adalah
menyiapkan laporan yang kontinu, menjawab setiap pertanyaan,
menyiapkan jadwal berurutan, memesan alat-alat, presentasi pada
komisi yang bertanggung jawab, dan melaksanakan asuhan
keperawatan dan tugas teknis lainnya
b. Seleksi orang yang tepat
Pilih orang yang sesuai untuk melaksanakan tugas tersebut
berdasarkan kemampuan dan persyaratan lainnya. Tepat tidaknya
menajer memilih staf bergantung dari kemampuan menajer mengenal
kinerja staf, kelebihan, kelemahan, dan perilakunya
c. Berikan arahan dan motivasi kepada staf
Salah satu kesalahan dalam pendelegasian adalah ketiadaan arahan
yang jelas. Lebih baik pendelegasian dilakukan secara tertulis, dan
ajarkan pula bagaimana melaksanakan tugas tersebut.
d. Lakukan supervisi yang tepat
Manejer harus bias menentukan apa yang perlu disupervisi, kapan
dilakukan, dan bantuan apa yang dapat diberikan. Supervise
merupakan hal yang penting dan pelaksanaannya bergantung
bagaimana staf melihatnya. Ada dua macam supervise yaitu
overcontrol (control yang berlebihan) dan undercontrol (control yang
kurang).

8. Tempat dan Waktu Pendelegasian


Dibawah ini merupakan tempat dan waktu pendelegasian :
1. Tugas rutin : Tugas yang dapat didelegasikan kepada staf
2. Tugas yang tidak mencukupi waktunya : Staf didelegasikan untuk
menyelesaikan tugas manajer keperawatan.
3. Peningkatan kemampuan : Pendelegasian bertujuan meningkatkan
kemampuan staf dan tim melalui proses pembelajaran
4. Delegasi sebaiknya tidak diberikan untuk tugas-tugas yang terlalu
teknis (membutuhkan keahlian tertentu) dan tugas yang berhubungan
dengan kepercayaan/kerahasiaan institusi.

9. Penyebab Gagalnya Pendelegasian


Sebab kegagalan manejer dalam pendelegasian dan mengapa staf
menjadi resistan (Rowland dan Rowland, 1997)
a. Mengapa manager gagal :
Mereka pekerja keras atau perfeksionis, mereka tidak aman (takut
delegasi akan gagal, takut delegasi akan dikerjakan lebih baik dari
pada dikerjakan sendiri, takut akan terjadi penumpukan pekerjaan),
mereka tidak senang kepada pendelegasiannya, mereka tidak berfikir
bahwa stafnya siap atau mengharapkan tugas tersebut, mereka
memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan terhadap
pendelegasian, dan mereka tidak mengetahui bagaimana delegasi dapat
dilaksanakan.
b. Mengapa Staf resisten :
Mereka berfikir tidak mempunyai kemampuan untuk mengerjakan,
upaya pertama telah gagal, aktivitasnya mungkin tidak disetujui
manajer, mereka berpikir tidak mempunyai cukup waktu, mereka tidak
senang terhadap yang didelegasikan, tidak adanya penghargaan,
mereka tidak mempunyai otonomi untuk melaksanakan, mereka
kurang percaya diri/pesimis bahwa supervisor akan mendukungnya,
mereka berpikir bahwa akan dimanipulasi atau dikerjai oleh atasannya.

10. Keberhasilan Pendelegasian


Dalam pendelegasian agar dapat behasil perawat manajer harus
memeperhatikan sebagai berikut :
a. Komunikasi yang jelas dan lengkap
b. Ketersediaan sumber dan sarana
c. Perlunya suatu monitoring atau control
d. Adanya pelaporan mengenai perkembangan tugas yang dilimpahkan
e. Disiplin dalam pemberian wewenang
f. Bertanggung jawab dalam pembinaan moral staf
g. Menghindari kesalahan penyampaian dalam pendelegasian

B. Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP)


1. Definisi
Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP)
adalah pengembangan dari Model Praktek Keperawatan Profesional
(MPKP) yang merupakan kerjasama professional antara perawat dan
tenaga kesehatan lainnya (Perry, Potter. 2009). Sistem pemberian
pelayanan keperawatan profesional (SP2KP) adalah kegiatan pengelolaan
asuhan keperawatan di setiap unit ruang rawat di rumah sakit yang
memungkinkan perawat untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang
profesional bagi pasien.
SP2KP merupakan kegiatan pengelolaan asuhan keperawatan di setiap
unit ruang rawat di rumah sakit. Komponennya terdiri dari: perawat, profil
pasien, sistem pemberian asuhan keperawatan, kepemimpinan, nilai-nilai
profesional, fasilitas, sarana prasarana (logistik) serta dokumentasi asuhan
keperawatan (Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan DEPKES RI,
2009).

2. Jenis Model Praktek Keperawatan Profesional


Ada beberapa jenis model Praktek Keperawatan Profesional (PKP) yaitu:
a. Model Praktek Keperawatan Profesional III
Melalui pengembangan MPKP III dapat diberikan asuhan keperawatan
profesional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan
kemampuan doktor dalam keperawatan klinik yang berfungsi untuk
melakukan riset dan membimbing para perawat melakukan riset sera
memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan.
b. Model Praktek Keperawatan Profesional II
Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional
tingkat II. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan
spesialis keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu. Perawat
spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi tentang asuhan
keperawatan kepada perawat primer pada area spesialisnya. Disamping itu
melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan
asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang
untuk 10 perawat primer pada area spesialisnya (1:10).
c. Model Praktek Keperawatan Profesional I.
Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan
profesional tingkat I dan terdiri dari beberapa komponen yaitu: ketenagaan
keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan pada
model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim
disebut tim primer.
d. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKPP) merupakan
tahap awal untuk menuju model PKP. Model ini mampu memberikan
asuhan keperawatan profesional tingkat pemula. Pada model ini terdapat 3
komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian
asuhan keperawatan dan dokumentasi asuhan keperawatan.

3. Komponen Pelayanan Keperawatan Profesional


Menurut Kusnanto (2004) terdapat beberapa komponen pelayanan
keperawatan profesional yaitu :
a. Nilai - nilai profesional sebagai inti model
Pada model ini, Perawat Primer (PP) dan Perawat Associate (PA)
membangun kontrak dengan klien/keluarga sejak masuk ke suatu
ruang rawat yang merupakan awal dari penghargaan atas harkat dan
martabat manusia. Hubungan tersebut akan terus dibina selama klien
dirawat di ruang rawat, sehingga klien/keluarga menjadi partner dalam
memberikan asuhan keperawatan. Pelaksanaan dan evaluasi renpra, PP
mempunyai otonomi dan akuntabilitas untuk
mempertanggungjawabkan asuhan yang diberikan termasuk tindakan
yang dilakukan PA di bawah tanggung jawab untuk membina
performa PA agar melakukan tindakan berdasarkan nilai-nilai
profesional.
b. Pendekatan Manajemen
Pendekatan manajemen juga merupakan salah satu nilai
profesional yang diperlukan dalam mengimplementasikan praktek
keperawatan profesional. Model ini memberlakukan manajemen
Sumber Daya Manusia (SDM), artinya ada garis komunikasi yang jelas
antara PP dan PA. Performa PA dalam satu tim menjadi tanggung
jawab PP. PP adalah seorang manajer asuhan keperawatan yang harus
dibekali dengan kemampuan manajemen dan kepemimpinan sehingga
PP dapat menjadi manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif.

4. Pemberian Asuhan Keperawatan Profesional Berdasarkan SP2KP


SP2KP sebagai sistem pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat,
dapat memungkinkan perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang
profesional bagi pasien. SP2KP ini memiliki sistem pengorganisasian yang
baik dimana semua komponen yang terlibat dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan diatur secara profesional (Sitorus & Yulia, 2006).
Dalam pengembangan konsep SP2KP, perawat PP bertugas dalam
menjalankan komunikasi dengan tenaga kesehatan lain seperti dokter, ahli
gizi, farmasi, dll. Dalam hal ini, perawat PP bertugas untuk memberikan hasil
pemeriksaannya berdasarkan hasil pengkajian yang berhubungan dengan
perawatan pasien yang dilaksanakan oleh PA, sehingga dapat membantu
dalam memutuskan tindakan medis selanjutnya.
Cakupan SP2KP lebih luas tidak hanya fokus dengan asuhan keperawatan
(Sitorus, 2006) saja tetapi juga fokus pada nilai, metode, dokumentasi, sarana
prasarana, dan lain-lain. SP2KP bertujuan untuk lebih merepresentasikan
praktik asuhan keperawatan profesional yang lebih komprehensif.
5. Penerapan Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP)
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menerapkan SP2KP di rumah
sakit yaitu:
a. Sosialisasi dari kementrian kesehatan kepada rumah sakit yang ingin
menerapkan SP2KP
b. Membentuk kelompok kerja dan merancang pelaksanaan pemberian
pelayanan auhan keperawatan yang komprehensif
c. Menganalisis visibilitas sistem yang akan diterapkan
d. Harus terdapat pedoman pelaksanaan dari sistem tersebut
e. Menyiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan
f. Sosialiasasi dengan penerapan SP2KP kepada suluruh yang
berkepentingan
g. Dilakukan uji coba sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional
h. Mengevaluasi uji coba
i. Melaksananakan sistem dengan penerapan SP2KP
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan DEPKES RI. 2009. Modul Sistem


pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional. Jakarta: Departemen
Kesehatan.
Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktek Keperawatan Profesional.
Jakarta: EGC
Marquis, Bessie L, dkk.2010. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan :
Teori dan Aplikasi.Edisi 4.Jakarta:EGC.
Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Ed.1. Jakarta:Salemba Medika
Potter, Patricia A. & Perry, Anne G. 2009. Fundamental Keperawatan Buku 1 Ed.
7. Jakarta: Salemba Medika
Sitorus, Yulia. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesiona; dirumah
Sakit.Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai