Dimensi respon sangat penting pada awal berhubungan dengan klien karena berpengaruh
pada interaksi selanjutnya (Stuart,G.W.,1998). Dimensi respon ini terdiri dari respon
perawat yang ikhlas, menghargai, empati, dan konkrit. Dalam hubungan terapeutik
perawat seharusnya berespons dengan tulus ikhlas, tidak berpura-pura, dan
mengekspresikan perasaan yang sebenarnya secara spontan. Di samping itu perawat juga
harus mampu menghargai klien dengan menerima klien apa adanya. Sikap perawat
sebaiknya tidak menghakimi, tidak mengkritik, tidak mengejek ataupun menghina.
Menghargai dapat dikomunikasikan melalui duduk bersama klien yang menangis, minta
maaf atas hal yang tidak disukai klien, dan menerima permintaan klien untuk tidak
menanyakan pengalaman tertentu.
Anggota Kelompok :
Narator = Tata hayati
Pasien = joni jemi ullo
Keluarga pasien (istri) = Yeni gusmida
Dokter = Dian anna sari
Perawat UGD = Nita andiana putri
Perawat 1 Ruangan = Rani Anggraini
Perawat 2 Ruangan = Nova rizki liana
Petugas Laboratorium = Rhetiya mekiza
------------------------------------------------Hari
Kedua---------------------------------------------
(2 jam kemudian pada saat perawat memberikan obat dan mengobservasi TTV
pasien)
Perawat 1 : selamat siang pak, perkenalkan saya perawat (nama) dan ini...
Perawat 2 : perkenalkan pak saya perawat (nama)
Perawat 1 : benar dengan bapak I gede?
Tn.I Gede : “iya benar sus”
Perawat 1 : kami disini akan memeriksa keadaan bapak. Apakah bapak
bersedia?”
Tn.I Gede : “iya baiklah sus. Ngomong-ngomong gimana hasil lab saya sus?”
Perawat 2 : “hasil labnya belum keluar pak, nanti kalau sudah keluar kami
langsung infokan pak” (Sambil memberikan obat dan
mengobservasi TTV)
Tn.I Gede : “kasih tau saya ya sus saya sakit apa, saya capek sakit seperti ini,
tidak sembuh-sembuh”
Perawat 2 : “iya pak pasti kami infokan, TD bapak 100/ 70 ya pak suhu
bapak: 39,5° C. Ini obatnya diminum dulu pak agar demamnya
cepat turun”
Tn.I Gede : “Iya sus” (sambil meminum obat yang diberikan oleh perawat)
Perawat 1 : “sudah ya pak, sekarang bapak bisa istirahat. Kami permisi dulu
ya pak”
(Pukul 16.00 hasil lab sudah diterima oleh perawat, perawat bergegas
menginformasikan kepada dokter bahwa hasil lab Tn.I sudah keluar &
menyatakan Tn.I Gede positif terjangkit penyakit HIV/AIDS)
Perawat 1 : “dok ini hasil lab Tn.I Gede sudah keluar, hasilnya Tn.I Gede
positif terjangkit HIV/AIDS”
Dokter : “baik sus, tolong panggilkan keluarga Tn.I Gede”
Perawat 1 : “baik dok” (bergegas keluar untuk memanggil keluarga Tn.I
Gede)
(Nurse Station)
Perawat 1 : “dok ini istri dari Tn. I Gede”
Dokter : “sus, mari kita jelaskan tentang hasil lab dan kondisi penyakit
yang dialami oleh Tn.I Gede ke istrinya” “jadi gini bu, berdasarkan
hasil lab. Tn.I Gede didiagnosis positif mengidap HIV/AIDS”
Keluarga : “kok bisa dok?HIV itu apa? Bisa disembuhin ga dok”
Perawat 2 : “jadi gini bu, HIV adalah virus yang menyerang system kekebalan
tubuh. Saat ini penyakit HIV/AIDS belum ada obatnya”
Keluarga : “terus saya harus bagaimana sus? Saya takut, tolong jangan
beritahu suami saya tentang hal ini ya”
Dokter : “Tidak bisa bu, bagaimana pun suami ibu memiiki hak untuk
mengetahui apa penyakit yang di deritanya, dan berhak untuk
memutuskan pengobatan yang akan dia terima”
Keluraga : (sambil menangis) “saya takut suami saya sedih dan depresi Dok,
tolong saya. Jangan beritahu masalah ini ke suami saya”
Dokter : “baik bu untuk saat ini kami tidak memberitahukan kondisi suami
ibu. Tapi secepatnya suami ibu harus mengetahui tentang
penyakitnya”
Keluarga : “iya terimakasih dok” (sambil menangis)
(saat memberikan obat ke Tn.I Gede)
Perawat 1 : “selamat sore pak. Ini ada obat yang harus segera bapa minum,
obat ini untuk menurunkan demam bapak”
Tn.I Gede : (setelah minum obat) “sus, hasil lab saya sudah keluar kan?
bagaimana hasil lab saya ? saya sakit apa sus, saya capek seperti ini
tidak sembuh sembuh. Tolong sus beritahu saya sakit apa”
Perawat 1 : “benar pak, hasil lab bapak sudh keluar. Tapi maaf pak yang
memiliki wewenang untuk memberikan informasi tentang penyakit
bapak adalah dokter. Jadi maaf saya tidak bisa menginfomarsikan
apa pun tentang hasil lab bapak”
Pasien : “baik sus”
Perawat 1 : “yasudah pak saya tinggal dulu ya, selamat beristirahat pak”
Pasien : “iya terimakasih sus”
----------------------------------------keesokan
harinya------------------------------------------------
Keesokan hari setelah hasil laboratoriun Tn. I Gede keluar, perawat dan dokter
memutuskan untuk menginfokan diagnose penyakit ke Tn. I Gede, atas
persetujuan keluarga, dengan di dampingi oleh perawat, dokter datang ke kamar
Tn. I Gede
dokter : (sambil memeriksa keadaan Tn. I Gede) “selamat pagi pa,
gimana istirahatnya semalam?”
Tn. I Gede : saya tidak bisa tidur dok, saya terbangun terus. Bagaimana hasil
lab saya dok? Saya sakit apa?”
Dokter : iya pak, hasil laboratorium bapa sudah keluar. Hasil labnya
menyatakan bapa positif mengidap HIV/AIDS, HIV/AIDS adalah
penyakit yang menyerang system imun tubuh bapa, mohon maaf pa
sebelumnya, untuk penyakit HIV/AIDS ini sampai sekarang belum
ditemukan cara pengobatan dan penyembuhannya.
Tn. I Gede : (sambil menangis) lalu apa yang harus saya lakukan dok
Perawat 1 : yang harus bapa lakukan adalah berserah kepada Tuhan YME pa.
bapa dan keluarga harus sabar dan tabah. (duduk d samping pasien
sambil mengelus punggungnya)
Setelah dokter menginfokan diagnose penyakit Tn. I Gede, Tn. I Gede dan
keluarga tampak sedih, perawat memberikan motivasi dan semangat, setelah
beberapa menit akhirnya dokter dan perawat memutuskan untuk meninggalkan
Tn. I Gede dan keluraga dikamar, memberikan sedikit waktu bagi mereka agar
tetap tenang.
Seiring berjalannya waktu Tn. I Gede dan keluarga mampu menerima diagnose
penyakit yang diderita oleh Tn. I Gede dengan sabar dan tabah.
Kesimpulan mengenai kasus ini, perawat mengalami dilema etik. Di satu sisi
perawat harus menjaga rahasia penyakit Pasien karena keluarga menghawatirkan
Pasien deperesi. Tetapi di sisi lain Pasien memiliki hak untuk mengetahui
penyakitnya. Dalam kasus ini perawat harus tetap menerapkan prinsip kejujuran
tanpa melupakan prinsip kerahasiaan. Perawat harus menggunakan pemilihan kata
dalam berkomunikasi dengan pasien tersebut, sehingga perawat tetap menjaga
amanat keluarga pasien tanpa harus berkata yang tidak benar atau berbohong.