Anda di halaman 1dari 13

TINJAUAN TEORI

A. KLASIFIKASI KLIEN BERDASARKAN TINGKAT KETERGANTUNGAN


Menurut Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) membagi klasifikasi
klien berdasarkan tingkat ketergantungan klien dengan menggunakan standar sebagai
berikut :
a. Kategori I : self care/perawatan mandiri, memerlukan waktu 1-2 jam/hari
1) kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2) makanan dan minum dilakukan sendiri
3) ambulasi dengan pengawasan
4) observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift
5) pengobatan minimal dengan status psikologi stabil
6) perawatan luka sederhana.
b. Kategori II : Intermediate care/perawatan partial, Swansburg & Swansburg, 1999)
memerlukan waktu 3-4 jam/hari
1) kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
2) observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
3) ambulasi dibantu
4) pengobatan dengan injeksi
5) klien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran dicatat
6) klien dengan infus, dan klien dengan pleura pungsi.
c. Kategori III : Total care/Intensif care, memerlukan waktu 5-6 jam/hari
1) semua kebutuhan klien dibantu
2) perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan
3) observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam

B. JENIS DAN PENDEKATAN PEMBERIAN PELAYANAN/ASUHAN


KEPERAWATAN
Prinsip pemilihan metode penugasan adalah : jumlah tenaga, kualifikasi staf dan klasifikasi
pasien. Adapun jenis-jenis metode penugasan yang berkembang saat ini adalah sebagai
berikut :
a. Metode Fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan
sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya
jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan satu sampai dua
jenis intervensi, misalnya merawat luka kepada semua pasien di bangsal.

Kepala Ruang

Perawat Perawat Perawat Perawat


pengobatan Merawat luka Pengobatan Merawat Luka

Pasien/Klien
Gambar 1 : Sistem pemberian asuhan Keperawatan Fungsional
(Marquis dan Huston,1998)
Kelebihan :
1. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tiugas yang jelas dan
pengawasan yang baik.
2. Sangat baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan tenaga.
1
3. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien
diserahkan kepada perawat junior dan atau belum berpengalaman.
Kelemahan :
1. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.
2. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan.
3. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja.

b. Metode Perawatan Tim


Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan konsep kooperatif & kolaboratif
(Douglas, 1992)
Tujuan Metode Tim :
1. Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
2. Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai standar
3. Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
Konsep Metode Tim :
1. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan.
2. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin.
3. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
4. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik jika
didukung oleh kepala ruang.
Kelebihan :
1. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
3. Memungkinkan komunikasi antar timsehingga konflik mudah diatasi dan memberikan
kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan :
1. Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang
biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu
sibuk (memerlukan waktu )
2. Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung untuk
bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu
3. Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur

Kepala Ruang

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Staf Perawat Staf perawat Staf Perawat

Pasien/Klien Pasien/Klien Pasien/Klien

Gambar 2 : Sistem pemberian asuhan keperawatan “ Team Nursing “


(Marquis dan Huston, 1998)

2
c. Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari masuk sampai keluar rumah sakit.
Mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat perencana asuhan
dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus
menerus antara pasien dengan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan,
dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
Konsep dasar metode primer :
1. Ada tanggungjawab dan tanggunggugat
2. Ada otonomi
3. Ketertiban pasien dan keluarga
Kelebihannya :
1. Model praktek profesional
2. Bersifat kontinuitas dan komprehensif
3. Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri → kepuasan perawat
4. Klien/keluarga lebih mengenal siapa yang merawatnya
Kelemahannya :
1. Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang
memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang
tepat, menguasai keperawatan klinik, akontable serta mampu berkolaborasi dengan
berbagai disiplin.
2. Biaya lebih besar

Kepala Ruang Kepala Ruang Kepala Ruang

Perawat Primer

Pasien/Klien

Perawat pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana


Evening Night Jika diperlukan Days

Gambar 3 : Diagram sistem asuhan keperawatan “ Primary Nursing “ (Marquis dan


Huston, 1998)

3
d. Metode Kasus
Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani seluruh kebutuhannya pada
saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode
penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, umumnya dilaksanakan untuk
perawat privat atau untuk perawatan khusus seperti : isolasi, intensive care.
Kelebihan :
1. Perawat lebih memahami kasus per kasus
2. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kekurangan :
1. Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggungjawab
2. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama

Kepala Ruang

Keta Tim Ketua Tim Ketua Tim

Pasien/Klien Pasien/Klien Pasien/Klien

Gambar 4 : Sistem sistem asuhan keperawatan “ Case Method Nursing “ (Marquis dan
Huston, 1998)

C. KATEGORI DAN JUMLAH TENAGA PERAWAT


Dalam menentukan kebutuhan tenaga keperawatan harus memperhatikan beberapa
faktor yang terkait beban kerja perawat, diantaranya seperti berikut :
a. Jumlah klien yang dirawat/hari/bulan/tahun dalam suatu unit
b. Kondisi atau tingkat ketergantungan klien
c. Rata-rata hari perawatan klien
d. Pengukuran perawatan langsung dan tidak langsung
e. Frekuensi tindakan yang dibutuhkan
f. Rata-rata waktu keperawatan langsung dan tidak langsung
g. Pemberian cuti

D. FORMULA DAN PERHITUNGAN JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN

Metode Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan


Berikut ini akan dipaparkan beberapa pedoman dalam perhitungan kebutuhan tenaga
keperawatan di ruang rawat inap.
1. Pedoman cara perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan (DepKes RI, 2005)
a. Pengelompokan unit kerja rumah sakit

4
Kebutuhan tenaga keperawatan (perawat dan bidan)harus memperhatikan unit kerja
yang ada di rumah sakit. Secara garis besar terdapat pengelompokan unit kerja di
rumah sakit sebagai berikut :
 Rawat inap dewasa
 Rawat inap anak/perinatal
 Rawat inap intensif
 Gawat darurat (IGD)
 Kamar bersalin
 Kamar operasi
 Rawat jalan
b. Model pendekatan dalam perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan
Beberapa model pendekatan yang dapat dipergunakan dalam perhitungan kebutuhan
tenaga keperawatan (perawat dan bidan) di ruang rawat inap rumah sakit.
 Cara perhitungan berdasarkan klasifikasi pasien :
1) Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
2) Rata pasien per hari
3) Jam perawatan yang diperlukan/hari/pasien
4) Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari
5) Jam efektif setiap perawat/bidan adalah tujuh jam per hari

5
Tabel. Contoh Perhitungan dalam satu ruangan Berdasarkan Klasifikasi pasien
No. Jenis / Kategori Rata-rata Rata-rata jam Jumlah
pasien/hari perawatan/pasien/hari perawatan/hari
a b C d e
1 Pasien penyakit dalam 10 3,5 35
2 Pasien bedah 8 4 32
3 Pasien gawat 1 10 10
4 Pasien anak 3 4,5 13,5
5 Pasien kebidanan 1 2,5 2,5
Jumlah 23 93,0

Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan adalah:


Jumlah jam perawatan = 93 = 13 perawat
Jam kerja efektif per shif

Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi) dengan hari
libur/cuti/hari besar (loss day)
Loss day =
Jumlah hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar x jumlah perawat tersedia
Jumlah hari kerja efektif

52 + 12 + 14 + = 78 hari x 13 = 3,5 orang


286
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non-keperawatan (non-nursing
jobs), seperti : membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat
makan pasien dan lain-lain, diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan.
(Jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25%
(13 + 3,5) x 25% = 4,1
Jumlah tenaga : tenaga yang tersedia + faktor koreksi
= 16,5 + 4,1 = 20,6 (dibulatkan 21 perawat/bidan)
Jadi tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk contoh tersebut adalah 21 orang.
 Tingkat Ketergantungan Pasien :
Pasien diklasifikasikan dalam beberapa kategori yang didasarkan pada kebutuhan
terhadap asuhan keperawatan/kebidanan.
1) Asuhan keperawatan minimal (minimal care), dengan kriteria:
a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri;
b) Makan dan minum dilakukan sendiri;
c) Ambulasi dengan pengawasan;
d) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap sif;
e) Pengobatan minimal, status psikologis stabil;
2) Asuhan keperawatan sedang, dengan kriteria:
a) Kebersihan diri dibantu, makan, minum, dibantu;
b) Observasi tanda-tanda vital setiap 2-4 jam sekali;
c) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali;
3) Asuhan keperawatan agak berat, dengan kriteria:
a) Sebagian besar aktivitas dibantu;
b) Observasi tanda-tanda vital setiap 2-4 jam sekali;
c) Terpasang folley chateter, intake output dicatat;
d) Terpasang infus;

6
e) Pengobatan lebih dari sekali;
f) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
4) Asuhan keperawatan maksimal, dengan kriteria:
a) Segala aktivitas dibantu oleh perawat;
b) Posisi pasien diatur dan diobservasi tanda-tanda vital setiap dua jam ;
c) Makan memerlukan NGT dan menggunakan suction;
d) Gelisah/disorientasi

Jumlah jam perawat yang dibutuhkan adalah :


Jumlah jam perawatan di ruangan/hari
Jam efktif perawat
Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut ditambah (faktor koreksi) dengan :
 Hari libur/cuti/hari besar (loss day)
Loss day =
Jumlah hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar x jumlah perawat yang diperlukan
Jumlah hari kerja efektif
 Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non-keperawatan
(non-nursing jobs) seperti contohnya; membuat perincian pasien pulang,
kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan pasien, dan lain-lain
diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan.
(Jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25%

2. Metode Gillis
Rumus kebutuhan tenaga keperawatan di satu unit perawatan adalah ;

AxBxC F
= =H
(C-D) x E G
Keterangan :
A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B = rata-rata jumlah pasien/hari
C = jumlah hari/tahun
D = jumlah hari libur masing-masing perawat
E = jumlah jam kerja masing-masing perawat
F = jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
G = jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
H = jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
3. Metode Formulasi Nina
Dalam metode ini terdapat lima tahapan dalam menghitung kebutuhan tenaga.
a. Tahap I
Dihitung A = jumlah jam perawatan pasien dalam 24 jam per pasien
b. Tahap II
Dihitung B = jumlah rata-rata jam perawatan untuk seluruh pasien dalam satu hari
B = A x tempat tidur
c. Tahap III
Dihitung C = jumlah jam perawatan seluruh pasien selam setahun
C = B x 365
d. Tahap IV
dihitung D = jumlah perkiraan realistis jam perawatan yang dibutuhkan selama
setahun. D = C x BOR / 80. 80m adalah nilai tetap untuk perkiraan realistis jam
perawatan
7
e. Tahap V
Didapatkan E = jumlah tenaga perawat yang diperlukan
E = D / 1878
Angka 1878 didapatkan dari hari efektif per tahun (365-52 hari minggu = 313 hari)
dan dikalikan dengan jam kerja efektif per hari (6 jam)

4. Metode hasil lokakarya keperawatan


Menurut hasil lokakarya keperawatan adsalah sebagai berikut.
Jam perawatan 24 jam x 7 (tempat tidur x BOR)
+ 25%
Hari kerja efektif x 40 jam
Formula ini memperhitungkan hari kerja efektif yaitu 41 minggu. Tambahan 25% adalah
untuk penyesuaian terhadap produktivitas.
5. Metode Douglas
Bagi pasien rawat inap, standar waktu pelayanan pasien adalah:
a. Perawatan minimal memerlukan waktu : 1-2 jam/24 jam
b. Perawatan intermediate memerlukan waktu : 3-4 jam/24 jam
c. Perawatan maksimal/total memerlukan waktu : 5-6 jam/24 jam

Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori tersebut adalah sebagai berikut.
a. Kategori I : perawatan mandiri. Kriteria pada klasifikasi ini adalah pasien masih dapat
melakukan sendiri kebersihan diri, mandi, ganti pakaian, makan, minum, penampilan
secara umum baik, tidak ada reaksi emosional. Pasien perlu diawasi ketika melakukan
ambulasi atau gerakan. Pasien perlu dilakukan observasi setiap sif, pengobatan
minimal dan persiapan prosedur memerlukan pengobatan.
b. Kategori II : perawatan intermediate. Kriteria pasien pada klasifikasi ini adalah
memerlukan bantuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti makan, mengatur
posisi waktu makan, memberi dorongan agar makan, bantuan dalam eliminasi dan
kebersihan diri, tindakan perawatan untuk memonitor tanda-tanda vital, memeriksa
produksi urine, fungsi fisiologis, status emosional, kelancaran drainase (infus),
bantuan dalam pendidikan kesehatan serta persiapan pengobatan memerlukan
prosedur.
c. Kategori III : perawatan total. Kriteria pasien pada klasifikasi ini adalah tidak dapat
melakukan sendiri kebutuhan sehari-harinya, semua kebutuhan dibantu oleh perawat,
penampilan pasien sakit berat, pasien memerlukan observasi tanda-tanda vital setiap
dua jam, menggunakan selang nasogatrik (NGT), menggunakan terapi intra vena,
pemakaian alat penghisap (suction) dan kadang pasien dalam kondisi
gelisah/disorientasi.
Douglas menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam satu unit perawatan
berdasarkan klasifikasi pasien, di mana masing-masing kategori memiliki nilai
standar per sif, yaitu pada tabel di bawah ini.
Tabel. Nilai standar Jumlah Perawat per Shift Berdasarkan Klasifikasi pasien
Klasifikasi Pasien
Jumlah
Minimal Parsial Total
Pasien
P S M P S M P S M
1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,21 0,21 1,08 0,90 0,60
Dst

8
6. Menghitung tenaga perawat bersasarkan Full Time Equivalent (FTE).
Keputusan untuk penentuan jumlah dan jenis perawat adalah berdasarkan pada populasi
pasien yang mendapatkan perawatan, tingkat pendidikan dan ketrampilan perawat serta
filosofi organisasi tentang perawat dan perawatan pasien. Penentuan jumlah dan jenis
perawat dilakukan berdasarkan Full Time Equivalent (FTE).konsep FTE didasarkan
bahwa seorang perawat bekerja penuh waktu dalam setahun, artinya bekerja selama 40
jam/minggu atau 2.080 jam dalam periode 52 minggu

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Situasi dan Kondisi Rumah Sakit


1. Hasil survei di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Juni 2011 didapatkan bahwa,
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan memiliki 10 ruang rawat inap yaitu terdiri dari
5 ruang penyakit dalam/ internis (St. Melania, St. Ignatius, St. Fransiskus, St.
Yosep, dan St. Pia), 2 ruang bedah (St. Maria dan St. Marta), 1 ruang anak (St.
Theresia), 1 ruang perinatologi (St. Monika), dan 1 ruang kebidanan (St. Elisabeth).
Jumlah perawat di ruang rawat inap rumah sakit tersebut 159 perawat yang terdiri
dari 10 orang kepala ruang dan 149 orang perawat pelaksana. Latar belakang
pendidikan kepala ruang 10% S1 keperawatan dan 90% DIII keperawatan, latar
belakang pendidikan perawat pelaksana 87,25% DIII keperawatan, 10,07% D III
kebidanan, dan 2,68% SPK.
2. Data Bed Occupancy Ratio (BOR) ruang rawat inap Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan pada tahun 2010 diperoleh hasil 61,55 %, untuk data asuhan keperawatan
yang belum lengkap dimulai bulan Januari-Maret 2011 diperoleh 29,19 %.
3. Pengalaman kerja perawat > 80 % bekerja di RS lebih dari 6 tahun.
4. Tenaga perawat selalu diberikan pelatihan yang diselenggarakan oleh DIKLAT RS
secara berkala maksimal 6 bulan sekali.
B. Pendekatan Pemberian Pelayanan
Metode penggunaan asuhan keperawatan adalah metode TIM.
1) Struktur Organisasi

Kepala Ruang

Ka. TIM A Ka. TIM B

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana

Pasien Pasien

2) Desain Kerja
Menggunakan metode TIM
3) Tupoksi
1) Tanggung Jawab Karu :
i. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
ii. Membantu staf menetapkan sasaran dari ruangan
9
iii. Memberi kesempatan katim untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan
dan managemen
iv. Mengorientasikan tenaga baru
v. Menjadi narasumber bagi tim
vi. Mendorong kemampuan staf untuk menggunakan riset keperawatan
vii. Menciptakan iklim komunikasi terbuka
2) Tanggung Jawab Katim :
i. Melakukan orientasi kepada pasien baru & keluarga
ii. Mengkaji setiap klien, menganalisa, menetapkan rencana keperawatan (renpra),
menerapkan tindakan keperawatan dan mengevaluasi renpra
iii. Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis melalui komunikasi yang
konsisten
iv. Membagi tugas anggota tim dan merencanakan kontinuitas asuhan keperawatan
melalui konfrens
v. Membimbing dan mengawasi pelaksanan asuhan keperawatan oleh anggota tim
vi. Bertanggung jawab terhadap kepala ruangan
3) Tanggung Jawab Anggota Tim :
i. Melaksanakan perawatan sesuai renpra yang dibuat katim
ii. Memberikan perawatan total/komprehensif pada sejumlah pasien
iii. Bertanggung jawab atas keputusan keperawatan selama katim tidak ada di tempat
iv. Berkontribusi thd perawatan
v. observasi terus menerus
vi. ikut ronde keperawatan
vii. berinteraksi dgn pasien & keluarga
viii. berkontribusi dgn katim/karu bila ada masalah

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Analisa TUPOKSI
Tupoksi yang dibuat oleh RS masih sangat teoritis belum nyata sehingga karu, Ka Tim
dan Perawat pelaksana dalam melaksanakan tugasnya masih menebak-nebak tupoksi yang
akan mereka jalankan. Kelompok mengusulkan Tupoksi dibuat lebih operasional, contohnya
:
 Tanggung Jawab Karu :
a. Menghitung klasifikasi tingkat ketergantungan pasien setiap hari (Dinas Pagi)
b. Membagi pasien dalam TIM A dan TIM B sesuai tingkat ketergantungan secara
seimbang
c. Memberi kesempatan katim untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan dan
managemen melalui supervisi dan mendelegasika tugas kepada anggota TIM
d. Mengorientasikan tenaga baru
e. Membantu Katim apabila ada permalasahan yang tidak bisa diselesaikan dalam TIM
f. Mendorong kemampuan staf untuk membuat makalah atau mengambil satu pasien
sebagai kasus dan dipresentasikan di Ruangan setiap maksimal 3 bulan sekali
g. Melakukan supervisi harian kepada perawat yang bertugas dan melakukan bimbingan
dan arahan apabila perawat mendapatkan masalah yang sulit dipecahkan

 Tanggung Jawab Katim :


a. Mengorientasikan lingkungan Ruangan kepada pasien baru & keluarga
b. Mengkaji setiap klien, menganalisa, menetapkan rencana keperawatan (renpra),
menerapkan tindakan keperawatan dan mengevaluasi renpra
c. Melakukan Kolaborasi dengan Tim Medis untuk memecahkan masalah pasien
d. Membagi tugas kepada anggota tim (sesuai tingkat ketergantungan pasien) dan
merencanakan kontinuitas asuhan keperawatan melalui konfrens
10
e. Membimbing dan mengawasi pelaksanan asuhan keperawatan oleh anggota tim
f. Melaporkan kegiatan yang dilaksanakan beserta kesulitan yang dihadapi kepada
kepala ruang

 Tanggung Jawab Anggota Tim :


a. Melaksanakan perawatan sesuai renpra yang dibuat katim
b. Memberikan perawatan total/komprehensif pada sejumlah pasien
c. Bertanggung jawab atas keputusan keperawatan selama katim tidak ada di tempat
(menerima delegasi dari Katim)
d. Melakukan tindakan keperawatan
 observasi terus menerus
 ikut ronde keperawatan
 berinteraksi dgn pasien & keluarga
 berkontribusi dgn katim/karu bila ada masalah

B. Analisa Beban Kerja


Contoh satu Ruangan A :
Jumlah perawat = 22 orang D III Keperawatan = 20 orang, dan S1 Keperawatan = 2
orang). Semua perawat sudah mendapatkan pelatihan tentang penanggulangan gawat
darurat, cara mendokumentasikan asuhan keperawatan dari DIKLAT RS.
BOR = 78.57 %
Jumlah pasient = 22 orang di mana 6 orang dengan ketergantungan minimal, 6 orang
dengan ketergantungan partial dan 10 orang dengan ketergantungan total

1. Maka jumlah perawat yang dibutuhkan menurut Douglas adalah :


Minimal Partial Total Jumlah
Pagi 0,17x 6=1,02 0,27x 6=1,62 0,36x 10=3,6 6,24 orang
Sore 0,14x 6=0,84 0,15x 6=0,9 0,3x 10=3 4,74 orang
Malam 0,07x 6=0,42 0,10x 6=0,6 0,2x 10=2 3,02 orang
Secara keseluruhan perawat/hari = 14 orang

Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi) dengan hari
libur/cuti/hari besar (loss day)
Loss day =
Jumlah hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar x jumlah perawat tersedia
Jumlah hari kerja efektif

52 + 12 + 14 = 78 hari x 14 = 3,82 orang = 4 orang


286
Jumlah tenaga = tenaga yang tersedia + faktor koreksi
= 14 + 4 = 18 orang
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan ruang tersebut menurut Douglas adalah
18 orang

11
 Menurut Gillis :
Rumus kebutuhan tenaga keperawatan di satu unit perawatan adalah ;
AxBxC F
= =H
(C-D) x E G
A: rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari = 5 jam/hari
B: rata-rata jumlah pasien/hari = 22 klien/hari
C: Jumlah hari / tahun = 286 hari
D: Jumlah hari libur masing-masing perawat = 78 hari
E: Jumlah jam kerja masing-masing perawat = 7 jam/hari
F: jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
5 x 22 x 286 = 31460 = 21,6 orang = 22 orang
(286-78) x 7 1456
Jadi jumlah perawat ruang tersebut menurut Gillies adalah 22 orang
 Menurut Depkes RI :
Rata-rata pasien di Ruangan A
No. Jenis / Kategori Rata-rata Rata-rata jam Jumlah
pasien/hari perawatan/pasien/hari perawatan/hari
a B C d E
1 Pasien penyakit dalam 22 3,5 77

Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan adalah :


Jumlah jam perawatan = 77 = 11 perawat
Jam kerja efektif per shif 7

Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi) dengan hari
libur/cuti/hari besar (loss day)
Loss day =
Jumlah hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar x jumlah perawat tersedia
Jumlah hari kerja efektif

52 + 12 + 14 = 78 hari x 11 = 2,99 orang


286

(Jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25%


(11 + 2,9) x 25% = 3,48 (3,5)
Jumlah tenaga : tenaga yang tersedia + faktor koreksi
= 11 + 3,5 = 14,5 orang = 15 orang

12
Jadi tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk ruang tersebut menurut Depkes RI adalah
15 orang.

C. Dari perhitungan tanaga di atas bisa disimpulkan bahwa jumlah perawat di ruang A
sudah sesuai dengan perhitungan menurut Gillies. Tetapi situasi ruangan yang ada di
dapatkan data asuhan keperawatan yang belum lengkap 29,19%. Berdasarkan data
tersebut kinerja perawat sangat dibutuhkan sehingga diperoleh mutu pelayanan
keperawatan yang memuaskan bagi klien. Dalam rangka meningkatkan kinerja perawat
dalam proses keperawatan, diperlukan pelaksanaan supervisi yang dapat dilakukan oleh
kepala ruang kepada perawat pelaksana.

D. Solusi yang ditawarkan untuk perbaikan ruangan rumah sakit


 Perencanaan
1. Analisis beban kerja perawat
2. Membuat uraian tugas perawat
3. Menyesuaikan tindakan keperawatan sesuai SAK dan SOP yang berlaku
4. Desiminasi mengenai tugas dan tanggung jawab perawat dalam pertemuan rutin
ruangan
5. Merencanakan pelaksanaan metode penugasan Keperawatan Primer

 Pengorganisasian
1. Pemimpin (Kepala Ruangan) memilih KaTim yang benar-benar bisa mempunya
kepemimpinan / leadership yang bagus (sudah mengikuti pelatihan manajemen
dan kepemimpinan tenaga RS)
2. Karu melakukan pembagian kerja yang seimbang antara TIM A dan TIM B
3. Karu merencanakan pengembangan staf (perawat diajukan mengikuti pelatihan
manajemen dan kepemimpinan, pelatihan asuhan keperawatan yang profesional,
dll)

 Actuating
1. Karu Membagi Tim sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien
2. Kepala Ruang menyusun jadwal dinas dengan memperhatikan perbandingan
perawat yang memiliki masa kerja yang lebih lama bekerja seimbang yang
masih perawat baru
3. Mengadakan rapat rutin setiap akhir bulan

 Controling
1.Katim : memeriksa dokumentasi keperawatan setiap hari
2. Karu/Katim melakukan supervisi langsung pada perawat terutama perawat baru
3. Karu : memeriksa dokumentasi asuhan keperawatan setiap minggu

13

Anda mungkin juga menyukai