PENDAHULUAN
Rumah sakit sebagai salah satu bentuk organisasi pelayanan kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif mencakup aspek promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif bagi seluruh lapisan masyarakat, sering kali
mengalami permasalahan yang menyangkut tentang ketidakpuasan masyarakat terhadap
mutu pelayanan rumah sakit yang dianggap kurang memadai atau memuaskan. Dalam
rangka menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan, maka salah satu aspek yang perlu
mendapat perhatian adalah kualitas pelayanan keperawatan. (Depkes RI, 1994)
Kepala Ruangan
Perawat :
Perawat : Perawat : Bagian
Bertanggung Perawat :
Memberikan administrasi/
Jawab terhadap Merawat luka
Terapi Rumah Tangga
Obat
Pasien
Staf Keperawatan
Staf Keperawatan
Staf Keperawatan
Pasien/Klien
Pasien/Klien
Pasien/Klien
1. Kelebihan
1) Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif dan
holistik.
2) Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.
3) Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk belajar.
4) Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal.
5) Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
secara efektif.
6) Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim dapat
menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf secara
keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai
kontribusi terhadap hasil asuhan keperawatan yang diberikan.
7) Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
8) Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas.
2. Kelemahan
1) Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervisi
anggota tim dan harus mempunyai keterampilan yang tinggi baik sebagai
perawat pemimpin maupun perawat klinik.
2) Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila konsepnya
tidak diimplementasikan dengan total.
3) Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
ditiadakan, sehingga komunikasi antar angota tim terganggu.
4) Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman selalu tergantung
staf, berlindung kepada anggota tim yang mampu.
5) Akontabilitas dari tim menjadi kabur.
6) Tidak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena
membutuhkan tenaga yang mempunyai keterampilan tinggi.
Kepala Ruangan
2. Kelebihan
1) Perawat primer mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan untuk pengembangan diri.
2) Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi meningkatkan
motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat.
3) Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan perawat primer
dalam memberikan atau mengarahkan perawatan sepanjang hospitalisasi.
4) Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran manajer
operasional dan administrasi.
5) Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberiikan asuhan
keperawatan secara holistik. Kepuasan yang dirasakan oleh perawat primer
adalah memungkinkan pengembangan diri melalui penerapan ilmu
pengetahuan.
6) Staf medis juga merasakan kepuasan karena senantiasa informasi tentang
kondisi klien selalu mutakhir dan komprehensif serta informasi dapat
diperoleh dari satu perawat yang benar-benar mengetahui keadaan kliennya.
7) Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas mereka.
8) Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan
supervisi dan lebih banyak waktu untuk aktivitas langsung kepada klien.
9) Pasien terlihat lebih menghargai. Pasien merasa dimanusiakan karena
terpenuhi kebutuhannya secara individu.
10) Asuhan keperawatan berfokus pada kebutuhan klien.
11) Profesi lain lebih menghargai karena dapat berkonsultasi dengan perawat
yang mengetahui semua tentang kliennya.
12) Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
13) Meningkatnya hubungan antara perawat dan klien.
14) Metode ini mendukung pelayanan profesional.
15) Rumah sakit tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan
tetapi harus berkualitas tinggi.
3. Kelemahan
1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
2) Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri, memiliki
akontabilitas dan kemampuan untuk mengkaji serta merencanakan asuhan
keperawatan untuk klien.
3) Akontabilitas yang total dapat membuat jenuh.
4) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama.
5) Biaya relatif tinggi dibanding metode penugasan yang lain.
4. Ketenagaan metode primer
1) Setiap perawat primer adalah perawat “bedside”
2) Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer
3) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
4) Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun non
professional sebagai perawat asisten.
Perawat Primer
Pasien/Klien
G. Metode Modular
Metode Modular yaitu pengorganisasian pelayanan / asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat profesional dan non profesional (trampil) untuk sekelompok
klien dari mulai masuk rumah sakit sampai pulang disebut tanggung jawab total
atau keseluruhan. Untuk metode ini diperlukan perawat yang berpengetahuan,
terampil dan memiliki kemampuan kepemimpinan. Idealnya 2-3 perawat untuk 8-
12 orang klien.
Metode modular atau metode modifikasi adalah penggunaan metode asuhan
keperawatan dengan modifikasi antara tim dan primer.
Sekalipun dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan
metode ini dilakukan oleh dua hingga tiga perawat, tanggung jawab paling besar
tetap ada pada perawat professional. Perawat professional memiliki kewajiban
untuk memimbing dan melatih non professional. Apabila perawat professional
sebagai ketua tim dalam keperawatan modular ini tidak masuk, tugas dan tanggung
jawab dapat digantikan oleh perawat professional lainnya yang berperan sebagai
ketua tim.
Peran perawat kepala ruangan (nurse unit manager) diarahkan dalam hal
membuat jadwal dinas dengan mempertimbangkan kecocokan anggota dalam
bekerja sama, dan berperan sebagai fasilitator, pembimbing secara motivator.
1. Kelebihan
1) Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif dan holistik
dengan pertanggungjawaban yang jelas.
2) Memungkinkan pencapaian proses keperawatan
3) Konflik atau perbedaan pendapat antar staf daapt ditekan melalui rapat tim,
cara ini efektif untuk belajar.
4) Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
5) Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
dengan aman dan efektif.
6) Produktif karena kerjasama, komunikasi dan moral
7) Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau diterapkan.
8) Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
9) Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga yang menerima asuhan
keperawatan
10) Lebih mencerminkan otonomi
11) Menurunkan dana perawatan
2. Kekurangan
1) Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin
yang sederhana terlewatkan.
2) Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung
jawab klien bertugas
3) Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional
4) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain karena lebih banyak
menggunakan perawat profesional.
5) Perawat harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi
kesehatan/kedokteran
6) Perawat anggota dapat merasa kehilangan kewenangan
7) Masalah komunikasi
Kepala Ruangan