Anda di halaman 1dari 17

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK

DINAS KESEHATAN, PENGENDALIAN PENDUDUK


DAN KELUARGA BERENCANA
PUSKESMAS TUGU
Jl. Raya Trenggalek - Ponorogo Km. 7 Telp (0355) 792350
TUGU 66352

KERANGKA ACUAN KEGIATAN


PENENTUAN SISTIM/ METODE PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN
DI RAWAT JALAN

I. PENDAHULUAN
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat di
tentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan professional.
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan
keperawatan dan tuntutan perkembangan iptek, maka metode system pemberian
asuhan keperawatan harus efektif dan efisien (Nursalam, 2014).
Hubungan yang baik antara pasien dan perawat dapat dilakukan apabila
menerapkan suatu model asuhan keperawatan yang baik. Dengan demikian,
maka pelayanan pasien menjadi sempurna sehingga dapat meningkatkan
kepuasan pasien. Asuhan keperawatan yang rendah menyebabkan mutu
pelayanan keperawatan juga menurun dan akhirnya memicu ketidakpuasaan
pasien (Hidayah, 2014).
Ada beberapa metode system pemberian asuhan keperawatan kepada
pasien. Mc. Laughin, Thomas, dan Barterm (1995) mengidentifikasikan dengan
delapan model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum
digunakan di rumah sakit adalah asuhan keperawatan total, keperawatan tim, dan
keperawatan primer. Dari beberapa metode yang ada, institusi pelayanan perlu
mempertimbangkankesesuaian metode tersebut untuk diterapkan. Tetapi, setiap
unit keperawatan mempunyai upaya untuk menyeleksi model untuk mengelola
asuhan keperawatan berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan, sarana dan
prasarana, dan kebijakan institusi (Nursalam, 2014).
II. TUJUAN
1. Tujuan umum
Memberikan pelayanan asuhan keperawatan yang berkualitas untuk pasien
di rawat jalan
2. Tujuan khusus
1. Meningkatkan kinerja perawat rawat jalan
2. Perawat mampu melayani pasien dengan optimal sesuai asuhan
keperawatan
3. Pasien mendapatkan pelayanan sesuai dengan permasalahan kesehatannya

III. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


1) Sosialisasi tentang metode penugasan dalam pelayanan keperawatan
2) Penentuan metode penugasan yang sesuai dengan pelayanan di rawat jalan
3) Diskusi, membuat kesepakatan dalam penentuan metode penugasan

IV. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


1. Membuat kerangka acuan kegiatan pertemuan
2. Membuat undangan yang dihadiri perawat di rawat jalan
3. Sosialisasi tentang metode penugasan dalam pelayanan keperawatan
4. Membuat kesepakatan bersama dalam penentuan metode penugasan

V. SASARAN
Semua perawat di rawat jalan ( poli umum, lansia, mtbs, remaja)

VI. JADWAL PELAKSANAAN


Hari Senin, tanggal 11 Januari 2021 pukul 11.00 WIB di aula Puskesmas Tugu

VII. EVALUASI
Evaluasi tiap bulan dilakukan oleh perawat penanggung jawab rawat jalan
dengan melakukan supervisi (melalui minlok) 1 bulan setelah dilaksanakan
kesepakatan

VIII. PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN


Apabila dalam pelaksanaan kegiatan ada hambatan segera dilaporkan ke
penanggung jawab rawat jalan atau ke penanggung jawab UKP.
MENGETAHUI
Plt. KEPALA PUSKESMAS TUGU Pelaksana kegiatan

dr. Yenny Survianingtyas Ns. Ratna Dwi W., S.Kep


NIP. 19750626 200903 2 004 NIP. 19850218 200903 2008
MATERI

Macam metode asuhan keperawatan

1. Metode Fungsional

Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian

tugas dan prosedur keperawatan. Perawat ditugaskan untuk melakukan tugas

tertentu untuk dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di suatu ruangan.

Model ini digambarkan sebagai keperawatan yang berorientasi pada tugas

dimana fungsi keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap anggota staff.

Setiap staff perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan pada

semua pasien dibangsal. Misalnya seorang perawat bertanggung jawab untuk

pemberian obat-obatan, seorang yang lain untuk tindakan perawatan luka,

seorang lagi mengatur pemberian intravena, seorang lagi ditugaskan pada

penerimaan dan pemulangan, yang lain memberi bantuan mandi dan tidak ada

perawat yang bertanggung jawab penuh untuk perawatan seorang pasien.

Seorang perawat bertanggung jawab kepada manajer perawat. Perawat

senior menyibukan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pelaksana

pada tindakan keperawatan. Penugasan yang dilakukan pada model ini

berdasarkan kriteria efisiensi, tugas didistribusikan berdasarkan tingkat

kemampuan masing-masing perawat dan dipilih perawat yang paling murah.

Kepala ruangan terlebih dahulu mengidentifikasm tingkat kesulitan tindakan,

selanjutnya ditetapkan perawat yang akan bertanggung jawab mengerjakan

tindakan yang dimaksud. Model fungsional ini merupakan metode praktek

keperawatan yang paling tua yang dilaksanakan oleh perawat dan berkembang

pada saat perang dunia kedua.


Kelebihan :

- Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu singkat

dengan pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik

- Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga

- Perawat akan trampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja

- Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai kerja.

- Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang

berpengalaman untuk tugas sederhana.

- Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang

melakukan praktek untuk ketrampilan tertentu.

Kelemahan :

- Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga kesulitan

dalam penerapan proses keperawatan.

- Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas pekerjaan.

- Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan

ketrampilan saja

- Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya.

- Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat

- Hubungan perawat dank klien sulit terbentuk


2. Metode TIM

Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan

menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini

dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman kerja serta memiliki

pengetahuan dibidangnya (Regestered Nurse). Pembagian tugas dalam kelompok

dilakukan oleh pimpinan kelompok/ ketua group dan ketua group bertanggung

jawab dalam mengarahkan anggota group / tim. Selain itu ketua group

bertugas memberi pengarahan dan menerima laporan kemajuan pelayanan

keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas

apabila menjalani kesulitan dan selanjutnya ketua tim melaporkan pada kepala

ruang tentang kemajuan pelayanan / asuhan keperawatan terhadap klien.

Keperawatan Tim berkembang pada awal tahun 1950-an, saat berbagai

pemimpin keperawatan memutuskan bahwa pendekatan tim dapat menyatukan

perbedaan katagori perawat pelaksana dan sebagai upaya untuk menurunkan

masalah yang timbul akibat penggunaan model fungsional. Pada model tim,

perawat bekerja sama memberikan asuhan keperawatan untuk sekelompok pasien

di bawah arahan/pimpinan seorang perawat profesional (Marquis & Huston,

2000).

Dibawah pimpinan perawat professional, kelompok perawat akan dapat

bekerja bersama untuk memenuhi sebagai perawat fungsional. Penugasan

terhadap pasien dibuat untuk tim yang terdiri dari ketua tim dan anggota tim.

Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok

mempunyai kontriibusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan

keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang

tinggi. Setiap anggota tim akan merasakan kepuasan karena diakui

kontribusmnya di dalam mencapai tujuan bersama yaitu mencapai kualitas


asuhan keperawatan yang bermutu. Potensi setiap anggota tim saling melengkapi

menjadi suatu kekuatan yang dapat meningkatkan kemampuan kepemimpinan

serta menimbulkan rasa kebersamaan dalam setiap upaya dalam pemberian

asuhan keperawatan.

Pelaksanaan konsep tim sangat tergantung pada filosofi ketua tim

apakah berorientasi pada tugas atau pada klien. Perawat yang berperan sebagai

ketua tim bertanggung jawab untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan semua

pasien yang ada di dalam timnya dan merencanakan perawatan klien. Tugas

ketua tim meliputi: mengkaji anggota tim, memberi arahan perawatan untuk

klien, melakukan pendidikan kesehatan, mengkoordinasikan aktivitas klien.

Kelebihan :

- Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif.

- Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.

- Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk belajar.

- Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal.

- Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda

secara efektif.

- Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim dapat

menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf secara

keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai

kontribusi terhadap hasil asuhan keperawatan yang diberikan

- Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat

dipertanggungjawabkan
- Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas

Kelemahan :

- Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervisi

anggota tim dan harus mempunyai keterampilan yang tinggi baik sebagai

perawat pemimpin maupun perawat klinik

- Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila konsepnya tidak

diimplementasikan dengan total

- Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim

ditiadakan, sehingga komunikasi antar angota tim terganggu.

- Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman selalu tergantung

staf, berlindung kepada anggota tim yang mampu.

- Akontabilitas dari tim menjadi kabur.

- Tidak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena

membutuhkan tenaga yang mempunyai keterampilan tinggi.

Tanggung jawab Kepala Ruang

- Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan standar asuhan

keperawatan.

- Mengorganisir pembagian tim dan pasien

- Memberi kesempatan pada ketua tim untuk mengembangkan kepemimpinan.

- Menjadi nara sumber bagi ketua tim.

- Mengorientasikan tenaga keperawatan yang baru tentang metode/model tim

dalam pemberian asuhan keperawatan.


- Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di ruangannya,

- Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di ruangannya,

- Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang lainnya,

- Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya, kemudian

menindak lanjutinya,

- Memotivasi staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset keperawatan.

- Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf.

Tanggung jawab ketua tim :

- Mengatur jadual dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala ruangan,

- Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang

didelegasikan oleh kepala ruangan.

- Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan

keperawatan bersama-sama anggota timnya,

- Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan medik.

- Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan bimbingan

melalui konferens.

- Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang diharapkan

serta mendokumentasikannya.

- Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang

pelaksanaan asuhan keperawatan,

- Menyelenggarakan konferensi
- Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan

asuhan keperawatan,

- Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggungjawab timnya,

- Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan,

Tanggung jawab anggota tim

- Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan.

- Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah diberikan

berdasarkan respon klien.

- Berpartisipasi dalam setiap memberiikan masukan untuk meningkatkan

asuhan keperawatan

- Menghargai bantuan dan bimbingan dan ketua tim.

- Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim.

- Memberikan laporan

3. Metode Primer.

Model primer dikembangkan pada awal tahun 1970-an, menggunakan

beberapa konsep dan perawatan total pasien. Keperawatan primer merupakan

suatu metode pemberian asuhan keperawatan di mana perawat primer

bertanggung jawab selama 24 jam terhadap perencanaan pelaksanaan

pengevaIuasi satu atau beberapa klien dan sejak klien masuk rumah sakit sampai

pasien dinyatakan pulang. Selama jam kerja, perawat primer memberikan

perawatan langsung secara total untuk klien. Ketika perawat primer tidak sedang

bertugas, perawatan diberikan/didelegasikan kepada perawat asosiet yang

mengikuti rencana keperawatan yang telah disusuni oleh perawat primer.


Pada model ini, klien, keluarga, staf medik dan staf keperawatan akan

mengetahui bahwa pasien tertentu akan merupakan tanggung jawab perawat

primer tertentu. Setiap perawat primer mempunyai 4-6 pasien. Seorang perawat

primer mempunyai kewenangan untuk melakukan rujukan kepada pekerja sosial,

kontak dengan lembaga sosial masyarakat membuat jadual perjanjian klinik,

mengadakan kunjungan rumah, dan lain sebagainya. Dengan diberikannya

kewenangan tersebut, maka dituntut akontabilitas yang tinggi terhadap hasil

pelayanan yang diberikan.

Tanggung jawab mencakup periode 24 jam, dengan perawat kolega yang

memberikan perawatan bila perawat primer tidak ada. Perawatan yang yang

diberikan direncanakan dan ditentukan secara total oleh perawat primer. Metode

keperawatan primer mendorong praktek kemandirian perawat, yang ditandai

dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat

yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan

keperawatan selama pasien dirawat. Perawat primer bertanggung jawab untuk

membangun komunikasi yang jelas di antara pasien, dokter, perawat asosiet, dan

anggota tim kesehatan lain. Walaupun perawat primer membuat rencana

keperawatan, umpan balik dari orang lain diperlukan untuk pengkoordinasian

asuhan keperawatan klien

Dalam menetapkan seseorang menjadi perawat primer perlu berhati-hati

karena memerlukan beberapa kriteria, di antaranya dalam menetapkan

kemampuan asertif, self direction kemampuan mengambil keputusan yang tepat,

menguasai keperawatan klinik, akuntabel serta mampu berkolaborasi dengan

baik antar berbagai disiplin ilmu. Di negara maju pada umumnya perawat yang

ditunjuk sebagai perawat primer adalah seorang perawat spesialis klinik yang

mempunyai kualifikasi master dalam bidang keperawatan.


Kelebihan :

- Perawat primer mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan

memungkinkan untuk pengembangan diri.

- Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi meningkatkan

motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat

- Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan perawat primer

dalam memberikan atau mengarahkan perawatan sepanjang hospitalisasi.

- Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran manajer

operasional dan administrasi

- Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberiikan asuhan keperawatan

secara holistik. Kepuasan yang dirasakan oleh perawat primer adalah

memungkinkan pengembangan diri melalui penerapan ilmu pengetahuan.

- Staf medis juga merasakan kepuasan karena senantiasa informasi tentang

kondisi klien selalu mutakhir dan komprehensif serta informasi dapat

diperoleh dari satu perawat yang benar-benar mengetahui keadaan kliennya.

- Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas mereka.

- Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan supervisi

dan lebih banyak waktu untuk aktivitas langsung kepada klien.

- Pasien terlihat lebih menghargai. Pasien merasa dimanusiakan karena

terpenuhi kebutuhannya secara individu.

- Asuhan keperawatan berfokus pada kebutuhan klien.

- Profesi lain lebih menghargai karena dapat berkonsultasi dengan perawat yang

mengetahui semua tentang kliennya.


- Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.

- Meningkatnya hubungan antara perawat dan klien.

- Metode ini mendukung pelayanan profesional.

- Rumah sakit tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan

tetapi harus berkualitas tinggi

Kelemahan :

- Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional

- Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri, memiliki

akontabilitas dan kemampuan untuk mengkaji serta merencanakan asuhan

keperawatan untuk klien.

- Akontabilitas yang total dapat membuat jenuh.

- Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang

sama.

- Biaya relatif tinggi dibanding metode penugasan yang lain.

Ketenagaan metode primer

- Setiap perawat primer adalah perawat “bedside”

- Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer

- Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal

- Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun non

professional sebagai perawat asisten


Tanggung jawab Kepala Ruang dalam metode primer

- Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer

- Mengorganisir pembagian pasien kepada perawat primer

- Menyusun jadual dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten

- Orientasi dan merencanakan karyawan baru

- Merencanakan dan menyelenggarakan pengembangan staff

Tanggung jawab perawat primer :

- Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif

- Membuat tujuan dan rencana keperawatan

- Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas

- Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh

disiplin lain maupun perawat lain

- Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai

- Menyipakan penyuluhan untuk pulang

- Melakukan rujukan kepada pekarya sosial, kontak dengan lembaga sosial

dimasyarakat

- Membuat jadual perjanjian klinis

- Mengadakan kunjungan rumah

4. Metode Kasus

Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab

terhadap pasien tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu
pasien dengan pemberian perawatan konstan untuk periode tertentu. Metode

penugasan kasus biasa diterapkan untuk perawatan khusus seperti isolasi,

intensive care, perawat kesehatan komunitas.

Kelebihan :

- Perawat lebih memahami kasus per kasus

- Sistem evaluasi mudah

Kekurangan :

- Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanngung jawab

- Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, dkk. (2019). Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Keperawatan. Jogjakarta:


Poltekkes Jogja Press.

Hidayah, Nur. (2014). Manajemen Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)


Tim Dalam Peningkatan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit. Jurnal kesehatan
Volume VII No. 2/2014

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik keperawatan


Profesional Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika
PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK
DINAS KESEHATAN, PENGENDALIAN PENDUDUK
DAN KELUARGA BERENCANA
PUSKESMAS TUGU
Jl. Raya Trenggalek - Ponorogo Km. 7 Telp (0355) 792350
TUGU 66352

NOTULEN

Hari /Tanggal : Senin / 11 Januari 2021


Acara : Pemberian asuhan keperawatan di rawat jalan berdasarkan metode
pemberian asuhan keperawatan
Tempat : Aula Pertemuan Puskesmas Tugu
Jam : 11.00 s/d selesai
Peserta : 8 peserta
Materi :
1. Pembukaan oleh Plt. Kepala Puskesmas Tugu dr. Yenny Survianingtyas
2. Penyampaian sosialisasi tentang tentang metode pemberian asuhan
keperawatan.
3. Metode pemberian asuhan keperawatan ada enam macam, salah satunya
yang biasa digunakan yaitu : metode fungsional, metode tim, metode
primer, metode kasus
4. Kesepakatan :
Untuk layanan rawat jalan menggunakan metode kasus, dimana terdapat
ketentuan :
a. Poli Umum yang terdiri dari 2 perawat,
Ratna : bertanggung jawab dalam semua administrasi, rujukan, rujuk
balik, pelaporan tiap bulan ke penanggung jawab rawat jalan
Wiwing dewi : bertanggung jawab dalam pelayanan kesehatan pasien
yang berobat
b. Poli Lansia yang terdiri dari 2 perawat,
Hamidah : bertanggung jawab dalam semua administrasi, rujukan,
rujuk balik, pelaporan tiap bulan ke penanggung jawab rawat jalan
Sulisti : bertanggung jawab dalam pelayanan kesehatan pasien yang
berobat
c. Poli MTBS yang terdiri dari 1 perawat,
Suryatingrum : bertanggung jawab dalam semua administrasi, rujukan,
pelaporan tiap bulan ke penanggung jawab rawat jalan, bertanggung
jawab dalam pelayanan kesehatan pasien yang berobat
d. Poli Remaja yang terdiri dari 1 perawat

Siti Istiqomah : bertanggung jawab dalam semua administrasi,


rujukan, pelaporan tiap bulan ke penanggung jawab rawat jalan,
bertanggung jawab dalam pelayanan kesehatan pasien yang berobat
5. Rencana tindak lanjut : dilaksanakan evaluasi kegiatan tiap bulan agar
pelaksanaan kegiatan benar-benar dilaksanakan

MENGETAHUI, TRENGGALEK, 11-01–


2021
Plt. Kepala Puskesmas Tugu Penanggung Jawab
Rawat Jalan

dr. Yenny Survianingtyas Ns. Ratna Dwi


Wulandari, S.Kep NIP. 19750626200903 2 004
NIP. 19850218 200903 2 008

Anda mungkin juga menyukai