Anda di halaman 1dari 6

I.

Kasus (Masalah Utama)

Deep Vein Thrombosis (DVT)

II. Definisi

DVT adalah pembekuan darah di dalam pembuluh darah vena yang


menyebabkan terganggunya aliran darah pada vena yang sebagian besar terjadi pada
tungkai bawah (Acang, 2009). Trombosis vena dalam (deep vein thrombosis, DVT)
merupakan kondisi dimana darah pada vena-vena profunda pada tungkai atau pelvis
membeku. Embolisasi dari trombus menimulkan emboli paru (pulmonary embolus,
PE), sementara kerusakan vena lokal dapat menyebabkan hipertensi vena kronis dan
ektremitas pascaflebitis (postphleitic limb, PPL) (Grace & Borley, 2007). Trombus
vena dalam adalah pembentukan trombus pada vena dalam betis (Patel, 2007). Vena-
vena profunda pada betis adalah v. komitans dari aa. poplitea dan v. femoralis. Vena
profunda ini membentuk jaringan luas dalam kompartemen posterior betis pleksus
soleal dimana darah dibantu mengalir ke atas melawan gaya gravitasi oleh kontraksi
otot saat olahraga. Kegagalan fungsi pompa otot ini bisa menyebabkan trombosis
vena dalam (DVT-deep venous thrombosis) (Faiz & Moffat, 2005)

III. Etiologi

Meskipun penyebab utama Trombosis Vena Dalam (DVT) belum jelas, tetapi
ada tiga faktor (Trias Virchow) yang dianggap berperan penting dalam
pembentukannya, meliputi:

I. Kerusakan endotel/ cedera dinding pembuluh darah

- Trauma - Kateter vena sentral


- Pembedahan - Infeksi
- Kerusakan vena lokal - Inflamasi

II. Stasis vena

- Tirah baring/imobilisasi - Operasi lama


- Obesitas - Gagal jatung
- Riwayat varises - Usia lebih dari 60 tahun
- Cedera sumsum tulang
belakang
-
III. Gangguan pembuluh darah/koagulopati

- Keganasan - Trombositosis
- Kehamilan - Diabetes
- Kontrasepsi oral - Merokok
- Polisitemia - Sepsis
- Lekositosis

- Adanya dua faktor tersebut penting untuk terjadinya trombosis (Grace


& Borley, 2007; Smeltzer dkk., 2001).

IV. Manifestasi klinis


1. Pembekakan betis
2. Nyeri betis
3. Tanda awal dapat berupa embolus pulmonal, daerah betis dapat asimtomatik.

- DVT merupakan masalah yang terutama tersembunyi karena biasanya


tanpa gejala, emboli paru-paru dapat menjadi indikasi klinis pertama dari
trombosis. Pembentukan trombus pada sistem vena profunda dapat tidak nyata
secara klinis karena besarnya kapasitas sistem vena dan terbentuknya kolateral
yang mengelilingi obstruksi (Patel, 2007; Price, 2012).

V. Pemeriksaan Penunjang
1. Teknik Non-Infasif
- Ultrasonografi Doppler berwarna. Secara akurat mencitrakan pola aliran
vaskular trombus pada tungkai bawah. Bekuan darah dapat terlihat di
dalam lumen vena, sering disertai dengan penurunan aliran darah.
- Pletismografi Impedansi. Untuk mengukur perbedaan volume darah dalam
vena. Manset tekanan darah dipasang pada paha pasien dan dikembungkan
secukupnya (sekitar 50 sampai 60 mmHg) sampai aliran arteri berhenti.
Kemudian gunakan elektroda betis untuk mengukur tahanan elektris yang
terjadi akibat perubahan volume darah dalam vena. Apabila terdapat
trombosis vena dalam, peningkatan volume vena yang normalnya terjadi
akibat terperangkapnya darahh di bawah ikatan manset akan lebih rendah
dari yang diharapkan. Hasil false-positive dapat terjadi akibat dari berbagai
faktor yang menyebabkan vaso konstriksi, peninggian tekanan vena,
penurunan curah jantung, atau kompresi eksternal pada vena. False-
negative dapat terjadi akibat akibat adanya trombosis lama, menimbulkan
kolateral yang adekuat atau dari flebitis superfisial.
2. Teknik Invasif
- Fibrinogen Berlabel I251. Uji ini berdasar pada kenyataan bahwa bila
fibrinogen radioaktif diinjeksikan secara intravena, akan berkonsentrasi
pada bekuan darah. Kemudian tingkat radioaktivitasnya dapat diukur
secara bertahap menggunakan pengukur secara eksternal yang dapat
memantau perkembangan bekuan darah tadi.
- Flebografi Kontras (Venografi). Kontras disuntikkan ke dalam vena kaki
untuk menvisualisasi sirkulasi tungkai bawah. Torniquet yang dipasang
pada pergelangan kaki dan di atas lutut akan mendorong kontras ke vena
dalam, sehingga trombus akan terlihat sebagai defek pengisian pada lumen
vena. Pembentukan trombus yang luas dapat menyebabkan hilangnya
sebagian/seluruh pengisian vena.

- (Patel, 2007; Smeltzer, 2001).

VI. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis

- Antikoagulan untuk 3-6 minggu: heparin i.v. (periksa


efektivitas dengan APTT); warfarin (periksa efektivitas dengan PT).

2. Penatalaksanaan Bedah

- Pembedahan trombosis vena dalam diperlukan bila (1) ada


kontraindikasi terapi antikoagulan atau trombolitik; (2) ada bahaya emboli
paru yang jelas; dan (3) aliran vena sangat terganggu yang dapat
mengakibatkan kerusakan permanen pada ekstremitas. Trombektomi
(pengangkatan trombosis) merupakan penanganan pilihan bila diperlukan
pembedahan. Filter vena kava harus dipasang pada saat dilakukan
trombektomi, untuk menangkap emboli besar dan mencegah emboli paru.

3. Penatalaksanaan Keperawatan
- Tirah baring, peninggian ekstremitas yang terkena, stoking elastis, dan
analgetik untuk mengurangi nyeri dan menambah rasa nyaman.

- (Grace & Borley, 2007; Smeltzer dkk., 2001)

VIII. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
(kerusakan endotel pembuluh darah)

- Tujuan dan Kriteria Hasil


- NOC: - NIC
Pain level - Pain Manag
Pain control lakukan pengk
Comfort level karakteristik,
- Kriteria hasil: Obervasi reak
Gunakan tek
mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
pengalaman n
menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, Kurangi fakto
mencari bantuan) Pilih dan l
melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
farmakologi d
manajemen nyeri Evaluasi keefe
mampu mengenali nyeri (skala, intenistas, frekuensi dan tanda Kolaborasi de
nyeri) tidak berhasil.
menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
- A
Cek instruksi
dan cara pemb
Cek riwayat a
Berikan analg
Evaluasi efekt
-
2. Diagnosa Keperawatan: ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan
dengan gangguan sirkulasi

- Tujuan dan Kriteria Hasil -


- NOC: - NIC
Circulation status - Peripheral Sensat
Tissue Perfusion: cerebral Sensasi Perifer)
- Kriteria hasil: Monitor adanya daera
- Mendemonstrasikan status sirkulasi yang panas/dingin/tajam/tum
Monitor adanya pereta
ditandai dengan:
Instruksikan keluarga
Tekanan systol dan diastol dalam rentang yang diharapkan
Tidak ada ortostatik hipertensi isi atau laserasi
Tidak ada tanda-tanda peningkatan intrakranial Gunakan sarung tanga
Monitor kemampuan B
- Mendemonstrasikan kemampuan kognitif
Kolaborasi pemeberia
yang ditandai dengan: Monitor adanya tromb
berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan
kemampuan
Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi
Memproses informasi
Membuat keputusan dengan benar
-
-
3. Diagnosa Keperawatan: Resiko kerusakan intregitas kulit

- Tujuan dan Kriteria Hasil -


- NOC: - NIC
Tissue integrity: skin and mucous membrans - Pressure Manageme
Anjurkan pasien u
- Kriteria Hasi:
longgar
Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi,
Jaga kebersihan kuli
elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi) Mobilisasi pasien (u
Tidak ada luka /lesi pada kulit
sekali
Menunjukkan pemahaman dalam proses mencegah
Monitor kulit akan a
terjadinya cedera Monitor aktivitas dan
Mampu melindungi kulit dan mempertahankan Monitor status nutris
kelembapan kulit dan perawatan alami
-
-

-
- DAFTAR PUSTAKA

- Acang . (2009). Trombosis Vena Dalam. Majalah Kedokteran Andalas. No. 2. Vol.
25. 46-55.

- Nurarif, Amin H. & Kusuma H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawwatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction.

- Faiz, O. & Moffat, D. (2005). At a Glance Anatomi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

- Grace, Pierce A. & Borley, Neil R. (2007). At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta:
Penerbit Erlangga.

- Patel, Pradip R. 2007. Lecture Notes Radiologi. Jakarta: Erlangga Medical Series

- Price, Sylvia A. (2012). Patofisiolgi: konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta:


EGC.

- Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai