Anda di halaman 1dari 10

Satuan Acara Pendidikan

(SAP)

Topik : Penyakit Trofoblastik Gestasional


Sub Topik : Mola Hidatidosa (Hamil Aggur)
Hari, Tanggal : , Mei 2016
Waktu : 30 menit
Narasumber : Mustafiqotun Nikmah
Sasaran : Pasien rawat jalan di Poli Kebidanan RSU Kabupaten Tangerang
Tempat : Ruang penyuluhan Poli Kebidanan RSU Kabupaten Tangerang

A. Kompetensi Umum

Setelah mengikuti pendidikan kesehatan, diharapkan pasien mengetahui tentang


Mola Hidatidosa (Hamil Aggur).

B. Kompetensi Khusus

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang Mola Hidatidosa (Hamil Aggur),


pasien mampu :

1. Menyebutkan pengertian Mola Hidatidosa (Hamil Aggur)


2. Menyebutkan penyebab/faktor resiko Mola Hidatidosa (Hamil Aggur)
3. Menyebutkan tanda dan gejala Mola Hidatidosa (Hamil Aggur)
4. Menyebutkan pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan serta komplikasi Mola
Hidatidosa (Hamil Aggur)

C. Pokok Bahasan: Waspada Mola Hidatidosa (Hamil Aggur)

D. Sub Pokok Bahasan


1. Pengertian Mola Hidatidosa (Hamil Aggur)
2. Penyebab/faktor resiko Mola Hidatidosa (Hamil Aggur)
3. Tanda dan gejala Mola Hidatidosa (Hamil Aggur)
4. Pemeriksaan penunjang Mola Hidatidosa (Hamil Aggur)
5. Penatalaksanaan dan komplikasi Mola Hidatidosa (Hamil Aggur)

E. Metode Penyuluhan: Ceramah dan Tanya Jawab

F. Media Penyuluhan: Power Point & Leaflet


G. Kegiatan Pendidikan Kesehatan

Tahapan Kegiatan Pemateri Kegiatan pasien Waktu


Pendahuluan Pembukaan (memberi salam, Mendengarkan dan 5 menit
tanyakan kabar) menjawab
Perkenalan pertanyaan
Kontrak waktu dan
pembahasan.
Penyajian/isi Menjelaskan materi secara Mendengarkan dan 20 menit
(20 menit) sistematis. berpartisipasi dalam
Memberi kesempatan penyajian
bertanya.
Memberikan jawaban secara
tepat.

Penutup Menyimpulkan materi yang Meniyimak dan 5 menit


telah diberikan oleh menjawab
narasumber. pertanyaan.
Memberikan evaluasi secara
tanya jawab.
Mengucapkan salam penutup.

H. Evaluasi
1. Prosedur: Memberikan pertanyaan terkait materi Mola Hidatidosa (Hamil Aggur)
pada akhir pertemuan
2. Target : Ibu mengerti dengan apa yang sudah dijelaskan pemateri
3. Waktu : 3 menit
4. Bentuk evaluasi : Lisan
5. Jumlah Soal: 2 soal
6. Jenis soal
a. Apakah yang dimaksud dengan Mola Hidatidosa (Hamil Aggur)?
b. Apakah faktor resiko serta tanda gejala dari Mola Hidatidosa (Hamil Aggur)
Lampiran Materi

Mola Hidatidosa (Hamil Anggur)

I. Definisi

Hamil anggur merupakan kondisi kehamilan yang tidak normal, di mana


perkembangan sel telur yang menjadi cikal-bakal janin terhenti, namun justru sel-sel
trofoblas (sel-sel yang kelak menjadi plasenta) berkembang. Kelompok sel-sel ini
kemudian membengkak menjadi gelembung berisi cairan yang mirip buah anggur
(Yogasmara & Lestari, 2010).

Hamil anggur dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu complete mole dan partial
mole. Complete mole/mola klasik adalah jika kehamilan palsu seluruhnya, sedangkan
partial mole apabila ditemukan janin atau sebagian janin. Namun, janin yang
terbentuk tersebut tidak normal, bagian tubuhnya tidak proporsional (cacat) (Leveno,
2009).

II. Faktor Resiko

Sampai sekarang belum diketahui penyebab dari penyakit ini. Yang baru
diketahui adalah faktor resiko, seperti:

a. Umur- lebih banyak ditemukan pada wanita hamil berumur di bawah 20 tahun dan
di atas 35 tahun.
b. Gizi-banyak ditemukan pada mereka yang kekurangan protein, asam folat, vitamin
A dan karoten.
c. Riwayat- wanita yang pernah mengalami kehamilan molar pada masa-masa yang
lalu.
d. Genetik-faktor kromosom yang belum jelas.

(Sastrawinata dkk., 2005; Yulaikhah, 2009)

III. Patofisiologi
1. Mola hidatidosa adalah tumor plasenta yang berkembang setelah terjadi
kehamilan, tumor ini bisa junak atau ganas. Resiko keganasan lebih besar terjadi
pada mola komplet.
2. Embrio mati dan sel-sel trofoblastik terus tumbuh membentuk tumor yang invasif
3. Penyakit ini ditandai dengan proliferasi vili plasenta yang menjadi edema dan
membentuk kumpulan seperti anggur. Vesikel-vesikel yang berisi cairan ini
tumbuh dengan cepat, yang menyebabkan uterus menjadi lebih besar dari yang
seharusnya untuk usia kehamilan
4. Pembuluh-pembuluh darah tidak ada, demikian pula janin dan kantung amnion.

(Stright, 2005)

IV. Tanda dan Gejala

Dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu:

1. Keluhan utama- amenore dan perdarahan pervagina (pengeluaran darah kontinue


atau intermitten yang mulai tampak sekitar 12 minggu, biasanya tidak banyak, dan
lebih sering, hampir cokelat daripada merah)
2. Perubahan yang menyertai:
a. Uterus lebih besar dari tuanya kehamilan
b. Kadar hCG (Hormon Chorionic Gonadotropin) jauh lebih tinggi dari
kehamilan biasa. Pada kehamilan biasa, kadar hCG darah paling tinggi
100.000 IU/L, sedangkan pada mola hidatidosa bisa mencapai 5.000.000 IU/L.
c. Adanya kista lutein, baik unilateral maupun bilateral.
3. Adanya penyulit:
a. Preeklamsia
b. Tirotoksikosis
c. Emboli paru (jarang)
4. Lain-lain: juga menunjukkan gambaran klinis seperti kehamilan lain, misalnya
mual, muntah, dan makan kurang.

(Leveno, 2009; Sastrawinata dkk., 2005).

V. Pemeriksaan Penunjang
1. USG (Ultrasonografi)- tampak gambaran badai salju dan bisa diketahui bila tidak
ada denyut jantung si janin.
2. HCG (Hormon Chorionic Gonadotropin)- pemeriksaan ini bertujuan untuk
mengukur HCG di dalam air seni atau darah.
3. Patologi Antomi-pemeriksaan mikroskopis gelembung cairan mirip anggur
4. Pemeriksaan Rontgen-pemeriksaan ini mengetahui bila tidak nampak gambaran
tulang janin, tapi ada gambaran mirip sarang lebah/gambaran badai salju.

(Yogasmara & Lestari, 2010).

VI. Komplikasi
1. Perdarahan hebat sampai syok, yang jika tidak segera ditangani dapat berakibat
fatal
2. Perdarahan berulang-ulang dapat menyebabkan anemia
3. Infeksi sekunder
4. Perforasi (perlubangan, bocor) karena keganasan dan tindakan
5. Menjadi ganas pada kira-kira 18-20 % kasus, yang akan menjadi kariokarsinoma

(Yulaikhah, 2009)

VII. Penatalaksanaan
A. Terapi

Karena mola hidatidosa adalah suatu kahamilan patologik dan tidak jarang
disertai penyulita yang membahayakan jiwa, pada prinsipnya harus segera
dikeluarkan. Terapi mola hidatidosa terdiri dari tiga tahap, yaitu:
1. Perbaikan keadaan umum-adalah trnasfusi darah untuk mengatasi syok
hipovolemik atau anemia, pengobatan terhadap penyulit, seperti preeklamsi
berat atau tirotoksikosis. Setelah penderita stabil baru dilakukan evakuasi.
2. Evakuasi-pada umumnya evakuasi jaringan mola dilakukan dengan kuret
vakum, kemudian sisanya dibersihkan dengan kuret tajam. Tindakan kuret
hanya dilakukan satu kali. Kuret ulangnya dilakukan bila ada indikasi. Pada
kasus molahidatidosa yang belum keluar gelembungnya, harus dipasang
dahulu laminaris stift (12 jam sebelum kuret), sedangkan pada kasus yang
sudah keluar gelembungnya, dapat segera dikuret setelah keadaan umumnya
distabilkan. Bila perlu diberi narkosis neuroleptik.
3. Tindakan profilaksis-adalah untuk mencegah terjadinya keganasan pascamola
pada mereka yang mempunyai faktor resiko, seperti umur di atas 35 tahun atau
gambaran PA yang mencurigakan. Ada 2 cara, yaitu:
a. Histerektomi dengan jaringan mola in toto, atau beberapa hari pasca kuret.
Tindakan ini dilakukan pada wanita dengan umur di atas 35 tahun serta
anak cukup.
b. Sitostatika profilaksis. Diberikan kepeda mereka yang menolak
histerktomi atau wanita muda dengan PA mencurigakan. Caranya:
Methotrexate 20 mg/hari atau Actinomycin D 1 flc/hari, 5 hari berturut-
turut.
B. Tindak Lanjut

Tujuannya untuk mendeteksi secara dini adanya perubahan ke arah


keganasan. Dilakukan selama satu tahun dengan jadwal sebagai berikut:

1. Tiga bulan pertama : tiap 2 minggu


2. Tiga bulan kedua : tiap 1 bulan
3. Enam bulan terakhir : tiap 2 bulan
Selama dilakukan pemeriksaan ginekologi, hCG, serta pemeriksaan foto
toraks kalau perlu. Tindak lanjut dianggap selesai bila satu tahun pasca evakuasi
mola, penderita tidak mempunyai keluhan dan kadar hCG di bawah 5 IU/L atau
bila penderita sudah hamil lagi dengan normal. Selama tindak lanjut, dianjurkan
untuk tidak hamil dahulu dengan menggunakan kondom atau pil kontrasepsi
(Sastrawinata dkk., 2005).
DAFTAR PUSTAKA

Yogasmara, E. & Lestari P. (2010). Buku Pintar Keluarga Sehat. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

Stright, Barbara R. (2005). Panduan Belajar: keperawatan ibu-bayi baru lahir. Jakarta: EGC.

Yulaikhah, L. (2009). Kehamilan: Seri asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.

Leveno, Kenneth J. (2009). Obstetri Williams: panduan ringkas. Jakarta: EGC.

Sastrawinata, S. dkk. (2005). Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri patologi. Jakarta: EGC.
DAFTAR HADIR PESERTA PENDIDIKAN KESEHATAN

Hari, Tanggal :
Tempat :
Tema Penkes :

No. Nama Peserta Ttd.


1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
8. 8.
9. 9.
10. 10
11. 11.
12. 12.
13. 13.
14. 14.
15. 15.
16. 16.
17. 17.
18. 18.
19. 19.
20. 20.
SATUAN ACARA PENDIDIKAN (SAP)
PROGRAM PROFESI NERS KEPERAWATAN MATERNITAS
DI POLI KEBIDANAN RSU KAB. TANGERANG

Disusun Oleh:
MUSTAFIQOTUN NIKMAH
41151095000032

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
2016 M

Anda mungkin juga menyukai