(SAP)
A. Kompetensi Umum
B. Kompetensi Khusus
H. Evaluasi
1. Prosedur: Memberikan pertanyaan terkait materi Mola Hidatidosa (Hamil Aggur)
pada akhir pertemuan
2. Target : Ibu mengerti dengan apa yang sudah dijelaskan pemateri
3. Waktu : 3 menit
4. Bentuk evaluasi : Lisan
5. Jumlah Soal: 2 soal
6. Jenis soal
a. Apakah yang dimaksud dengan Mola Hidatidosa (Hamil Aggur)?
b. Apakah faktor resiko serta tanda gejala dari Mola Hidatidosa (Hamil Aggur)
Lampiran Materi
I. Definisi
Hamil anggur dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu complete mole dan partial
mole. Complete mole/mola klasik adalah jika kehamilan palsu seluruhnya, sedangkan
partial mole apabila ditemukan janin atau sebagian janin. Namun, janin yang
terbentuk tersebut tidak normal, bagian tubuhnya tidak proporsional (cacat) (Leveno,
2009).
Sampai sekarang belum diketahui penyebab dari penyakit ini. Yang baru
diketahui adalah faktor resiko, seperti:
a. Umur- lebih banyak ditemukan pada wanita hamil berumur di bawah 20 tahun dan
di atas 35 tahun.
b. Gizi-banyak ditemukan pada mereka yang kekurangan protein, asam folat, vitamin
A dan karoten.
c. Riwayat- wanita yang pernah mengalami kehamilan molar pada masa-masa yang
lalu.
d. Genetik-faktor kromosom yang belum jelas.
III. Patofisiologi
1. Mola hidatidosa adalah tumor plasenta yang berkembang setelah terjadi
kehamilan, tumor ini bisa junak atau ganas. Resiko keganasan lebih besar terjadi
pada mola komplet.
2. Embrio mati dan sel-sel trofoblastik terus tumbuh membentuk tumor yang invasif
3. Penyakit ini ditandai dengan proliferasi vili plasenta yang menjadi edema dan
membentuk kumpulan seperti anggur. Vesikel-vesikel yang berisi cairan ini
tumbuh dengan cepat, yang menyebabkan uterus menjadi lebih besar dari yang
seharusnya untuk usia kehamilan
4. Pembuluh-pembuluh darah tidak ada, demikian pula janin dan kantung amnion.
(Stright, 2005)
V. Pemeriksaan Penunjang
1. USG (Ultrasonografi)- tampak gambaran badai salju dan bisa diketahui bila tidak
ada denyut jantung si janin.
2. HCG (Hormon Chorionic Gonadotropin)- pemeriksaan ini bertujuan untuk
mengukur HCG di dalam air seni atau darah.
3. Patologi Antomi-pemeriksaan mikroskopis gelembung cairan mirip anggur
4. Pemeriksaan Rontgen-pemeriksaan ini mengetahui bila tidak nampak gambaran
tulang janin, tapi ada gambaran mirip sarang lebah/gambaran badai salju.
VI. Komplikasi
1. Perdarahan hebat sampai syok, yang jika tidak segera ditangani dapat berakibat
fatal
2. Perdarahan berulang-ulang dapat menyebabkan anemia
3. Infeksi sekunder
4. Perforasi (perlubangan, bocor) karena keganasan dan tindakan
5. Menjadi ganas pada kira-kira 18-20 % kasus, yang akan menjadi kariokarsinoma
(Yulaikhah, 2009)
VII. Penatalaksanaan
A. Terapi
Karena mola hidatidosa adalah suatu kahamilan patologik dan tidak jarang
disertai penyulita yang membahayakan jiwa, pada prinsipnya harus segera
dikeluarkan. Terapi mola hidatidosa terdiri dari tiga tahap, yaitu:
1. Perbaikan keadaan umum-adalah trnasfusi darah untuk mengatasi syok
hipovolemik atau anemia, pengobatan terhadap penyulit, seperti preeklamsi
berat atau tirotoksikosis. Setelah penderita stabil baru dilakukan evakuasi.
2. Evakuasi-pada umumnya evakuasi jaringan mola dilakukan dengan kuret
vakum, kemudian sisanya dibersihkan dengan kuret tajam. Tindakan kuret
hanya dilakukan satu kali. Kuret ulangnya dilakukan bila ada indikasi. Pada
kasus molahidatidosa yang belum keluar gelembungnya, harus dipasang
dahulu laminaris stift (12 jam sebelum kuret), sedangkan pada kasus yang
sudah keluar gelembungnya, dapat segera dikuret setelah keadaan umumnya
distabilkan. Bila perlu diberi narkosis neuroleptik.
3. Tindakan profilaksis-adalah untuk mencegah terjadinya keganasan pascamola
pada mereka yang mempunyai faktor resiko, seperti umur di atas 35 tahun atau
gambaran PA yang mencurigakan. Ada 2 cara, yaitu:
a. Histerektomi dengan jaringan mola in toto, atau beberapa hari pasca kuret.
Tindakan ini dilakukan pada wanita dengan umur di atas 35 tahun serta
anak cukup.
b. Sitostatika profilaksis. Diberikan kepeda mereka yang menolak
histerktomi atau wanita muda dengan PA mencurigakan. Caranya:
Methotrexate 20 mg/hari atau Actinomycin D 1 flc/hari, 5 hari berturut-
turut.
B. Tindak Lanjut
Yogasmara, E. & Lestari P. (2010). Buku Pintar Keluarga Sehat. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Stright, Barbara R. (2005). Panduan Belajar: keperawatan ibu-bayi baru lahir. Jakarta: EGC.
Sastrawinata, S. dkk. (2005). Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri patologi. Jakarta: EGC.
DAFTAR HADIR PESERTA PENDIDIKAN KESEHATAN
Hari, Tanggal :
Tempat :
Tema Penkes :
Disusun Oleh:
MUSTAFIQOTUN NIKMAH
41151095000032