Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


DI RUANG PARU RSPAD GATOT SOEBROTO
JAKARTA PUSAT
Pneumonia

Disusun Oleh:
MUSTAFIQOTUN NIKMAH
41151095000032

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA TA 2015 /2016
I. Kasus (Masalah Utama)

Pneumonia

II. Definisi

Pneumonia atau radang paru adalah inflamasi yang terjadi pada paru-paru
yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau fungi. Pneumonia juga dikenal sebagai
pneumonitis, broncopneumonia, dan community-acquired pneumonia (Mansjoer,
2000). Price (2005) juga menyebutkan bahwa pneumonia dalah peradangan parenkim
paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi.

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dan dari
bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat. Smeltzer dan Bare (2001) menambahkan bahwa
apabila suatu bagian dari satu substansial dari satu lobus atau lebih yang terkena maka
disebut pneumonia lobaris. Sedangkan apabila pneumonia mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam
bronkus dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan maka disebut
bronkopneumonia.

III. Klasifikasi
A. Berdasarkan lokasi paru yang terkena (Robbins dan Cotran, 2008)
1. Bronkopneumonia

Ditandai dengan bercak-bercak konsolidasi eksudatif pada parenkim


paru. Secara makroskopik, paru-paru memperlihatkan daerah konsolidasi dan
supurasi yang terdispersi, menonjol, bersifat fokal. Secara histologik, terlihat
eksudasi supuratif (neutrofilik) akut yang mengisi saluran pernafasan serta
rongga udara dan biasanya di sekitar bronkus dan bronkiolus.

2. Pneumonia Lobaris

Mengenai sebagian besar atau keseluruhan lobus paru. Sebagian besar


pneumonia lobaris disebabkan oleh pneumococcus yang masuk melalui paru
lewat saluran nafas. Kadang-kadang infeksi ini terjadi karena mikroorganisme
lain.
B. Berdasarkan penyebab dan tanda gejala (Somantri, 2007)

Jenis
Etiologi Faktor Resiko Tanda dan Gejala
Pneumonia
Sindrom Streptococcus pneumonia Sickle cell disease Onset mendadak dingin, menggigil, dan demam (39-40 C)
tipikal jenis pneumonia tanpa Hippogammaglobulinemia Nyeri dada pleuritis
penyulit Multiple myeloma Batuk produktif, sputum hijau, purulen, dan mungkin
Streptococcus pneumonia mengandung bercak darah serta hidung kemerahan
dengan penyulit Retraksi interkostal, penggunaan otot aksesorius, dan bisa timbul
sianosis
Haemophilus Influenza Usia tua Onset bertahap dalam 3-5 hari
Staphylococcus aureus COPD Malaise, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, dan batuk kering
Sinrom
Flu Nyeri dada karna batuk
atipikal
Mycoplasma Pneumonia Anak-anak
Virus pathogen Dewasa muda
Aspirasi Aspirasi basil gram Kondisi lemah karena Anaerobik campuran : mulanya onset perlahan
negative : klebsiela konsumsi alkohol Demam rendah, dan batuk
pseudomonas, enterobacter, Perawatan (misal infeksi Produksi sputum/bau busuk
escherichia proteus, dan nosokimial) Foto dada jaringan interstitial yang terkena tergantung bagian
basil gram positif, Gangguan kesadaran yang terkena di paru-parunya
staphylococcus Infeksi gram negatif atau positif
Aspirasi asam lambung Gambaran klinik mungkin sama dengan pneumonia klasik
Distress respirasi, mendadak, dispnea berat, sianosis, batuk,
hipoksemia, dan diikuti dengan tanda infeksi sekunder
Hematogen Terjadi bila kuman pathogen Kateter IV yang terinfeksi Gejala pulmonal timbul minimal dibanding dengan gejala
menyebar ke paru-paru melalui Endokartitis, infeksi septikemia
aliran darah : staphylococcus, kandung kemih Batuk nonproduktif dan nyeri pleuritik sama dengan yang terjadi
E. Coli, dan anaerob enteric Drug abuse, Pyelonefritis pada emboli paru-paru
C. Berdasarkan klinis dan epidemiologis (Davey, 2006)

Dikelompokkan berdasarkan tempat terjadinya penularan, karena hal ini


mempengaruhi kemungkinan mikroorganisme patogen penyebab sehingga bisa
menentukan terapi empiris yang paling tepat:

1. Didapat di masyarakat (community acquired)


2. Didapat di rumah sakit (hospital acquired; nosokomial)
3. Pneumonia aspirasi
4. Pneumonia pada pasien dengan sistem imun yang tertekan

IV. Etiologi

Menurut Smeltzer dan Bare (2001), etiologi pneumonia meliputi :

1. Pneumonia bakterial

Penyebab yang paling sering adalah Streptococcus pneumonia, jenis yang


lain yaitu Staphylococcus pneumonia, Klebsiella pneumonia, Pseudomonas
aerugilnosa, Haemophillus influenzae.

2. Pneumonia atipikal

Penyebab paling sering adalah Mycoplasma pneumonia, jenis yang lain


yaitu Legionella pneumophila, Mycoplasma pneumoniae, virus influenza tipe
A,B,C, Pneumocyctus carini, Aspergillus fumigates, cipittaci, mycobacterium
tuberculosis

3. Pneumonia juga disebabkan oleh terapi radiasi (terapi radiasi untuk kanker
payudara/paru) biasanya 6 minggu atau lebih setelah pengobatan selesai sehingga
dapat menyebabkan pneumonia radiasi. Bahan kimia biasanya karena mencerna
kerosin atau inhalasi gas menyebabkan pneumonitis kimiawi. Karna aspirasi atau
inhalasi kandungan lambung terjadi ketika refleks jalan nafas protektif hilang,
seperti yang terjadi pada pasien yang tidak sadar akibat obat-obatan, alkohol,
stroke, henti jantung atau pada keadaan selang NGT tidak berfungsi yang
menyebabkan kandungan lambung mengalir disekitar selang yang menyebabkan
aspirasi tersembunyi.

Menurut Misnadiarly (2008), peneumonia dapat disebabkan oleh berbagai


macam mikroorganisme, yaitu yang disebabkan oleh:
Bakteri: streptococus pneumoniae, staphylococus aureus.
Virus: influenza, parainfluenza, adenovirus
Jamur: candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis, coccidioido mycosis,
cryptococosis, pneumocytis carinii
Aspirasi: makanan, cairan, lambung
Inhalasi: racun atau bahan kimia, rokok, debu, dan gas.

V. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik pneumonia menurut Mansjoer (2000) :

1. Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala,


iritabel, gelisah, malaise, anoreksia, keluhan gastrointestinal
2. Gejala umum saluran pernafasan bawah berupa batuk, takipneu, ekspektorasi
sputum, cuping hidung, sesak nafas, merintih, dan sianosis. Anak yang lebih besar
lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karna nyeri dada
3. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam saat bernafas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi
pekak, fremitus melemah, suara nafas melemah, dan ronkhi.
4. Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak dada tertinggal di daerah efusi,
perkusi pekak, fremitus melemah suara nafas melemah, friction rub, nyeri dada
karena iritasi pleura, kaku kuduk, nyeri abdomen

Menifestasi klinik pneumonia menurut Price (2005) :

1. Pneumonia bakterial : tanda dan gejala pneumonia pneumococcus bersifat


mendadak, disertai menggigil, demam, nyeri pleuritik, batuk, dan sputum yang
berwarna seperti karat. Ronkhi basah dan gesekan pleura dapat terdengar diatas
jaringan yang terserang, pernafasan cuping hidung, penggunaan otot-otot
aksesorius
2. Pneumonia virus : tanda dan gejala sama seperti gejala influenza, yaitu demam,
batuk kering, sakit kepala, nyeri otot dan kelemahan, nadi cepat dan bersambung
3. Pneumonia aspirasi : tanda dan gejala adalah sputum berbau busuk, dispneu berat,
hipoksemia, takikardi, demam, tanda infeksi sekunder
4. Pneumonia mikoplasma : tanda dan gejala adalah nadi meningkat, sakit kepala,
demam, dan faringitis

VI. Patofisiologi
Terlampir

VII. Pemeriksaan Penunjang (Somantri, 2007)


1. Pemeriksaan radiologi
Chest X-ray : teridentifikasi adanya penyebaran (misal lobus atau
bronchial), dapat juga menunjukkan multiple abses atau infiltrat (bakterial), atau
penyebaran nodul infiltrate (seringkali viral), pada pneumonia mycoplasma hasil
x-ray mungkin bersih.

2. Pemeriksaan fungsi paru-paru

Fungsi paru-paru : volume mungkin menurun (kongetsi dan kolaps


alveolar), tekanan saluran udara meningkt dan kapasitas pemenuhan udara
menurun, hipoksemia.

3. Pemeriksaan laboratorium
a. Analisis gas darah dan pulse oximetry : abnomarlitas mungkin timbul
tergantung dari luasnya kerusakan paru-paru
b. Pewarnaan gram atau kultur sputum dan darah
c. Periksa darah lengkap : leukositosis biasanya timbul, meskipun nilai
pemeriksaan darah putih rendah pada infeksi virus
d. Tes serologi : membantu mebedakan diagnosis pada organisme secara spesifik
e. LED meningkat, tanda adanya infeksi
f. Elektrolit : sodium dan klorida mungkin rendah
g. Bilirubin : mungkin meningkat
4. Pemeriksaan sputum

Pada pemeriksaan sputum, pasien diminta untuk mencuci mulut terlebih


dahulu untuk meminimalisasi adanya bakteri dalam mulut

VIII. Penatalaksanaan
1. Farmakologis
a. Antibitotik sesuai dengan etiologi pneumonia
b. Terapi oksigen untuk mempertahankan PaO2
c. Analgesik untuk mengatasi nyeri pleuritik
d. Cairan intravena
2. Nonfarmakologis
a. Istirahat
b. Perbaikan nutrisi
c. Hidrasi untuk membantu mengencerkan sekresi
d. Teknik nafas dalam dan batuk efektif dan fisioterapi dada
3. Prioritas Keperawatan
a. Menjaga/mengembalikan fungsi respirasi
b. Mencegah komplikasi
c. Mendukung proses penyembuhan
d. Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan treatment.

(Somantri, 2007)
IX. Rencana Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Pneumonia
A. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul diantaranya adalah:

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus dalam


jumlah berlebihan
2. Hipertermi berhubungan dengan penyakit
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-
kapiler
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

B. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Dx. Keperawatan : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
mukus dalam jumlah berlebihan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


NOC: NIC:
Airway suction :
Respiratory status :
Pastikan kebutuhan oral atau trakeal suctioning
ventilation
Asukultasi suara nafas sebelum dan sesudah
Respiratory status : airway
suctioning
patency
Informasikan pada klien dan keluarga tentang

suctioning
Kriteria hasil :
Minta klien untuk tarik nafas dalam sebelum
Mendemonstrasikan batuk
suctioning
efektif dan suara nafas Berikan O2 dengan menggunakan nasal untk
yang bersih, tidak ada memfasilitasi suksion nasotrakeal
sianosis dan dyspneu Gunakan alat yang steril setiap melakukan

(mampu mengeluarkan tindakan


Anjurkan pasien untuk istirahat dan nafas dalam
sputum, mampu bernafas
seteah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal
dengan mudah, tidak ada Monitor status oksigen pasien
pursed lips) Hentikan suction dan berikan oksigen apabila
Menunjukkan jalan nafas pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan
yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama saturasi O2
nafas, frekuensi pernafasan Airway Management:
dalam rentang normal, Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau
tidak ada suara nafas jaw thrust jika perlu
abnormal) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Tanda-tanda vital dalam Identifikasi perlunya pemasangan alat jalan

rentang normal (tekanan nafas buatan


Pasang mayo bila perlu
darah, nadi, pernafasan) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Mampu mengidentifikasi Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
dan mencegah faktor yang Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
dapat menghambat jalan tambahan
Berikan bronkodilator jika perlu
nafas
Monitor respirasi dan status oksigen

2. Dx. Keperawatan: Hipertermi berhubungan dengan penyakit

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


NOC: NIC:
Thermoregulation Fever Treatment:
Kriteria hasil :
Monitor suhu
Suhu tubuh dalam batas Monitor IWL
normal Monitor warna dan suhu kulit
Nadi dan RR dalam batas Monitor TD, RR, dan nadi
Menitor penurunan tingkat kesadaran
normal Monitor WBC, Hb, dan Hct
Tidak ada perubahan Berikan antipiretik
warna kulit dan tidak ada Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab
pusing demam
Lakukan Tapid sponge
Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
Tingkatkan sirkulasi udara
Berikan pengobatan untuk mencegah menggigil
Temperature Regulation
Monitor suhu setiap 2 jam
Monitor TD, nadi, RR, warna dan suhu kulit
Monitor tanda-tanda hipotermi dan hipertermi
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan
akibat kepanasan
Beritahukan tentang indikasi teradinya keletihan
dan penanganan emergency yang diperlukan
Ajarkan tanda dan gejala hipotermi dan
penanganan yang diperlukan
Berikan antipiretik jika diperlukan
Vital Sign Monitoring
Monitor TD, nadi, Suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi TD
Monitro kualitas nadi
Monitor frekuensi dan irama pernafasan
Monitor pola pernafasan abnormal
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing tria (tekanan nadi
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab perubahan TTV

3. Dx. Keperawatan: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan


ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


NOC: NIC:
Activity tolerance Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik
Self care : ADLs
dalam merencanakan program terapi yang tepat
Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
Kriteria hasil :
mampu dilakukan
Mampu melakukan Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang
aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan
secara mandiri sosial
TTV dalam batas normal Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
Level kelemahan
sumber yang dibutuhkan untuk aktivitas yang
Status sirkulasi baik
Status respirasi : diinginkan
Bantu mengidentifikasi aktivitas yang disukai
pertukaran gas dan Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
ventilasi adekuat diwaktu luang
Bantu pasien atau keluarga untuk mengidentifikasi
keurangan dalam beraktivitas
Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
Monitor respon fisik, emosi, sosial, dan spiritual
DAFTAR PUSTAKA
Bluechek, Gloria M. (2004). Nursing Interventions Classification (NIC) Fifth Edittion. USA:
Elsevier Mosby.

Davey, P. (2006). At a Glance Medicine. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Johnson, Marioh., et al. (2012). NOC and NIC Linkages to NANDA-I and Clinical Conditions
Ed.3 : Supporting Crtitical Reasoning and Quality Care. USA : Elsevier Mosby.

Mansjoer, Arief., dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarat : Media Aesculapius.

Misnadiarly. (2008). Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Orang Dewasa,
Usia Lanjut, Pneumonia Atipik & Pneumonia Atypik Mycobacterium. Jakarta: Pustaka
Obor Populer.
Moorhead, S. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC) Third Edition. USA: Elsevier
Mosby.

Nurarif, Amin H., dan Hardhi, K. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis dan NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : Penerbit Mediaction Jogja.

Price, Sylvia dan Wilson Lorraine. (2005). Patofisiologis Konsep Klinis dan Proses-proses
penyakit volume 2 edisi 6. Jakarta : EGC.

Robins S.L., & Cotrans R.S. (2008). Buku Ajar patologi ed. 7. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C., & Brenda G. Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner and Suddarth volume 1 edisi 8. Jakarta : EGC.

Somatri, Irman. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Pasiend dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai