Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mola hidatidosa merupakan bagian dari penyakit trofoblastik
gestasional yaitu suatu penyakit mirip tumor ditandai proliferasi jaringan
trofoblas yang menyangkut suatu kehamilan dengan potensi progresif
keganasan (Kumar et al., 2010). Ada dua tipe mola hidatidosa yaitu tipe
komplit (klasik) dan inkomplit (parsial) (Genest et al., 2003).
Diagnosis mola hidatidosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis (berupa
keluhan subyektif seperti kehamilan normal trimester pertama, yaitu
terlambat haid/amenorhea, mual muntah yang hebat/hiperemesis, perdarahan
pervaginam ringan sampai berat, kadang-kadang dengan gejala toksemia
gravidarum, hipertiroid, dan adanya kista teka lutein). Kedua dari
pemeriksaan kadar serum beta-Human Chorionic Gonadotrophine (-hCG)
yang meningkat >100.000IU/ml, gambaran ultrasonografi (USG) snow storm
pattern (seperti badai salju), gambaran HPA (makroskopis, mikroskopis, dan
IHK), sitogenetik, dan fow cytometry (Fukunaga, 2004). Dalam mendiagnosis
mola hidatidosa tipe komplit dan parsial pada kasus-kasus sulit terutama pada
kehamilan trimester pertama dengan menggunakan pulasan rutin HE antar
ahli patologi masih dirasakan sulit, maka sangatlah perlu untuk dilakukan
alternatif pemeriksaan yang lain yaitu dengan menggunakan pemeriksaan
imunohistokimia (IHK) (Jaffar et al., 2011)
Molahidatidosa terjadi pada satu dari setiap 1200 kehamilan di Amerika
serikat, tetapi insiden yang lebih tinggi bisa terlihat di asia dan di daerah
tropis (berman, disaia, 1989)

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Mola Hidatidosa ?
2. Apa penyebab terjadinya Mola HIdatidosa ?
3. Apa saja anatomi dan fisiologi dari Mola Hidatidosa ?
4. Bagaimana patofisiologi Mola Hidatidosa ?

1
5. Bagaimana tanda dan gejala Mola Hidatidosa ?
6. Sebutkan tipe dari Mola Hidatidosa !
7. Sebutkan komplikasi dari Mola Hidatidosa !
8. Jelaskan konsep Asuhan Keperawatan Mola Hidatidosa !

C. Tujuan Masalah
1. Untuk megetahui pengertian Mola Hidatidosa
2. Untuk mengetahui penyebab Mola Hidatidosa
3. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi Mola Hidatidosa
4. Untuk mengetahui patofisiologi Mola Hidatidosa
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala Mola Hidatidosa
6. Untuk mengetahui tipe Mola Hidatidosa
7. Untuk mengetahui komplikasi Mola Hidatidosa
8. Untuk mengetahui konsep Asuhan Keperawatan Mola Hidatidosa
D. Manfaat
Setelah mempelajari makalah ini, diharapkan untuk dapat :
1. Bagi Perawat
a. Untuk mengetahui konsep dasar teori dari Mola Hidatidosa.
b. Untuk mengetahui konsep dasar Askep teoritis pada pasien dengan
Mola Hidatidosa, dengan meliputi Pengkajian, Diagnosa
Keperawatan, Intervensi, implementasi dan evaluasi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan referensi dan tambahan pengetahuan mengenai Moa
Hidatidosa.
E. Prosedur
Dalam pembuatan makalah ini yaitu dengan menggunakan kajian
teoritis dan teknik daftar pustaka, artinya penulis mengambil data melalui
kegiatan membaca berbagai literature yang relevan dengan tema makalah.

2
BAB II
PEMBAHASAN
I. Konsep Dasar
A. Pengertian
Mola Hidatidosa merupakan salah satu dari tiga jenis neoplasma
trovoblastik gestasional (ACOG, 1993). Mola Hidatidosa merupakan proses
degenerasi pada vili korionik plasenta menyebabkan perkembangan vesikel
jernih mirip kista berbentuk seperti seikat anggur.
B. Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, banyak faktor yang dapat
menyebabkan antara lain :
1) wanita yang berada di kedua ujung masa refroduksi ( awal belasan tahun
atau perimenopouse) atau umur di bawah 20 tahun dan di atas 40 tahun.
2) Keadaan sosioekonomi yang rendah dan defisiensi gizi; mola hidatidosa
banyak ditemukan pada mereka dengan status ekonomi yang rendah serta
diet rendah protein.
3) Paritas tinggi.
4) Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.
5) pada wanita yang ovulasi nya di stimulasi dengan clomifen (clomid)
6) Resiko untuk mengalami kehamilan mola ke dua 4-5 kali lebih tinggi dari
resiko kehamilan mola pertama.

C. Anatomi dan Fisiologi

Alat kelamin dalam


terdiri dari :
1.Liang senggama (Vagina)
2.Rahim (uterus)
3.Saluran telur (Tuba Falopi)
4.Indung telur (Ovarium)
1. Liang Senggama

3
(Vagina)
Suatu saluran yang menghubungkan rahim dengan aurat. Terletak
antara kandung seni dan poros usus (rectum). Dinding depan liang
senggama (9 cm) lebih pendek dari dinding belakang (11 cm ). Pada puncak
liang senggama menonjol leher rahim(serviks uteri) yang disebut porsio
uteri.
Faal dari liang senggama yaitu :
a. Sebagai alat persetubuhan
b. Sebagai saluran keluar dari rahim,merupakan jalan keluar dari darah haid
dan getah dari rahim
c. Sebagai jalan lahir pada waktu persalinan
2. Rahim(Uterus)
Merupakan alat yang berongga dan berbentuk seperti bola lampu yang
pipih. Pada wanita dewasa belum pernah melahirkan ukurannya seperti
berikut :
a. Panjang : +7,5 cm
b. Lebar : +5 cm
c. Tebal : +2,5 cm
d. Berat : +50 gr
Terletak diantara kandung seni dan poros usus. Terdiri dari : badan
rahim (korpus uteri) dan leher rahim (serviks uteri)
Bagian-bagian dari rahim :
a. Dasar rahim
Bagian dari badan rahim yang terletak antara kedua pangkal saluran telur.
b. Rongga rahim (kavumuteri)
Berbentuk segitiga, lebar di daerah dasar rahim dan sempit ke arah leher
rahim. Diliputi oleh selaput lendir yang dinamakan endometrium.
c. Saluran leher rahim (kanalis servikalis)
Hubungan antara rongga rahim dan saluran leher rahim disebut rahim
dalam (Ostium Uteri Infernum). Muara saluran leher rahim ke dalam
vagina disebut mulut rahim luar (Ostium Uteri Eksternum).

4
d. Dinding rahim
Terutama terdiri dari otot polos yang disusun sebegitu rupa hingga dapat
mendorong isinya keluar pada waktu persalinan.
3. Saluran Telur (Tuba Falopi)
Ada 2 saluran telur kiri dan kanan.Berjalan dari tanduk rahim kanan kiri
(kornu uteri) ke arah sisi (lateral). Panjangnya 12 cm. Ujung dari saluran
telur berumbai disebut Umbai (Fimbria). Faal utama saluran telur adalah
untuk membawa telur yang dilepaskan oleh indung telur ke jurusan rongga
rahim. Umbai berperan dalam menangkap telur yang dikeluarkan oleh
indung telur.
4. Indung Telur (Ovarium)
Ada 2 indung telur, kanan dan kiri. Berbentuk seperti kemiri yang
pipih. Indung telur mengandung sel-sel telur muda, folikel primordial,folikel
degraaf, badan kuning (korpus luteum), badan putih (korpus albikans).
Indung telur membentuk zat-zat hormon : estrogen dan progesteron,yang
berperan dalam peristiwa haid.

5
D. Patofisiologi

E. Tanda dan gejala


1) Pada tahap awal tanda dan gejala kehamilan mola tidak dapat dibedakan
dari tanda dan gejala kehamilan normal.Tampak normal pada trimester
pertama.
2) Mual dan muntah persisten
3) Pendarahan pervaginaan pada hampir semua kasus. Perdarahan uterus (
bercak darah atau lebih parah) pada usia 12 minggu

6
4) Cairan yang keluar dari vagina berwarna coklat tua (menyerupai jus
buah prum) atau merah terang, bisa sedikit atau banyak
5) Keadaan ini bisa berlangsung selama beberapa hari saja atau secara
intermiten selama beberapa minggu.
6) Pada awal kehamilan, kira-kira setengah jumlah wanita memiliki rahim
yang lebih besar dari usia kehamilan yang diperkirakan melalui tanggal
menstruasi
7) Napas pendek
8) Ovarium membesar, nyeri tekan (kista lutein teka)
9) Tidak ada denyut jantung
10) Tidak ada aktifitas janin
11) Pada palpasi tidak teraba bagian-bagian janin
12) Kemungkinan terjadi anemia. Anemia akibat kehilangan darah, rasa
mual dan muntah yang berlebihan (hiperemesis gravidarum)
13) Kram perut yang disbabkan distensi rahim merupakan gejala yang
sering ditemukan
14) Pre eklampsia terjadi pada sekitar 15% kasus, biasanya antara minggu
gestansi ke 9 dan ke 12

F. Tipe Mola Hidatidosa


a. Mola Komplet atau klasik
Mola komplet atau klasik terjadi akibat vertilisasi sebuah telur yang
intinya telah hilang atau tidak aktif. Mola menyerupai setangkai buah
anggur putih. vesikel-vesikel hidropik (berisi cairan) bertumbuh dengan
cepat, menyebabkan rahim menjadi lebih besar dari usia kehamilan yang
seharusnya. Biasanya mola tidak mengandung janin, plasenta, membran
amiotik atau air ketuban. Darah maternal tidak memiliki plasenta oleh
karena itu, terjadi pendarahan ke dalam rongga rahim dan timbul
pendarahan melalui vagina. Pada sekitar 3% kehamilan, mola ini
berkembang menjadi koriokarsinoma ( suatu neoplasma ganas yang
bertumbuh dengan cepat). Potensi untuk menjadi ganas pada kehamilan

7
mola sebagian jauh lebih kecil dibandingkan kehamilan mola kompleks
(scot, dkk., 1990).
Villi korionik pada mola hidatidosa komplet berubah menjadi suatu
massa vesikelvesikel jernih. Ukuran vesikel bervariasi dari yang sulit
dilihat, berdiameter sampai beberapa sentimeter dan sering berkelompok
kelompok menggantung pada tangkai kecil.
b. Mola parsial
Mola hidatidosa parsial memiliki perubahan villi yang bersifat fokal,
kurang berkembang, dan mungkin tampak sebagai jaringan janin.
Perkembangannya berlangsung lambat pada sebagian villi yang biasanya
avaskular, sementara villi villi berpembuluh lainnya dengan sirkulasi
janin plasenta yang masih berfungsi tidak terkena. Hiperplasia
trofoblastik lebih bersifat fokal dari pada generalisat.

G. Komplikasi
1. Perdarahan hebat

2. Syok

3. Infeksi

4. Perforasi uterus

5. Keganasan (PTG)

II.Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
a. Biodata
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi : nama,
umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat.
b. Keluhan utama
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang

8
c. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :
1) Riwayat kesehatan sekarang
Yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada
saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid,
pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu :
a) Riwayat pembedahan
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis
pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.
b) Riwayat penyakit yang pernah dialami
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM,
jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinari, penyakit endokrin,
dan penyakit-penyakit lainnya.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut
dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit
menular yang terdapat dalam keluarga.
d) Riwayat kesehatan reproduksi
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya,
sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan
menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.
e) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan
hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
f) Riwayat seksual
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang
digunakan serta keluahn yang menyertainya.
3) Riwayat pemakaian obat
Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis
dan jenis obat lainnya.

9
d. Pola aktivitas sehari-hari
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK),
istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
e. Keluarga berencana
Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju,
apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
f. Data lain-lain
Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama
dirawat di RS.
g. Data psikososial
Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam
keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping
yang digunakan.
h. Status sosio-ekonomi
Kaji masalah finansial klien.
i. Data spiritual
Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan
keagamaan yang biasa dilakukan.

B. Pemeriksaan fisik
a. Palpasi abdomen Teraba uterus membesar,tidak teraba bagian janin,
gerakan janin, dan balotemen
b. Auskultasi Tidak terdengar DJJ
c. Periksa dalam vagina uterus membesar, Bagian bawah uterus lembut dan
tipis, serviks terbuka dapat diketemukan gelembung MH, perdarahan,
sering disertai adanya Kista Teka Lutein Ovarium (KTLO)
d. Pemeriksaan dengan sonde uterus (Acosta Sison) MH hanya ada
gelembung-gelembung yang lunak tanpa kulit ketuban sonde uterus
mudah masuk sampai 10 cm tanpa adanya tahanan

10
C. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto toraks
b. HCG urine atau serum
c. USG
d. Uji sonde menurut Hanifa. Tandanya yaitu sonde yang dimasukkan tanpa
tahanan dan dapat diputar 360 derajat dengan deviasi sonde kurang dari
10 derajat.
e. T3 & T4 bila ada gejala tirotoksikosis.

D. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri
4. Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
5. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
6. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah
7. Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan kuretase
8. Risiko terjadinya gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya
perdarahan

E. Intervensi Keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
Tujuan : Klien akan meninjukkan nyeri berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :
- Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang
- Ekspresi wajah tenang
- TTV dalam batas normal

Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan 1. Mengetahui tingkat nyeri yang
skala nyeri yang dirasakan klien dirasakan sehingga dapat

11
membantu menentukan
intervensi yang tepat.
2. Perubahan tanda-tanda vital
terutama suhu dan nadi
2. Observasi tanda-tanda vital tiap merupakan salah satu indikasi
8 jam peningkatan nyeri yang dialami
oleh klien.
3. Teknik relaksasi dapat membuat
klien merasa sedikit nyaman
dan distraksi dapat mengalihkan
perhatian klien terhadap nyeri
sehingga dapat mambantu
3. Anjurkan klien untuk mengurangi nyeri yang
melakukan teknik relaksasi dirasakan.
4. Beri posisi yang nyaman 4. Posisi yang nyaman dapat
menghindarkan penekanan pada
area luka/nyeri.
5. Kolaborasi pemberian analgetik 5. Obat-obatan analgetik akan
memblok reseptor nyeri
sehingga nyeri tidat dapat
dipersepsikan.

2) Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan


Tujuan : Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat
diri
Kriteria Hasil :
- Kebutuhan personal hygiene terpenuhi
- Klien nampak rapi dan bersih
Intervensi Rasional

12
1. Kaji kemampuan klien dalam 1. Untuk mengetahui tingkat
memenuhi rawat diri kemampuan/ketergantungan klien
dalam merawat diri sehingga
dapat membantu klien dalam
memenuhi kebutuhan
hygienenya.
2. Bantu klien dalam memenuhi 2. Kebutuhan hygiene klien
kebutuhan sehari-hari terpenuhi tanpa membuat klien
ketergantungan pada perawat.
3. Anjurkan klien untuk 3.Pelaksanaan aktivitas dapat
melakukan aktivitas sesuai membantu klien untuk
kemampuannya mengembalikan kekuatan secara
bertahap dan menambah
kemandirian dalam memenuhi
kebutuhannya.
4. Anjurkan keluarga klien untuk 4.Membantu memenuhi kebutuhan
selalu berada di dekat klien klien yang tidak terpenuhi secara
dan membantu memenuhi mandiri.
kebutuhan klien

3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri


Tujuan : Klien akan mengungkapkan pola tidurnya tidak terganggu.
Kriteria Hasil:
- Klien dapat tidur 7-8 jam per hari
- Konjungtiva tidak anemis

Intervensi Rasional
1. Kaji pola tidur 1. Dengan mengetahui pola tidur
klien, akan memudahkan dalam
menentukan intervensi

13
selanjutnya.
2. Ciptakan lingkungan yang 2.Memberikan kesempatan pada
nyaman dan tenang klien untuk beristirahat.
3. Anjurkan klien minum susu 3.Susu mengandung protein yang
hangat sebelum tidur tinggi sehingga dapat
merangsang untuk tidur.
4. Batasi jumlah penjaga klien 4.Dengan jumlah penjaga klien
yang dibatasi maka kebisingan
di ruangan dapat dikurangi
sehingga klien dapat
beristirahat.
5. Memberlakukan jam besuk 5.Memberikan kesempatan pada
klien untuk beristirahat.
6. Kolaborasi dengan tim medis 6.Diazepam berfungsi untuk
pemberian obat tidur Diazepam merelaksasi otot sehingga klien
dapat tenang dan mudah tidur.

4) Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi


Tujuan :Klien akan menunjukkan tidak terjadi panas
Kriteria Hasil :
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Klien tidak mengalami komplikasi

Intervensi Rasional
1. Pantau suhu klien, perhatikan 1.Suhu diatas normal
menggigil/diaforesis menunjukkan terjadinya proses
infeksi, pola demam dapat
membantu diagnosa.
2. Pantau suhu lingkungan

14
2.Suhu ruangan harus diubah atau
dipertahankan, suhu harus
3. Anjurkan untuk minum air mendekati normal.
hangat dalam jumlah yang 3.Minum banyak dapat membantu
banyak menurunkan demam.
4. Berikan kompres hangat 4.Kompres hangat dapat
membantu penyerapan panas
sehingga dapat menurunkan
suhu tubuh.
5. Kolaborasi pemberian obat 5.Digunakan untuk mengurangi
antipiretik demam dengan aksi pada
hipothalamus.

5) Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan


Tujuan : Klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang
Kriteria Hasil:
- Ekspresi wajah tenang
- Klien tidak sering bertanya tentang penyakitnya

Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat kecemasan klien 1. Mengetahui sejauh mana
kecemasan tersebut
mengganggu klien.
2. Beri kesempatan pada klien 2. Ungkapan perasaan dapat
untuk mengungkapkan memberikan rasa lega sehingga
perasaannya mengurangi kecemasan.
3. Dengan mendengarkan keluahan
3. Mendengarkan keluhan klien klien secara empati maka klien
dengan empati akan merasa diperhatikan.

15
4. Jelaskan pada klien tentang 4. Menambah pengetahuan klien
proses penyakit dan terapi yang sehingga klien tahu dan
diberikan mengerti tentang penyakitnya.
5. Beri dorongan spiritual/support 5. Menciptakan ketenangan batin
sehingga kecemasan dapat
berkurang

6) Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah


Tujuan : Klien akan mengungkapkan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil:
- Nafsu makan meningkat
- Porsi makan dihabiskan

Intervensi Rasional
1. Kaji status nutrisi klien 1. Sebagai awal untuk menetapkan
rencana selanjutnya.
2. Anjurkan makan sedikit demi 2. Makan sedikit demi sedikit tapi
sedikit tapi sering sering mampu membantu untuk
meminimalkan anoreksia.
3. Anjurkan untuk makan makanan 3. Makanan yang hangat dan
dalam keadaan hangat dan bervariasi dapat menbangkitkan
bervariasi nafsu makan klien.
4. Timbang berat badan sesuai 4. Mengevaluasi keefektifan atau
indikasi kebutuhan mengubah pemberian
nutrisi.
5. Tingkatkan kenyamanan 5. Sosialisasi waktu makan dengan
lingkungan termasuk sosialisasi orang terdekat atau teman dapat
saat makan, anjurkan orang meningkatkan pemasukan dan
terdekat untuk membawa menormalkan fungsi makanan.
makanan yang disukai klien

16
7) Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan kuretase
Tujuan : Klien akan terbebas dari infeksi
Kriteria hasil:
- Tidak tampak tanda-tanda infeksi
- Vital sign dalam batas normal

Intervensi Rasional
1. Kaji adanya tanda-tanda infeksi 1. Mengetahui adanya gejala awal
dari proses infeksi.
2. Observasi vital sign 2. Perubahan vital sign merupakan
salah satu indikator dari
terjadinya proses infeksi dalam
tubuh.
3. Observasi daerah kulit yang 3. Deteksi dini perkembangan
mengalami kerusakan (luka, infeksi memungkinkan untuk
garis jahitan), daerah yang melakukan tindakan dengan
terpasang alat invasif (infus, segera dan pencegahan
kateter) komplikasi selanjutnya.
4. Anti biotik dapat menghambat
4. Kolaborasi dengan tim medis pembentukan sel bakteri,
untuk pemberian obat antibiotik sehingga proses infeksi tidak
terjadi. Disamping itu antibiotik
juga dapat langsung membunuh
sel bakteri penyebab infeksi.

8) Risiko terjadinya gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya


perdarahan
Tujuan : Klien akan menunjukkan gangguan perfusi jaringan

17
perifer tidak terjadi
Kriteria hasil:
- Hb dalam batas normal (12-14 g%)
- Turgor kulit baik, vital sign dalam batas normal
- Tidak ada mual muntah

Intervensi Rasional
1. Awasi tanda-tanda vital, kaji 1. Memberika informasi tentang
warna kulit/membran mukosa, derajat/keadekuatan perfusi
dasar kuku jaringan dan membantu
menentukan intervensi
selanjutnya.
2. Selidiki perubahan tingkat 2. Perubahan dapat menunjukkan
kesadaran, keluhan pusing dan ketidak adekuatan perfusi
sakit kepala serebral sebagai akibat tekanan
darah arterial.
3. Kaji kulit terhadap dingin, 3. Vasokonstriksi adalah respon
pucat, berkeringat, pegisian simpatis terhadap penurunan
kapiler lambat dan nadi perifer volume sirkulasi dan dapat
lemah terjadi sebagai efek samping
vasopressin.
4. Menggantikan kehilangan daran,
4. Berikan cairan intravena, produk mempertahankan volume
darah sirkulasi
5. Obat anti kagulan berfungsi
mempercepat terjadinya
5. Penatalaksanaan pemberian obat pembekuan darah / mengurangi
antikoagulan tranexid 500 mg perarahan
31 tablet

18
F. Evaluasi
Evaluasi pada klien dengan kehamilan mola hidatidosa :
Keluhan utama (menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang) : teratasi.

Diagnosa Keperawatan Evaluasi


1. Nyeri berhubungan dengan S : klien menyatakan nyeri
terputusnya kontinuitas reda/terkontrol
jaringan O : menunjukkan postur badan
rileks, bebas bergerak
A : nyeri teratasi
P : RT dihentikan

2. Intoleransi aktivitas S : klien melaporkan peningkatan


berhubungan dengan kelemahan toleransi aktifitas (aktifitas
sehari-hari)
O: menunjukkan penurunan tanda
fisiologis intoleransi, mis TTV
normal
A : peningkatan toleransi aktifitas
P : RT dihentikan

3. Gangguan pola tidur S : melaporkan peningkatan rasa


berhubungan dengan adanya sehat dan dapat istirahat
nyeri O : tidur 6-8 jam setiap hari
A : kebutuhan tidur terpenuhi
P : RT dihentikan

4. Gangguan rasa nyaman : S : klien merasa nyaman


hipertermi berhubungan dengan O : TTV dalam kisaran normal,

19
proses infeksi tidak ada tanda-tanda infeksi
A : tidak ada gangguan rasa
nyaman
P : RT dihentikan

5. Kecemasan berhubungan S : klien menyatakan kesadaran


dengan perubahan status perasaan ansietas dan cara sehat
kesehatan menerimanya
O : menunjukkan sikap rileks
A : ansietas teratasi
P : RT dihentikan

6. Risiko nutrisi kurang dari S : klien merasa lebih baik tanpa


kebutuhan berhubungan dengan adanya anoreksia
mual muntah O : menunjukkan peningkatan BB
sesuai tujuan
A : nutrisi terpenuhi
P : RT dihentikan

7. Risiko terjadi infeksi S: -


berhubungan dengan tindakan O : mencapai masa penyembuhan
kuretase tepat waktu, tanpa bukti adanya
infeksi
A : tidak terjadi infeksi
P : RT dihentikan

8. Risiko terjadinya gangguan S: -


perfusi jaringan berhubungan O : perfusi adekuat, nadi perifer
dengan adanya perdarahan kuat, TTV normal, pasien sadar
A : tidak terjadi gangguan perfusi

20
jaringan
P : RT dihentikan

21
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Mola Hidatidosa merupakan proses degenerasi pada vili korionik plasenta
menyebabkan perkembangan vesikel jernih mirip kista berbentuk seperti seikat
anggur.
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, banyak faktor yang dapat
menyebabkan antara lain :
1) wanita yang berada di kedua ujung masa refroduksi ( awal belasan tahun
atau perimenopouse) atau umur di bawah 20 tahun dan di atas 40 tahun.
2) Keadaan sosioekonomi yang rendah dan defisiensi gizi; mola hidatidosa
banyak ditemukan pada mereka dengan status ekonomi yang rendah serta
diet rendah protein.
3) Paritas tinggi.
4) Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.
5) pada wanita yang ovulasi nya di stimulasi dengan clomifen (clomid)
6) Resiko untuk mengalami kehamilan mola ke dua 4-5 kali lebih tinggi dari
resiko kehamilan mola pertama.

B. Saran
1) Untuk mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang mola
hidatidosa dan konsep asuhan keperawatan.
2) Untuk institusi pendidikan hendaknya lebih melengkapi literatur yang
berkaitan dengan penyakit ini.

22
DAFTAR PUSTAKA

Buku ajar keperawatan maternitas / pengarang, Bobak, Lowdermik, Jensen ; alih


bahasa, Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugerah ; editor edisi bahasa Indonesia,
Renata Komalasari.Ed.4.Jakarta : EGC,2004
Buku saku bidan/Varney, Helen. Kriebs, Jan M. Gegor, Carolyn L.alih bahasa,
Endah Pakaryaningsih. Editor edisi bahasa indonesia, Alfrina Hany. Jakarta:EGC,
2001.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-windapuspi-5153-2-
bab2.pdf (diakses tanggal 18 februari 2016 pukul 14.20 wib)
http://infokomaccess.blogspot.co.id/2011/07/asuhan-keperawatan-pada-klien-
mola.html (diakses tanggal 21 Februari 2016 pukul 19.30 wib)
http://duniakita777.blogspot.co.id/2012/04/laporan-pendahuluan-mola-
hidatidosa.html (diakses tanggal 22 Februari 2016 pukul 19.00 wib)

23

Anda mungkin juga menyukai