Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ABORTUS INKOMPLIT

Marsella Ayuthia Andini 20.0601.0042

PRODI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2022
A. Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
sebelum janin mampu hidup diluar kandungan (Nugroho,2010).
Abortus inkomplit adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi masih
tertinggal di dalam uterus dimana perdarahannya masih terjadi dan
jumlahnya bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa,
yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga
perdarahan berjalan terus (Sujiyatini dkk,2009)
Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana
sebagaian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis
servikal yang tertinggal pada desidua atau plasenta (Ai Yeyeh, 2010).

B. Etiologi
Abortus inkomplit merupakan salah satu abortus spontan, banyak faktor
penyebab terjadinya abortus spontan.
Penyebab abortus spontan (Manuaba,2009) :
a) Faktor genetic :
1. Kelainan kromosom
Kelainan kromosom yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah
trisomi, monosomi, triploid/tetraploid
2. Abortus dua kali karena kelainan kromosom terjadi 80%
3. Sindrom Ehlers – Danlos
Yaitu suatu keadaan membran endometrium sangat rapuh sehingga
mudah ruptur atau pecah (rupture membrane abortus spontan)
b) Faktor hormonal
1. Defisiensi luetal
2. Abortus berulang karena faktor hormonal sekitar 35 – 50%
3. gangguan kelenjar tyroid
c) Faktor infeksi genitalia interna
1. Toxoplasmosis
2. Sitomegalovirus
3. Rubela
4. Herpes simpleks
5. Infeksi endometrium (klamidia, toksoplasmosis, mycoplasma
hominis
d) Intoksikasi agen eksternal
1. Intoksikasi bahan anestesi
2. Kecanduan (alkohol. Perokok, agen lainnya)

C. Manifestasi klinis
a) Nyeri hebat
b) Perdarahan banyak
c) Sudah terjadi abortus dengan mengeluarkan jaringan tetapi sebagian masih
berada di dalam uterus
d) Pemeriksaan dalam :
a. Servik masih membuka, mungkin teraba jaringan sisa
b. Perdarahan mungkin bertambah setelah pemeriksaan dalam
e) Pembesaran uterus sesuai usia kehamilan
f) Tes kehamilan mungkin masih positif akan tetapi kehamilan tidak dapat
dipertahankan.

D. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian
diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing
dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi
itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis belum menembus
desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi
korialis menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak
dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada
kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban
pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta.Perdarahan
tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap.Peristiwa abortus
ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk.
Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil
tanpa bentuk yang jelas dan mungkin pula janin telah mati lama. Apabila
mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu yang cepat maka ia dapat
diliputi oleh lapisan bekuan darah, isi uterus dinamakan mola kruenta.
Bentuk ini menjadi mola karnosa apaila pigmen darah telah diserap dan
dalam sisanya terjadi organisasi sehingga semuanya tampak seperti daging.
Bentuk lain adalah mola tuberose, dalam hal ini amnion tampak berbenjol –
benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi
proses mumifikasi diamana janin mengering dan karena cairan amnion
berkurang maka ia jadi gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut
ia menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus).

Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera dikeluarkan adalah
terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut
membesar karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah –
merahan dan dapat menyebabkan infeksi pada ibu apabila perdarahan yang
terjadi sudah berlangsung lama.(Prawirohardjo,2005).
E. Pathway Abortus Inkomplit
F. Komplikasi
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah.Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya
perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya
perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan alat-alat lain.
3. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
karena infeksi berat.
4. Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang
merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu
staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma,
Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis,
sedangkan pada vagina ada lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram
negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur.
Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi
paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci
anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium
perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria
gonorrhoeae, Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes
potensial berbahaya oleh karena dapat membentuk gas.

G. Pemeriksaan penunjang
1. Tes kehamilan : pemeriksaan HCG, positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3
minggu setelah abortus.
2. Pemeriksaan doppler atau USG : untuk menentukan apakah janin masih
hidup.
3. Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus
submukosa dan anomali kongenital.
4. BMR dan kadar urium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak
gangguan glandula thyroidea.
5. Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun akibat perdarahan.

H. Terapi dan Pengobatan


Penanganan umum :
1. Lakukan penilaian awal untuk menentukan kondisi pasien (gawat darurat,
komplikasi berat atau masih cukup stabil)
2. Pada kondisi gawat darurat, segera upayakan stabilisasi pasien sebelum
melakukan tindakan lanjutan (tindakan medik atau rujukan)

3. Penilaian medic untuk menentukan kelaikan tindakan di fasilitas kesehatan


setempat atau dirujuk kerumah sakit.
 Bila pasien syok atau kondisinya memburuk akibat perdarahan hebat segera
atasi komplikasi tersebut
 Gunakan jarum infuse besar (16G atau lebih besar) dan berikan tetesan cepat
(500 ml dalam 2 jam pertama) larutan garam fisiologis atau Ringer

I. Penatalaksanaan
1. Bila disertai syok karena perdarahan segera pasang infuse dengan cairan
NaCl fisiologis atau cairan Ringer Laktat, bila perlu disusul dengan transfuse
darah
2. Setelah syok teratasi, lakukan kerokan
3. Pasca tindakan berikan injeksi metal ergometrin maleat intra muscular untuk
mempertahankam kontraksi otot uterus
4. Perhatikan adanya tanda – tanda infeksi
5. Bila tak ada tanda – tanda infeksi berikan antibiotika prifilaksis (ampisilin
500 mg oral atau doksisiklin 100 mg)
6. Bila terjadi infeksi beri ampisilin I g dan metronidazol 500 mg setiap 8 jam
(Prawirohardjo,2006)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
Tanggal : Tanggal dilakukan pengkajian
Jam : Waktu dilakukan pengkajian
Tempat : Tempat dilakukan pengkajian
No. Reg : Nomor urut yang ada ditempat pengkajian

1. Data Subjektif
a. Biodata : Nama , umur, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Penghasilan,
Alamat, Biodata suami
b. Keluhan Utama : nyeri perut, perdarahan, takut bergerak
c. Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi,
lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta
kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
d. Riwayat Kehamilan, persalinan, dan nifas: Kaji bagaimana keadaan anak
klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan
kesehatan anaknya.
e. Riwayat seksual: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi
yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.
f. Riwayat pemakaian obat: Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi
oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.

g. Pola aktivitas sehari-hari: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,


eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik
sebelum dan saat sakit.
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi
Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna,
perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap
kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur,
penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fisik, dan seterusnya.
- Palpasi
a. Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
b. Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
c. Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri
yang abnormal

- Perkusi
a. Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
b. Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah
ada kontraksi dinding perut atau tidak
- Auskultasi
mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk
bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin
(Johnson & Taylor, 2005 : 39).

B. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri persalinan berhubungan dengan kontraksi uterus
b. Resiko syok berhubungan dengan perdarahan
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri abdomen
d. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan (kurang informasi/tidak
mengenalnya sumber-sumber informasi) tentang prosedur kuretase
C. Rencana Asuhan Keperawatan

No. Tujuan Intervensi Rasional


1 Nyeri klien berkurang 1. Tentukan sifat lokasi 1. Membantu dalam
dalam 3 × 24 jam dan durasi nyeri serta kaji mendiagnosa dan memilih
perawatan dengan kontraksi uterus tindakan keperawatan
kriteria evaluasi yang tepat
2. Kaji stress psikologi
- Skala nyeri 0 (tidak klien/pasangan dan respon 2. Ketidaknyamanan
ada) emosional dihubungkan dengan
terhadap kejadian. aborsi spontan biasanya
- Klien tidak mengeluh
karena kontraksi uterus
nyeri lagi 3. Berikan lingkungan
yang tenang dan 3. Dapat membantu
- Raut muka klien tidak
instruksikan klien untuk dalam memenurunkan
menangis lagi
/menggunakan metode tingkat nyeri dan ansietas
- TTV dalam batas relaksasi serta meningkatkan koping
normal yang dapat membantu
4. 4. Ukur TTV : TD, nadi,
menghilangkan rasa nyeri
TD : respirasi dan temperatur
5. Berikan obat analgetik 4. Penemuan awal
Sistol <140 mHg
yang tepat dapat dijadikan indikator
Diastol <90 mHg 6. Siapkan untuk untuk intervensi lanjut
N : 80 – 90 /menit
x prosedur kuretase
5. Mengurangi fokus
R : 16 – 24 x/menit
klien terhadap
T : 36 – 37 oC rangasangan nyeri

6. Tindakan terhadap
penyimpangan dasar akan
menghilangkan nyeri
2. Resiko syok 1. Observasi TTV 1. Mengetahui
berhubungan dengan keadaan umum klien
2. Kaji output cairan
perdarahan aktif dapat 2. Jumlah cairan
harian
dicegah atau tidak terjadi ditentukan dari jumlah
setelah 3 × 24 jam 3. Berikan pengganti kebutuhan harian
perawatan. output cairan harian ditambah dengan jumlah
dengan kriteria hasil : 4. Posisikan ibu dengan cairan yang hilang
- Pasien mengungkapkan tepat (semi fowler). pervagina
tidak lemah, dan tidak 5. Lakukan tirah baring 3. Tranfusi mungkin
merasa haus lagi diperlukan pada kondisi
6. Laporkan serta catat
- Mukosa bibir lembab perdarahan massif
jumlah dan sifat
- Turgor kulit normal 4. Menjamin
kehilangan darah
- Mata tidak cekung keadekuatan darah yang
tersedia untuk otak,
peninggian panggul
menghindari kompresi
vena.
5. Pendarahan dapat
berhenti dengan reduksi
aktivitas
6. Untuk mengetahui
perkiraan banyak nya
kehilangan darah
3. Intoleransi aktifitas 1. Kaji respon emosi, 1. Untuk menetapkan
berhubungan dengan sosial, dan spiritual kemampuan atau
nyeri abdomen setelah 3 terhadap aktivitas kebutuhan pasien dan
x 24 jam perawatan 2. Kaji penyebab memudahkan pilihan
dengan kriteria hasil : Kelemahan intervensi
- Mencapai mobilitas 3. Kaji tanda-tanda vital 2. Untuk menentukan
yang dibuktikan oleh 4. Pantau asupan nutrisi intervensi yang tepat
pengaturan posisi 5. Ciptakan lingkungan 3. Untuk mengetahui
tubuh, kemauan sendiri, yang nyaman perubahan yang terjadi
gerakan terkoordinasi, 6. Bantu aktivitas pasien pada pasien yaitu
pergerakan sendi aktif, sesuai kemampuan pasien respon automatik
dan mobilitas yang meliputi perubahan
memuaskan tekanan darah, nadi,
- Mendemonstrasikan pernafasan, dan suhu.
mobilitas, yang 4. Untuk memastikan
dibuktikan oleh keadekuatan sumber-
indikator (1-10) sumber energi
- Melakukan rentang 5. Lingkungan yang
pegerakan penuh nyaman dapat
seluruh sendi menurunkan reaksi
- Berbalik sendiri di terhadap stimulasi dari
tempat tidur atau luar dan meningkatkan
memerlukan bantuan relaksasi sehingga
pada tingkat yang pasien dapat
realistis beristirahat dengan
- Meminta bantuan nyaman
reposisi sesuai dengan 6. Untuk meminimalkan
kebutuhan kelelahan dan membantu
keseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen
4. Ansietas berkurang/hilang 1. Kaji tingkat ansietas 1. Mengetahui sejauh
dalam 1 × 24 jam yang dialami klien mana tingkat ansietas
perawatan dengan kriteria dapat diatasi
hasil :
2. Meningkatkan rasa
- Melaporkan adanya kontrol terhadap
penurunan penurunan 2. Dengarkan masalah situasi danmemberikan
ansietas sampai pada klien dan dengarkan secara kesempatan pada klein
tahap dapat diatasi aktif untuk mengembangkan
solusi sendiri
- Memeperlihatkan 3. Ukur TTV: TD, nadi,
keadaaan relaksasi respirasi dan temparatur 3. Keadaan ansietas yang
klien memahami berat dapat di
4. Jelaskan prosedur
tentang kondisi penyakit manifestasikan dari
kuretase dan arti gejala
dan prosedur kuretase TTV
serta prognosis abortus
TTV dalam batas normal 4. Pengetahuan dapat
5. Evaluasi/validasi
membantu
tentang informasi
menurunkan ansietas
yang diberikan
dan meningkatkan rasa
kontrol terhadap
situasi

5. Mengetahui sejauh
mana informasi/cara
dapat diterima klien
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Editor, Renata Komalasari Ed.4.


EGC.
Jakarta. 2004
http://wahyuni-abortusinkomplit.blogspot.com/2011/12/manajemen-asuhan-

kebidanan-ny-n-gestasi.htmlDiakses pada tanggal 25 Juni 2014

http://karyatulisilmiah07.blogspot.com/2012/11/abortus-inkomplit-oleh-

kurniawati.html Diakses pada tanggal 25 Juni 2014


http://ukkyputrinurse.wordpress.com/2013/04/22/laporan-pendahuluan-
askep-

abortus/ diakses pada tanggal 25 Juni 2014


Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I,
Media Aesculapius Jakarta 2000.
Wiknjosastro Hanifa, dkk, 2007, Ilmu Kebidanan, Edisi III. Cetakan IX. YBP
SP. Jakarta.
Wiknjosastro Hanifa, dkk, 2008, Ilmu Kandungan, Edisi II. Cetakan VI. PT
Bina Pustaka. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai