Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN ABORTUS INKOMPLIT

STASE MATERNITAS

OLEH:
NAMA : Emy Pratama
NIM : 2014901110023

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NERS
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ABORTUS INKOMPLIT
I. KonsepAbortusInkomplit
1.1Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
sebelum janin mampu hidup diluar kandungan (Nugroho,2010)
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan, sedangkan abortus inkomplit adalah
sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang
tertinggal (Manuaba, 2008).
Abortus inkomplit adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi
masih tertinggal di dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis
servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau
menonjol pada ostium uteri eksternum, perdarahannya masih terjadi dan
jumlahnya bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa,
yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga
perdarahan berjalan terus (Saifuddin, 2002).

I.2 Etiologi
Abortus inkomplit merupakan salah satu abortus spontan, banyak faktor
penyebab terjadinya abortus spontan.
Penyebab abortus spontan (Manuaba,2009) :
a) Faktor genetic
1. Kelainan kromosom
Kelainan kromosom yang sering ditemukan pada abortus spontan
adalah trisomi, monosomi, triploid/tetraploid
2. Abortus dua kali karena kelainan kromosom terjadi 80%
3. Sindrom Ehlers – Danlos
Yaitu suatu keadaan membran endometrium sangat rapuh sehingga
mudah ruptur atau pecah (rupture membrane abortus spontan)
b) Faktor hormonal
1. Defisiensi luetal
2. Abortus berulang karena faktor hormonal sekitar 35 – 50%
3. gangguan kelenjar tyroid
c) Kelainan anatomi uterus
1. Sub mukosa mioma uteri
2. Kelainan kongenital uterus seperti, septum, uterus arkuatus yang
berat, terdapat polip uteri
3. Serviks inkompeten
d) Faktor infeksi genitalia interna
1. Toxoplasmosis
2. Sitomegalovirus
3. Rubela
4. Herpes simpleks
5. Infeksi endometrium (klamidia, toksoplasmosis, mycoplasma hominis
e) Intoksikasi agen eksternal
1. Intoksikasi bahan anestesi
2. Kecanduan (alkohol. Perokok, agen lainnya)
f) Postur ibu hamil
1. Kurus, BB kurang dari 40 kg
2. Gemuk, BB diatas 80 kg
g) Faktor paternal
1. Hiperspermatozoa, jumlah sperma lebih dari 250 juta
2. Oligospermatozoa, jumlah sperma kurang dari 20 juta
3. Prinsipnya kekurangan DNA
h) Faktor imunologis
1. Faktor alloimmune
 Penolakan maternal terhadap hasil konsepsi yang mengadakan
implantasi
 Jika tipe homolog HLA atau antipaternal antibody tinggi, akan
berlangsung abortus
 Kehamilan dipertahankan oleh komponen : Lokal autoimmune
reaksi sehingga menetralkan antipaternal antibody yang dijumpai
pada sebagian ibu hamil
2. Faktor hormonal dari plasenta yaitu human chorionic gonadotropin
dan progesterone
3. Faktor antibody autoimun, terutama :
 Antibody antiphosfolipid :
o Menimbulkan thrombosis, infrak plasenta, perdarahan
o Gangguan sirkulasi dan nutrisi menuju janin dan diikuti
abortus
o Antibody anticardiolipin, dalam lupus anticoagulant (LAC)
o Menghalangi terbentuknya jantung janin sehingga akan
menyebabkan abortus.

I.3 Manifestasi klinis


a) Nyeri hebat
b) Perdarahan banyak
c) Sudah terjadi abortus dengan mengeluarkan jaringan tetapi sebagian
masih berada di dalam uterus
d) Pemeriksaan dalam :
a. Servik masih membuka, mungkin teraba jaringan sisa
b. Perdarahan mungkin bertambah setelah pemeriksaan dalam
e) Pembesaran uterus sesuai usia kehamilan
f) Tes kehamilan mungkin masih positif akan tetapi kehamilan tidak dapat
dipertahankan.
I.4 Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian
diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya.Hal tersebut menyebabkan hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing
dalam uterus.Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan isinya.Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu
biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis belum menembus
desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi
korialis menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak
dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada
kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban
pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta.Perdarahan
tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap.Peristiwa abortus
ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk.Ada
kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa
bentuk yang jelas dan mungkin pula janin telah mati lama. Apabila mudigah
yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu yang cepat maka ia dapat diliputi
oleh lapisan bekuan darah, isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini
menjadi mola karnosa apaila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya
terjadi organisasi sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain
adalah mola tuberose, dalam hal ini amnion tampak berbenjol – benjol karena
terjadi hematoma antara amnion dan korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi
proses mumifikasi diamana janin mengering dan karena cairan amnion
berkurang maka ia jadi gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut
ia menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus)
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera dikeluarkan
adalah terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut
membesar karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah – merahan
dan dapat menyebabkan infeksi pada ibu apabila perdarahan yang terjadi
sudah berlangsung lama.(Prawirohardjo,2005)

II. MekanismeFisiologis
2.1 Pathway
2.2 Komplikasi
2.2.1 Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah.Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada
waktunya
2.2.2 Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya
perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya
perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan alat-alat lain.
2.2.3 Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
karena infeksi berat.
2.2.4 Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang
merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu
staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma,
Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas
vaginalis, sedangkan pada vagina ada lactobacili,streptococci,
staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides
sp, Listeria dan jamur. Organisme-organisme yang paling sering
bertanggung jawab terhadap infeksi paska abortus adalah E.coli,
Streptococcus non hemolitikus, Streptococci anaerob, Staphylococcus
aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium perfringens. Bakteri
lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae, Pneumococcus
dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial berbahaya oleh
karena dapat membentuk gas.

III. RencanaAsuhanKliendenganAbortus Inkomplit


III.2 Pengkajian
III.2.1 Identitas klien
III.2.2 Riwayat obstetri
III.2.2.1 Riwayat menstruasi (Menarche, siklus, lama, banyak, warna,
bau, flour albous, HPHT, disminore)
III.2.2.2 Riwayat kehamilan
III.2.2.3 Riwayat kehamilan sekarang (HPL, ANC, Keluhan, TT)
III.2.2.4 Riwayat kontrasepsi
III.2.3 Riwayat persalinan
III.2.4 Aktivitas/latihan
III.2.4.1 Nutrisi (sebelum dan selama hamil)
III.2.4.2 Eliminasi (sebelum dan selama hamil)
III.2.4.3 Istirahat (sebelum dan selama hamil)
III.2.4.4 Aktivitas (sebelum dan selama hamil)
III.2.4.5 Pola hubungan seksualitas (sebelum dan selama hamil)
III.2.4.6 Personal hygiene (sebelum dan selama hamil)
III.2.5 Riwayat psikososial
III.2.6 Sirkulasi
III.2.7 Data spiritual
IV. Pemeriksaan Penunjang
4.1 JenisPemeriksaanpenunjang
4.1.1 Tes kehamilan : pemeriksaan HCG, positif bila janin masih hidup,
bahkan 2-3 minggu setelah abortus.
4.1.2 Pemeriksaan doppler atau USG : untuk menentukan apakah janin
masih hidup.
4.1.3 Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus
submukosa dan anomali kongenital.
4.1.4 BMR dan kadar urium darah diukur untuk mengetahui apakah ada
atau tidak gangguan glandula thyroidea.
4.1.5 Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun akibat
perdarahan.
4.2 Penanganmedis
4.2.1 Pemeriksaan umum
4.2.1.1 Lakukan penilaian awal mengenai keadaan umum pasien,
termasu ktanda-tanda vital untuk menentukan kondisi pasien
(gawat darurat, komplikasi berat atau masih cukup stabil)
4.2.1.2 Periksa tanda-tandasyok (pucat, berkeringatbanyak, pingsan,
tekanan sistolik kurang 90 mmHg, nadi lebih 112 kali per
menit).
4.2.1.3 Jika dicurigai terjadi syok, segera  lakukan  penanganan
syok. Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan
kemungkinan tersebut saat penolong melakukan evaluasi
mengenai kondisi wanita karena kondisinya dapat
memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat penting
untuk memulai penanganan syok dengan segera
4.2.1.4 Pada kondisi gawat darurat, segera upayakan stabilisasi
pasien sebelum melakukan tindakan lanjutan (tindakan
medik atau rujukan)
4.2.1.5 Penilaian medic untuk menentukan kelaikan tindakan di
fasilitas kesehatan setempat atau dirujuk kerumah sakit.
4.2.1.6 Bila pasien syok atau kondisinya memburuk akibat
perdarahan hebat segera atasi komplikasi tersebut
4.2.1.7 Gunakan jarum infuse besar (16G atau lebih besar) dan
berikan tetesan cepat (500 ml dalam 2 jam pertama) larutan
garam fisiologis atau Ringer
4.2.2 PenangananAbortusInkomplit
4.2.2.1 Menentukan besar uterus, kenali dan atasi setiap komplikasi
(perdarahanhebat, syokdan sepsis).
4.2.2.2  Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia
kehamilan< 16 minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan:
a) AspirasiVacum Manual merupakan metode evakuasi
yang terpilih.
b) Evakuasi dengan kuretta jam sebaiknya hanya dilakukan
jika AVM tidak tersedia. 
c)Jika evakuasi belum dapat dilakukan
segera, beriergometrium 0,2 mg im (diulangi setelah 15
menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral
(dapatdiulangisetelah 4 jam jika perlu).

4.2.2.3 Jikakehamilan> 16 mingguan


a)      Berikaninfus  oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan
IV (garamfisiologisarau RL ) dengan kecepatan 40 tetes /
menit  sampaiterjadiekspulsikonsepsi. 
b)     Jika perlu berikan misoprostol 200 mg pervaginam
setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil
konsepsi(maksimal 80 mg)
c)      Evakuasi sisahasil konsepsi yang tertinggal dalam
uterus
4.2.2.4 Bila tidak ada tanda-tanda infeksi beri anti biotika profilaksis
(sulbenisillin 2 gram/IM atausefuroksim 1 gram oral).
4.2.2.5  Bila terjadi infeks iberi ampicillin 1 gram danMetrodidazol
500mg setiap 8 jam.
4.2.2.6 Bila pasien tampak anemik, berikan sulfasferosus 600
mg/hariselama 2 minggu (anemiasedang) atau transfuse
darah (anemiaberat).
4.2.2.7 Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah
penanganan (Syaifuddin, 2006).
4.2.3 Penatalaksanaan berdasarkan jenis abortus (abortus inkomplitus)
4.2.3.1 Bila disertai syok karena perdarahan segera pasang infuse
dengan cairan NaCl fisiologis atau cairan Ringer Laktat, bila
perlu disusul dengan transfuse darah
4.2.3.2 Setelah syok teratasi, lakukan kerokan
4.2.3.3 Pasca tindakan berikan injeksi metal ergometrin maleat intra
muscular untuk mempertahankam kontraksi otot uterus
4.2.3.4 Perhatikan adanya tanda – tanda infeksi
4.2.3.5 Bila tak ada tanda – tanda infeksi berikan antibiotika
prifilaksis (ampisilin 500 mg oral atau doksisiklin 100 mg)
4.2.3.6 Bila terjadi infeksi beri ampisilin I g dan metronidazol 500
mg setiap 8 jam(Prawirohardjo,2006)

V. Diagnosa Keperawatan yang mungkinmuncul


5.1 Diagnosa 1 : Kekurangan volume cairan
a. Definisi
Penurunan cairan intravaskularr, interstitial, dan atau cairan intraselular
ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan pada
natrium
b. Batasan karakteristik
Haus penurunan haluaran urin
Kelemahan penurunan pengisian vena
Kulit kering penurunan tekanan darah
Membrane mukosa kering penurunan tekanan nadi
Peningkatan frekuensi nadi penurunan turgor kulit
Peningkatan hematokrit penurunan turgor lidah
Peningkatan konsentrasi urine penurunan volume nadi
Peningkatan suhu tubuh perubahan status mental
Penurunan berat badan tiba-tiba

c. Faktor yang berhubungan


Kegagalan mekanisme regulasi
Kehilangan cairan aktif

5.2 Diagnosa 2 : Nyeri akut


5.2.1 Definisi
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat
adanya kerusakan jaringan, yang aktual atau potensial, atau
digambarkan dalam hal sedemikia rupa.
5.2.2 Batasan karakteristik
Subjektif
Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan (nyeri) dengan
isyarat
Objektif
- Posisi untuk menghindari nyeri
- Perubahan tonus otot (dengan rentang dari lemas tidak bertega
sampai kaku)
- Respons autonomic (misalnya diaphoresis; perubahan tekanan
darah, pernapasan, atau nadi; dilatasi pupil)
- Perubahan selera makan
- Perilaku distraksi (misalnya mondar-mandir, mencari orang lain
dan/atau aktivitas lain, aktivitas berulang)
- Perilaku ekspresif (misalnya, gelisah merintih, menangis,
kewaspadaan berlebihan, peka terhadap rangsang, dan menghela
nafas panjang)
- Wajah topeng (nyeri)
- Perilaku menjaga atau sikap melindungi
- Fokus menyempit (misalnya gangguan persepsi waktu, gangguan
proses piker, interaksi dengan orang lain atau lingkungan
menurun)
- Bukti nyeri yang dapat diamati
- Berfokus pada diri sendiri
- Gangguan tidur (mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur atau
tidak menentu dan menyeringai)

5.2.3 Faktor yang berhubungan


Agen-agen penyebab cedera (misalnya biologis, kimia, fisik, dan
psikologis
5.3 Diagnosa 3 : Ansietas
5.3.1 Definisi
Perasaan tidak nyaman atau kekawatiran yang samar disertai respon
autonom, perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap
bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memempukan
individu untuk bertindak menghadapi ancaman.
5.3.2 Batasan Krakteristik
Perilaku : penurunan produktivitas, gerakan yang ireleven, gelisah,
melihat sepintas, insomnia, kontak mata yang buruk, agitasi, menintai,
tampak waspada.
Afektif : gelisah, distress, kesedihan yang mendalam, ketakutan,
perasaan tidak adekuat, berfokus pada diri sendiri, iritabilitas,, gugup
senang berlebihan, rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan,
bngung, menyesal, ragu, khawatir
Fisiologis : wajah tegang, tremor tangan, peningkatan produksi
keringat, peningkatan ketegangan, gemetar, suata bergetar.
Simpatik : anoreksia, ekstasi kardiovaskular, wajah memerah, mukosa
kering, jantung berdebar, peningkatan denyut nadi, peningkatan
reflek, sulit bernapas, vasokontriksi superficial, lemah, gangguan
perhatian.
5.3.3 Faktor yang Berhubungan
Perubahan
Pemajanan toksin
Infeksi
Krisis maturasi krisis situasional
Proses penyakit
Stress
Kebutuha yang tidak dipenuhi
Konflik tentang tujuan hidup
VI. Perencanaan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Kekurangan Tujuan:    Observasi      Mengetahui
volume cairan Setelahdilakukantindakankeperawatanselama TTV keadaan umum
berhubungan 3 x 24 jam volume cairan terpenuhi dengan klien
dengan kriteria hasil:    Posisikan      Menjamin
kehilangan    Pasien mengungkapkan tidak lemah, dan ibu dengan keadekuatan
vaskuler tidak merasa haus lagi tepat (semi darah yang
berlebih    Mukosa bibir lembab fowler) tersedia untuk
   Turgor kulit normal otak, peninggian
   Mata tidak cekung Berikan panggul
sejumlah menghindari
cairan kompresi vena
pengganti      Pendarahan
harian dapat berhenti
dengan reduksi
   Laporkan aktivitas
serta catat
jumlah dan
sifat      Untuk
kehilangan mengetahui
darah perkiraan
banyak nya
kehilangan
darah
2. Nyeri Tujuan:      Observasi      Untuk
berhubungan Setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam nyeri TTV mengetahui
dengan dilatasi teratasi dengan kriteria hasil: keadaan umum
serviks, trauma    Pasien tidak mengeluh nyeri lagi klien
jaringan dan    Skala nyeri berkurang (<3) Lakukan      Meningkatkan
kontraksi uterus pengkajian koping klien
nyeri dalam mengatasi
   nyeri
           Untuk
mengetahui
lokasi nyeri,
.   Ajarkan skala, dan
metode intensitasnya
distraksi
     Untuk
Kolaborasi mengurangi
     Berikan nyeri
analgetik

     Analgetik
berfungsi untuk
mengurangi
nyeri
3. Ansietas Tujuan :      Jelaskan     Pengetahuan
berhubungan Setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam pasien prosedur dan dapat membantu
dengan tidak mengalami kecemasan dengan ktriteria arti gejala menurunkan
ancaman hasil: rasa takut dan
kematian diri      Klien mendiskusikan ketakutan mengenai meningkatkan
sendiri dan janin diri janin dan masa depan kehamilan, juga rasa kontrol
mengenai ketakutan yang sehat dan tidak terhadap situasi
sehat      Berikan     Pengetahuan
     Klien tampak tenang informasi akan membantu
     Klien tidak terlihat cemas lagi dalam ibu untuk
bentuk mengatasi apa
verbal dan yang sedang
tertulis serta terjadi dengan
beri lebih efektif.
kesempatan Informasi
klien untuk sebaiknya
mengajukan tertulis, agar
pertanyaan nantinya
memungkinkan
ibu untuk
mengulang
informasi akibat
     Pantau tingkat stress.
respon
verbal dan      Menandai
non verbal tingkat
ibu dan kecemasan yang
pasangan. sedang dialami
ibu atau
     Libatkan ibu pasangan.
dalam      Menjadi mampu
perencanaan melakukan
dan sesuatu untuk
berpatisipasi membantu
dalam mengontrol
perawatan situasi sehingga
sebanyak dapat
mungkin menurunkan
rasa takut

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Penerbit


Kedokteran EGC
JNPK _KR. 2008. Pelayanan obsetri dan neonatal emergensi dasar (PONED)
Kusmiyati, Dkk. 2009.Perawatan ibu hamil.Yogjakarta : Fitramaya
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: PT. Salemba
Medika
Nugroho, taufan. 2010. Buku ajar obstetric. Yogjakarta : Nuha Medika
Manuaba. 2007. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
PPKC. 2002. Pelatihan manajemen asuhan kebidanan. Jakarta
Prawirohardjo, S. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta
:Yayasan Bina Pustaka

Banjarmasin, 16 Desember 2020

Preceptor Akademik Preceptor Klinik


( Suci Fitri Rahayu, Ns., M.Kep) (……………….)

NersMuda

(Emy Pratama)

Anda mungkin juga menyukai