I. KOMPLIKASI KEHAMILAN
A. ABORTUS
1. Pengertian :
Abortus adalah penghentian atau berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin
viabel (usia kehamilan sampai dengan 20/22 minggu). Diperkirakan 10%
hingga 20% dari kehamilan berakhir dengan abortus spontan dan sebagian
besar peristiwa ini terjadi dalam usia 12 minggu.
2. Pembagian Abortus
Abortus dibagi menjadi 2 jenis :
a. Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya
(keguguran) merupakan 20% dari semua abortus
b. Abortus provocatus yaitu abortus terjadi karena disengaja
(digugurkan), dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
1) Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeuticus, yaitu
abortus disengaja/pengguguran kehamilan dengan alasan therapi
karena kehamilannya membahayakan (membawa maut) bagi ibu,
misalnya ibu dengan penyakit berat (penyakit jantung, hipertensi
esensial, Ca cervix, Ca mammae).
2) Abortus provocatus criminalis adalah pengguguran kehamilan
tanpa alasan medis yang syah dan dilarang oleh hukum dan agama
1 Patologi Obstetri/Endang/Sita
e. Pemakaian obat-obat seperti vaksinasi penyakit cacar,
preparat sitotoksik, akan mengganggu proses pembelahan sel yang
cepat. Prostaglandin akan menyebabkan abortus dengan merangsang
kontraksi uterus.
f. Trauma, tapi biasanya jika terjadi langsung pada cavum uteri.
Hubungan seksual, khususnya kalau terjadi orgasme dapat menyebabkan
abortus khususnya pada wanita yang mempunyai riwayat keguguran
berkali-kali.
g. Faktor-faktor hormonal, misalnya penurunan sekresi
progesteron diperkirakan sebagai penyebab terjadinya abortus pada usia
kehamilan 10-12 minggu, yaitu saat plasenta mengambil alih corpus
luteum dalam produksi hormon
h. Sebab-sebab psikosomatik : stress dan emosi yang kuat
diketahui dapat mempengaruhi fungsi uterus lewat sistem hipotalamus-
hipofise. Banyak dokter obstetri yang melaporkan kasus-kasus abortus
spontan dengan riwayat stress, dan biasanya mereka juga menyebutkan
kehamilan yang berhasil baik (pada wanita dengan riwayat stres berat)
setelah kecemasan dihilangkan.
b. Abortus Insipiens
1) Pengertian : abortus yang sudah berlangsung dan tidak dapat
dicegah lagi.
2) Tanda dan gejala perdarahan hebat, ada dilatasi cervix, dan
kontraksi uterus yang mengakibatkan nyeri kramp pada abdomen
bawah
2 Patologi Obstetri/Endang/Sita
3) Masalah keperawatan yang mungkin dapat muncul adalah : 1)
kecemasan; 2) nyeri kram pada abdomen bawah; 3) resiko shock.
4) Penatalaksanaan : 1) tirah baring; 2) observasi perdarahan dan
kemungkinan keluarnya jaringan; 3) observasi tanda-tanda vital; 4)
kurangi rasa nyeri dengan analgetika; 5) pasien dipuasakan untuk
persiapan kemungkinan adanya tindakan operatif (curetage); 6)
pemberian uterus tonika (ergometrin); 7) pemeriksaan Hb,
golongan darah; 8) jika 24 jam abortus tidak terjadi, uterus harus
dikosongkan dengan menggunakan vacum/curet; 9) perhatikan
psikososial isteri dan suami; 10) privasi.
c. Abortus Incompletus
1) Pengertian : abortus yang sudah terjadi dengan sebagian dari buah
kehamilan telah dilahirkan tapi sebagian (biasanya jaringan
placental) masih di alam rahim.
2) Tanda dan gejala : perdarahan tidak berkurang, cervix tetap
terbuka.
3) Masalah keperawatan yang mungkin muncul : 1) kecemasan; 2)
nyeri kramp; 3) resiko shock
4) Penatalaksanaan : 1) tirah baring; 2) observasi perdarahan meliputi
jumlah, warna dan bau; 3) observasi tanda vital; 4) evakuasi uterus
harus segera dilakukan untuk mencegah perdarahan lebih lanjut; 5)
vulva hygiene diperhatikan; 6) apabila sudah ada laktasi maka
laktasi dihentikan dengan pemberian hormon estrogen (kalau perlu)
Gambar1 : Abortus
a = Abortus Imminens
b = Abortus Insipiens
c = Abortus Inkomplit
3 Patologi Obstetri/Endang/Sita
d. Abortus Completus (keguguran lengkap)
(i) Pengertian : aborturtus dimana semua buah kehamilan (janin, selaput
ketuban, dan plasenta) sudah keluar.
(ii) Tanda dan gejala : perdarahan berhenti, nyeri berhenti, cervix
menutup, uterus mengalami involusi.
(iii) Masalah keperawatan yang mungkin muncul : 1) kehilangan
berhubungan dengan terjadinya abortus yang tidak diduga; 2) harga
diri rendah berhubungan dengan ketidakmampuan menyelesaikan
kehamilan sampai term gestasi dengan sukses
(iv) Penatalaksanaan : 1) beri penyuluhan tentang kehamilan berikutnya;
2) beri suport system yang kuat (dari team medis, keluarga dan
orang-orang terdekat); 3) beri ronburantia dan istirahat.
e. Missed Abortus :
(i) Pengertian : hasil konsepsi telah mati tetapi abortus spontan tidak
terjadi, sehingga produk kehamilan masih berada di dalam rahim.
(ii) Tanda dan gejala : tanda-tanda kehamilan berkurang (payudara
mengecil dan lebih lunak pertumbuhan uterus berhenti, pasien
merasa tidak hamil lagi. Setelah beberapa minggu akan keluar sekret
kecoklatan dari vagina dan tanda-tanda kehamilan eksternal hilang.
Dapat terjadi hypofibrinogenemia. Bekuan darah dari perdarahan
placenta kadang-kadang memenuhi uterus untuk membentuk mola
karneosa. Sekitar usia kehamilan 18 minggu akan terjadi evakuasi
spontan
(iii) Penatalaksanaan : jika kehamilan kurang dari 14 minggu uterus dapat
dikosongkan dengan tindakan suction curettage, kemudian diberikan
uterus tonika (ergometrin) intravena. Tetapi jika kehamilan lebih dari
14 minggu pasien diberi prostaglandin atau oksitosin untuk
menginduksi persalinan.
g. Abortus habitualis
4 Patologi Obstetri/Endang/Sita
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi secara berturut-
turut minimal 3x
h. Abortus septik
1) Pengertian : Abortus yang disertai adanya penyakit infeksi yang
menyebabkan terjadinya resistensi normal saluran genital. Abortus
provokatus kriminalis masih menjadi penyebab paling serius karena
tidak dilakukan secara aseptik. Faktor lain yang terlibat adalah
keberadaan produk kehamilan yaitu jaringan placenta yang mati di
dalam rahim. Inferksi dapat menyerang endometrium dan menyebar
ke bagian lain secara langsung atau tidak langsung untuk
menyebabkan peritonitis, salphingitis dan septikemia
2) Gejala :
Keluhan tidak enak badan, panas tinggi, takikardi, sakit kepala,
sekret vagina yang berbau, nyeri ketika dilakukan pemeriksaan
panggul dalam.
3) Penatalaksanaan :
1) pemeriksaan swab tinggi vagina untuk kultur; 2) pemberian
antibiotik; 3) curettage dilakukan apabila infeksi sudah mereda
dengan antibiotika selama 12-14 jam kemudian, kecuali terjadi
perdarahan yang hebat dan ini dilakukan pada kehamilan usia12
minggu lebih.
B. HYPEREMESIS GRAVIDARUM
I. PENDAHULUAN
Sekitar 75% dari semua wanita mengalami mual-mual pada awal kehamilan,
60%-80% pada primi gravida, dan 40%-60% pada multi gravida.Hal ini
yang disebut sebagai morning sickness. Morning sickness ini biasanya akan
menghilang pada usia kehamilan sekitar 12 minggu sebagaimana tubuh
wanita hamil telah terbiasa dengan perubahan yang terjadi saat kehamilan.
Pada sekitar 3,5 dalam 1000 kehamilan, akan mengalami mual muntah yang
terus menerus menyebabkan dehidrasi berat dan kelaparan. Kondisi yang
demikian disebut dengan hiperemesis gravidarum (muntah-muntah yang
berlebihan pada kehamilan)
I. PENGERTIAN
Hyperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi secara berlebihan
selama kehamilan.
II. PENYEBAB
Penyebab hyperemesis yang pasti belum diketahui. Pada tubuh wanita hamil
terjadi perubahan-perubahan yang cukup besar yang mungkin merusak
5 Patologi Obstetri/Endang/Sita
keseimbangan di dalam tubuh. Situasi yang mungkin dapat menyebabkan
terjadinya hyperemesis gravidarum adalah :
a. Overreaksi terhadap hormon-hormon korionik gonadotropin dalam hal
ini adanya peningkatan hormon estrogen (lebih sering diketemukan pada
primi gravida dan pada wanita hamil dengan kadar HCG yang lebih
tinggi daripada kadar yang normal, seperti hamil kembar, mola
hidatidosa)
b. Masuknya bagian-bagian villius (vili khorealis) ke dalam peredaran
darah ibu.
c. Perubahan metabolik akibat hamil
d. Alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak.
e. Faktor psikologik dapat menyababkan terjadinya hyperemesis
gravidarum (respons yang negatif terhadap kehamilan, hubungan
keluarga yang tidak harmonis)
III. PROSES
Proses terjadinya hyperemesis gravidarum biasanya dimulai dengan morning
sickness dan menjadi demikian berat sampai pasien tidak dapat makan dan
atau minum. Ia kehilangan berat badan dan mulai mengalami dehidrasi.
b. Tingkat II
a. Pasien tampak lebih lem,ah dan apatis
b. Turgor kulit lebih mengurang
c. Lidah mengering dan kotor
d. Nadi kecil dan cepat
e. Suhu kadang-kadang naik
f. Mata sedikit ekterik
g. Berat badan turun dan mata menjadi cekung
h. Tekanan darah turun
i. Hemokonsentrasi
j. Oliguri dan konstipasi
k. Napas pasien bau aseton dan juga terdapat pada urine
c. Tingkat III
a. Keadaan umum lebih parah
6 Patologi Obstetri/Endang/Sita
b. Muntah berhenti
c. Kesadaran menurun dari somnolen sampai koma
d. Nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun
e. Suhu meningkat
f. Terjadi komplikasi encephalopati Wernicke (nistagmus, diplopia,
perubahan mental) sebagai akibat dari kekurangan makanan
termasuk vitamin B complex
g. Ikterus yang menunjukkan adanya payah hati
V. MASALAH KEPERAWATAN
Masalah keperawatan/diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang
abnormal akibat muntah/pemasukan cairan yang tidak adekuat
2. Kekurangan nutrisi berhubungan dengan mual disertai dengan munta
3. Nyeri akut pada epigastrium berhubungan dengan mual dan muntah
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik akibat nutrisi
yang tidak adekuat
5. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kondisi, penyebab dan
penatalaksanaan
6. Resiko tinggi tidak efektifnya koping individu dan keluarga
berhubungan dengan stres emosional akibat kondisi dan hospitalisasi
7. Takut berhubungan dengan pengaruh hyperemesis terhadap kesehatan
fetus
8. Resiko tingi perubahan proses keluarga berhubungan dengan kesakitan
dan pemisahannya ibu selama hospitalisasi
9. Ketidakberdayaan berhubungan dengan ancaman komplikasi kehamilan
10. Perubahan fungsi peran berhubungan dengan buah kehamilan tidak
sesuai dengan yang diharapkan
11. Gangguan self esteem berhubungan dengan buah kehamilan tidak sesuai
dengan yang diharapkan
12. Resiko tinggi luka pada maternal/fetal berhubungan dengan komplikasi
hiperemesis yang berat
7 Patologi Obstetri/Endang/Sita
f. Pasien dan keluarganya mampu mengemukakan pengertian tentang
kondisi, penatalaksanaannya dan resiko pengaruh pada dirinya dan fetus
g. Pasien dan keluarganya dapat mendemonstrasikan koping yang efektif
dan saling mendukung
I. PENGERTIAN
Mola Hidatidosa adalah :
1. tumor jinak (benigna) yang berasal dari chorion
2. kehamilan abnormal yang muncul akibat tumbuhnya vili chorialis yang
seharusnya menjadi jaringan placenta, tetapi berubah menjadi
gelembung-gelembung yang berisi cairan jernih.
3. Suatu kehamilan yang ditandai dengan adanya villi korialis yang tidak
normal secara histologist yang terdiri dari beberapa tingkatan proliferasi
trofoblastik dan edem pada stroma villus
II. TIPE
Ada 2 tipe/jenis mola hidatidosa :
1. Mola komplit atau mola klasik diakibatkan oleh fertilisasi sel telur yang
tidak mempunyai inti atau tidak aktif. Inti sperma (23X) menduplikasi
menjadi sejumlah diploid, 46XX. Mola mirip seikat anggur putih.
Vesikel-vesikel hidropik (berisi air) tumbuh dengan cepat, maka uterus
8 Patologi Obstetri/Endang/Sita
menjadi lebih besar dari pada perkiraan kehamilan. Mola tidak berisi
fetus, placenta, membran amniotik atau cairan. Peredaran darah ibu tidak
mempunyai placenta sehingga terjadi perdarahan melalui cavum uteri
dan vagina. Pada kira-kira 90% mola hidatidosa diploid 46XX
berkembang menjadi Choriocarcinoma.
Ciri-ciri :
a. Kehamilan yang berkembang tidak wajar
b. Tidak ditemukan janin
c. Hampir seluruh villi korialis mengalami perubahan
hidropik
d. Pembuahan sel telur yang kehilangan intinya atau inti
tidak aktif lagi
2. Mola partial adalah diploid normal, trisomik, atau triploid. Gen ibu akan
ada. Mola triploid seringkali terbentuk oleh 2 set kromosom ayah dan 1
set kromosom ibu (diandry), tetapi juga dapat terbentuk dari 1 set
kromosom ayah dan 2 set kromosom ibu (digyny). Membran embrionik
ada. Mola partial mempunyai potensial berubah menjadi maligna lebih
kecil dari pada mola hidatidosa komplit.
Kira-kira 80% mola hidatidosa partial mengalami abortus spontan, 15%
berlanjut menjadi penyakit kehamilan trofoblast nonmetastase.
9 Patologi Obstetri/Endang/Sita
5. Usia 40 tahun : memiliki peningkatan resiko 7x disbanding perempuan
yang lebih muda
V. PROGNOSA
Mola hidatidosa merupakan sebuah kematian yang penting
Kematian disebabkan karena :
1. perdarahan
2. perforasi misalnya oleh mola dertruens yaitu gelembung mola
menembus dinding rahim sampai terjadi perforasi
3. infeksi, sepsis
4. choriocarcinoma setelah mola hidatidosa antara 2% - 8% dan makin
tinggi pada usia tua
VI. PENATALAKSANAAN
1. Pada pasien yang berusia sudah tua dan tidak menginginkan anak lagi,
maka dilakukan histerektomi, berhubung dengan kemungkinan mola
hidatidosa menjadi ganas
2. Pada pasien yang masih muda dan masih menginginkan anak, maka
dilakukan curettage untuk mengeluarkan mola, disertai dengan transfusi
darah karena kemungkinan besar terjadi perdarahan yang banyak.
3. Sebelum curettage diberikan hormon oxytosin, sehingga uterus
berkontraksi dan dindingnya lebih keras untuk mengurangi bahaya
perforasi
4. Apabila belum ada pembukaan dapat dipasang laminaria stiff pada
cervix (pada mulut rahim)
5. 1 - 2 minggu kemudian dilakukan curettage ulang untuk meyakinkan
bahwa uterus betul-betul bersih bebas dari sisa-sisa trophoblast
10 Patologi Obstetri/Endang/Sita
6. Sebagai follow up setelah curettage, tes reaksi biologis dilakukan 2
minggu sekali sampai reaksi negatif, kemudian sekali sebulan samapi 2
tahun untuk mengantisipaisi terjadinya Choriocarcinoma
7. Selama pemeriksaan HCG pasien tidak boleh hamil
8. Pemeriksaan foto paru-paru (thorax) dilakukan setiap bulan
D. KEHAMILAN EKTOPIK
a. PENDAHULUAN
Kehamilan ektopik merupakan suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita
yang bersangkutan berhubungan dengan besarnya kemungkinan terjadi
keadaan yang gawat. Keadaan gawat ini dapat terjadi apabila kahamilan
ektopik terganggu.
I. PENGERTIAN
Kehamilan ektopik terjadi apabila telur yang dibuahi berimplantasi dan
tumbuh di luar endometrium cavum uteri. Kehamilan ekstrauterin tidak
sinonim dengan kehamilan ektopik karena kahamilan pada pars interstitialis
tuba dan kanalis servicalis masih termasuk dalam uterus tetapi jelas bersifat
ektopik.
Kehamilan ini jarang dapat berlanjut lebih lama dari 6-10 minggu karena
lokasi tidak sesuai bagi pertumbuhan plasenta yang memuaskan atau tidak
adanya tempat yang cukup untuk menampung kehamilan yang berkembang
11 Patologi Obstetri/Endang/Sita
Kira-kira 90% kehamilan ektopik terjadi di tuba falopii dan merupakan satu-
satunya yang akan dibahas .
2. Abortus tuba, yaitu hasil akhir yang paling sering ditemukan, bersama-
sama dengan ovum (dan kemungkinan pula darah) akan dikeluarkan dari
tuba untuk masuk ke dalam uterus atau keluar ke dalam cavum
peritonium. Kejadian ini biasanya mengakibatkan kematian ovum,
kadang-kadang ovum tersebut kembali dan berkembang menjadi
kehamilan abdominal sekundair
3. Ruptur tuba, erosi dan akhirnya ruptur tuba terjadi kalau ovum terus
tumbuh hingga melampoi kemampuan peregangan otot tuba. Ruptur tuba
12 Patologi Obstetri/Endang/Sita
biasanya disertai dengan ruptur salah satu atau lebih pembuluh arteriole
yang besar sehingga terjadi perdarahan hebat yang akan mengalir ke
dalam cavum Douglasi untuk membentuk hematokel pelvic.
IV. PENYEBAB
V. PROSES
Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya
sama dengan halnya di kavum uteri.
13 Patologi Obstetri/Endang/Sita
berbaring. Nyeri abdomen yang hebat sering disertai perasaan mau
pingsan pada kasus-kasus kehamilan tuba yang mengalami ruptur
3. Perdarahan per vaginam yang warnanya cokelat atau merah dan biasanya
sedikit tetapi menentap. Ada 2 sumber yang menjadi penyebab
perdarahan ini, yaitu : dari tuba melalui uterus atau pelepasan desidua
sebagai akibat penghentian produksi estrogen sesudah terjadinya
kematian embryo
4. Bukti adanya perdarahan internal (anemia). Perdarahan lambat sesudah
terjadinya ruptur tuba atau perembesan darah sebelum terjadinya ruptur
tuba dapat menyebabkan anemia, tetapi gejala kolaps dan shock hanya
terjadi kalau terdapat perdarahan hebat setelah ruptur tuba. Pada keadaan
ini ditemukan nyeri tekan yang hebat dan distensi pada abdomen.
VII. PENGKAJIAN
1. Tanda-tanda dan gejala termasuk nadi cepat dan lemah, keringat dingin,
pucat, lesu, megap-megap, dan ansietas yang berlebihan
2. Riwayat medis, pemeriksaan fisik (termasuk pelvik), uji kehamilan, dan
analisa darah.
3. Mungkin dilakukan laparascopi, kuldoskopi, atau laparatomi
I. PENGERTIAN :
Pre eklampsi adalah suatu penyakit yang menyertai kehamilan yang berupa
3 gejala, yaitu : edema, protein urine, dan hipertensi. Disebut juga penyakit
hipertensi karena kehamilan. (PIH yaitu Pregnancy Induced Hypertensi)
14 Patologi Obstetri/Endang/Sita
II. PENYEBAB :
Penyebab yang pasti belum diketahui, kemungkinan karena adanya
kehamilan. Sebagai faktor predisposisi terjadinya pre eklampsi antara lain
adalah
1. Teori iskemi daerah implantasi plasenta didukung kenyataan
sebagai berikut :
a. Pre eklampsi dan eklamsi lebih banyak terjadi pada primi gravida,
hamil ganda, dan mola hodatidosa.
b. Kejadian makin meningkat dengan makin menuanya umur
kahamilan
c. Gejala penyakit berkurang bila terjadi kematian janin
2. Kekhasan kehamilan : terutama primi gravida
3. Overdistensi uterus (seperti pada kehamilan ganda,
polihidramnion, abnormalitas janin)
4. Penyulit beberapa kondisi medis seperti penyakit ginjal,
hipertensi essensial, diabetes
5. Insiden yang lebih tinggi kalau makanan ibu mempunyai mutu
yang buruk
III. KEJADIAN :
Pre eklampsi biasanya terjadi pada kehamilan sesudah 28 minggu. Pasien
yang pernah mengalami PIH atau bagi mereka yang mengalami penyakit
hipertensi kronis memiliki kecenderungan 25% - 35% untuk mengalami
PIH. Dari mereka yang mengalami pre eklampsi, 5% terus berkembang
menjadi eklampsi. Kematian janin dengan preeklampsi sekitar 10% dan
dengan eklampsi sekitar 20%. Walaupun insiden eklampsia jarang, tetapi
PIH tetap menjadi penyebab ketiga kematian maternal di USA.
15 Patologi Obstetri/Endang/Sita
d. Keluhan subyektif seperti :
1) Nyeri epigastrium
2) Gangguan penglihatan
3) Nyeri kepala
4) Edema paru dan sianosis
5) Gangguan kesadaran
e. Pemeriksaan :
1) Kadar hati meningkat disertai ikterus
2) Perdarahan pada retina
3) Trombosit kurang dari 100.000/mm
V. PENCEGAHAN
Pre eklampsi dan eklampsi merupakan komplikasi kehamilan yang
berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan dan
diagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka kematian.
Untuk dapat menegakkan diagnosis dini diperlukan pengawasan hamil yang
teratur dengan memperhatikan kenaikan berat badan, kenaikan tejanan
darah, dan pemeriksaan urin protein.
Untuk mencegah terjadinya pre eklampsi ringan dapat dilakukan nasihat-
nasihat tentang dan berkaitan dengan :
1. Diit makanan
Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin, asam folat,
dan rendah lemak. Kurangi garam, apabila berat badan bertembah atau
edema. Makanan berorientasi pada 4 sehat 5 sempurna (gizi seimbang).
Untuk meningkatkan jumlah protein dengan tambahan satu butir telur
setiap hari.
2. Cukup istirahat
Istirahat yang cukup dengan semakin tuanya kehamilan, bekerja
seperlunya saja dan disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak
duduk atau berbaring ke arah punggung janin (ke kiri), untuk mencegah
terjadinya penekanan pada aorta dan vena kava inferior sehingga aliran
darah menuju uterus (plasenta) tidak mengalami gangguan
3. Pengawasan antenatal (hamil)
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera ke
tempat pelayanan kesehatan. Keadaan yang memerlukan perhatian
adalah :
a. Uji kemungkinan pre eklampsi, meliputi :
1) pemeriksaan tekanan darah
2) pemeriksaan tinggi fundus uteri
3) pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema
4) pemeriksaan protein urin
5) kalau mungkin dilakukan tes fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran
darah umum, dan pemeriksaan retina
b. Penilaian kondisi janin dalam rahim
1) pemantauan tinggi fundus uteri
16 Patologi Obstetri/Endang/Sita
2) pemeriksaan janin : gerakan janin dalam rahim, denyut
jantung janin, pemantauan air ketuban
3) Usulkan untuk pemeriksaan ultrasonografi
VI. PENGKAJIAN :
1. Yang terpenting dalam pengkajian untuk pre eklampsi ringan
adalah :
a. tekanan darah
b. protein urin,
c. berat badan (dengan skala, waktu dan alat ukur yang sama),
d. observasi terhadap edem
e. adanya sakit kepala,
f. pening
g. gangguan lambung (nyeri epigastrium)
h. pemeriksaan darah rutin dan kimia (fungsi ginjal, fungsi
hati)
i. pergerakan janin
j. amniosintesis (untuk mengetahui maturitas paru janin)
17 Patologi Obstetri/Endang/Sita
n. Tingkat kesadaran dikaji terus menerus
o. Pemeriksaan laboratorium darah ditentukan setiap hari meliputi
hematokrit, nitrogen ure darh, kreatinin, serum asam urat, pembekuan
dan elektrolit
VII. INTERVENSI
1. Intervensi untuk pasien dengan pre eklampsia ringan tidak perlu
dirawat inap, tetapi yang penting adalah :
a. Diet : tinggi protein dengan asupan natrium sedang 2,5 gr sampai 7,0
gr/hari. Cairan 6 sampai 8 gelas/hari. Tidak perlu diuretik
b. Istirahat dengan posisi lateral recumbent ke arah kiri untuk
meningkatkan aliran plasma ginjal, kecepatan filtrasi glomerulus dan
perfusi plasenta. Berbaring terlentang berbahaya karena menekan
vena kava inferior dan aorta serta mengurangi suplai darah ke uterus,
menekan arteri renalis dan mengurangi aliran darah ke ginjal.
Mengurangi aktivitas
c. Kolaborasi untuk mendapatkan obat-obatan seperti :
1) sedativa ringan : phenobarbital 3 x 30 mgr, valium 3 x 10 mgr
2) obat penunjang : vitamin B kompleks, vitamin C atau vitamin
E, zat besi (ferum)
d. Tanda-tanda bahaya : ibu dianjurkan untuk segera
melaporkan/datang apabila terjadi perubahan yang tiba-tiba terjadi
padanya seperti : sakit kepala, mata kabur/skotoma, edema
mendadak atau berat badan naik, sesag napas, nyeri pada
epigastrium, kesadaran makin berkurang, demam, tremor otot
(kejang), pengeluaran urin berkurang, gerak janin melemah,
berkurang,
e. Supervisi medis/jadual kunjungan : kunjungan ke klinik dijadualkan
2 minggu sekali atau kurang, tergantung pada gejala.. Pada saat ini
dimonitor tentang : tekanan darah, edem, albuminuria, penambahan
berat badan, kesehatan mental, dan perkembangan janin.
18 Patologi Obstetri/Endang/Sita
h. Pengobatan : sedativa : Phenobarbital 3 x 100 mgr, valium 3 x 20
mgr
i. Menghindari kejang dengan : Mg SO4 (Magnesium Sulfat) 8 gr
I.M., selanjutnya 4 gr/6jam, harus diperhatikan dan diobservasi
pernapasan tidak boleh kurang dari 16x/menit, refleks patela +,
jumlah urin minimal 600 ml/24 jam. Valium 20 mg IV, selanjutnya
20 mg/drip 20 tts/menit. Kombinasi : Petidin 59 mgr IM,
Klorpromasin 50 IM, Diasepam (valium) 20 mgr
j. Bila terjadi oliguri diberikan Dextrose 40% IV untuk menarik cairan
dari jaringan, sehingga dapat merangsang diuresis
k. Dukungan dan pendidikan untuk menurunkan kecemasan dengan
memberitahukan tentang keadaan janinnya
l. Setelah keadaan pre eklampsia berat teratasi, pertimbangkan untuk
mengakhiri kehamilan berdasarkan :
1) kehamilan cukup bulan
2) mempertahankan kehamilan sampai mendekati cukup bulan
3) kegagalan pengobatan preeklampsi berat, kahamilan diakhiri
tanpa memperhitungkan usia kehamilan
4) merujuk ke RS untuk pengobatan yang adekuat
F. EKLAMPSIA
I. PENGERTIAN
Eklampsia merupakan kelanjutan dengan preeklampsia berat (PEB) dengan
gejala tambahan berupa kejang.
19 Patologi Obstetri/Endang/Sita
b. seluruh tubuh kaku, wajah kaku, pernapasan berhenti dapat
diikuti sianosis, tangan menggenggam kaki diputar ke dalam, lidah
dapat tergigit
4. Tingkat koma
a. setelah kejang klonik berhenti penderita menarik napas
b. diikuti koma yang lamanya bervariasi
Selama terjadi kejang dapat terjadi suhu naik mencapai 40ºC, nadi
bertambah cepat, tekanan darah meningkat
IV. PROGNOSA
Di Indonesia preeklampsi berat dan eklampsi merupakan salah satu
penyebab kematian maternal mencapai 1,5% sampai 25%, sedangkan
penyebab kematian bayi mencapai 45% sampai 45%.
Penyebab kematian ibu adalah perdarahan otak, payah jantung atau payah
ginjal, dan aspirasi cairan lambung atau edema paru-paru. Sedangkan
kematian bayi adalah asphexia intrauterin dan persalinan prematuritas.
Mekanisme kematian janin dalam rahim adalah sebagai berikut :
1. Kekurangan O2 menyebabkan perubahan metabolisme ke arah
lemak dan protein dapat menimbulkan badan keton
2. Merangsang dan mengubah keseimbangan nervus simpatis dan
nervus vagus yang menyebabkan :
a. perubahan denyut jantung janin menjadi takikardi dan
dilanjutkan bradikardi serta irama yang tidak teratur
b. peristaltik usus bertambah dan sphingter ani terbuka sehingga
dikeluarkan mekoneum
3. Bila kekurangan O2 terus berlangsung keadaan bertambah gawat
sampai terjadi kematian dalam rahim
V. PENANGANAN EKLAMPSIA
Selama serangan kejang, prioritas pertama penanganan adalah memastikan
jalan napas yang lapang dan bersih. Pasien harus dilindungi dari cedera fisik
dengan cara-cara perawatan yang lazim dilakukan seperti : pasang spatel
lidah untuk mencegah terjadinya lidah tergigit, pasang pengaman tempat
tidur supaya pasien tidak jatuh. Hindarkan pasangan dari rengsangan cahaya
20 Patologi Obstetri/Endang/Sita
dan jaga ketenangan pasien dengan merawat pasien di ruang tersendiri dan
batasi pengunjung.
Magnesium sulfat merupakan preparat sedative neuromuskuler dapat
diberikan untuk mencegah terjadinya serangan kejang lebih lanjut. Diazepam
(valium) kadang-kadang juga diberikan.
I. PENGERTIAN
Perdarahan ante pertum adalah perdarahan pervaginam yang terjadi pada
kehamilan 28 minggu atau lebih. Sering disebut juga sebagai perdarahan
Trimester III.
1. PLASENTA PRAEVIA
I. PENGERTIAN
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi di sekitar segmen
bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh osteum
uterina internum/jalan lahir. (prae = di depan, via = jalan)
Implantasi plasenta yang normal adalah di sekitar fundus uteri pada
dinding depan atau dinding belakang rahim.
21 Patologi Obstetri/Endang/Sita
II. MACAM-MACAM PLASENTA PREVIA
1. Plasenta previa totalis
Plasenta previa totalis apabila seluruh osteum uteri internum
tertutup oleh plasenta
2. Plasenta previa partialis
Apabila plasenta menutupi sebagian dari osteum uteri internum
3. Plasenta previa marginalis
Apabila tepi plasenta terdapat di pinggir osteum uteri internum
22 Patologi Obstetri/Endang/Sita
Gambar : placenta normal dan placenta praevia
III. PENYEBAB
Penyebab pasti plasenta berimplantasi di segmen bawah rahim belum
diketahui, tetapi kemungkinan karena :
1. Faktor usia pasien/ibu :
pada wanita hamil usia muda/ kurang dari 20 tahun,
pertumbuhan endometrium belum sempurna sehingga
endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi,
atau usia di atas 35 tahun karena kurang subur sehingga
endometrium di fundus tipis.
2. Paritas :
Pada wanita dengan paritas yang tinggi, endometrium belum
sempat tumbuh
3. Endometrium yang cacat
a. bekas persalinan berulang dengan jarak yang pendek
b. bekas operasi, curetage atau plasenta manual, akan terjadi
penurunan vaskularisasi pada segmen atas rahim
c. perubahan endometrium pada myoma uteri atau polip
d. pada keadaan malnutrisi
IV. PATOFISIOLOGI
Dari kemungkinan penyebab di atas, maka plasenta berimplantasi di
segmen bawah rahim sehingga menutupi canalis servikalis dan
mengganggu proses persalinan dengan terjadinya perdarahan
V. GEJALA/GAMBARAN KLINIK
1. Adanya perdarahan pervaginam tanpa rasa sakit pada kehamilan
trimester III, terjadi pada saat tidur atau sedang melakukan
aktivitas
2. Warna perdarahan merah segar mungkin hilang timbul, mungkin
terjadi secara memancar atau sangat jarang, mungkin terus
menerus.
3. Jumlah perdarahan dapat sedikit atau banyak
4. Karena implantasi plasenta di bawah, maka bagian terendah janin
tidak mungkin masuk ke pintu atas panggul/masih tinggi.
5. Oleh karenanya, menimbulkan kelainan letak janin dalam rahim
23 Patologi Obstetri/Endang/Sita
a. terjadi perdarahan pada kehamilan sekitar 28 minggu
b. sifat perdarahan :
1) tanpa rasa sakit, terjadi secara tiba-tiba
2) tanpa sebab yang jelas
3) perdarahan dapat berulang
c. perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu maupun janin
dalam rahim
2. Inspeksi
a. perdarahan pervaginam encer sampai bergumpal
b. pada perdarahan yang banyak ibu tampak anemis
3. Pemeriksaan fisik ibu
a. dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai
shock
b. kesadaran pasien bervariasi dari baik sampai koma
c. pada pemeriksaan dapat dijumpai :
1) tekanan darah, nadi, dan pernapasan dalam batas
normal
2) tekanan darah turun, nadi dan pernapasan meningkat
3) daerah ujung menjadi dingin
4) tampak anemis
4. Pemeriksaan khusus
a. pemeriksaan palpasi abdomen
1) janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai
dengan usia kehamilan
2) karena plasenta di segmen bawah rahim, maka dapat
dijumpai kelainan letak janin dalam rahim dan bagian
terendah janin masih tinggi
b. pemeriksaan denyut jantung janin
bervariasi dari normal sampai asphixia dan kematian
dalam rahim
c. pemeriksaan dalam
periksa dalam merupakan kontra indikasi mutlak bagi
perdarahan ante partum. Periksa dalam hanya dilakukan
di atas meja operasi dan siap untuk segera mengambil
tindakan. Tujuan pemeriksaan dalam adalah :
1) menegakkan diagnosis pasti
2) mempersiapkan tindakan untuk melakukan operasi
persalinan atau hanya memecahkan ketuban
d. pemeriksaan penunjang
dengan pemeriksaan ultrasonografi vagina
VIII. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan konservatif :
1. Setelah diagnosa plasenta previa ditegakkan, maka pasien
harus dirawat di Rumah Sakit
24 Patologi Obstetri/Endang/Sita
2. Istirahat mutlak di tempat tidur untuk memperpanjang masa
kehamilan apabila fetus belum matur
3. Periksa type dan golongan darah ibu
4. Hematokrit harus dipertahankan 30%
5. Usia kehamilan ditetapkan kecuali dalam keadaan emergensi
6. Persalinan ditangguhkan sampai minimal usia kehamilan 36
minggu
7. Jika plasenta previa menutup jalan lahir lebih dari 30%, atau
jika perdarahan terus menerus, maka pertolongan persalinan
harus dilakukan secara secsio caecaria, dengan anastesi umum
8. Perdarahan akan berlangsung terus sampai plasenta terlepas,
sehingga harus waspada terjadinya shock hipovolemik, karena
jika shock hipovolemik, maka akan sangat sulit untuk
mengganti darah yang hilang
IX. PENGKAJIAN
Yang perlu dikaji adalah sesuai dengan gambaran klinik, yaitu :
1. adanya perdarahan (banyaknya, faktor pencetus, apakah ada
nyeri)
2. riwayat kesehatan meliputi : riwayat kehamilan pernahkah
pasien/ibu mengalami perdarahan sebelumnya
3. kapan menstruasi terakhir (HPHT)
4. status kesehatan secara umum
5. tanda-tanda vital ibu dan status fetus
6. palpasi abdomen relaksasi, tidak ada kontraksi
7. pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, antigen, antibodi, dan
faktor Rh, waktu pembekuan dan perdarahan, golongan darah
dan crosmatch untuk 2 U sel darah merah
X. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan placenta previa
memfokuskan pada perubahan status hemodinamik, kurangnya
pengetahuan, ketakutan dan kecemasan serta masalah-masalah lain
yang berhubungan dengan status fetus. Kemungkinan diagnosa yang
dapat muncul adalah :
1. Penurun cardiac output berhubungan dengan kehilangan darah
sekunder yang berlebih lebihan akibat placenta previa
2. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah
sekunder yang berlebihan akibat placenta previa
3. Resiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan usaha
pengembalian caiaran
4. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
hipovolemic dan gangguan pusat aliran darah
5. Resiko tinggi terluka pada fetus berhubungan dengan penurunan
perfusi sekunder plasenta akibat placenta previa
25 Patologi Obstetri/Endang/Sita
6. Cemas/takut berhubungan dengan kondisi ibu dan keadaan
kehamilannya
7. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan hospitalisasi dan
peralatan yang asing
8. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi ibu dan
hospitalisasi
9. Resiko berdukacita berhubungan dengan aktual/merasa adanya
ancaman untuk dirinya sendiri, kehamilan atau fetusnya
10. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan anemia, perdarahan,
placenta previa (tindakan operasi) dan transfusi darah
11. Resiko tinggi terluka pada ibu berhubungan dengan penggunaan
prosedur monitaring dan pengobatan infasif
XII. EAVLUASI
Perawat harus yakin bahwa perawatan yang diberikan telah sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan :
1. Ibu mengidentifikasi dan menggunakan mekanisme koping yang
ada
2. Ibu mendemonstrasikan aktivitas yang terbatas
3. Ibu tidak mengalami komplikasi
4. Ibu membawa kehamilannya sampai matur atau mendekati matur
5. Ibu melakukan persalinan bayi dengan selamat
2. SOLUTIO/ABRUPTIO/ABLATIO PLACENTA
I. PENGERTIAN
Solutio placenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh plasenta
sebelum waktunya dengan implantasi normal pada kehamilan
trimester III. Sering juga disebut dengan pelepasan placenta secara
prematur
II. PENYEBAB
Solutio placenta merupakan keadaan gawat yang memerlukan
perhatian karena penyulit yang ditimbulkan terhadap ibu maupun
janin. Penyebab utamanya belum diketahui, tetapi kemungkinan
26 Patologi Obstetri/Endang/Sita
beberapa kondisi seperti di bawah ini telah diduga menjadi faktor
etiologi seperti :
2. Trauma kebidanan
a. setelah versi luar
b. setelah memecahkan ketuban
c. persalinan anak ke dua hamil kembar
27 Patologi Obstetri/Endang/Sita
3. Solutio placenta berat
1) lepasnya placenta lebih dari 2/3 bagian
2) terjadi perdarahan disertai rasa nyeri
3) penyulit pada ibu :
a) terjadi shock dengan tekanan darah menurun, nadi dan
pernapasan meningkat
b) dapat terjadi ganguan pembekuan darah
c) pada pemeriksaan dijumpai turunnya tekanan darah
sampai shock, tidak sesuai dengan perdarahan dan
pasien tampak anemis
d) pemeriksaan abdomen tegang, bagian janin sulit
diraba, dinding perut terasa sakit dan janin telah
meninggal dalam rahim
e) pemeriksaan dalam ketuban tegang dan menonjol
f) solutio placenta berat dengan Couvelaire uterus terjadi
gangguan kontraksi dan atonia uteri
IV. KLASIFIKASI
Berdasarkan Grade :
1. Grade 0 : Pasien tidak merasakan adanya tanda-tanda, tetapi
ada sedikit gumpalan darah dari bagian belakang placenta perlu
diperhatikan setelah persalinan. Kurang dari 10% dari total area
permukaan plasenta terlepas
2. Grade I : Pasien mengalami perdarahan pervaginam, kemudian
uteri menjadi lembut dan agak tetani, tetapi baik ibu maupun
janin tidak mengalami distress. Kira-kira 10% sampai 20% dari
total area permukaan plasenta terlepas
3. Grade II : Uteri klien menjadi lembut dan tetani tanpa disertai
perdarahan eksternal. Ibu tidak mengalami shock, tetapi fetus
mengalami distress. Kira-kira 20% - 50% dari total area
permukaan terlepas.
4. Grade III : Uteri sangat tetani, ibu mengalami shock,
walaupun perdarahan mungkin atau tidak mungkin terlihat, dan
fetus meninggal. Seringkali ibu mengalami koagulopati. Lebih
dari 50% area permukaan plasenta terlepas
28 Patologi Obstetri/Endang/Sita
Gambar : a. : placenta yang normal (utuh), b : solution/abruptio placenta
V. DIAGNOSA SOLUTIO PLASENTA
Diagnosis solutio placenta dapat ditegakkan dengan melakukan :
A. Anamnese/wawancara
1. terdapat perdarahan disertai rasa nyeri
2. terjadi spontan atau karena trauma
3. perut terasa nyeri
4. diikuti penurunan sampai terhentinya gerakan janin dalam
rahim
B. Pemeriksaan
1. pemeriksaan fisik umum meliputi :
a. keadaan umum pasien tidak sesuai dengan jumlah
perdarahan
b. tekanan darah menurun, nadi dan pernapasan meningkat
c. pasien tampak anemis
2. pemeriksaan khusus
palpasi abdomen
a. perut tegang terus menerus
b. terasa nyeri saat dipalpasi
c. bagian janin sukar ditentukan
3. auskultasi
denyut jantung janin bervariasi dari asphixia ringan sampai
berat
4. pemeriksaan dalam
a. terdapat pembukaan
b. ketuban tegang dan menonjol
29 Patologi Obstetri/Endang/Sita
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dengan ultrasonografi untuk
membedakan dengan placenta previa, dijumpai perdarahan
antara placenta dan dinding abdomen
VI. KOMPLIKASI
Komplikasi yang menyertai solutio plasenta dapat sedang sampai
berat. Solutio dengan perdarahan tertutup lebih berbahaya dari pada
solutio placenta terbuka karena luasnya perdarahan tidak diketahui
dengan pasti dan konsekuensinya penggantian darah begitu lambat.
Shock hipovolemik dapat mengakibatkan kegagalan ginjal dan
nekrosis pituitari (sindrom Sheehan), dan akhirnya mengakibatkan
gangguan pembekuan darah
Perdarahan dalam miometrium menyebabkan Couvelaire uterus dan
mengakibatkan kerusakan jaringan miometrium meningkatkan
tonusitas serta ketidakmampuan uterus untuk berelaksasi antara
kontraksi.
Setelah persalinan uterus terasa sangat tegang, tetapi tidak mampu
berkontraksi secara efektif dan pembuluh darah menjadi tidak
menutup, perdarahan post partum haris segera diantisipasi.
Hipoksia atau anoksia fetus merupakan penyebab kematian fetus
Penyulit Solutio Placenta dapat menimbulkan penyulit sebagai
berikut :
1 penyulit (komplikasi) ibu
a. perdarahan dapat menimbulkan
1) variasi turunnya tekanan darah sampai keadaan shock
2) perdarahan tidak sesuai dengan keadaan pasien anemis
sampai shock
3) kesadaran bervariasi dari baik sampai koma
d. perdarahan postpartum
1) pada solutio placenta sedang sampai berat terjadi
infiltrasi darah ke otot rahim, sehingga mengganggu
kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena atonia
uteri
30 Patologi Obstetri/Endang/Sita
2) kegagalan pembekuan darah menyebabkan beratnya
perdarahan
VII. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan solutio placenta tergantung pada keadaan status
ibu dan anak. Adanya fetal distress, banyaknya perdarahan,
koagulopati, proses persalinan yang lama, atau relaksasi tonus
otot, maka proses persalinan dengan cara operasi caecar harus
dilakukan. Jika hemodinamik ibu stabil, persalinan pervagina
dapat dicoba kalau bayinya hidup dan tidak ada distress akut atau
jika fetus mati.
Pengembalian cairan harus segera dilakukan jika terjadi
perdarahan. Darah lengkap dan Ringer Laktat harus diberikan
dalam jumlah tertentu untuk mempertahankan pengeluaran urin 30
– 60 ml/jam dan kadar hematokrit kira-kira 30%.
VIII. PROGNOSA
Kematian ibu dengan solutio placenta mencapai 1%. Prognosa ibu
tergantung pada ada atau tidaknya pelepasan placenta, banyaknya
kehilangan darah, derajat DIC dan waktu antara kejadian
pelepasan plasenta dan persalinan. Beruntung 80% - 90%
pelepasan placenta secara prematur hanya membawa 2 – 3
31 Patologi Obstetri/Endang/Sita
kotiledon, dan berada pada grade 0 – I, sehingga umumnya
prognosa tidak buruk
Prognosa pada janin jelek. Pada 1 dari 3 bayi dengan ibu yang
mengalami pelepasan plasenta grade II atau III akan meninggal
sebelum, selama, atau segera setelah persalinan. Jika diantara
mereka ada yang bertahan hidup, maka terjadi peningkatan
sejumalh kerusakan neurologi yang absolut.
IX. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan meliputi seluruh komponen yang dapat
menggambarkan keadaan pasien dengan solutio. Dalam pengkajian
tambahan perlu untuk mengidentifikasi peningkatan tinggi fundus
uteri, yang merupakan indikasi perdarahan tertutup.
X. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Nyeri berhubungan dengan perdarahan di antara dinding uteri
dan pelepasan placenta sekunder secara prematur
2 Berduka cita berhubungan dengan aktual atau ancaman
kehilangan bayi
3 Tidak mempunyai kekuatan berhubungan dengan kondisi ibu
dan hospitalisasi
XII. EVALUASI
Perawat harus yakin bahwa pelayana keperawatan yang diberikan
efektif sesuai dengan tujuan keperawatan yang telah ditetapkan.
H. KEHAMILAN KEMBAR
I. PENGERTIAN
Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih.
Kehamilan kembar dapat memberikan resiko yang tinggi terutama bagi
janin. Meskipun bagi ibu resiko tidak sebesar bagi janin, namun dalam
menghadapi kehamilan kembar harus dilakukan pengawasan hamil yang
lebih intensif.
32 Patologi Obstetri/Endang/Sita
Kejadian kehamilan kembar menurut hukum ellin yang menyatakan bahwa
perbandingan antara kehamilan kembar dengan tunggal adalah :
1. untuk kehamilan kembar 2/twin/gemelli dibanding dengan tunggal
adalah 1 : 89
2. untuk hamil kembar 3/triplet dibanding dengan hamil tunggal adalah 1 :
89²
3. untuk hamil ganda 4/kuadriplet dibanding dengan hamil tunggal adalah
1: 89³
Hal ini kira-kira sesuai dengan hasil penelitian Greulich (1930)
2. Kehamilan dizygotik
Kembar dizygotik disebut juga heterolog, binovuler, dan fraternal. Kira-
kira 2/3 kehamilan kembar adalah dizygotik. Adapun ciri-ciri dari
kehamilan kembar dizygotik adalah :
a. jenis kelamin dapat sama dapat juga berbeda
b. rupa/wajah mirip seperti adik kakak
c. mempunyai : 2 placenta, 2 korion, dan 2 amnion. Kadang-kadang 2
placenta menjadi satu
IV. ETIOLOGI
1. Faktor bangsa, heriditas, umur dan paritas dapat mempengaruhi
terjadinya kembar dizygotik (fraternal)
2. Hormon gonadotropin yang dipergunakan untuk menimbulkan ovulasi
juga dapat menyebabkan kembar dizygotik
3. Kemungkinan terbentuknya 2 ovum atau lebih dalam satu folikel
4. Pada fertilisasi in vitro
5. Faktor penghambat yang mempengaruhi segmentasi sebelum blastula
terbentuk, menghasilkan kehamilan kembar dengan 2 amnion, 2 korion
dan 2 plasenta seperti pada kehamilan dizygotik
33 Patologi Obstetri/Endang/Sita
V. PERTUMBUHAN JANIN KEMBAR
Pertumbuhan janin pada kehamilan kembar tergantung dari faktor plasenta
apakah menjadi satu (sebagian besar hamil kembar monozydotik) atau
bagaimana lokalisasi implantasi plasenta. Memperhatikan hal tersebut,
mungkin terdapat jantung salah satu janin lebih kuat dari pada lainya,
sehingga janin yang mempunyai jantung lemah mendapat nutrisi yang
kurang menyebabkan pertumbuhan terhambat sampai terjadi kematian janin
di dalam rahim.
34 Patologi Obstetri/Endang/Sita
VII. GAMBARAN KLINIK KEHAMILAN KEMBAR
1. Pada kehamilan kembar karena terjadi distensi uterus yang berlebihan
maka dapat terjadi persalinan prematuritas
2. Terjadi defisiensi nutrisi seperti anemian yang dapat mengganggu
pertumbuhan janin.
3. Frekuensi hodramnion pada hamil kembar sekitar 10x lebih besar
daripada kehamilan tunggal
4. Keregangan otot rahim yang menyebabkan iskemia uteri dapat
meningkatkan kemungkinan pre eklampsi dan eklampsi
5. Solutio plasenta dapat terjadi setelah persalinan anak pertama karena
retraksi otot rahim yang berlebihan
6. Persalinan dapat berlangsung lebih lama karena keregangan otot rahim
yang melampoi batas.
7. Setelah persalinan, terjadi gangguan kontraksi otot rahim yang
menyebabkan atonia uteri dan menimbulkan perdarahan, retensio
plasenta.
8. Morbiditas dan mortalitas janin lebih tinggi karena berat badan janin
yang relatif rendah
9. Keluhan pada kehamilan kembar antara lain terasa sesak napas, sering
kencing, edem tungkai, pembesaran pembuluh darah (varises)
35 Patologi Obstetri/Endang/Sita
Gambar : kehamian kembar dizypotic
36 Patologi Obstetri/Endang/Sita
I. PENYULIT PERSALINAN
I. PENGERTIAN
Persalinan normal (eutocia) dapat terjadi apabila faktor 3 P (power, passage,
dan passanger) dapat bekerjasama dengan baik. Apabila faktor 3 P tersebut
tidak dapat bekerja sama dengan baik, maka persalinan akan mengalami
kesulitan (dystocia)
37 Patologi Obstetri/Endang/Sita
Keadaan tidak adanya koordinasi kontraksi otot rahim sehingga
menyebabkan sulitnya meningkatkan otot rahim untuk dapat
meningkatkan pembukaan cervix.
2. Passage a way
Jalan lahir merupakan komponen yang sangat penting dalam proses
persalinan yang terdiri dari jalan lahir tulang dan jalan lahir lunak. Jalan
lahir adalah komponen yang tetap, artinya dalam konsep obstetri
modern tidak diolah untuk dapat melancarkan proses persalinan kecuali
jalan lunak pada keadaan tertentu tanpa membahayakan janin. Dengan
demikian jalan lahir tulang sangat menentukan proses persalinan apakah
dapat berlangsung melalui jalan biasa atau melalui tindakan operasi
dengan kekuatan dari luar.
a. Jalan lahir tulang
1) Kelainan gangguan karena pertumbuhan
a) panggul sempit seluruh : semua ukuran panggul kecil
b) panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran
melintang biasa
c) panggul sempit picak : semua ukuran kecil, tapi
terlebih ukuran muka belakang
d) panggul corong : pintu atas panggul biasa, pintu
bawah panggul sempit
e) panggul belah : symphisis terbuka
2) Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya
a) panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit,
seluruh panggul sempit picak dan lain-lain
b) panggul osteomalaci : panggul sempit melintang
c) radang articulatio sacroiliaca : panggul sempit miring
3) Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang
a) kypose di daerah tulang punggung menyebabkan
panggul corong
b) scoliose di daerah tulang punggung menyebabkan
panggul sempit miring
4) Kelaianan panggul disebabkan kelainan angguta bawah
coxitis, luxotio, atrofi (salah satu angota) menyebabkan panggul
sempit miring
38 Patologi Obstetri/Endang/Sita
terdapat pada primi tua primer atau sekunder
serviks yang mengalami banyak cacat
perlukaan (sikatrik)
b) serviks gantung
osteum uteri eksternum terbuka, namun
osteum uteri internum tidak dapat terbuka
c) serviks konglumer
osteum uteri internum terbuka, namun
osteum uteri eksternum tidak terbuka
d) serviks edema
terutama karena kesempitan panggul, serviks
terjepit antara kepala dan jalan lahir sehingga terjadi
gangguan sirkulasi darah dan cairan yang
menimbulkan edema serviks
e) serviks duplek karena kelainan kongenital
2) Vagina
Kelainan vagina yang dapat mengganggu perjalanan persalinan :
a) vagina septum :
transvaginal septum vagina, longitudinal septum vagina
b) tumor vagina dapat
merupakan rintangan bagi lahirnya janin pervaginam
4) Uterus
Kelainan uterus yang dapat mengganggu perjalanan persalinan
adalah :
a) mioma uteri
distocia karena mioma uteri dapat terjadi apabila :
letak mioma uteri menghalangi lahirnya janin pervaginam
berhubungan dengan adanya mioma uteri terdapat
kelainan letak janin
berhubungan dengan adanya mioma uteri terdapat inersia
uteri dalam persalinan
b) kelainan bawaan (kelainan letak uterus)
39 Patologi Obstetri/Endang/Sita
b. persendian kepala berbentuk kogel, sehingga dapat digerakkan ke
segala arah dan memberikan kemungkinan untuk melakukan putar
paksi dalam
c. letak persendian kepala sedikit ke belakang, sehingga kepala
melakukan fleksi untuk putar paksi dalam
Setelah kelahiran kepala, badan janin tidak akan mengalami
kesulitan. Pada beberapa kasus dengan anak yang besar pada ibu
dengan diabetes melitus, terjadi kemungkinan kegagalan persalinan
bahu. Persalinan bahu yang berat cukup berbahaya karena dapat
terjadi asphixia. Persendiaan leher yang masih lemah dapat merusak
pusat-pusat vital janin yang berakibat fatal.
40 Patologi Obstetri/Endang/Sita
Letak sungsang merupakan keadaan di mana janin terletak
memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di
bagian bawah cavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak
sungsang, yaitu : presentasi bokong, presentasi bokong kaki
sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi
kaki. Penyebab letak sungsang adtara lain adalah : multiparitas,
hamil kembar, hidramnion, hidrosephalus, plasenta previa dan
panggul sempit. Dapat juga disebabkan karena plasenta berada di
kornu fundus uteri sehingga plasenta mengurangi luas ruangan di
daerah fundus.
6) letak lintang
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di
dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan
bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong
berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkang
bahu berada pada pintu atas panggul. Punggung janin dapat
berada di depan (dorsoanterior), di belakang (dorsoposterior), di
atas (dorsosuperior), atau di bawah (dorsoinferior).
Penyebab terpenting terjadinya letak lintang adalah multiparitas
disertai dengan dinding uterus dan perut yang kendor,
prematuritas, hidramnion dan kehamilam kembar, dapat juga
keadaan panggul sempit, tumor pada daerah panggul dan
plasenta previa.
7) presentasi ganda
Presentasi ganda adalah keadaan di samping kepala janin di
dalam rongga panggul dijumpai tangan, lengan atau kaki, atau
keadaan di mana di samping bokong janin dijumpai tangan.
Presentasi ganda jarang ditemukan, yang paling sering
diantaranya ialah adanya tangan atau lengan di samping kepala.
Presentasi ganda terjadi karena pintu atas panggul tidak tertutup
sempurna oleh kepala atau bokong, misalnya pada multipara
dengan perut gantung, pada panggul sempit dan janin kecil.
41 Patologi Obstetri/Endang/Sita
Prolapsus funikuli adalah suatu keadaan di mana tali pusat
berada di samping atau melewati bagian terendah janin di dalam
jalan lahir setelah ketuban pecah. Apabila tali pusat dapat diraba
di samping atau lebih rendah dari bagian bawah janin sedang
ketuban belum pecah, keadaan ini dinamakan tali pusat terdepan.
Hal ini dapat disebabkan karena adanya disproporsi kepala
panggul, kehamilan prematur lebih sering dijumpai karena
kepala anak yang kecil sehingga tidak dapat menutupi pintu atas
panggul
42 Patologi Obstetri/Endang/Sita
15. kelebihan cairan berhubungan dengan
pemberian infus dan oksitosin
16. Kekurangan cairan berhubungan
dengan status NPO
Pada kala III (kala uri) dapat terjadi gangguan atau kelainan patologi dalam
bentuk perdarahan post partum, retensio plasenta, inversio uteri dan perdarahan
robekan jalan lahir.
1. PERDARAHAN POSTPARTUM
Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang melebihi 500 ml dalam 24
jam pertama setelah anak lahir.
Perdarahan postpartum dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :
a. perdarahan postpartum primer
Perdarahan postpartum primer terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab
utamanya adalah atonia uteri, retensio plasenta, retensio sisa (fragmen)
plasenta, dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
b. perdarahan postpartum sekunder
Perdarahan postpartum sekunder terjadi setelah 24 jam pertama.
Penyebab utama perdarahan postpartum sekunder adalah robekan jalan
lahir dan sisa plasenta atau membran
Penyebab perdarahan postpartum adalah :
a. atonia uteri
Atonia uteri merupakan penyebab terpenting dari perdarahan
postpartum yang dapat disebabkan karena : a) partus lama; b)
pembesaran uterus yang berlebihan pada waktu hamil (hamil kembar,
hidramnion, janin besar); c) multiparitas; d) anestesi yang dalam; e)
anestesi lumba. Juga dapat terjadi karena salah penanganan kala III
persalinan dengan memijat uterus dan mendorong ke bawah dalam
usaha melahirkan plasenta, padahal plasenta belum terlepas dari
uterus
43 Patologi Obstetri/Endang/Sita
e. hipofibrinogenemia akibat solutio plasenta, retensi janin mati dalam
uterus, emboli air ketuban
2. RETENSIO PLASENTA
Reternsio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta 30 menit setelah
persalinan bayi.
Penyebabnya adalah :
a. plasenta belum lepas dari dinding uterus yang
disebabkan karena :
1) kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan placenta (placenta
adhaesiva)
2) plasenta melekat erat pada dinding uterus sebab villi korialis
menembus desidua sampai di bawah desidua (placenta accreta)
menembus miometrium (placenta increta), bahkan sampai di
bawah miometrium (placenta percreta);
b. placenta sudah lepas dari dinding uterus tetapi belum
dilahirkan (keluar), disebabkan oleh tidak ada usaha untuk melahirkan,
atau karena salah penanganan kala III sehingga timbul konstriksi pada
bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya placenta
(inkarserasio placenta)
3. INVERSIO UTERI
Inversio uteri adalah uterus terputar balik, sehingga fundus uteri menonjol di
cavum uteri. Ada 3 macam tingkat inversio uteri :
a. Fundus uteri menonjol ke dalam cavum uteri, tetapi belum
keluar dari ruang tersebut
b. Korpus uteri yang terbalik sudah masuk ke dalam vagina
c. Uterus dengan vagina semuanya terbalik, untuk sebagian
besar terletak di luar vagina
Penyebab :
Inversio uteri dapat terjadi spontan atau sebagai akibat tindakan.
1) spontan dapat disebabkan karena adanya atonia uteri, apabila
pasien meneram ataupun batuk akan terjadi tekanan intra
abdominal yang mendadak, sehingga dapat mengakibatkan
masuknya fundus uteri ke dalam cavum uteri
2) sebagai akibat tindakan, pada perasat crede, apabila
kontraksi uterus tidak baik dan tarikan pada tali pusat dengan
plasenta yang belum terlepas dari dinding uteri
Tanda dan gejala :
a. Rasa nyeri hebat dan dapat menyebabkan terjadinya shock. Rasa
nyeri hebat disebabkan karena fundus uteri menarik adneks serta
ligamentum pelvikum dan ligamentum rotundum
b. perdarahan, yang disebabkan karena plasenta yang belum lepas dari
uterus
c. fundus uteri sama sekali tidak teraba atau teraba tekukan pada fundus
44 Patologi Obstetri/Endang/Sita
d. kadang-kadang tampak sebuah tumor yang merah di luar vulva
(fundus uteri yang terbalik) atau teraba tumor dalam vagina
K. BEDAH KEBIDANAN
3. SECTIO CAECAREA
Sectio caecarea adalah kelahiran bayi melalui sayatan/incici transabdominal
dan uterus
Indikasi dilakukan sectio caecarea adalah : CPD (cephalpelvic
dysproportion); gawat janin; placenta previa; pernah sectio caecarea;
kelainan letak; incoordinate uterine action; pre eklampsi dan hipertensi.
Tujuan dasar atau kegunaan caecar adalah untuk menjaga kehidupan atau
kesehatan ibu dan janinnya.
45 Patologi Obstetri/Endang/Sita
Keunggulan sectio caecarea adalah :
a. perdarahan luka incici tidak seberapa banyak
b. bahaya peritonitis tidak besar
c. parut pada uterus umumnya kuat, sehingga bahaya ruptur uteri
dikemudian hari tidak besar.
Komplikasi/risiko :
a. Komplikasi pada ibu sekitar 25% - 50% kelahiran meliputi aspirasi
embolisme pulmonal, infeksi luka, luka menganga, thrombophlebitis,
hemorhargi, infeksi saluran urine, cedera blader atau bowel, dan
komplikasi akibat anestesi.
b. Komplikasi pada janin adalah : janin lahir prematur, cedera janin
selama operasi
Persiapan :
a. Prenatal
1) mempersiapkan ibu dan keluarga dalam menghadapi kelahiran caecar
2) menjelaskan perbedaan dan kesamaan kelahiran caecar dan vaginal
3) menjelaskan tentang pentingnya kehadiran orang-orang
terdekat/keluarga bagi ibu
46 Patologi Obstetri/Endang/Sita
6) berikan rasa nyaman bagi ibu
7) perawatan sehari-hari termasuk perawatan perineum, brast care
8) memberikan penyuluhan kesehatan sesuai dengan kebutuhan ibu dan
keluarga
Pasien yang menderita Diabetes Melitus sebelum kehamilan, maka pada saat
kehamilan akan tidak terkendali selama kehamilan. Karena pada saat
kehamilan terjadi peningkatan metabolisme akibat peningkatan kadar
hormonal di dalam tubuh. Pada wanita hamil dengan kelompok usia muda,
maka diabetes yang dideritanya cenderung merupakan diabetes tipe Juvenil.
Diabetes Gestasional merupakan diabetes temporer yang timbul sebagai
akibat dari perubahan metabolism karbohidrat selama kehamilan. Tipe
diabetes ini bisa sama beratnya dengan tipe diabetes yang terjadi sebelum
kehamilan. Sehingga semua wanita hamil harus menjalani tes urin rutin
untuk mendeteksi adanya glukosuria. Jika hasil pemeriksaan positif, maka
diteruskan dengan pemeriksaan glukosa toleransi.
Penatalaksanan
1. Selama kehamilan
a. Pada kehamilan yang semakin
lanjut, pengendalian diabetes semakin sulit.
47 Patologi Obstetri/Endang/Sita
b. Pada pasien diabetes yang
hamil harus memeriksakan dirinya setiap 2 minggu sekali untuk
penyesuaian diet dan dosis insulin samoai kehamilan 34 minggu.
c. Pada usia kehamilan 34 minggu
pasien dirawat di Rumah sakit untuk stabilisasi diabetes dan penilaian
lebih lanjut.
d. Pada usia kehamilan 35 hingga
36 minggu dilakukan amniosintesis untuk menilai maturitas paru-
paru janin.
e. Persalinan harus diinduksi jika
terjadi pre-eklampsi.
f. Jika keadaan memungkinkan
kehamilan dibiarkan berlanjut sampai aterm
2. Selama persalinan
a. Persalinan bisa dilakukan secara normal apabila tidak
ada komplikasi
b. Monitoring janin secara kontinyu
c. Jika peraatan diabetes baik, maka trauma bayi karena
ukuran yang terlampau besar tidak sering dijumpai
d. Kesulitan melahirkan bahu masih merupakan masalah
e. Infuse dextrose secara kontinu dipertahankan selama
persalinan
f. Pengukuran kadar gula darah dilakukan setiap 2jam
sekali.
g. Pemberian insulin sesuai dengan kadar gula darah.
3. Selama nifas
a. Pada wanita dengan diabetes gestasional akan normal kembali selama
beberapa hari setelah melahirkan
b. Laktasi dapat dilakukan dengan baik
c. Supresi laktasi dilakukan pada pasien diabetes berat (diabetes
sebelum hamil), karena akan mengganggu pengendalian diabetes.
d. Sebelum pasien pulang dari rumah sakit, maka dosis insulin dan
pengaturan diit harus diatur kembali.
e. Beberapa pasien dibetes berat tidak dapat menyusui sendiri Karen
kerusakan vaskuler dalam jaringan payudara.
48 Patologi Obstetri/Endang/Sita
c. Pemberian glukosa 2 ml per kg
berat badan bolus, selanjutnya diberikan glukosa per infuse dextrusi
10%
d. Pemberian nutrisi oral dengan
tinggi kalori.
e. Kadar gula darah dimonitor
dengan menggunakan Dextrostix sejam sekali selama 4 jam dan
kemudian sebelum disuse.
L. PATOLOGI NIFAS
I. INFEKSI PUERPERALIS
Infeksi puerperalis adalah infeksi luka jalan lahir postpartum biasanya dari
endometrium, bekas insersi plasenta
Bentuk infeksi kala nifas bervariasi dari yang bersifat lokal sampai terjadi
sepsis dan kematian puerperium
1. Bentuk infeksi lokal :
a. infeksi pada luka episiotomi
b. infeksi pada vagina
c. infeksi pada serviks yang luka
2. Bentuk infeksi general
a. Parametritis
b. Peritonitis
c. Septikemi dan piemi
3. Bentuk infeksi kala nifas melalui :
a. berkelnjutan (perkontinuitatum)
49 Patologi Obstetri/Endang/Sita
b. melalui pembuluh darah
c. melalui pembuluh limphe
d. melalui bekas penempelan plasenta
50 Patologi Obstetri/Endang/Sita
a. lakukan mobilisasi dini, sehingga darah (lchia)
keluar dengan lancar
b. perlukaan dirawat dengan baik
c. rawat gabung dengan isolasi untuk
mengurangi infeksi nosokomial
51 Patologi Obstetri/Endang/Sita
dengan melakukan masase, menghilangkan kerak pada putting susu
sehingga duktusnya tidak tersumbat. Putting susu saat mandi perlu
ditarik-tarik sehingga menonjol untuk memudahkan menghisap ASI.
Beberapa keadaan abnormal yang mungkin terjadi :
a. Bendungan ASI :
1) karena sumbatan pada saluran ASI
2) tidak dikosongkan seluruhnya
3) keluhan : mamae bengkak, keras, dan terasa panas sampai suhu
badan meningkat
b. Mastitis dan abses mamae
Terjadi bendungan ASI merupakan permulaan dari kemungkinan
infeksi mamae. Bakteri yang sering menyebabkan infeksi mamae
adalah stafilococus aureus yang masuk melalui luka putting susu.
Infeksi menimbulkan demam, nyeri lokal pada mamae, terjadi
pemadatan mamae, dan terjadi perubahan warna kulit mamae.
Infeksi mamae dapat berkelanjutan menjadi abses dengan kriteria
warna kulit menjadi merah, terdapat nyeri dan pada pemeriksaan
terdapat pembengkakan, di bawah kulit teraba cairan. Dalam keadaan
abses mamae perlu dilakukan insisi agar pus dapat dikeluarkan untuk
mempercepat kesembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak M. Irene at all (2000), Perawatan Maternitas dan Ginekologi, Yayasan IA PKP,
Bandung
Hamilton Mary Persis (1995) alih bahasa Ni Luh Gede Yasmin Asih, Dasar-Dasar
Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta
Martin, Reeder (1987), Maternity Nursing, Family, Newborn and Women’s Health Care,
YB Lippincott Company Philadelphia
52 Patologi Obstetri/Endang/Sita
53 Patologi Obstetri/Endang/Sita
54 Patologi Obstetri/Endang/Sita