Anda di halaman 1dari 54

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

HAMIL DAN BERSALIN DENGAN KOMPLIKASI

I. KOMPLIKASI KEHAMILAN

A. ABORTUS

1. Pengertian :
Abortus adalah penghentian atau berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin
viabel (usia kehamilan sampai dengan 20/22 minggu). Diperkirakan 10%
hingga 20% dari kehamilan berakhir dengan abortus spontan dan sebagian
besar peristiwa ini terjadi dalam usia 12 minggu.

2. Pembagian Abortus
Abortus dibagi menjadi 2 jenis :
a. Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya
(keguguran) merupakan 20% dari semua abortus
b. Abortus provocatus yaitu abortus terjadi karena disengaja
(digugurkan), dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
1) Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeuticus, yaitu
abortus disengaja/pengguguran kehamilan dengan alasan therapi
karena kehamilannya membahayakan (membawa maut) bagi ibu,
misalnya ibu dengan penyakit berat (penyakit jantung, hipertensi
esensial, Ca cervix, Ca mammae).
2) Abortus provocatus criminalis adalah pengguguran kehamilan
tanpa alasan medis yang syah dan dilarang oleh hukum dan agama

3. Sebab-sebab abortus spontan


a. Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling
sering untuk abortus dini dan kejadian ini kerapkali disebabkan oleh
cacat kromosom seperti trisomi, poliploidi, dan kemungkinan kelainan
kromosom seks.
b. Abnormalitas uterus yang mengakibatkan kelainan cavum
uteri atau halangan terhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus,
misalnya fibroid, malformasi kongenital, prolapsus atau retroversio uteri
juga apabila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi
kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil
konsepsi terganggu
c. Kerusakan pada serviks akibat robekan yang dalam pada saat
melahirkan atau akibat tindakan pembedahan (dilatasi)
d. Penyakit-penyakit maternal seperti : pneumonia, tiphus
abdominalis, pielonephritis, malaria, dapat menyebabkan abortus.
Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium, dapat melalui plasenta dan
masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin, dan kemudian
terjadilah abortus.

1 Patologi Obstetri/Endang/Sita
e. Pemakaian obat-obat seperti vaksinasi penyakit cacar,
preparat sitotoksik, akan mengganggu proses pembelahan sel yang
cepat. Prostaglandin akan menyebabkan abortus dengan merangsang
kontraksi uterus.
f. Trauma, tapi biasanya jika terjadi langsung pada cavum uteri.
Hubungan seksual, khususnya kalau terjadi orgasme dapat menyebabkan
abortus khususnya pada wanita yang mempunyai riwayat keguguran
berkali-kali.
g. Faktor-faktor hormonal, misalnya penurunan sekresi
progesteron diperkirakan sebagai penyebab terjadinya abortus pada usia
kehamilan 10-12 minggu, yaitu saat plasenta mengambil alih corpus
luteum dalam produksi hormon
h. Sebab-sebab psikosomatik : stress dan emosi yang kuat
diketahui dapat mempengaruhi fungsi uterus lewat sistem hipotalamus-
hipofise. Banyak dokter obstetri yang melaporkan kasus-kasus abortus
spontan dengan riwayat stress, dan biasanya mereka juga menyebutkan
kehamilan yang berhasil baik (pada wanita dengan riwayat stres berat)
setelah kecemasan dihilangkan.

4. Tipe-tipe abortus spontan


Ada 5 tipe abortus spontan :
a. Abortus Imminens
1) Pengerian : abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan
untuk dipertahankan
2) Tanda-tanda : perdarahan pervaginam hanya sedikit (flek-flek) dan
berangsur-angsur akan berhenti setelah berlangsung beberapa hari,
dan kehamilan berlangsung secara normal. Ada/tidak ada nyeri
ringan, cervix menutup
3) Masalah keperawatan yang mungkin dijumapi adalah : 1).
kecemasan/kekhawatiran ibu akan pertumbuhan janin akibat
perdarahan. 2) Resiko terjadi perdarahan yang lebih
banyak/keluarnya jaringan; 3) Apabila disertai dengan rasa mules
dan perdarahan tetap berlangsung serta ada dilatasi cervix, maka
diklasifikasikan dalam abortus insipiens
4) Penatalaksanaan : !) Berikan penjelasan tentang keadaan janinnya;
2) Tirah baring; 3) Observasi tentang perdarahan meliputi warna,
jumlah dan bau, 4) Sedativa selama paling sedikit 48 jam; 5) USG
uterus untuk memastikan keadaan kehamilannya.

b. Abortus Insipiens
1) Pengertian : abortus yang sudah berlangsung dan tidak dapat
dicegah lagi.
2) Tanda dan gejala perdarahan hebat, ada dilatasi cervix, dan
kontraksi uterus yang mengakibatkan nyeri kramp pada abdomen
bawah

2 Patologi Obstetri/Endang/Sita
3) Masalah keperawatan yang mungkin dapat muncul adalah : 1)
kecemasan; 2) nyeri kram pada abdomen bawah; 3) resiko shock.
4) Penatalaksanaan : 1) tirah baring; 2) observasi perdarahan dan
kemungkinan keluarnya jaringan; 3) observasi tanda-tanda vital; 4)
kurangi rasa nyeri dengan analgetika; 5) pasien dipuasakan untuk
persiapan kemungkinan adanya tindakan operatif (curetage); 6)
pemberian uterus tonika (ergometrin); 7) pemeriksaan Hb,
golongan darah; 8) jika 24 jam abortus tidak terjadi, uterus harus
dikosongkan dengan menggunakan vacum/curet; 9) perhatikan
psikososial isteri dan suami; 10) privasi.

c. Abortus Incompletus
1) Pengertian : abortus yang sudah terjadi dengan sebagian dari buah
kehamilan telah dilahirkan tapi sebagian (biasanya jaringan
placental) masih di alam rahim.
2) Tanda dan gejala : perdarahan tidak berkurang, cervix tetap
terbuka.
3) Masalah keperawatan yang mungkin muncul : 1) kecemasan; 2)
nyeri kramp; 3) resiko shock
4) Penatalaksanaan : 1) tirah baring; 2) observasi perdarahan meliputi
jumlah, warna dan bau; 3) observasi tanda vital; 4) evakuasi uterus
harus segera dilakukan untuk mencegah perdarahan lebih lanjut; 5)
vulva hygiene diperhatikan; 6) apabila sudah ada laktasi maka
laktasi dihentikan dengan pemberian hormon estrogen (kalau perlu)

Gambar1 : Abortus
a = Abortus Imminens
b = Abortus Insipiens
c = Abortus Inkomplit

3 Patologi Obstetri/Endang/Sita
d. Abortus Completus (keguguran lengkap)
(i) Pengertian : aborturtus dimana semua buah kehamilan (janin, selaput
ketuban, dan plasenta) sudah keluar.
(ii) Tanda dan gejala : perdarahan berhenti, nyeri berhenti, cervix
menutup, uterus mengalami involusi.
(iii) Masalah keperawatan yang mungkin muncul : 1) kehilangan
berhubungan dengan terjadinya abortus yang tidak diduga; 2) harga
diri rendah berhubungan dengan ketidakmampuan menyelesaikan
kehamilan sampai term gestasi dengan sukses
(iv) Penatalaksanaan : 1) beri penyuluhan tentang kehamilan berikutnya;
2) beri suport system yang kuat (dari team medis, keluarga dan
orang-orang terdekat); 3) beri ronburantia dan istirahat.

e. Missed Abortus :
(i) Pengertian : hasil konsepsi telah mati tetapi abortus spontan tidak
terjadi, sehingga produk kehamilan masih berada di dalam rahim.
(ii) Tanda dan gejala : tanda-tanda kehamilan berkurang (payudara
mengecil dan lebih lunak pertumbuhan uterus berhenti, pasien
merasa tidak hamil lagi. Setelah beberapa minggu akan keluar sekret
kecoklatan dari vagina dan tanda-tanda kehamilan eksternal hilang.
Dapat terjadi hypofibrinogenemia. Bekuan darah dari perdarahan
placenta kadang-kadang memenuhi uterus untuk membentuk mola
karneosa. Sekitar usia kehamilan 18 minggu akan terjadi evakuasi
spontan
(iii) Penatalaksanaan : jika kehamilan kurang dari 14 minggu uterus dapat
dikosongkan dengan tindakan suction curettage, kemudian diberikan
uterus tonika (ergometrin) intravena. Tetapi jika kehamilan lebih dari
14 minggu pasien diberi prostaglandin atau oksitosin untuk
menginduksi persalinan.

f. Abortus akibat inkompetensi cervix


(i) Pengertian : abortus yang terjadi sebagai akibat dari tidak
kompetennya cervix menahan besarnya buah kehamilan. Biasanya
terjadi pada usia kehamilan 20 minggu.
(ii) Tanda dan gejala : cervix berdilatasi, kantong ketuban menonjol.
(iii) Penatalaksanaan : pada kehamilan berikutnya dilakukan penjahitan
pada mulut rahin dibuat seperti tali pada mulut kantong (purse-string
suture). Jahitan ini disebut jahitan Shirodkar. Jahitan ini dibiarkab
sampai kehamilan berusia 38 minggu, kemudian jahitan dibuka
sehingga persalinan dapat berlangsung spontan. Jahitan Shirodkar ini
mancapai angka keberhasilan sampai 80%.

g. Abortus habitualis

4 Patologi Obstetri/Endang/Sita
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi secara berturut-
turut minimal 3x

h. Abortus septik
1) Pengertian : Abortus yang disertai adanya penyakit infeksi yang
menyebabkan terjadinya resistensi normal saluran genital. Abortus
provokatus kriminalis masih menjadi penyebab paling serius karena
tidak dilakukan secara aseptik. Faktor lain yang terlibat adalah
keberadaan produk kehamilan yaitu jaringan placenta yang mati di
dalam rahim. Inferksi dapat menyerang endometrium dan menyebar
ke bagian lain secara langsung atau tidak langsung untuk
menyebabkan peritonitis, salphingitis dan septikemia
2) Gejala :
Keluhan tidak enak badan, panas tinggi, takikardi, sakit kepala,
sekret vagina yang berbau, nyeri ketika dilakukan pemeriksaan
panggul dalam.

3) Penatalaksanaan :
1) pemeriksaan swab tinggi vagina untuk kultur; 2) pemberian
antibiotik; 3) curettage dilakukan apabila infeksi sudah mereda
dengan antibiotika selama 12-14 jam kemudian, kecuali terjadi
perdarahan yang hebat dan ini dilakukan pada kehamilan usia12
minggu lebih.

B. HYPEREMESIS GRAVIDARUM

I. PENDAHULUAN
Sekitar 75% dari semua wanita mengalami mual-mual pada awal kehamilan,
60%-80% pada primi gravida, dan 40%-60% pada multi gravida.Hal ini
yang disebut sebagai morning sickness. Morning sickness ini biasanya akan
menghilang pada usia kehamilan sekitar 12 minggu sebagaimana tubuh
wanita hamil telah terbiasa dengan perubahan yang terjadi saat kehamilan.
Pada sekitar 3,5 dalam 1000 kehamilan, akan mengalami mual muntah yang
terus menerus menyebabkan dehidrasi berat dan kelaparan. Kondisi yang
demikian disebut dengan hiperemesis gravidarum (muntah-muntah yang
berlebihan pada kehamilan)

I. PENGERTIAN
Hyperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi secara berlebihan
selama kehamilan.

II. PENYEBAB
Penyebab hyperemesis yang pasti belum diketahui. Pada tubuh wanita hamil
terjadi perubahan-perubahan yang cukup besar yang mungkin merusak

5 Patologi Obstetri/Endang/Sita
keseimbangan di dalam tubuh. Situasi yang mungkin dapat menyebabkan
terjadinya hyperemesis gravidarum adalah :
a. Overreaksi terhadap hormon-hormon korionik gonadotropin dalam hal
ini adanya peningkatan hormon estrogen (lebih sering diketemukan pada
primi gravida dan pada wanita hamil dengan kadar HCG yang lebih
tinggi daripada kadar yang normal, seperti hamil kembar, mola
hidatidosa)
b. Masuknya bagian-bagian villius (vili khorealis) ke dalam peredaran
darah ibu.
c. Perubahan metabolik akibat hamil
d. Alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak.
e. Faktor psikologik dapat menyababkan terjadinya hyperemesis
gravidarum (respons yang negatif terhadap kehamilan, hubungan
keluarga yang tidak harmonis)

III. PROSES
Proses terjadinya hyperemesis gravidarum biasanya dimulai dengan morning
sickness dan menjadi demikian berat sampai pasien tidak dapat makan dan
atau minum. Ia kehilangan berat badan dan mulai mengalami dehidrasi.

IV. KLASIFIKASI, GEJALA DAN TANDA


a. Tingkat I :
a. Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum pasien
b. Pasien merasa lemah, nafsu makan tidak ada
c. Berat badan menurun
d. Nyeri pada epigastrium
e. Denyut nadi meningkat sekitar 100x /menit
f. Tekanan darah sistolik menurun
g. Turgor kulit mengurang
h. Lidah mengering dan mata cekung

b. Tingkat II
a. Pasien tampak lebih lem,ah dan apatis
b. Turgor kulit lebih mengurang
c. Lidah mengering dan kotor
d. Nadi kecil dan cepat
e. Suhu kadang-kadang naik
f. Mata sedikit ekterik
g. Berat badan turun dan mata menjadi cekung
h. Tekanan darah turun
i. Hemokonsentrasi
j. Oliguri dan konstipasi
k. Napas pasien bau aseton dan juga terdapat pada urine

c. Tingkat III
a. Keadaan umum lebih parah

6 Patologi Obstetri/Endang/Sita
b. Muntah berhenti
c. Kesadaran menurun dari somnolen sampai koma
d. Nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun
e. Suhu meningkat
f. Terjadi komplikasi encephalopati Wernicke (nistagmus, diplopia,
perubahan mental) sebagai akibat dari kekurangan makanan
termasuk vitamin B complex
g. Ikterus yang menunjukkan adanya payah hati

V. MASALAH KEPERAWATAN
Masalah keperawatan/diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang
abnormal akibat muntah/pemasukan cairan yang tidak adekuat
2. Kekurangan nutrisi berhubungan dengan mual disertai dengan munta
3. Nyeri akut pada epigastrium berhubungan dengan mual dan muntah
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik akibat nutrisi
yang tidak adekuat
5. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kondisi, penyebab dan
penatalaksanaan
6. Resiko tinggi tidak efektifnya koping individu dan keluarga
berhubungan dengan stres emosional akibat kondisi dan hospitalisasi
7. Takut berhubungan dengan pengaruh hyperemesis terhadap kesehatan
fetus
8. Resiko tingi perubahan proses keluarga berhubungan dengan kesakitan
dan pemisahannya ibu selama hospitalisasi
9. Ketidakberdayaan berhubungan dengan ancaman komplikasi kehamilan
10. Perubahan fungsi peran berhubungan dengan buah kehamilan tidak
sesuai dengan yang diharapkan
11. Gangguan self esteem berhubungan dengan buah kehamilan tidak sesuai
dengan yang diharapkan
12. Resiko tinggi luka pada maternal/fetal berhubungan dengan komplikasi
hiperemesis yang berat

VI. INTERVENSI KEPERAWATAN


Intervensi keperawatan yang diberikan pada ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum sesuai petunjuk dari identifikasi diagnosa keperawatan dan
petunjuk diagnosa medis.

Tujuan keperawatan yang ingin dicapai mencakup :


a. Keseimbangan cairan dan elektrolit pasien dapat diperbaiki
b. Pasien dapat mulai diberikan nutrisi peroral sesuai dengan petunjuk diet
c. Pasien mengatakan bahwa mualnya telah berkurang
d. Pasien tidak mengalami muntah episodik kembali
e. Intoleransi aktivitas pasien dapat diperbaiki (mampu melakukan aktivitas
sehari-hari seperti biasa

7 Patologi Obstetri/Endang/Sita
f. Pasien dan keluarganya mampu mengemukakan pengertian tentang
kondisi, penatalaksanaannya dan resiko pengaruh pada dirinya dan fetus
g. Pasien dan keluarganya dapat mendemonstrasikan koping yang efektif
dan saling mendukung

Intervensi keperawatan meliputi :


1. Pasien perlu dirawat di Rumah Sakit
2. Berikan cairan intravena dengan tambahan elektrolit dan vitamin B
kompleks untuk melawan defisiensi vitamin dan mual
3. Semua makanan dan minuman perolral untuk sememtara dihindari,
kemudian berangsur diberikan dalam jumlah yang kecil
4. Berikan sedativa (tranguilezer), dan obat-obatan anti emetik dan
psikoterapi
5. Pengunjung dibatasi
6. Tingkatkan perhatian yang tulus pada kesejahteraan pasien dan berikan
suport dan reinforcement pada kemajuan yang diraih

II. PROGNOSA DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Bila pengobatan dimulai sebelum terjadi kerusakan irreversible pada pasien,
kahamilan biasanya dapat dilanjutkan sampai aterme. Pada beberapa
kejadian hiperemesis gravidarum akan merespon terhadap terapi dan
biasanya prognosa baik. Hanya pada situasi tertentu kehamilan harus
dihentikan karena hyperemesis. Pasien diperbolehkan pulang ke rumah jika
keseimbagngan cairan dan elektrolit telah diperbaiki, pemasukan nutrisi
peroral telah diberikan sesuai dengan petunjuk diet. Mual dan muntah telah
berhenti dan berat badan mulai meningkat.

C. MOLA HYDATIDOSA/MOLAR PREGNANCY

I. PENGERTIAN
Mola Hidatidosa adalah :
1. tumor jinak (benigna) yang berasal dari chorion
2. kehamilan abnormal yang muncul akibat tumbuhnya vili chorialis yang
seharusnya menjadi jaringan placenta, tetapi berubah menjadi
gelembung-gelembung yang berisi cairan jernih.
3. Suatu kehamilan yang ditandai dengan adanya villi korialis yang tidak
normal secara histologist yang terdiri dari beberapa tingkatan proliferasi
trofoblastik dan edem pada stroma villus

II. TIPE
Ada 2 tipe/jenis mola hidatidosa :
1. Mola komplit atau mola klasik diakibatkan oleh fertilisasi sel telur yang
tidak mempunyai inti atau tidak aktif. Inti sperma (23X) menduplikasi
menjadi sejumlah diploid, 46XX. Mola mirip seikat anggur putih.
Vesikel-vesikel hidropik (berisi air) tumbuh dengan cepat, maka uterus

8 Patologi Obstetri/Endang/Sita
menjadi lebih besar dari pada perkiraan kehamilan. Mola tidak berisi
fetus, placenta, membran amniotik atau cairan. Peredaran darah ibu tidak
mempunyai placenta sehingga terjadi perdarahan melalui cavum uteri
dan vagina. Pada kira-kira 90% mola hidatidosa diploid 46XX
berkembang menjadi Choriocarcinoma.
Ciri-ciri :
a. Kehamilan yang berkembang tidak wajar
b. Tidak ditemukan janin
c. Hampir seluruh villi korialis mengalami perubahan
hidropik
d. Pembuahan sel telur yang kehilangan intinya atau inti
tidak aktif lagi

Gambar : Mola komplit

2. Mola partial adalah diploid normal, trisomik, atau triploid. Gen ibu akan
ada. Mola triploid seringkali terbentuk oleh 2 set kromosom ayah dan 1
set kromosom ibu (diandry), tetapi juga dapat terbentuk dari 1 set
kromosom ayah dan 2 set kromosom ibu (digyny). Membran embrionik
ada. Mola partial mempunyai potensial berubah menjadi maligna lebih
kecil dari pada mola hidatidosa komplit.
Kira-kira 80% mola hidatidosa partial mengalami abortus spontan, 15%
berlanjut menjadi penyakit kehamilan trofoblast nonmetastase.

III. FAKTOR RESIKO :


1. Defek pada ovarium
2. Abnormalitas pada uterus
3. Defisiensi nutrisi antara lain defisiensi protein, asam folat, karoten
4. Umur di bawah 20 tahun atau

9 Patologi Obstetri/Endang/Sita
5. Usia 40 tahun : memiliki peningkatan resiko 7x disbanding perempuan
yang lebih muda

IV. TANDA DAN GEJALA


Pada stadium awal, tanda dan gejala mola hidatidosa tidak dapat dibedakan
dari kehamilan normal. Selanjutnya dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Pasien dengan ammenorrhoe
2. Perdarahan pervagina pada awalnya sedikit-sedikit berwarna coklat tua
atau merah terang, kemudian bisa menjadi banyak berlangsung beberapa
hari sampai beberapa minggu
3. Uterus lebih besar dari pada perkiraan usia kehamilan
4. Anemia, karena kehilangan darah yang banyak
5. Hyperemesis sering terjadi dan lebih lama dan lebih hebat
6. Bisa terjadi preeklampsi atau eklampsi kira-kira 15% kasus dan
seringkali pada kehamilan 9-12 minggu atau sebelum usia kehamilan 24
minggu
7. Pada palpasi tidak diketemukan adanya janin, tidak ada ballotement,
tidak ada denyut jantung janin
8. Tidak tampak rangka janin pada rontgen foto
9. Pada mola partialis (jarang terjadi) dapat diketemukan janin
10. Kadar hormon chorionik gonadotropin alam darah dan urin sangat tinggi

V. PROGNOSA
Mola hidatidosa merupakan sebuah kematian yang penting
Kematian disebabkan karena :
1. perdarahan
2. perforasi misalnya oleh mola dertruens yaitu gelembung mola
menembus dinding rahim sampai terjadi perforasi
3. infeksi, sepsis
4. choriocarcinoma setelah mola hidatidosa antara 2% - 8% dan makin
tinggi pada usia tua

VI. PENATALAKSANAAN
1. Pada pasien yang berusia sudah tua dan tidak menginginkan anak lagi,
maka dilakukan histerektomi, berhubung dengan kemungkinan mola
hidatidosa menjadi ganas
2. Pada pasien yang masih muda dan masih menginginkan anak, maka
dilakukan curettage untuk mengeluarkan mola, disertai dengan transfusi
darah karena kemungkinan besar terjadi perdarahan yang banyak.
3. Sebelum curettage diberikan hormon oxytosin, sehingga uterus
berkontraksi dan dindingnya lebih keras untuk mengurangi bahaya
perforasi
4. Apabila belum ada pembukaan dapat dipasang laminaria stiff pada
cervix (pada mulut rahim)
5. 1 - 2 minggu kemudian dilakukan curettage ulang untuk meyakinkan
bahwa uterus betul-betul bersih bebas dari sisa-sisa trophoblast

10 Patologi Obstetri/Endang/Sita
6. Sebagai follow up setelah curettage, tes reaksi biologis dilakukan 2
minggu sekali sampai reaksi negatif, kemudian sekali sebulan samapi 2
tahun untuk mengantisipaisi terjadinya Choriocarcinoma
7. Selama pemeriksaan HCG pasien tidak boleh hamil
8. Pemeriksaan foto paru-paru (thorax) dilakukan setiap bulan

VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko berduka berhubungan dengan kehilangan kehamilan
2. Merasa berduka cita berhubungan dengan aktual/adanya ancaman pada
dirinya
3. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit, etiologi,
pengobatan dan akibat
4. Kurangnya volume cairan berhubungan perdarahan sekunder yang
berlebihan ketika pengosongan isi uteri
5. Cemas/sakit berhubungan dengan ketidakpastian penyakit
6. Rendah diri berhubungan dengan ketidak mampuan untuk hamil secara
normal

D. KEHAMILAN EKTOPIK

a. PENDAHULUAN
Kehamilan ektopik merupakan suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita
yang bersangkutan berhubungan dengan besarnya kemungkinan terjadi
keadaan yang gawat. Keadaan gawat ini dapat terjadi apabila kahamilan
ektopik terganggu.

I. PENGERTIAN
Kehamilan ektopik terjadi apabila telur yang dibuahi berimplantasi dan
tumbuh di luar endometrium cavum uteri. Kehamilan ekstrauterin tidak
sinonim dengan kehamilan ektopik karena kahamilan pada pars interstitialis
tuba dan kanalis servicalis masih termasuk dalam uterus tetapi jelas bersifat
ektopik.
Kehamilan ini jarang dapat berlanjut lebih lama dari 6-10 minggu karena
lokasi tidak sesuai bagi pertumbuhan plasenta yang memuaskan atau tidak
adanya tempat yang cukup untuk menampung kehamilan yang berkembang

II. LETAK KEHAMILAN


Kehamilan ektopik dapat terjadi pada :
1. tuba fallopii (pars interstisialis, pars ismika tuba, pars ampularis tuba,
infundibulum tuba)
2. cervix
3. cavum abdomen
4. ovarium
5. ligamentum latum

11 Patologi Obstetri/Endang/Sita
Kira-kira 90% kehamilan ektopik terjadi di tuba falopii dan merupakan satu-
satunya yang akan dibahas .

Gambar : kehamilan ektopik

III. KEHAMILAN TUBA


Kehamilan Tuba akan menghasilkan salah satu dari tiga hasil akhir di bawah
ini :

1. Kematian ovum dalam stadium dini, ovum ini kemudian dapat


diabsorbsi seluruhnya atau tetap tinggal sebagai mola tuba

2. Abortus tuba, yaitu hasil akhir yang paling sering ditemukan, bersama-
sama dengan ovum (dan kemungkinan pula darah) akan dikeluarkan dari
tuba untuk masuk ke dalam uterus atau keluar ke dalam cavum
peritonium. Kejadian ini biasanya mengakibatkan kematian ovum,
kadang-kadang ovum tersebut kembali dan berkembang menjadi
kehamilan abdominal sekundair

3. Ruptur tuba, erosi dan akhirnya ruptur tuba terjadi kalau ovum terus
tumbuh hingga melampoi kemampuan peregangan otot tuba. Ruptur tuba

12 Patologi Obstetri/Endang/Sita
biasanya disertai dengan ruptur salah satu atau lebih pembuluh arteriole
yang besar sehingga terjadi perdarahan hebat yang akan mengalir ke
dalam cavum Douglasi untuk membentuk hematokel pelvic.

Gambar : kehamilan Tuba

IV. PENYEBAB

1. Hal-hal yang mempersulit perjalanan telur ke dalam cavum uteri


Salphingitis chronis
Kelainan congenital tuba
Tumor-tumor yang menekan pada tuba
Perlekatan tuba dengan alat-alat sekitarnya
2. Tuba yang panjang seperti pada hypoplasia uteri
3. Obstruksi partial tuba
4. Hal-hal yang memudahkan nidasi : adanya endpmetrium yang ektopik di
dalam tuba (endometriosis tuba)

V. PROSES

Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya
sama dengan halnya di kavum uteri.

VI. TANDA DAN GEJALA

1. Adanya amenorrhoe, perubahan dini pada payudara, pembesaran uterus


(akibat pengaruh hormonal) dan tanda-tanda lain kehamilan dini
2. Rasa nyeri pada abdomen bagian bawah yang disebabkan oleh distensi
tuba atau darah yang mengiritasi peritoneum. Iritasi peritoneum dapat
menimbulkan nyeri pada puncak bahu pada saat wanita tersebut

13 Patologi Obstetri/Endang/Sita
berbaring. Nyeri abdomen yang hebat sering disertai perasaan mau
pingsan pada kasus-kasus kehamilan tuba yang mengalami ruptur
3. Perdarahan per vaginam yang warnanya cokelat atau merah dan biasanya
sedikit tetapi menentap. Ada 2 sumber yang menjadi penyebab
perdarahan ini, yaitu : dari tuba melalui uterus atau pelepasan desidua
sebagai akibat penghentian produksi estrogen sesudah terjadinya
kematian embryo
4. Bukti adanya perdarahan internal (anemia). Perdarahan lambat sesudah
terjadinya ruptur tuba atau perembesan darah sebelum terjadinya ruptur
tuba dapat menyebabkan anemia, tetapi gejala kolaps dan shock hanya
terjadi kalau terdapat perdarahan hebat setelah ruptur tuba. Pada keadaan
ini ditemukan nyeri tekan yang hebat dan distensi pada abdomen.

VII. PENGKAJIAN

1. Tanda-tanda dan gejala termasuk nadi cepat dan lemah, keringat dingin,
pucat, lesu, megap-megap, dan ansietas yang berlebihan
2. Riwayat medis, pemeriksaan fisik (termasuk pelvik), uji kehamilan, dan
analisa darah.
3. Mungkin dilakukan laparascopi, kuldoskopi, atau laparatomi

VIII. PENATA LAKSANAAN

1. Wanita yang mengalami kehamilan ektopik harus dirawat di rumah sakit.


Jika terdapat shock, harus segera diatasi dengan pemberian cairan infus
sementara menunggu hasil pemeriksaan golongan darah dan cross-
matching.
2. Pengawasan tanda-tanda shock atau perubahan mendadak dalam kondisi
pasien dan persiapan preoperatif sebagaimana yang diprogramkan oleh
ahli bedah.
3. Dukungan emosional sangat penting
4. Perawatan pasca operatif meliputi transfusi darah dan penggantian
cairan. Harus diberikan intervensi suportif seperti empati yang tepat,
ketulusan, dan kehamgatan untuk membantu pasien mengatasi berduka
tahap pertama karena kehamilan berakhir

Kelambatan perjalanan ovum ke dalam uterus, misalnya perkembangan


sistem Mulleri

E. PRE EKLAMPSI DAN EKLAMPSI

I. PENGERTIAN :
Pre eklampsi adalah suatu penyakit yang menyertai kehamilan yang berupa
3 gejala, yaitu : edema, protein urine, dan hipertensi. Disebut juga penyakit
hipertensi karena kehamilan. (PIH yaitu Pregnancy Induced Hypertensi)

14 Patologi Obstetri/Endang/Sita
II. PENYEBAB :
Penyebab yang pasti belum diketahui, kemungkinan karena adanya
kehamilan. Sebagai faktor predisposisi terjadinya pre eklampsi antara lain
adalah
1. Teori iskemi daerah implantasi plasenta didukung kenyataan
sebagai berikut :
a. Pre eklampsi dan eklamsi lebih banyak terjadi pada primi gravida,
hamil ganda, dan mola hodatidosa.
b. Kejadian makin meningkat dengan makin menuanya umur
kahamilan
c. Gejala penyakit berkurang bila terjadi kematian janin
2. Kekhasan kehamilan : terutama primi gravida
3. Overdistensi uterus (seperti pada kehamilan ganda,
polihidramnion, abnormalitas janin)
4. Penyulit beberapa kondisi medis seperti penyakit ginjal,
hipertensi essensial, diabetes
5. Insiden yang lebih tinggi kalau makanan ibu mempunyai mutu
yang buruk

III. KEJADIAN :
Pre eklampsi biasanya terjadi pada kehamilan sesudah 28 minggu. Pasien
yang pernah mengalami PIH atau bagi mereka yang mengalami penyakit
hipertensi kronis memiliki kecenderungan 25% - 35% untuk mengalami
PIH. Dari mereka yang mengalami pre eklampsi, 5% terus berkembang
menjadi eklampsi. Kematian janin dengan preeklampsi sekitar 10% dan
dengan eklampsi sekitar 20%. Walaupun insiden eklampsia jarang, tetapi
PIH tetap menjadi penyebab ketiga kematian maternal di USA.

IV. KLASIFIKASI PRE EKLAMPSI


Pre eklampsi digolongkan menjadi pre eklamsi ringan dan pre eklampsi
berat dengan tanda dan gejala sebagai berikut :
1. Pre eklampsi ringan :
a. tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan
interval pemeriksaan 6 jam
b. Tekanan darah diastolik 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan
interval pemeriksaan 6 jam
c. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu. Pada
trimester ke dua lebih dari 3 pound (1,3 kg) setiap minggu dan
selama trimester ke tiga lebih dari 1 pound (0,45 kg)
d. Protein uri 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitas plu (+) 1
sampai 2 pada urin kateter atau urine mid streem

2. Pre eklampsi berat :


a. Tekanan darah 160/110 mmHg
b. Oliguria, urin kurang dari 400 ml/24 jam
c. Proteinuria lebih dari 3gr/liter

15 Patologi Obstetri/Endang/Sita
d. Keluhan subyektif seperti :
1) Nyeri epigastrium
2) Gangguan penglihatan
3) Nyeri kepala
4) Edema paru dan sianosis
5) Gangguan kesadaran
e. Pemeriksaan :
1) Kadar hati meningkat disertai ikterus
2) Perdarahan pada retina
3) Trombosit kurang dari 100.000/mm

V. PENCEGAHAN
Pre eklampsi dan eklampsi merupakan komplikasi kehamilan yang
berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan dan
diagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka kematian.
Untuk dapat menegakkan diagnosis dini diperlukan pengawasan hamil yang
teratur dengan memperhatikan kenaikan berat badan, kenaikan tejanan
darah, dan pemeriksaan urin protein.
Untuk mencegah terjadinya pre eklampsi ringan dapat dilakukan nasihat-
nasihat tentang dan berkaitan dengan :
1. Diit makanan
Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin, asam folat,
dan rendah lemak. Kurangi garam, apabila berat badan bertembah atau
edema. Makanan berorientasi pada 4 sehat 5 sempurna (gizi seimbang).
Untuk meningkatkan jumlah protein dengan tambahan satu butir telur
setiap hari.
2. Cukup istirahat
Istirahat yang cukup dengan semakin tuanya kehamilan, bekerja
seperlunya saja dan disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak
duduk atau berbaring ke arah punggung janin (ke kiri), untuk mencegah
terjadinya penekanan pada aorta dan vena kava inferior sehingga aliran
darah menuju uterus (plasenta) tidak mengalami gangguan
3. Pengawasan antenatal (hamil)
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera ke
tempat pelayanan kesehatan. Keadaan yang memerlukan perhatian
adalah :
a. Uji kemungkinan pre eklampsi, meliputi :
1) pemeriksaan tekanan darah
2) pemeriksaan tinggi fundus uteri
3) pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema
4) pemeriksaan protein urin
5) kalau mungkin dilakukan tes fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran
darah umum, dan pemeriksaan retina
b. Penilaian kondisi janin dalam rahim
1) pemantauan tinggi fundus uteri

16 Patologi Obstetri/Endang/Sita
2) pemeriksaan janin : gerakan janin dalam rahim, denyut
jantung janin, pemantauan air ketuban
3) Usulkan untuk pemeriksaan ultrasonografi

VI. PENGKAJIAN :
1. Yang terpenting dalam pengkajian untuk pre eklampsi ringan
adalah :
a. tekanan darah
b. protein urin,
c. berat badan (dengan skala, waktu dan alat ukur yang sama),
d. observasi terhadap edem
e. adanya sakit kepala,
f. pening
g. gangguan lambung (nyeri epigastrium)
h. pemeriksaan darah rutin dan kimia (fungsi ginjal, fungsi
hati)
i. pergerakan janin
j. amniosintesis (untuk mengetahui maturitas paru janin)

2. Pre eklampsi berat :


Jika pre eklampsi menjadi berat, maka pasien harus dirawat yang
bertujuan untuk mencegah kejang, menurunkan tekanan darah,
menetapkan fungsi ginjal yang adekuat, dan melanjutkan kehamilan
sampai janin cukup bulan (matur). Yang perlu dikaji adalah :
a. Tekanan darah, nadi, dan pernapasan, minimal setiap 2 sampai 4 jam
sekali
b. Suhu setiap 4 jam atau kurang bila terjadi peningkatan suhu tubuh
c. Kecepatan denyut jantung janin setiap 2 jam sampai 4 jam
d. Haluaran urin dilakukan setiap berkemih atau setiap jam, haluaran
harus lebih besar dari 700 ml/24 jam atau 30 ml/jam
e. Proteinuri dikaji setiap jam (hasil + 3 menandakan kehilangan 5 gram
protein dalam 24 jam)
f. Berat jenis pasien harus ditentukan setiap jam (1,040, berhubung
dengan oliguri dan proteinuri)
g. Edem dievaluasi pada wajah, ekstremitas, dan sakrum setiap 4 jam
h. Berat badan dimonitor setiap hari pada waktu yang sama kecuali tirah
baring ketat
i. Refleks patela dimonitor setiap 4 jam terhadap hiperaktivitas dari
tendon bisep, tricep atau achiles
j. Edem pulmo dikaji setiap 4 jam sekali dengan melakukan auskultasi
k. Pelepasan plasenta dikaji setiap jam dengan memerikasa perdarahan
vagina atau kontraksi uterus
l. Sakit kepala dikaji setiap 2 jam sampai 4 jam
m. Gangguan visual dikaji setiap 4 jam

17 Patologi Obstetri/Endang/Sita
n. Tingkat kesadaran dikaji terus menerus
o. Pemeriksaan laboratorium darah ditentukan setiap hari meliputi
hematokrit, nitrogen ure darh, kreatinin, serum asam urat, pembekuan
dan elektrolit

VII. INTERVENSI
1. Intervensi untuk pasien dengan pre eklampsia ringan tidak perlu
dirawat inap, tetapi yang penting adalah :
a. Diet : tinggi protein dengan asupan natrium sedang 2,5 gr sampai 7,0
gr/hari. Cairan 6 sampai 8 gelas/hari. Tidak perlu diuretik
b. Istirahat dengan posisi lateral recumbent ke arah kiri untuk
meningkatkan aliran plasma ginjal, kecepatan filtrasi glomerulus dan
perfusi plasenta. Berbaring terlentang berbahaya karena menekan
vena kava inferior dan aorta serta mengurangi suplai darah ke uterus,
menekan arteri renalis dan mengurangi aliran darah ke ginjal.
Mengurangi aktivitas
c. Kolaborasi untuk mendapatkan obat-obatan seperti :
1) sedativa ringan : phenobarbital 3 x 30 mgr, valium 3 x 10 mgr
2) obat penunjang : vitamin B kompleks, vitamin C atau vitamin
E, zat besi (ferum)
d. Tanda-tanda bahaya : ibu dianjurkan untuk segera
melaporkan/datang apabila terjadi perubahan yang tiba-tiba terjadi
padanya seperti : sakit kepala, mata kabur/skotoma, edema
mendadak atau berat badan naik, sesag napas, nyeri pada
epigastrium, kesadaran makin berkurang, demam, tremor otot
(kejang), pengeluaran urin berkurang, gerak janin melemah,
berkurang,
e. Supervisi medis/jadual kunjungan : kunjungan ke klinik dijadualkan
2 minggu sekali atau kurang, tergantung pada gejala.. Pada saat ini
dimonitor tentang : tekanan darah, edem, albuminuria, penambahan
berat badan, kesehatan mental, dan perkembangan janin.

2. Intervensi untuk pasien dengan preeklampsia berat meliputi :


a. Pasien harus dirawat di isolasi (untuk menjaga ketenangan dan
mengurangi rangsangan suara dan sinar)
b. Tirah baring, pengunjung dibatasi, tidak ada telepon
c. Diit tingi protein, natrium sedang yang dapat ditoleransi bila tidak
terdapat mual dan indikasi dari aktivitas yang menimbulkan serangan
d. Dipasang infus glucosa 5%
e. Monitor vital sign
f. Monitor dan jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
g. Pasang dauer kateter

18 Patologi Obstetri/Endang/Sita
h. Pengobatan : sedativa : Phenobarbital 3 x 100 mgr, valium 3 x 20
mgr
i. Menghindari kejang dengan : Mg SO4 (Magnesium Sulfat) 8 gr
I.M., selanjutnya 4 gr/6jam, harus diperhatikan dan diobservasi
pernapasan tidak boleh kurang dari 16x/menit, refleks patela +,
jumlah urin minimal 600 ml/24 jam. Valium 20 mg IV, selanjutnya
20 mg/drip 20 tts/menit. Kombinasi : Petidin 59 mgr IM,
Klorpromasin 50 IM, Diasepam (valium) 20 mgr
j. Bila terjadi oliguri diberikan Dextrose 40% IV untuk menarik cairan
dari jaringan, sehingga dapat merangsang diuresis
k. Dukungan dan pendidikan untuk menurunkan kecemasan dengan
memberitahukan tentang keadaan janinnya
l. Setelah keadaan pre eklampsia berat teratasi, pertimbangkan untuk
mengakhiri kehamilan berdasarkan :
1) kehamilan cukup bulan
2) mempertahankan kehamilan sampai mendekati cukup bulan
3) kegagalan pengobatan preeklampsi berat, kahamilan diakhiri
tanpa memperhitungkan usia kehamilan
4) merujuk ke RS untuk pengobatan yang adekuat

F. EKLAMPSIA

I. PENGERTIAN
Eklampsia merupakan kelanjutan dengan preeklampsia berat (PEB) dengan
gejala tambahan berupa kejang.

II. JENIS EKLAMPSIA


Eklampsia dapat dikategorikan menjadi 3 sesuai dengan waktu kejadian :
1. Eklampsia gravidarum : yaitu serangan kejang yang terjadi dalam
keadaan hamil. Angka kejadiannya 50% sampai 60%
2. Eklampsia parturienum : serangan terjadi saat persalinan (in partu).
Batas dengan eklampsia gravidarum sukar ditentukan terutama saat
mulai inpartu. Angka kejadian sekitar 30% sampai 35%
3. Eklampsia puerperium: terjadi serangan kejang atau koma setelah
persalinan berakhir

III. TINGKAT KEJANG PADA EKLAMPSIA :


1. Tingkat awal/aura :
a. berlangsung antara 30 sampai 35 detik
b. tangan dan kelopak mata genetar
c. mata terbuka dengan pandangan kosong
d. kepala diputar ke kanan dan ke kiri

2. Tingkat kejang tonik


a. berlangsung sekitar 30 detik

19 Patologi Obstetri/Endang/Sita
b. seluruh tubuh kaku, wajah kaku, pernapasan berhenti dapat
diikuti sianosis, tangan menggenggam kaki diputar ke dalam, lidah
dapat tergigit

3. Tingkat kejang klonik


a. berlangsung 1 sampai 2 menit
b. kejang tonik berubah menjadi klonik
c. kontraksi otot berlangsung cepat
d. mulut terbuka tertutup dan telah dapat tergigit sampai putus
e. mata melotot
f. mulut berbuih
g. muka menjadi kongesti dan tampak sianosis
h. penderita dapat jatuh menimbulkan trauma tambahan

4. Tingkat koma
a. setelah kejang klonik berhenti penderita menarik napas
b. diikuti koma yang lamanya bervariasi
Selama terjadi kejang dapat terjadi suhu naik mencapai 40ºC, nadi
bertambah cepat, tekanan darah meningkat

IV. PROGNOSA
Di Indonesia preeklampsi berat dan eklampsi merupakan salah satu
penyebab kematian maternal mencapai 1,5% sampai 25%, sedangkan
penyebab kematian bayi mencapai 45% sampai 45%.
Penyebab kematian ibu adalah perdarahan otak, payah jantung atau payah
ginjal, dan aspirasi cairan lambung atau edema paru-paru. Sedangkan
kematian bayi adalah asphexia intrauterin dan persalinan prematuritas.
Mekanisme kematian janin dalam rahim adalah sebagai berikut :
1. Kekurangan O2 menyebabkan perubahan metabolisme ke arah
lemak dan protein dapat menimbulkan badan keton
2. Merangsang dan mengubah keseimbangan nervus simpatis dan
nervus vagus yang menyebabkan :
a. perubahan denyut jantung janin menjadi takikardi dan
dilanjutkan bradikardi serta irama yang tidak teratur
b. peristaltik usus bertambah dan sphingter ani terbuka sehingga
dikeluarkan mekoneum
3. Bila kekurangan O2 terus berlangsung keadaan bertambah gawat
sampai terjadi kematian dalam rahim

V. PENANGANAN EKLAMPSIA
Selama serangan kejang, prioritas pertama penanganan adalah memastikan
jalan napas yang lapang dan bersih. Pasien harus dilindungi dari cedera fisik
dengan cara-cara perawatan yang lazim dilakukan seperti : pasang spatel
lidah untuk mencegah terjadinya lidah tergigit, pasang pengaman tempat
tidur supaya pasien tidak jatuh. Hindarkan pasangan dari rengsangan cahaya

20 Patologi Obstetri/Endang/Sita
dan jaga ketenangan pasien dengan merawat pasien di ruang tersendiri dan
batasi pengunjung.
Magnesium sulfat merupakan preparat sedative neuromuskuler dapat
diberikan untuk mencegah terjadinya serangan kejang lebih lanjut. Diazepam
(valium) kadang-kadang juga diberikan.

G. PERDARAHAN ANTE PARTUM

I. PENGERTIAN
Perdarahan ante pertum adalah perdarahan pervaginam yang terjadi pada
kehamilan 28 minggu atau lebih. Sering disebut juga sebagai perdarahan
Trimester III.

II. JENIS PERDARAHAN ANTE PARTUM


1. Perdarahan yang ada hubungannya dengan kehamilan :
a. Placenta previa
b. Solutio placenta
c. Perdarahan pada placenta letak rendah
d. Pecahnya sinus marginalis
e. Pecahnya vasa praevia

2. Perdarahan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan :


a. Pecahnya varices vagina
b. Perdarahan polipus servicalis
c. Perdarahan perlukaan serviks
d. Perdarahan karena keganasan serviks

Adanya perdarahan pada akhir kehamilan merupakan situasi yang emergensi


bagi perawat. Banyaknya perdarahan dapat mengakibatkan peningkatan
kesakitan dan kematian ibu dan anak. Frekuensi perdarahan ante partum
sekitar 3% sampai 4% dari semua persalinan, sedangkan kejadian di rumah
sakit lebih tinggi karena menerima rujukan.
Penanganan perdarahan ante partum memerlukan perhatian karena dapat
saling mempengaruhi dan merugikan janin dan ibunya.

1. PLASENTA PRAEVIA

I. PENGERTIAN
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi di sekitar segmen
bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh osteum
uterina internum/jalan lahir. (prae = di depan, via = jalan)
Implantasi plasenta yang normal adalah di sekitar fundus uteri pada
dinding depan atau dinding belakang rahim.

21 Patologi Obstetri/Endang/Sita
II. MACAM-MACAM PLASENTA PREVIA
1. Plasenta previa totalis
Plasenta previa totalis apabila seluruh osteum uteri internum
tertutup oleh plasenta
2. Plasenta previa partialis
Apabila plasenta menutupi sebagian dari osteum uteri internum
3. Plasenta previa marginalis
Apabila tepi plasenta terdapat di pinggir osteum uteri internum

Gambar : macam-macam placenta praevia

22 Patologi Obstetri/Endang/Sita
Gambar : placenta normal dan placenta praevia

III. PENYEBAB
Penyebab pasti plasenta berimplantasi di segmen bawah rahim belum
diketahui, tetapi kemungkinan karena :
1. Faktor usia pasien/ibu :
pada wanita hamil usia muda/ kurang dari 20 tahun,
pertumbuhan endometrium belum sempurna sehingga
endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi,
atau usia di atas 35 tahun karena kurang subur sehingga
endometrium di fundus tipis.
2. Paritas :
Pada wanita dengan paritas yang tinggi, endometrium belum
sempat tumbuh
3. Endometrium yang cacat
a. bekas persalinan berulang dengan jarak yang pendek
b. bekas operasi, curetage atau plasenta manual, akan terjadi
penurunan vaskularisasi pada segmen atas rahim
c. perubahan endometrium pada myoma uteri atau polip
d. pada keadaan malnutrisi

IV. PATOFISIOLOGI
Dari kemungkinan penyebab di atas, maka plasenta berimplantasi di
segmen bawah rahim sehingga menutupi canalis servikalis dan
mengganggu proses persalinan dengan terjadinya perdarahan

V. GEJALA/GAMBARAN KLINIK
1. Adanya perdarahan pervaginam tanpa rasa sakit pada kehamilan
trimester III, terjadi pada saat tidur atau sedang melakukan
aktivitas
2. Warna perdarahan merah segar mungkin hilang timbul, mungkin
terjadi secara memancar atau sangat jarang, mungkin terus
menerus.
3. Jumlah perdarahan dapat sedikit atau banyak
4. Karena implantasi plasenta di bawah, maka bagian terendah janin
tidak mungkin masuk ke pintu atas panggul/masih tinggi.
5. Oleh karenanya, menimbulkan kelainan letak janin dalam rahim

VI. AKIBAT PLASENTA PREVIA PADA IBU DAN JANIN


1. Bagi ibu akan dapat menimbulkan anemia sampai shock
2. Bagi janin dapat menimbulkan asphixia sampai kematian

VII. DIAGNOSIS PLASENTA PREVIA


Diagnosis plasenta previa ditegakkan berdasarkan pada gejala
klinik, pemeriksaan khusus, dan pemeriksaan penunjang
1. Anamnese/wawancara :

23 Patologi Obstetri/Endang/Sita
a. terjadi perdarahan pada kehamilan sekitar 28 minggu
b. sifat perdarahan :
1) tanpa rasa sakit, terjadi secara tiba-tiba
2) tanpa sebab yang jelas
3) perdarahan dapat berulang
c. perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu maupun janin
dalam rahim
2. Inspeksi
a. perdarahan pervaginam encer sampai bergumpal
b. pada perdarahan yang banyak ibu tampak anemis
3. Pemeriksaan fisik ibu
a. dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai
shock
b. kesadaran pasien bervariasi dari baik sampai koma
c. pada pemeriksaan dapat dijumpai :
1) tekanan darah, nadi, dan pernapasan dalam batas
normal
2) tekanan darah turun, nadi dan pernapasan meningkat
3) daerah ujung menjadi dingin
4) tampak anemis
4. Pemeriksaan khusus
a. pemeriksaan palpasi abdomen
1) janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai
dengan usia kehamilan
2) karena plasenta di segmen bawah rahim, maka dapat
dijumpai kelainan letak janin dalam rahim dan bagian
terendah janin masih tinggi
b. pemeriksaan denyut jantung janin
bervariasi dari normal sampai asphixia dan kematian
dalam rahim
c. pemeriksaan dalam
periksa dalam merupakan kontra indikasi mutlak bagi
perdarahan ante partum. Periksa dalam hanya dilakukan
di atas meja operasi dan siap untuk segera mengambil
tindakan. Tujuan pemeriksaan dalam adalah :
1) menegakkan diagnosis pasti
2) mempersiapkan tindakan untuk melakukan operasi
persalinan atau hanya memecahkan ketuban
d. pemeriksaan penunjang
dengan pemeriksaan ultrasonografi vagina

VIII. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan konservatif :
1. Setelah diagnosa plasenta previa ditegakkan, maka pasien
harus dirawat di Rumah Sakit

24 Patologi Obstetri/Endang/Sita
2. Istirahat mutlak di tempat tidur untuk memperpanjang masa
kehamilan apabila fetus belum matur
3. Periksa type dan golongan darah ibu
4. Hematokrit harus dipertahankan 30%
5. Usia kehamilan ditetapkan kecuali dalam keadaan emergensi
6. Persalinan ditangguhkan sampai minimal usia kehamilan 36
minggu
7. Jika plasenta previa menutup jalan lahir lebih dari 30%, atau
jika perdarahan terus menerus, maka pertolongan persalinan
harus dilakukan secara secsio caecaria, dengan anastesi umum
8. Perdarahan akan berlangsung terus sampai plasenta terlepas,
sehingga harus waspada terjadinya shock hipovolemik, karena
jika shock hipovolemik, maka akan sangat sulit untuk
mengganti darah yang hilang

IX. PENGKAJIAN
Yang perlu dikaji adalah sesuai dengan gambaran klinik, yaitu :
1. adanya perdarahan (banyaknya, faktor pencetus, apakah ada
nyeri)
2. riwayat kesehatan meliputi : riwayat kehamilan pernahkah
pasien/ibu mengalami perdarahan sebelumnya
3. kapan menstruasi terakhir (HPHT)
4. status kesehatan secara umum
5. tanda-tanda vital ibu dan status fetus
6. palpasi abdomen relaksasi, tidak ada kontraksi
7. pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, antigen, antibodi, dan
faktor Rh, waktu pembekuan dan perdarahan, golongan darah
dan crosmatch untuk 2 U sel darah merah

X. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan placenta previa
memfokuskan pada perubahan status hemodinamik, kurangnya
pengetahuan, ketakutan dan kecemasan serta masalah-masalah lain
yang berhubungan dengan status fetus. Kemungkinan diagnosa yang
dapat muncul adalah :
1. Penurun cardiac output berhubungan dengan kehilangan darah
sekunder yang berlebih lebihan akibat placenta previa
2. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah
sekunder yang berlebihan akibat placenta previa
3. Resiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan usaha
pengembalian caiaran
4. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
hipovolemic dan gangguan pusat aliran darah
5. Resiko tinggi terluka pada fetus berhubungan dengan penurunan
perfusi sekunder plasenta akibat placenta previa

25 Patologi Obstetri/Endang/Sita
6. Cemas/takut berhubungan dengan kondisi ibu dan keadaan
kehamilannya
7. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan hospitalisasi dan
peralatan yang asing
8. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi ibu dan
hospitalisasi
9. Resiko berdukacita berhubungan dengan aktual/merasa adanya
ancaman untuk dirinya sendiri, kehamilan atau fetusnya
10. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan anemia, perdarahan,
placenta previa (tindakan operasi) dan transfusi darah
11. Resiko tinggi terluka pada ibu berhubungan dengan penggunaan
prosedur monitaring dan pengobatan infasif

XI. TUJUAN KEPERAWATAN YANG AKAN DICAPAI


1. Ibu harus mampu mengidentifikasi dan menggunakan
mekanisme koping yang ada
2. Ibu harus mampu mendemonstrasikan aktivitas yang terbatas
3. Ibu tidak boleh mengalami komplikasi
4. Ibu harus mampu membawa kehamilannya sampai matur atau
mendekati matur
5. Ibu harus mampu melakukan persalinan bayi dengan selamat

XII. EAVLUASI
Perawat harus yakin bahwa perawatan yang diberikan telah sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan :
1. Ibu mengidentifikasi dan menggunakan mekanisme koping yang
ada
2. Ibu mendemonstrasikan aktivitas yang terbatas
3. Ibu tidak mengalami komplikasi
4. Ibu membawa kehamilannya sampai matur atau mendekati matur
5. Ibu melakukan persalinan bayi dengan selamat

2. SOLUTIO/ABRUPTIO/ABLATIO PLACENTA

I. PENGERTIAN
Solutio placenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh plasenta
sebelum waktunya dengan implantasi normal pada kehamilan
trimester III. Sering juga disebut dengan pelepasan placenta secara
prematur

II. PENYEBAB
Solutio placenta merupakan keadaan gawat yang memerlukan
perhatian karena penyulit yang ditimbulkan terhadap ibu maupun
janin. Penyebab utamanya belum diketahui, tetapi kemungkinan

26 Patologi Obstetri/Endang/Sita
beberapa kondisi seperti di bawah ini telah diduga menjadi faktor
etiologi seperti :

1. Trauma langsung terhadap uterus hamil


a. terjatuh terutama tertelungkup
b. tendangan anak yang sedang digendong
c. trauma langsung lainnya

2. Trauma kebidanan
a. setelah versi luar
b. setelah memecahkan ketuban
c. persalinan anak ke dua hamil kembar

3. Dapat terjadi pada kehamilan dengan tali pusat pendek

Faktor predisposisi terjadinya solutio placenta adalah :


a. hamil pada usia tua
b. mempunyai tekanan darah tinggi
c. bersamaan dengan preeklampsi atau eklampsi]
d. tekanan vena kava inferior yang tinggi
e. kekurangan asam folik

III. GAMBARAN KLINIK


Gambaran klinik solutio placenta tergantung dari seberapa bagian
plasenta yang terlepas :
1. Solutio placenta ringan
a. terlepasnya plasenta kurang dari ¼ luasnya
b. tidak memberikan gejal klinik dan ditemukan setelah
persalinan
c. keadaan umum ibu dan janin tidak mengalami gangguan
d. persalinan berjalan dengan lancar pervaginam

2. Solutio placenta sedang


a. terlepasnya placenta lebih dari ¼, tetapi belum mencapai 2/3
bagian
b. dapat menimbulkan gejala klinik seperti :
1) perdarahan dengan rasa sakit
2) perut terasa tegang
3) gerak janin berkurang
4) palpasi bagian janin sulit diraba
5) auskultasi jantung janin dapat terjadi asphixia ringan dan
sedang
6) pada pemeriksaan dalam ketuban menonjol
7) dapat terjadi gangguan pembekuan darah

27 Patologi Obstetri/Endang/Sita
3. Solutio placenta berat
1) lepasnya placenta lebih dari 2/3 bagian
2) terjadi perdarahan disertai rasa nyeri
3) penyulit pada ibu :
a) terjadi shock dengan tekanan darah menurun, nadi dan
pernapasan meningkat
b) dapat terjadi ganguan pembekuan darah
c) pada pemeriksaan dijumpai turunnya tekanan darah
sampai shock, tidak sesuai dengan perdarahan dan
pasien tampak anemis
d) pemeriksaan abdomen tegang, bagian janin sulit
diraba, dinding perut terasa sakit dan janin telah
meninggal dalam rahim
e) pemeriksaan dalam ketuban tegang dan menonjol
f) solutio placenta berat dengan Couvelaire uterus terjadi
gangguan kontraksi dan atonia uteri

IV. KLASIFIKASI
Berdasarkan Grade :
1. Grade 0 : Pasien tidak merasakan adanya tanda-tanda, tetapi
ada sedikit gumpalan darah dari bagian belakang placenta perlu
diperhatikan setelah persalinan. Kurang dari 10% dari total area
permukaan plasenta terlepas
2. Grade I : Pasien mengalami perdarahan pervaginam, kemudian
uteri menjadi lembut dan agak tetani, tetapi baik ibu maupun
janin tidak mengalami distress. Kira-kira 10% sampai 20% dari
total area permukaan plasenta terlepas
3. Grade II : Uteri klien menjadi lembut dan tetani tanpa disertai
perdarahan eksternal. Ibu tidak mengalami shock, tetapi fetus
mengalami distress. Kira-kira 20% - 50% dari total area
permukaan terlepas.
4. Grade III : Uteri sangat tetani, ibu mengalami shock,
walaupun perdarahan mungkin atau tidak mungkin terlihat, dan
fetus meninggal. Seringkali ibu mengalami koagulopati. Lebih
dari 50% area permukaan plasenta terlepas

28 Patologi Obstetri/Endang/Sita
Gambar : a. : placenta yang normal (utuh), b : solution/abruptio placenta
V. DIAGNOSA SOLUTIO PLASENTA
Diagnosis solutio placenta dapat ditegakkan dengan melakukan :
A. Anamnese/wawancara
1. terdapat perdarahan disertai rasa nyeri
2. terjadi spontan atau karena trauma
3. perut terasa nyeri
4. diikuti penurunan sampai terhentinya gerakan janin dalam
rahim

B. Pemeriksaan
1. pemeriksaan fisik umum meliputi :
a. keadaan umum pasien tidak sesuai dengan jumlah
perdarahan
b. tekanan darah menurun, nadi dan pernapasan meningkat
c. pasien tampak anemis

2. pemeriksaan khusus
palpasi abdomen
a. perut tegang terus menerus
b. terasa nyeri saat dipalpasi
c. bagian janin sukar ditentukan

3. auskultasi
denyut jantung janin bervariasi dari asphixia ringan sampai
berat

4. pemeriksaan dalam
a. terdapat pembukaan
b. ketuban tegang dan menonjol

29 Patologi Obstetri/Endang/Sita
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dengan ultrasonografi untuk
membedakan dengan placenta previa, dijumpai perdarahan
antara placenta dan dinding abdomen

VI. KOMPLIKASI
Komplikasi yang menyertai solutio plasenta dapat sedang sampai
berat. Solutio dengan perdarahan tertutup lebih berbahaya dari pada
solutio placenta terbuka karena luasnya perdarahan tidak diketahui
dengan pasti dan konsekuensinya penggantian darah begitu lambat.
Shock hipovolemik dapat mengakibatkan kegagalan ginjal dan
nekrosis pituitari (sindrom Sheehan), dan akhirnya mengakibatkan
gangguan pembekuan darah
Perdarahan dalam miometrium menyebabkan Couvelaire uterus dan
mengakibatkan kerusakan jaringan miometrium meningkatkan
tonusitas serta ketidakmampuan uterus untuk berelaksasi antara
kontraksi.
Setelah persalinan uterus terasa sangat tegang, tetapi tidak mampu
berkontraksi secara efektif dan pembuluh darah menjadi tidak
menutup, perdarahan post partum haris segera diantisipasi.
Hipoksia atau anoksia fetus merupakan penyebab kematian fetus
Penyulit Solutio Placenta dapat menimbulkan penyulit sebagai
berikut :
1 penyulit (komplikasi) ibu
a. perdarahan dapat menimbulkan
1) variasi turunnya tekanan darah sampai keadaan shock
2) perdarahan tidak sesuai dengan keadaan pasien anemis
sampai shock
3) kesadaran bervariasi dari baik sampai koma

b. gangguan pembekuan darah


1) masuknya tromboplastin ke dalam sirkulasi darah
menyebabkan pembekuan darah intravaskuler dan
disertai hemolisis
2) terjadinya penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen
dapat mengganggu pembekuan darah
c. oliguri
terjadinya gambaran glomerulus ginjal dan dapat
menimbulkan produksi urin makin berkurang

d. perdarahan postpartum
1) pada solutio placenta sedang sampai berat terjadi
infiltrasi darah ke otot rahim, sehingga mengganggu
kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena atonia
uteri

30 Patologi Obstetri/Endang/Sita
2) kegagalan pembekuan darah menyebabkan beratnya
perdarahan

2. penyulit pada janin


perdarahan yang tertimbun di belakang plasenta mengganggu
sirkulasi dan nutrisi ke arah janin sehingga dapat menimbulkan
asphixia ringan sampai berat dan kematian dalam rahim

VII. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan solutio placenta tergantung pada keadaan status
ibu dan anak. Adanya fetal distress, banyaknya perdarahan,
koagulopati, proses persalinan yang lama, atau relaksasi tonus
otot, maka proses persalinan dengan cara operasi caecar harus
dilakukan. Jika hemodinamik ibu stabil, persalinan pervagina
dapat dicoba kalau bayinya hidup dan tidak ada distress akut atau
jika fetus mati.
Pengembalian cairan harus segera dilakukan jika terjadi
perdarahan. Darah lengkap dan Ringer Laktat harus diberikan
dalam jumlah tertentu untuk mempertahankan pengeluaran urin 30
– 60 ml/jam dan kadar hematokrit kira-kira 30%.

Penangan Solutio Placenta :


1. Solutio Placenta ringan
1) perut tegang sedikit, perdarahan tidak terlalu banyak
2) keadaan janin masih baik dapat dilakukan penanganan
secara konservatif
3) perdarahan berlangsung terus ketegangan makin
meningkat, dengan janin yang masih baik dilakukan seksio
caesaria
4) perdarahan yang berhenti dan keadaan baik pada
kehamilan prematur dilakukan perawatan inap

2. Solutio Placenta sedang dan berat


Penanganan dilakukan di Rumah Sakit dengan fasilitas
memadai karena dapat membahayakan jiwa pasien.
Tatalaksananya adalah :
1) pemasangan infus
2) memecahkan ketuban
3) induksi persalinan atau dilakukan seksio caesaria

VIII. PROGNOSA
Kematian ibu dengan solutio placenta mencapai 1%. Prognosa ibu
tergantung pada ada atau tidaknya pelepasan placenta, banyaknya
kehilangan darah, derajat DIC dan waktu antara kejadian
pelepasan plasenta dan persalinan. Beruntung 80% - 90%
pelepasan placenta secara prematur hanya membawa 2 – 3

31 Patologi Obstetri/Endang/Sita
kotiledon, dan berada pada grade 0 – I, sehingga umumnya
prognosa tidak buruk
Prognosa pada janin jelek. Pada 1 dari 3 bayi dengan ibu yang
mengalami pelepasan plasenta grade II atau III akan meninggal
sebelum, selama, atau segera setelah persalinan. Jika diantara
mereka ada yang bertahan hidup, maka terjadi peningkatan
sejumalh kerusakan neurologi yang absolut.

IX. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan meliputi seluruh komponen yang dapat
menggambarkan keadaan pasien dengan solutio. Dalam pengkajian
tambahan perlu untuk mengidentifikasi peningkatan tinggi fundus
uteri, yang merupakan indikasi perdarahan tertutup.

X. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Nyeri berhubungan dengan perdarahan di antara dinding uteri
dan pelepasan placenta sekunder secara prematur
2 Berduka cita berhubungan dengan aktual atau ancaman
kehilangan bayi
3 Tidak mempunyai kekuatan berhubungan dengan kondisi ibu
dan hospitalisasi

XI. TUJUAN KEPERAWATAN


1 Ibu harus mampu mengidentifikasi dan menggunakan suport
sistem yang ada
2 Ibu tidak boleh mengalami komplikasi
3 Ibu harus mampu melakukan persalinan dengan bayi yang
sehat yang tidak membahayakan

XII. EVALUASI
Perawat harus yakin bahwa pelayana keperawatan yang diberikan
efektif sesuai dengan tujuan keperawatan yang telah ditetapkan.

H. KEHAMILAN KEMBAR

I. PENGERTIAN
Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih.
Kehamilan kembar dapat memberikan resiko yang tinggi terutama bagi
janin. Meskipun bagi ibu resiko tidak sebesar bagi janin, namun dalam
menghadapi kehamilan kembar harus dilakukan pengawasan hamil yang
lebih intensif.

II. ANGKA KEJADIAN :

32 Patologi Obstetri/Endang/Sita
Kejadian kehamilan kembar menurut hukum ellin yang menyatakan bahwa
perbandingan antara kehamilan kembar dengan tunggal adalah :
1. untuk kehamilan kembar 2/twin/gemelli dibanding dengan tunggal
adalah 1 : 89
2. untuk hamil kembar 3/triplet dibanding dengan hamil tunggal adalah 1 :
89²
3. untuk hamil ganda 4/kuadriplet dibanding dengan hamil tunggal adalah
1: 89³
Hal ini kira-kira sesuai dengan hasil penelitian Greulich (1930)

III. JENIS KEHAMILAN KEMBAR


1. Kehamilan kembar monozygotik
Kembar monozygotik disebut jyga dengan kembar identik, homolog,
atau uniovuler. Kira-kira 1/3 kehamilan kembar adalah monozygotik.
Adapun ciri-ciri dari kehamilan kembar monozygotik adalah :
a. jenis kelamin kedua anak sama
b. rupa/wajahnya sama atau bayangan cermin termasuk kuping, mata,
gigi, rambut, kulit dan ukuran antropologik
c. sidik jari dan telapak tangan sama atau terbalik sau sama lain
d. satu bayi kembar mungkin kidal dan lainnya biasa karena lokasi
daerah motorik di korteks serebri pada kedua bayi tersebut
berlawanan
e. Sebagian bayi kembar/1/3 bagian mempunyai 2 amnion, 2 korion,
dan 2 placenta. Kadang-kadang 2 placenta tersebut menjadi satu
f. Sebagian besar/2/3 mempunyai : 1 placenta, 1 korion, dan 2
amnion

2. Kehamilan dizygotik
Kembar dizygotik disebut juga heterolog, binovuler, dan fraternal. Kira-
kira 2/3 kehamilan kembar adalah dizygotik. Adapun ciri-ciri dari
kehamilan kembar dizygotik adalah :
a. jenis kelamin dapat sama dapat juga berbeda
b. rupa/wajah mirip seperti adik kakak
c. mempunyai : 2 placenta, 2 korion, dan 2 amnion. Kadang-kadang 2
placenta menjadi satu

IV. ETIOLOGI
1. Faktor bangsa, heriditas, umur dan paritas dapat mempengaruhi
terjadinya kembar dizygotik (fraternal)
2. Hormon gonadotropin yang dipergunakan untuk menimbulkan ovulasi
juga dapat menyebabkan kembar dizygotik
3. Kemungkinan terbentuknya 2 ovum atau lebih dalam satu folikel
4. Pada fertilisasi in vitro
5. Faktor penghambat yang mempengaruhi segmentasi sebelum blastula
terbentuk, menghasilkan kehamilan kembar dengan 2 amnion, 2 korion
dan 2 plasenta seperti pada kehamilan dizygotik

33 Patologi Obstetri/Endang/Sita
V. PERTUMBUHAN JANIN KEMBAR
Pertumbuhan janin pada kehamilan kembar tergantung dari faktor plasenta
apakah menjadi satu (sebagian besar hamil kembar monozydotik) atau
bagaimana lokalisasi implantasi plasenta. Memperhatikan hal tersebut,
mungkin terdapat jantung salah satu janin lebih kuat dari pada lainya,
sehingga janin yang mempunyai jantung lemah mendapat nutrisi yang
kurang menyebabkan pertumbuhan terhambat sampai terjadi kematian janin
di dalam rahim.

Bentuk kelainan pertumbuhan tersebut antara laian adalah :


1. Secara umum masing-masing berat janin kembar lebih rendah sekitar
700 sampai 1000 gram dari hamil tunggal
2. Dalam pertumbuhan yang bersaing antara kedua janin kembar dapat
terjadi :
a. perbedaan berat tidak sama sekitar 50 – 150 gram
b. terjadi pertumbuhan monster/monstrum atau disebut juga
akardiakus. (akardiakus asefalus adalah monstrum yang hanya terdiri
dari satu panggul dan ekstremitas bawah, akardiakus akornus adalah
monstrum tanpa badan, akardiakus amofus adalah monstrum tanpa
bentuk yang terdiri dari jaringan ikat yang mengandung berbagai alat
rudimenter dan diliputi kulit.)
c. fetus papiraseus (gepeng tertekan)
d. terjadi kembar dempet/kembar siam, karena pemisahan terjadi
setelah umur fertilisasi 13 hari
3. Hamil kembar sering terdapat hidramnion

VI. DIAGNOSIS HAMIL KEMBAR


Untuk dapat menegakkan diagnosis kemungkinan hamil kembar haruslah
dipikirkan keadaan sebagai berikut :
1. Besarnya perut ibu hamil melebihi lamanya terlambat haid (usia
kehamilan)
2. Besarnya rahim bertambah lebih cepat dari biasanya
3. Bertambahnya berat badan ibu hamil lebih besar
4. Dapat diraba banyak bagian kecil janin
5. Dapat diraba tiga bagian besar janin dan teraba dua ballotement
6. Sering disertai hamil dengan hidramnion

Diagnosisi pasti hamil kembar dapat ditegakkan dengan :


1. Teraba dua kepala
2. Teraba dua bokong atau dua punggung
3. Perbedaan denyut jantung janin dengan jumlah lebih dari 10 denyut
4. Dengan alat bantu ultrasonografi dan foto abdomen akan tampak dua
janin

34 Patologi Obstetri/Endang/Sita
VII. GAMBARAN KLINIK KEHAMILAN KEMBAR
1. Pada kehamilan kembar karena terjadi distensi uterus yang berlebihan
maka dapat terjadi persalinan prematuritas
2. Terjadi defisiensi nutrisi seperti anemian yang dapat mengganggu
pertumbuhan janin.
3. Frekuensi hodramnion pada hamil kembar sekitar 10x lebih besar
daripada kehamilan tunggal
4. Keregangan otot rahim yang menyebabkan iskemia uteri dapat
meningkatkan kemungkinan pre eklampsi dan eklampsi
5. Solutio plasenta dapat terjadi setelah persalinan anak pertama karena
retraksi otot rahim yang berlebihan
6. Persalinan dapat berlangsung lebih lama karena keregangan otot rahim
yang melampoi batas.
7. Setelah persalinan, terjadi gangguan kontraksi otot rahim yang
menyebabkan atonia uteri dan menimbulkan perdarahan, retensio
plasenta.
8. Morbiditas dan mortalitas janin lebih tinggi karena berat badan janin
yang relatif rendah
9. Keluhan pada kehamilan kembar antara lain terasa sesak napas, sering
kencing, edem tungkai, pembesaran pembuluh darah (varises)

Gambar : kehamilan kembar monozygotic

35 Patologi Obstetri/Endang/Sita
Gambar : kehamian kembar dizypotic

VIII. LETAK ANAK PADA KEHAMILAN KEMBAR ;


1. Keduan anak dalam letak kepala
2. Seorang anak dalam letak kepala dan seorang lagi dalam letak sungsang
3. Keduanya dalam letak sungsang
4. Keduanya melintang

IX. EFEK KEHAMILAN KEMBAR


Pada kehamilan kembar akan menimbulkan penyulit baik bagi ibu maupun
bagi janin
1. Bagi ibu
a. Anemia
b. Preeklampsi/eklampsi
c. Persalinan prematur
d. Perjalanan persalinan lebih lama
e. Postpartum dapat terjadi atonia uteri disertai dengan perdarahan
2. Bagi janin
a. Hidramnion
b. Kelainan posisi janin
c. Kelainan kongenital
d. Plasenta previa
e. Solutio plasenta
f. Pertumbuhan janin terlambat
g. Angka kesakitan dan kematian tinggi

36 Patologi Obstetri/Endang/Sita
I. PENYULIT PERSALINAN

I. PENGERTIAN
Persalinan normal (eutocia) dapat terjadi apabila faktor 3 P (power, passage,
dan passanger) dapat bekerjasama dengan baik. Apabila faktor 3 P tersebut
tidak dapat bekerja sama dengan baik, maka persalinan akan mengalami
kesulitan (dystocia)

II. KELAINAN YANG TERJADI PADA PERSALINAN


1. Power : kekuatan his dan mengejan
His (kekuatan kontraksi otot rahim) yang normal mempunyai sifat :
a. Kontraksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim
b. Fundal dominan menjalar ke seluruh otot rahim
c. Kekuatannya seperti memeras isi rahim
d. Otot rahim yang telah berkontraksi tidak kembali ke panjang
semula sehingga terjadi retraksi dan pembentukan segmen bawah
rahim
Kelainan kontraksi otot rahim adalah :
a. Inersia uteri
His yang sifatnya lemah, pendek, dan jarang dari his normal yang
terbagi menjadi :
1) Inersia uteri primer (hypotonic uterine contraction)
Bila sejak semula kekuatannya sudah lemah
2) Inersia uteri sekunder
Timbulnya setelah sebelumnya berlangsung his yang kuat
untuk waktu yang lama.

b. Tetania uteri (hypertonic uterine contraction)


His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak terdapat
kesempatan relaksasi otot rahim. Akibat dari tetania uteri dapat
terjadi :
1) partus precipitatus
persalinan yang berlangsung dalam waktu kurang atau sama
dengan 3 jam, yang mungkin dapat berakibat fatal, seperti :
a) persalinan tidak pada tempatnya
b) terjadi trauma janin, karena tidak ada persiapan dalam
persalinan
c) trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan
perdarahan, inversio uteri
2) Asphixia intrauterin sampai kematian janin dalam rahim

c. Inkoordinasi kontraksi otot rahim (uncoordinated hypertonic


uterine contraction)

37 Patologi Obstetri/Endang/Sita
Keadaan tidak adanya koordinasi kontraksi otot rahim sehingga
menyebabkan sulitnya meningkatkan otot rahim untuk dapat
meningkatkan pembukaan cervix.

Penyebab inkoordinasi kontraaaksi otot rahim adalah :


1) faktor usia (primi tua)
2) pimpinan persalinan
3) induksi persalinan
4) rasa takut dan cemas

2. Passage a way
Jalan lahir merupakan komponen yang sangat penting dalam proses
persalinan yang terdiri dari jalan lahir tulang dan jalan lahir lunak. Jalan
lahir adalah komponen yang tetap, artinya dalam konsep obstetri
modern tidak diolah untuk dapat melancarkan proses persalinan kecuali
jalan lunak pada keadaan tertentu tanpa membahayakan janin. Dengan
demikian jalan lahir tulang sangat menentukan proses persalinan apakah
dapat berlangsung melalui jalan biasa atau melalui tindakan operasi
dengan kekuatan dari luar.
a. Jalan lahir tulang
1) Kelainan gangguan karena pertumbuhan
a) panggul sempit seluruh : semua ukuran panggul kecil
b) panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran
melintang biasa
c) panggul sempit picak : semua ukuran kecil, tapi
terlebih ukuran muka belakang
d) panggul corong : pintu atas panggul biasa, pintu
bawah panggul sempit
e) panggul belah : symphisis terbuka
2) Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya
a) panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit,
seluruh panggul sempit picak dan lain-lain
b) panggul osteomalaci : panggul sempit melintang
c) radang articulatio sacroiliaca : panggul sempit miring
3) Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang
a) kypose di daerah tulang punggung menyebabkan
panggul corong
b) scoliose di daerah tulang punggung menyebabkan
panggul sempit miring
4) Kelaianan panggul disebabkan kelainan angguta bawah
coxitis, luxotio, atrofi (salah satu angota) menyebabkan panggul
sempit miring

b. Jalan lahir lunak


1) Serviks
a) serviks yang kaku

38 Patologi Obstetri/Endang/Sita
 terdapat pada primi tua primer atau sekunder
 serviks yang mengalami banyak cacat
perlukaan (sikatrik)
b) serviks gantung
 osteum uteri eksternum terbuka, namun
osteum uteri internum tidak dapat terbuka
c) serviks konglumer
 osteum uteri internum terbuka, namun
osteum uteri eksternum tidak terbuka
d) serviks edema
 terutama karena kesempitan panggul, serviks
terjepit antara kepala dan jalan lahir sehingga terjadi
gangguan sirkulasi darah dan cairan yang
menimbulkan edema serviks
e) serviks duplek karena kelainan kongenital

2) Vagina
Kelainan vagina yang dapat mengganggu perjalanan persalinan :
a) vagina septum :
transvaginal septum vagina, longitudinal septum vagina
b) tumor vagina dapat
merupakan rintangan bagi lahirnya janin pervaginam

3) Himen dan perineum


Kelainan pada himen imperforata, atau himen elastik. Pada
perineum terjadi kekakuan sehingga memerlukan episiotomi yang
luas.

4) Uterus
Kelainan uterus yang dapat mengganggu perjalanan persalinan
adalah :
a) mioma uteri
distocia karena mioma uteri dapat terjadi apabila :
 letak mioma uteri menghalangi lahirnya janin pervaginam
 berhubungan dengan adanya mioma uteri terdapat
kelainan letak janin
 berhubungan dengan adanya mioma uteri terdapat inersia
uteri dalam persalinan
b) kelainan bawaan (kelainan letak uterus)

3. Passanger (janin dan placenta)


Kepala janin (bayi) merupakan bagian penting dalam proses persalinan
dan memiliki ciri sebagai berikut :
a. bentuk kepala oval, sehingga setelah bagian besarnya lahir, maka
bagian lainnya lebih mudah lahir

39 Patologi Obstetri/Endang/Sita
b. persendian kepala berbentuk kogel, sehingga dapat digerakkan ke
segala arah dan memberikan kemungkinan untuk melakukan putar
paksi dalam
c. letak persendian kepala sedikit ke belakang, sehingga kepala
melakukan fleksi untuk putar paksi dalam
Setelah kelahiran kepala, badan janin tidak akan mengalami
kesulitan. Pada beberapa kasus dengan anak yang besar pada ibu
dengan diabetes melitus, terjadi kemungkinan kegagalan persalinan
bahu. Persalinan bahu yang berat cukup berbahaya karena dapat
terjadi asphixia. Persendiaan leher yang masih lemah dapat merusak
pusat-pusat vital janin yang berakibat fatal.

Macam-macam penyulit dalam persalinan akibat janin adalah :


a. kelainan letak, presentasi dan posisi janin
kelainan letak, presentasi dan posisi janin yang dapat mengakibatkan
kesulitan dalam persalinan adalah :
1) posisi oksipitalis posterior persisten
Yang dimaksud dengan posisi oksipitalis posterior persisten
adalah apabila ubun-ubun kecil di belakang dan tidak dapat
berputar ke depan, tetapi tetap di belakang. Hal ini bisa
disebabkan karena bentuk panggul antropoid, android
2) presentasi puncak kepala
Apabila kepala janin dalam keadaan defleksi ringan pada saat
melewati jalan lahir, maka dapat terjadi presentasi puncak
kepala. Pada umumnya presentasi puncak kepala merupakan
kedudukan sementara, yang kemudian akan berubah menjadi
presentasi belakang kepala
3) presentasi muka
Apabila kepala dalam kedudukan defleksi maksimal sehingga
oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian
terendah menghadap ke bawah. Dikatakan presentasi muka
primer apabila sudah ada sejak kehamilan dan sekunder apabila
baru terjadi saat persalinan. Presentasi muka ini dapat ditemukan
pada panggul sempit atau pada janin besar
4) presentasi dahi
Presentasi dahi terjadi apabila kedudukan kepala janin berada
diantara fleksi maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi
merupakan bagian terendah. Pada umumnya presentasi dahi ini
merupakan kedudukan yang bersifat sementara, dan sebagian
besar berubah menjadi presentasi muka atau presentasi belakang
kepala. Penyebab presentasi ini pada dasarnya sama dengan
penyebab presentasi muka yaitu panggul sempit atau janin besar.
Semua presentasi muka biasanya melewati presentasi dahi lebih
dulu.
5) letak sungsang

40 Patologi Obstetri/Endang/Sita
Letak sungsang merupakan keadaan di mana janin terletak
memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di
bagian bawah cavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak
sungsang, yaitu : presentasi bokong, presentasi bokong kaki
sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi
kaki. Penyebab letak sungsang adtara lain adalah : multiparitas,
hamil kembar, hidramnion, hidrosephalus, plasenta previa dan
panggul sempit. Dapat juga disebabkan karena plasenta berada di
kornu fundus uteri sehingga plasenta mengurangi luas ruangan di
daerah fundus.
6) letak lintang
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di
dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan
bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong
berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkang
bahu berada pada pintu atas panggul. Punggung janin dapat
berada di depan (dorsoanterior), di belakang (dorsoposterior), di
atas (dorsosuperior), atau di bawah (dorsoinferior).
Penyebab terpenting terjadinya letak lintang adalah multiparitas
disertai dengan dinding uterus dan perut yang kendor,
prematuritas, hidramnion dan kehamilam kembar, dapat juga
keadaan panggul sempit, tumor pada daerah panggul dan
plasenta previa.

7) presentasi ganda
Presentasi ganda adalah keadaan di samping kepala janin di
dalam rongga panggul dijumpai tangan, lengan atau kaki, atau
keadaan di mana di samping bokong janin dijumpai tangan.
Presentasi ganda jarang ditemukan, yang paling sering
diantaranya ialah adanya tangan atau lengan di samping kepala.
Presentasi ganda terjadi karena pintu atas panggul tidak tertutup
sempurna oleh kepala atau bokong, misalnya pada multipara
dengan perut gantung, pada panggul sempit dan janin kecil.

b. kelainan dalam bentuk janin :


1) pertumbuhan janin yang berlebihan
Yang dimaksud dengan bayi besar ialah bila berat badannya
lebih dari 4000 gram. Penyebab dari janin besar kemungkinan
adanya faktor keturunan, juga pada ibu yang menderita diabetes
mellitus, postmaturitas dan pada grande multipara.
2) kelainan bentuk janin yang lain
a) Janin kembar melekat (double monster/kembar siam)
b) Janin dengan perut besar
c) Tumor-tumor lain pada janin
3) prolapsus funikuli

41 Patologi Obstetri/Endang/Sita
Prolapsus funikuli adalah suatu keadaan di mana tali pusat
berada di samping atau melewati bagian terendah janin di dalam
jalan lahir setelah ketuban pecah. Apabila tali pusat dapat diraba
di samping atau lebih rendah dari bagian bawah janin sedang
ketuban belum pecah, keadaan ini dinamakan tali pusat terdepan.
Hal ini dapat disebabkan karena adanya disproporsi kepala
panggul, kehamilan prematur lebih sering dijumpai karena
kepala anak yang kecil sehingga tidak dapat menutupi pintu atas
panggul

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Diagnosa keperawatan beragam dengan tipe dystocia juga dengan kebutuhan
individu wanita dan keluarganya. Diagnosa keperawatan yang mungkin
terindentifikasi bagi klien yang mengalami dystocia meliputi hal-hal
berikut :
1. Kegelisahan berhubungan dengan
kemajuan persalinan yang lambat
2. Rasa sakit berhubungan dengan
dystocia, prosedur obstetrik
3. Resiko tinggi cedera pada fetal
berhubungan dengan adaptasi fetal terhadap dystocia
4. Resiko tinggi cedera pada ibu
berhubungan dengan intervensi yang dilakukan bagi dystocia
5. Ketidakkuatan berhubungan dengan
hilang kontrol
6. Resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan pecahnya membran, prosedur operasi
7. Keletihan berhubungan dengan
persalinan yang lama
8. Takut berhubungan dengan ancaman
yang nyata/potensial terhadap diri dan janinnya
9. Gangguan integritas jaringan
berhubungan dengan prosedur operasi
10. Resiko tinggi bagi perubahan
pengasuhan berhubungan dengan kelahiran cesar yang tidak
direncanakan
11. Perubahan persepsi sensor yang
berlebihan berhubungan dengan banyaknya intervensi bagi dystocia
12. Koping individu yang tidak efektif
berhubungan dengan rasa kecewa, rasa sakit, rasa takut, kecapean,
kurang suport system
13. Kurangnya pengetahuan berhubungan
dengan prosedur, posisi, teknik relaksasi
14. Rasa percaya diri yang rendah
berhubungan dengan ketidakmampuan persalinan dan melahirkan
seperti harapan

42 Patologi Obstetri/Endang/Sita
15. kelebihan cairan berhubungan dengan
pemberian infus dan oksitosin
16. Kekurangan cairan berhubungan
dengan status NPO

J. GANGGUAN DALAM PERSALINAN KALA III

Pada kala III (kala uri) dapat terjadi gangguan atau kelainan patologi dalam
bentuk perdarahan post partum, retensio plasenta, inversio uteri dan perdarahan
robekan jalan lahir.

1. PERDARAHAN POSTPARTUM
Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang melebihi 500 ml dalam 24
jam pertama setelah anak lahir.
Perdarahan postpartum dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :
a. perdarahan postpartum primer
Perdarahan postpartum primer terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab
utamanya adalah atonia uteri, retensio plasenta, retensio sisa (fragmen)
plasenta, dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
b. perdarahan postpartum sekunder
Perdarahan postpartum sekunder terjadi setelah 24 jam pertama.
Penyebab utama perdarahan postpartum sekunder adalah robekan jalan
lahir dan sisa plasenta atau membran
Penyebab perdarahan postpartum adalah :
a. atonia uteri
Atonia uteri merupakan penyebab terpenting dari perdarahan
postpartum yang dapat disebabkan karena : a) partus lama; b)
pembesaran uterus yang berlebihan pada waktu hamil (hamil kembar,
hidramnion, janin besar); c) multiparitas; d) anestesi yang dalam; e)
anestesi lumba. Juga dapat terjadi karena salah penanganan kala III
persalinan dengan memijat uterus dan mendorong ke bawah dalam
usaha melahirkan plasenta, padahal plasenta belum terlepas dari
uterus

b. perlukaan jalan lahir


Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah
yang bervariasi banyaknya. Perdarahan ini banyak dijumpai pada
robekan perineum, perlukaan vagina, robekan serviks.
Gejala dari robekan jalan lahir adalah :
1) darah berwarna merah muda karena darah berasal dari arteri
2) kontraksi uterus baik
3) biasanya timbul setelah tindakan operatif
c. terlepasnya sebagian plasenta dari uterus
d. tertinggalnya sebagian dari plasenta

43 Patologi Obstetri/Endang/Sita
e. hipofibrinogenemia akibat solutio plasenta, retensi janin mati dalam
uterus, emboli air ketuban

2. RETENSIO PLASENTA
Reternsio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta 30 menit setelah
persalinan bayi.
Penyebabnya adalah :
a. plasenta belum lepas dari dinding uterus yang
disebabkan karena :
1) kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan placenta (placenta
adhaesiva)
2) plasenta melekat erat pada dinding uterus sebab villi korialis
menembus desidua sampai di bawah desidua (placenta accreta)
menembus miometrium (placenta increta), bahkan sampai di
bawah miometrium (placenta percreta);
b. placenta sudah lepas dari dinding uterus tetapi belum
dilahirkan (keluar), disebabkan oleh tidak ada usaha untuk melahirkan,
atau karena salah penanganan kala III sehingga timbul konstriksi pada
bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya placenta
(inkarserasio placenta)

3. INVERSIO UTERI
Inversio uteri adalah uterus terputar balik, sehingga fundus uteri menonjol di
cavum uteri. Ada 3 macam tingkat inversio uteri :
a. Fundus uteri menonjol ke dalam cavum uteri, tetapi belum
keluar dari ruang tersebut
b. Korpus uteri yang terbalik sudah masuk ke dalam vagina
c. Uterus dengan vagina semuanya terbalik, untuk sebagian
besar terletak di luar vagina
Penyebab :
Inversio uteri dapat terjadi spontan atau sebagai akibat tindakan.
1) spontan dapat disebabkan karena adanya atonia uteri, apabila
pasien meneram ataupun batuk akan terjadi tekanan intra
abdominal yang mendadak, sehingga dapat mengakibatkan
masuknya fundus uteri ke dalam cavum uteri
2) sebagai akibat tindakan, pada perasat crede, apabila
kontraksi uterus tidak baik dan tarikan pada tali pusat dengan
plasenta yang belum terlepas dari dinding uteri
Tanda dan gejala :
a. Rasa nyeri hebat dan dapat menyebabkan terjadinya shock. Rasa
nyeri hebat disebabkan karena fundus uteri menarik adneks serta
ligamentum pelvikum dan ligamentum rotundum
b. perdarahan, yang disebabkan karena plasenta yang belum lepas dari
uterus
c. fundus uteri sama sekali tidak teraba atau teraba tekukan pada fundus

44 Patologi Obstetri/Endang/Sita
d. kadang-kadang tampak sebuah tumor yang merah di luar vulva
(fundus uteri yang terbalik) atau teraba tumor dalam vagina

K. BEDAH KEBIDANAN

1. KELAHIRAN DENGAN FORCEPS


EKSTRAKSI
Forceps (cunam) adalah suatu alat kebidanan untuk melahirkan janin dengan
tarikan pada kepalanya.
Indikasi dari pertolongan persalinan cara ini antar adalah : 1) fetal distress,
2) presentasi kepala abnormal tertentu, 3) keadaan rotasi tertahan, 4)
mengeluarkan kepala pada presentasi sungsang, persalinan kala II lama, 5)
ibu menderita penyakit jantung, eklampsi, sectio caecarea sebelumnya
Syarat persalinan dengan pertolongan ekstraksi forceps dilakukan adalah : 1)
cervik harus betul-betul berdilatasi, 2) tidak ada cephalopelvic
dysproportion, 3) presentasi vertex (diharapkan), 4) kandung kemih kosong
Macam-macam jenis ekstraksi forceps :
a. Cunam tinggi apabila kepala janin dengan ukuran terbesar
belum melewati pintu atas panggul
b. Cunam tengah apabila kepala janin dengan ukuran terbesar
melewati pintu atas panggul
c. Cunam rendah apabila kepala janin sudah sampai di dasar
panggul

2. KELAHIRAN DENGAN VACUM


EKSTRAKSI
Ekstraksi vacum adalah metode kelahiran yang melibatkan penyertaan
mangkuk vacum kepada kepala bayi yang memakai tekanan negatif
Peran perawat :
a. Perawat dapat mempersiapkan ibu bagi kelahiran dan mendukungnya
tetap aktif dalam proses kelahiran
b. FHR harus sering dinilai selama prosedur tersebut
c. BBL harus diobservasi bagi tanda-tanda infeksi pada tempat penerapan
dan iritasi serebral
d. Meyakinkan orang tua bahwa caput succedaneum akan segera hilang
dalam beberapa jam
e. Monitor tekanan darah, nadi, dan pemberian intravena

3. SECTIO CAECAREA
Sectio caecarea adalah kelahiran bayi melalui sayatan/incici transabdominal
dan uterus
Indikasi dilakukan sectio caecarea adalah : CPD (cephalpelvic
dysproportion); gawat janin; placenta previa; pernah sectio caecarea;
kelainan letak; incoordinate uterine action; pre eklampsi dan hipertensi.
Tujuan dasar atau kegunaan caecar adalah untuk menjaga kehidupan atau
kesehatan ibu dan janinnya.

45 Patologi Obstetri/Endang/Sita
Keunggulan sectio caecarea adalah :
a. perdarahan luka incici tidak seberapa banyak
b. bahaya peritonitis tidak besar
c. parut pada uterus umumnya kuat, sehingga bahaya ruptur uteri
dikemudian hari tidak besar.

Komplikasi/risiko :
a. Komplikasi pada ibu sekitar 25% - 50% kelahiran meliputi aspirasi
embolisme pulmonal, infeksi luka, luka menganga, thrombophlebitis,
hemorhargi, infeksi saluran urine, cedera blader atau bowel, dan
komplikasi akibat anestesi.
b. Komplikasi pada janin adalah : janin lahir prematur, cedera janin
selama operasi

Persiapan :
a. Prenatal
1) mempersiapkan ibu dan keluarga dalam menghadapi kelahiran caecar
2) menjelaskan perbedaan dan kesamaan kelahiran caecar dan vaginal
3) menjelaskan tentang pentingnya kehadiran orang-orang
terdekat/keluarga bagi ibu

b. Perawatan selama persalinan


1) persiapan pembedahan baik emergency maupun elektif pada
umumnya sama dengan pembedahan yang lain
2) ahli kandungan mendiskusikan tentang kebutuhan dan prognosa
bersama dengan ibu dan keluarganya
3) ahli anestesi menilai sistem kardiovaskuler dan memberikan pilihan
anestesi
4) Inform concent diperlukan
5) tanda vital maternal dan FHR dinilai secara rutin
6) antasid sering diberikan untuk mencegah terjadinya aspirasi dari
sekresi gastrik ke dalam paru-paru pasien
7) cairan intravena
8) antibiotik prophilaksi
9) pemeriksaan darah dan urine rutin dan darah kimia
10) cross-matching
11) analisa urine

c. Perawatan post partum


1) tanda vital dimonitor setiap 15 menit selama 1 – 2 jam sampai
keadaan stabil
2) monitor kondisi luka inasisi, fundus uteri, jumlah lochia
3) monitor intake dan output
4) berikan kesempatan ibu, ayah dan bayi untuk bergabung
5) segera susukan bayi apabila keadaan ibu dan bayi sudah
memungkinkan

46 Patologi Obstetri/Endang/Sita
6) berikan rasa nyaman bagi ibu
7) perawatan sehari-hari termasuk perawatan perineum, brast care
8) memberikan penyuluhan kesehatan sesuai dengan kebutuhan ibu dan
keluarga

4. Kehamilan Dengan Diabetes Melitus

Pasien yang menderita Diabetes Melitus sebelum kehamilan, maka pada saat
kehamilan akan tidak terkendali selama kehamilan. Karena pada saat
kehamilan terjadi peningkatan metabolisme akibat peningkatan kadar
hormonal di dalam tubuh. Pada wanita hamil dengan kelompok usia muda,
maka diabetes yang dideritanya cenderung merupakan diabetes tipe Juvenil.
Diabetes Gestasional merupakan diabetes temporer yang timbul sebagai
akibat dari perubahan metabolism karbohidrat selama kehamilan. Tipe
diabetes ini bisa sama beratnya dengan tipe diabetes yang terjadi sebelum
kehamilan. Sehingga semua wanita hamil harus menjalani tes urin rutin
untuk mendeteksi adanya glukosuria. Jika hasil pemeriksaan positif, maka
diteruskan dengan pemeriksaan glukosa toleransi.

Pengaruh diabetes pada ibu


Diabetes dalam kehamilan akan mengakibatkan kecenderungan terjadi
infeksi pada ibu, khususnya infeksi vaginal, saluran kemih dan infeksi nifas.
Kesembuhan luka pada pasien diabetes terjadi dengan lambat, dan 25%
kehamilan dengan diabetes terdapat pre-eklampsia. Diabetes yang sudah
terjadi sebelumnya dan terkendali dengan baik, dapat berubah menjadi
diabetes yang tidak stabil pada kehamilan. Baik diabetes yang sudah ada
sebelumnya maupun diabetes gestasional dapat bertambah berat dan sulit
dikendalikan.

Pengaruh diabetes pada janin


Glukosa akan menembus placenta dan pada diabetes maternal yang tidak
terkontrol janin dapat mengalami hiperglikemia. Keadaan ini mengakibatkan
sekresi insulin fetal yang selanjutnya akan membuat janin tumbuh menjadi
besar secara abnormal. Polihydramnion sering dijumpai, dan insidensi
malformasi dua atau tiga kali lebih lebih tinggi pada ibu-ibu yang menderita
diabetes. Untuk mencegah penyulit dalam persalinan atau terjadinya
polihidramnion yang dapat menyebabkan persalinan premature atau ketuban
pecah dini, maka sering dilakukan induksi persalinan. Bayi yang dilahirkan
cenderung mengalami hipoglikemia pada 2 hingga 4 jam setelah lahir.

Penatalaksanan
1. Selama kehamilan
a. Pada kehamilan yang semakin
lanjut, pengendalian diabetes semakin sulit.

47 Patologi Obstetri/Endang/Sita
b. Pada pasien diabetes yang
hamil harus memeriksakan dirinya setiap 2 minggu sekali untuk
penyesuaian diet dan dosis insulin samoai kehamilan 34 minggu.
c. Pada usia kehamilan 34 minggu
pasien dirawat di Rumah sakit untuk stabilisasi diabetes dan penilaian
lebih lanjut.
d. Pada usia kehamilan 35 hingga
36 minggu dilakukan amniosintesis untuk menilai maturitas paru-
paru janin.
e. Persalinan harus diinduksi jika
terjadi pre-eklampsi.
f. Jika keadaan memungkinkan
kehamilan dibiarkan berlanjut sampai aterm

2. Selama persalinan
a. Persalinan bisa dilakukan secara normal apabila tidak
ada komplikasi
b. Monitoring janin secara kontinyu
c. Jika peraatan diabetes baik, maka trauma bayi karena
ukuran yang terlampau besar tidak sering dijumpai
d. Kesulitan melahirkan bahu masih merupakan masalah
e. Infuse dextrose secara kontinu dipertahankan selama
persalinan
f. Pengukuran kadar gula darah dilakukan setiap 2jam
sekali.
g. Pemberian insulin sesuai dengan kadar gula darah.

3. Selama nifas
a. Pada wanita dengan diabetes gestasional akan normal kembali selama
beberapa hari setelah melahirkan
b. Laktasi dapat dilakukan dengan baik
c. Supresi laktasi dilakukan pada pasien diabetes berat (diabetes
sebelum hamil), karena akan mengganggu pengendalian diabetes.
d. Sebelum pasien pulang dari rumah sakit, maka dosis insulin dan
pengaturan diit harus diatur kembali.
e. Beberapa pasien dibetes berat tidak dapat menyusui sendiri Karen
kerusakan vaskuler dalam jaringan payudara.

4. Perawatan insial bagi bayi


a. Pancreas janin akan
menghasilkan insulin dalam jumlah yang sangat berlebihan sebagai
reaksi terhadap hiperglikemi maternal, maka dengan demikian bayi
akan cenderung menderita hipoglikemia.
b. Untuk mencegah hipoglikemia,
bayi dapat diberikan glukosa segera setelah lahir.

48 Patologi Obstetri/Endang/Sita
c. Pemberian glukosa 2 ml per kg
berat badan bolus, selanjutnya diberikan glukosa per infuse dextrusi
10%
d. Pemberian nutrisi oral dengan
tinggi kalori.
e. Kadar gula darah dimonitor
dengan menggunakan Dextrostix sejam sekali selama 4 jam dan
kemudian sebelum disuse.

L. PATOLOGI NIFAS

I. INFEKSI PUERPERALIS
Infeksi puerperalis adalah infeksi luka jalan lahir postpartum biasanya dari
endometrium, bekas insersi plasenta

Faktor predisposisi infeksi kala nifas diantaranya adalah :


1. persalinan berlangsung lama
2. tindakan operasi persalinan
3. tertinggalnya plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah
4. ketuban pecah dini pada pembukaan masih kecil melebihi 6
jam
5. keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum, yaitu
perdarahan antepartum dan postpartum, anemia, malnutrisi, kelelahan,
ibu hamil dengan penyakit infeksi

Mekanisme terjadinya infeksi kala nifas


1. manipulasi penolong : terlalu sering melakukan
pemeriksan dalam, alat yang dipakai kurang steril
2. infeksi yang didapat di RS (nosokomial)
3. hubungan seks menjelang persalinan
4. sudah terdapat infeksi intrapartum : persalinan lama,
ketuban pecah dini, infeksi dalam tubuh

Bentuk infeksi kala nifas bervariasi dari yang bersifat lokal sampai terjadi
sepsis dan kematian puerperium
1. Bentuk infeksi lokal :
a. infeksi pada luka episiotomi
b. infeksi pada vagina
c. infeksi pada serviks yang luka
2. Bentuk infeksi general
a. Parametritis
b. Peritonitis
c. Septikemi dan piemi
3. Bentuk infeksi kala nifas melalui :
a. berkelnjutan (perkontinuitatum)

49 Patologi Obstetri/Endang/Sita
b. melalui pembuluh darah
c. melalui pembuluh limphe
d. melalui bekas penempelan plasenta

Gambaran klinis infeksi kala nifas dapat dalam bentuk :


1. Infeksi lokal
a. pembengkakan
episiotomi
b. terjadi pernanahan
c. perubahan warna lokal
d. pengeluaran lochia
bercampur nanah
e. mobilisasi terbatas
karena rasa nyeri
f. temperatur badan dapat
meningkat
2. Infeksi umum
a. tampak sakit dan
lemah
b. temperatur meningkat
di atas 39ºC
c. tekanan darah menurun
dan nadi meningkat
d. pernapasan dapat
meningkat dan terasa sesak
e. kesadaran gelisah
sampai menurun dan koma
f. terjadin gangguan
involusi uterus
g. lochia : berbau dan
bernanah serta kotor

Pencegahan infeksi untuk menurunkan angka infeksi :


1. Pencegahan
pada waktu hamil
a. meningkatkan keadaan umum
b. mengurangi faktor predisposisi infeksi kala nifas
2. Saat
persalinan
a. perlukaan dikurangi sebanyak mungkin
b. perlukaan yang terjadi dirawat sebaik mungkin
c. mencegah terjadinya perdarahan postpartum
d. kurang melakukan pemeriksaan dalam
e. hindari persalinan yang berlangsung lama
3. Kala nifas

50 Patologi Obstetri/Endang/Sita
a. lakukan mobilisasi dini, sehingga darah (lchia)
keluar dengan lancar
b. perlukaan dirawat dengan baik
c. rawat gabung dengan isolasi untuk
mengurangi infeksi nosokomial

II. KEADAAN ABNORMAL YANG DAPAT MENYERTAI KALA NIFAS


Benerapa keadaan abnormal yang dapat menyertai kala nifas :
1. Keadaan abnormal pada rahim
a. Subinvolusi uteri
Segera setelah persalinan berat rahim sekitar 1000 gr. Dan
selanjutnya mengalami masa proteolitik, sehingga otot rahim menjadi
kecil ke bentuknya semula. Pada beberapa keadaan terjadinya proses
pengecilan rahim terlambat, hal ini yang disebut denga subinvolusi
uteri.
Penyebab terjadinya subinvolusi uteri adalah : infeksi pada
endometrium, terdapat sisa plasenta dan selaputnya, terdapat bekuan
darah, atau mioma uteri.
b. Perdarahan kala nifas
Perdarahan kala nifas sekunder adalah perdarahan yang terjadi
setelah 24 jam pertama. Penyebab utama terjadinya adalah :
terdapatnya sisa plasenta atau selaput ketuban (pada grandemultipara
dan bentuk kelainan bentuk implantasi plasenta), infeksi pada
endometrium, dan sebagian kecil karena mioma uteri bersamaan
dengan kehamilan dan inversio uteri.
Gejala klinis : perdarahan berkepanjangan melampoi patrun
pengeluaran lochia normal, perdarahan cukup banyak, disertai rasa
sakit di uterus.
c. Flegmasia alba dolens
Merupakan salah satu bentuk infeksi puerperalis yang mengenai
pembuluh darah vena femoralis. Vena femoralis yang terinfeksi dan
disertai pembentukan trombosis dapat menimbulkan gejala klinik
sebagai berikut :
1) terjadi pembengkakan pada tungkai
2) berwarna putih
3) terasa sangat nyeri
4) tampak bendungan pembuluh darah
5) temperatur badan dapat meningkat
Flegmasia alba dolens jarang dijumpai, faktor predisposisi terjadinya
biasanya pada usia lanjut, multiparitas, persalinan dengan tindakan
operasi

2. Keadaan abnormal pada payudara


Payudara telah disiapkan sejak mulai terlambat datang bulan sehingga
pada waktunya dapat memberikan ASI dengan sempurna. Untuk dapat
melancarkan pengeluaran ASI dilakukan persiapan sejak awal hamil

51 Patologi Obstetri/Endang/Sita
dengan melakukan masase, menghilangkan kerak pada putting susu
sehingga duktusnya tidak tersumbat. Putting susu saat mandi perlu
ditarik-tarik sehingga menonjol untuk memudahkan menghisap ASI.
Beberapa keadaan abnormal yang mungkin terjadi :
a. Bendungan ASI :
1) karena sumbatan pada saluran ASI
2) tidak dikosongkan seluruhnya
3) keluhan : mamae bengkak, keras, dan terasa panas sampai suhu
badan meningkat
b. Mastitis dan abses mamae
Terjadi bendungan ASI merupakan permulaan dari kemungkinan
infeksi mamae. Bakteri yang sering menyebabkan infeksi mamae
adalah stafilococus aureus yang masuk melalui luka putting susu.
Infeksi menimbulkan demam, nyeri lokal pada mamae, terjadi
pemadatan mamae, dan terjadi perubahan warna kulit mamae.
Infeksi mamae dapat berkelanjutan menjadi abses dengan kriteria
warna kulit menjadi merah, terdapat nyeri dan pada pemeriksaan
terdapat pembengkakan, di bawah kulit teraba cairan. Dalam keadaan
abses mamae perlu dilakukan insisi agar pus dapat dikeluarkan untuk
mempercepat kesembuhan.

DAFTAR PUSTAKA

……………, (1984), Obstetri Patologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas


Kedokteran Universitas Kedokteran Bandung

……………, (1983) Obstetri Fisiologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas


Kedokteran Universitas Kedokteran Bandung.

Bobak M. Irene at all (2000), Perawatan Maternitas dan Ginekologi, Yayasan IA PKP,
Bandung

Farrer Helen (2001) Perawatan Maternitas, EGC, Jakarta

Hamilton Mary Persis (1995) alih bahasa Ni Luh Gede Yasmin Asih, Dasar-Dasar
Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta

Martin, Reeder (1987), Maternity Nursing, Family, Newborn and Women’s Health Care,
YB Lippincott Company Philadelphia

Wiknyosastro Hanifa (1997), Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo, Jakarta.

52 Patologi Obstetri/Endang/Sita
53 Patologi Obstetri/Endang/Sita
54 Patologi Obstetri/Endang/Sita

Anda mungkin juga menyukai