Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ABORTUS INKOMPLIT
DI RUANG VK
RSUD Dr. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN

Disusun oleh :
Eva Anna Wulandari
NIM : SN2027

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK
2016/2017
ABORTUS INKOMPLIT

A. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
sebelum janin mampu hidup diluar kandungan (Nugroho,2010).
Abortus inkomplit adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi masih
tertinggal di dalam uterus dimana perdarahannya masih terjadi dan jumlahnya
bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang
menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga perdarahan
berjalan terus (Sujiyatini dkk,2009).
Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana
sebagaian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis
servikal yang tertinggal pada desidua atau plasenta ( Ai Yeyeh, 2010).

2. Etiologi
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi
terdapat beberapa faktor sebagai berikut:
a. Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin
dan cacat bawahan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan.
Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena :
1) Faktor kromosom, gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom,
termasuk kromosom seks.
2) Faktor lingkungan endometrium
a) Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil
konsepsi.
b) Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu pendek.

2
3) Pengaruh luar
a) Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil
konsepsi
b) Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan
pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.
b. Kelainan Pada Plasenta
1) Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak
dapat berfungsi.
2) Gangguan pada pembuluh darah plasenta yang diantaranya pada
penderita diabetes mellitus
3) Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga
menimbulkan keguguran.
c. Penyakit Ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria,
sifilis, anemia dan penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal,
penyakit hati, dan penyakit diabetesmilitus.
d. Kelainan yang terdapat dalam rahim. Rahim merupakan tempat tumbuh
kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri,
uterus arkuatus, uterus septus, retrofleksia uteri, serviks inkompeten, bekas
operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks
postpartum (Manuaba, 2010).

3. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti
nerloisi jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap
benda asing dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut.
Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum
menembus desidua serta mendalam sehingga hasil konsepsi dapat keluar

3
seluruhnya. Apabila kehamilan 8-14 minggu villi khoriasli sudah menembus
terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak perdarahan dari pada plasenta.
Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat,
maka dia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Pada janin yang telah
meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin
mengering dan karena cairan amion menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia
menjadi agak gepeng. Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah
terjadinya maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut
membesar karena terasa cairan dan seluruh janin bewarna kemerah-merahan
(Ai Yeyeh, 2010).

4
Pathway

4. Tanda dan Gejela


a. Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil
konsepsi dari uterus, sehingga sisanya memberikan gejala klinis sebagai
berikut:
1) Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2) Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
3) Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
4) Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi

5
5) Dapat terjadi degenerasi ganas/koriokarsinoma (Manuaba, 2010).
b. Gejala lain dari abortus incomplit antara lain:
1) Perdarahan biasa sedikit/banyak dan biasa terdapat bekuan darah .
2) Rasa mules (kontraksi) tambah hebat.
3) perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium bau busuk dari vulva
4) Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka.
5) Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam cavum uteri
atau kadang-kadang sudah menonjol dari eksternum atau sebagian
jaringan keluar.
6) Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat
menyebabkan syok (Maryunani, 2009).
5. Penatalaksaan Medis
a. Pemeriksaan umum:
1) Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien,
termasuk tanda-tanda vital.
2) Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan
sistolik kurang 90 mmHg, nadi lebih 112 kali per menit).
3) Jika dicurigai terjadi syok, segera lakukan penanganan syok. Jika
tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut
saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi wanita karena
kondisinya dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat
penting untuk memulai penanganan syok dengan segera.
4) Jika pasien dalam keadaan syok, pikirkaan kemungkinan kehamilan
ektopik terganggu.
5) Pasang infus dengan jarum infus besar (16 G atau lebih), berikan
larutan garam fisiologik atau ringer laktat dengan tetesan cepat 500 cc
dalam 2 jam pertama (Syaifuddin, 2006).
b. Penanganan Abortus Inkomplit

6
1) Menentukan besar uterus, kenali dan atasi setiap komplikasi
(perdarahan hebat, syok dan sepsis)
2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan <
16 minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan:
a) Aspirasi Vacum Manual merupakan metode evakuasi yang
terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan
jika AVM tidak tersedia.
b) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrium
0,2 mg im (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol
400 mcg per oral (dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu).
3) Jika kehamilan > 16 mingguan
a) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV (garam
fisiologis arau RL ) dengan kecepatan 40 tetes / menit sampai
terjadi ekspulsi konsepsi.
b) Jika perlu berikan misoprostol 200 mg pervaginam setiap 4 jam
sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi(maksimal 80 mg)
c) Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus
4) Bila tidak ada tanda-tanda infeksi beri antibiotika profilaksis
(sulbenisillin 2 gram/IM atau sefuroksim 1 gram oral).
5) Bila terjadi infeksi beri ampicillin 1 gram dan Metrodidazol 500mg
setiap 8 jam.
6) Bila pasien tampak anemik, berikan sulfasferosus 600 mg/hari
selama 2 minggu (anemia sedang) atau transfusi darah (anemia
berat).
7) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
(Syaifuddin, 2006).
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Darah

7
Kadar Hb, dimana Hb normal pada ibu hamil adalah ≥ 11 gr% (TM I
dan TM III 11 gr % dan TM II 10,5 gr %).
Hb ≥ 11 gr% : tidak anemia
Hb 9-10 gr% : anemia ringan
Hb 7-8 gr% : anemia sedang
Hb ≤ 7 gr% : anemia berat
2) Urine
Untuk memeriksa protein urine dan glukosa urine.untuk klien
dengan kehamilan dan persalinan normal protein dan glukosa urine
negatif.
3) USG
Untuk memeriksa apakah kantong gestasi masih utuh dan cairan
amnion masih ada.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
b. Keluhan Utama: Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut
bergerak.
c. Riwayat Kesehatan, terdiri dari:
- Kesehatan sekarang
- Kesehatan masa lalu
d. Riwayat Pembedahan
e. Riwayat penyakit yang pernah dialami
f. Riwayat kesehatan keluarga
g. Riwayat kesehatan reproduksi: Kaji tentang mennorhoe, siklus
menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya
dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan
yang menyertainya

8
h. Riwayat Kehamilan, persalinan, dan nifas: Kaji bagaimana keadaan
anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana
keadaan kesehatan anaknya.
i. Riwayat seksual: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis
kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.
j. Riwayat pemakaian obat: Kaji riwayat pemakaian obat-obatan
kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
k. Pola aktivitas sehari-hari: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,
eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik
sebelum dan saat sakit.
l. Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi
Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna,
perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan
terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan
postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fisik, dan
seterusnya.
- Palpasi
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi
uterus.
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati
turgor.
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon
nyeri yang abnormal
- Perkusi
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.

9
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut
apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak
- Auskultasi
Mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk
bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung
janin.(Johnson & Taylor, 2005 : 39)
m. Pemeriksaan psikososial
- Respon dan persepsi keluarga
- Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus
b. Resiko tinggi syok hemorarge berhubungan dengan perdarahan aktif
c. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya pendarahan dan proses
kuretase
d. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan (kurang
informasi/tidak mengenalnya sumber-sumber informasi) tentang
prosedur kuretase

10
3. Rencana Keperawatan

No.Dx Diagnosa NOC NIC


Keperawatan

1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan informasi pada klien


berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 jam, ttg penyebab nyeri
kontraksi uterus klien dapat menunjukkan 2. Kaji intensitas nyeri
tingkat nyeri dg indikator : 3. Berikan tehnik relaksasi
1. Ekspresi nyeri lisan atau 4. Kolaborasi dg dokter ttg
pada wajah tidak kesakitan pemberian analgetik
2. Menunjukkan tehnik
relaksasi secara individual
yang efektif
3. Klien menunjukkan respon
penurunan rasa nyeri

2 Ansietas Setelah diberikan tindakan 1. Gunakan pendekatan yang


berhubungan dengan keperawatan 2x24 jam ansietas tenang dan meyakinkan
proses persalinan berkurang, klien dapat 2. Kaji tingkat kecemasan
menunjukkan kontrol thd 3. Instruksikan klien tentang
ansietas dg indikator : penggunaan tehnik relaksasi
1. Klien mampu 4. Beri dorongan kepada klien
mengidentifikasi tanda- untuk mengungkapkan pikiran
tanda ansietas dan perasaan untuk
2. Mempertahankan mengeksternalisasikan ansietas
penampilan peran
3. Melaporkan tidak ada
gangguan persepsi sensori

11
3 Risiko tinggi infeksi Rasiko infeksi tidak terjadi atau 1. Pantau suhu nadi dan sel darah
berhubungan dengan berkurang dalam 3 × 24 jam putih (SDP)
adanya pendarahan perawatan dengan kriteria hasil 2. Gunakan aseptic bedah pada
dan proses kuretase : persiapan peralatan
1. TTV dalam batas normal 3. Anjurkan klien melakukan
TD: Sistol <140 mmHg personal hygiene contohnya:
Diastol <90 mmHg ganti balutan
N : 80 – 90 x/menit 4. Anjurkan klien makan-
R : 16 – 24 x/menit makanan berprotein tinggi
T : 36 – 37 oC 5. Kolaborasi :
2. Pasien mendemonstrasikan Berikan antibiotik sesuai
kemampuan untuk indikasi
meningkatkan kesehatan
diri seperti personal hygiene
3. Tidak terdapat tanda
Inflamasi :
- Rubor (kemerahan)
- Tumor (pembengkakan)
- Kalor (panas)
- Dolor (nyeri)
- Fungsi laesa (gangguan
fungsi)

12
4 Resiko tinggi syok Resiko tinggi syok hemorarge 1. Observasi TTV
hemorarge berhubungan dengan 2. Kaji output cairan harian
berhubungan dengan perdarahan aktif dapat dicegah 3. Berikan pengganti output
perdarahan aktif atau tidak terjadi setelah 3 × 24 cairan harian.
jam perawatan. 4. Posisikan ibu dengan tepat
dengan kriteria hasil : (semi fowler).
1. Pasien mengungkapkan 5. Lakukan tirah baring dan
tidak lemah, dan tidak menghindari ibu untuk
merasa haus lagi valsava manufer.
2. Mukosa bibir lembab 6. Laporkan serta catat jumlah
3. Turgor kulit normal dan sifat kehilangan darah
4. Mata tidak cekung

13
DAFTAR PUSTAKA

Bobak.(2004).Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Editor, Renata Komalasari Ed.4.


EGC. Jakarta.
Mansjoer,Arif,dkk. 2009. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I.Jakarta.
Media Aesculapius.
Wiknjosastro Hanifa, dkk, 2007 Ilmu Kebidanan, Edisi III. Cetakan IX. YBP SP.
Jakarta.
Wiknjosastro Hanifa, dkk, 2008, Ilmu Kandungan, Edisi II. Cetakan VI. PT Bina
Pustaka. Jakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai