Anda di halaman 1dari 9

Analisis Sintesis Tindakan Pemasangan Infus Pada Tn.

Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD

Dr. Soehadi Prijinegoro Sragen

Oleh :
Eva Anna Wulandari
SN172027

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2018

1
Analisis Sintesis Tindakan Pemasangan Infus Pada Tn. S

Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD

Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen

Hari : Selasa

Tanggal : 2 Sep 2018

Jam : 14.35

A. Keluhan utama
Pasien mengatakan dadanya sakit, lemas, jika beraktifitas mudah capek, pusing, dan
sesak nafas.

B. Diagnosis medis
CHF & Dyspepsia

C. Diagnosis keperawatan
gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya perpindahan cairan kedalam
alveoli sekunder Oedem paru
Data yang mendukung diagnosis keperawatan
DS:
pasien mengatakan terasa nyeri dan sesak dadanya, lemas dan mudah capek saat
beraktifitas.
DO:
Pasien tampak lemah
TD : 110/60 mmhg
N : 80 x/menit
S : 37,5 c
RR : 26 x/mnt

2
D. Dasar pemikiran

Gagal jantung Kongsetif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa


darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap
oksigen dan nutrient dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat
jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan
atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel
kiri (Smeltzer & Bare, 2011).
E. Prinsip tindakan keperawatan

Prinsip pemasangan terapi intravena (infus) memperhatikan prinsip steril, hal ini
yang paling penting dilakukan tindakan untuk mencegah kontaminasi jarum
intravena (infus).

Indikasi pemasangan infus:

a. Keadaan emergency (misal pada tindakan RJP), yang memungkinkan pemberian


obat langsung ke dalam Intra Vena

b. Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus
melalui intra vena

c. Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan elektrolit

d. Pasien yang mendapatkan tranfusi darah

e. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada


operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk
persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)

f. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi
(kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah
kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.

g. Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan


dengan injeksi intramuskuler.

3
4. Analisa Tindakan Keperawatan

a. Tahap Pre Interaksi

1) Persiapan pasien

a) Memberitahu dan menjelaskan kepada pasien mengenai tindakan yang akan


dilakukan

b) Posisi pasien tidur terlentang

c) Cek program terapi cairan pasien

2) Persiapan alat

a) Standar infus

b) Cairan steril sesuai instruksi

c) Set infus steril

d) Albocath dengan nomor yang sesuai

e) Bidai untuk anak-anak

f) Perlak

g) Tourniquet

h) Kapas alkohol

i) Plester

j) Gunting

k) Bengkok

l) Kassa

m) Sarung tangan

n) Salf antibiotik

b. Tahap Orientasi

1) Berikan salam, panggil nama pasien dengan namanya

4
2) Perkenalkan diri, jelaskan prosedur dan tujuan tindakan

3) Berikan kesempatan untuk bertanya

c. Tahap Kerja

1) Cuci tangan

2) Bebaskan lengan klien dari lengan baju

3) Letakkan tourniquit 5-15 cm diatas tempat tusukan

4) Letakkan perlak dibawah lengan pasien

5) Hubungkan cairan infuse dengan selang infuse sehingga tidak ada udara
didalamnya’Kencangkan klem sampai infus tidak menetes dan pertahankan
kesterilannya sampai pemasangan pada tangan disiapkan

6) Kencangkan tourniquet

7) Anjurkan klien untuk mengepalkan tangannya palpasi dan pastikan tekanan


yang akan ditusuk

8) Bersihkan kulit dengan cermat menggunakan kapas alkohol, arah melingkar


dari dalam keluar lokasi tusukan

9) Gunakan ibu jari untuk menekan jaringan dan vena 5 cm dibawah tusukan

10) Pegang jarum pada posisi 30 derajat pada vena yang akan ditusuk, setelah
pasti masuk lalu tusuk perlahan dengan pasti

11) Rendahkan posisi jarum sejajar dengan dan tarik jarum sedikit lalu teruskan
plastik i.v catether kedalam vena

12) Tekan dengan jari ujung plastik i.v catether

13) Tarik jarum infus keluar

14) Buka klem infus sampai sampai cairan mengalir lancar

5
15) Oleskan zalf antibiotik siatas penusukan kemudian ditutup dengan kassa
steril

16) Fiksasi posisi plastik i.v catether dengan plester

17) Atur tetesan infus sesuai ketentuan, pasang stiker yang sudah diberi tanggal

d. Tahap Terminasi

1) Evaluasi hasil kegiatan

2) Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

3) Pasien nyaman

4) Akhiri kegiatan dan bereskan alat

5) Cuci tangan

e. Dokumentasi

1) Tanggal, jam dan nama terang

2) Respon pasien terhadap prosedur

F. Tempat Insersi ( lokasi pemasangan infus)


1. Vena digitalis: mengalir sepanjang sisi lateral jari tangan dan dihubungkan ke
vena dorsalis oleh cabang-cabang penyambung.
2. Vena dorsalis superfisialis : metakarpal atau tangan, berasal dari gabungan vena
digitalis.
3. Vena sefalika : terletak dilengan bagian bawah pada posisi radial lengan (ibu jari)
4. Vena basilika : ditemukan pada sisi ulnaris lengan bawah, berjalan ke atas pada
bagian posteriior atau belakang lengan dan kemudian melengkung ke arah
permukaan anterior antekubiti.
5. Vena mediana/antekubiti : berasal dari vena lengan bawah dan umumnya terbagi
dalam dua pembulih darah, satu berhubungan dengan vena basilika dan yang
lainnya berhubungan dengan vena sefalika.

6
G. Kontraindikasi
1. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.
2. Pembuluh darah tidak rata.
3. Adanya luka bekas jaitan.
4. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan
untuk pemasangan fistula arteri vena (A-V shunt) pada tindakan hemodiali.
5. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran
darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).
H. Analisis tindakan
Dalam tindakan pemasangan infus sebaiknya kita memperhatikan beberapa hal yaitu
memberitahu dan menjelaskan kepada pasien mengenai tindakan yang akan
dilakukan, cek program terapi cairan pasien serta persiapan alat. Dan sebagai perawat
kita harus mampu menghitug dosis tetesan infus sesuai advis dokter.

I. Bahaya dilakukannya tindakan

a. Hematoma

b. Infiltrasi

c. Tromboflebitis/bengkak (inflasi pada pembuluh vena)

d. Emboli udara

e. Perdarahan

f. Reaksi alergi

J. Tindakan keperawatan lain yang dilakukan


 Mengobservasi vital sign
 Memberikan therapi cairan dengan kolaborasi
K. Hasil yang didapatkan setelah dilakukan tindakan

S :
 pasien mengatakan masih nyeri dada, sesak nafas dan masih lemas
O:
 pasien tampak lemah
 klien tampak terbaring

7
 TTV : TD :110/60 mmhg
 N : 80 x/menit
 RR : 26 x/menit
 Suhu : 37,50C
A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi : pemasangan O2 dan duduk semi fowler

L. Evaluasi diri

Perlu lebih lagi memperhatikan kestrerilan tindakan untuk mengurangi infeksi pada
klien, selain itu perlu penjelasan prosedur yang jelas kepada klien sebelum dilakukan
pemasangan infus karena tindakan tersebut memungkinkan adanya resiko infeksi,
plebitis, masuknya udara ke pembuluh darah, adanya bengkak didaerah penusukan,
dan pecahnya pembuluh darah.

M. Daftar pustaka/referensi

Price Sylvia Anderson (2011) Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,


alih bahasa: Peter Anugerah, Buku Kedua, edisi 4, Jakarta: EGC
Mansjoer,Arif M . 2009 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media Aesculapius
Nanda Internasional 2012, Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta :
EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2012) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, alih bahasa: Agung Waluyo (et. al.), vol. 1, edisi 8, Jakarta: EGC
Nanda NIC-NOC 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
Edisi Revisi Jilid 1. Jakarta : EGC

Mengetahui
Mahasiswa praktikan, Pembimbing Klinik/CI

(Eva anna wulandari) (.....................................)

8
9

Anda mungkin juga menyukai