Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN ABORTUS INKOMPLIT


DI RUANG ADAS MANIS (DAHLIA) RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI – JAWA
TENGAH

Disusun Oleh
RAHAYUNING NASTITI
P1337420116015

PRODI D III KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan oleh Rahayuning Nastiti NIM. P1337420116015 dengan judul


Asuhan Keperawatan Pada Ibu dengan Abortus Inkomplit di Ruang Adas Manis (Dahlia)
RSUD Pandan Arang Boyolali yang telah diperiksa dan disetujui oleh :

Boyolali, 24 April 2018


Menyetujui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Desak Parwati, S.Kep., Ns., M.Kes Siti Zulaikah, S.Tr. Keb


NIP. 19570530 198103 2 002 NIP. 19700803 198903 2 002

Penyusun,

Rahayuning Nastiti
NIM. P1337420116015
LAPORAN PENDAHULUAN
ABORTUS INKOMPLIT

A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum
janin mampu hidup diluar kandungan (Nugroho, 2010).
Abortus inkomplit adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi masih
tertinggal di dalam uterus dimana perdarahannya masih terjadi dan jumlahnya bisa
banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan
sebagian placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus (Sujiyatini
dkk, 2009)
Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana
sebagaian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikal
yang tertinggal pada desidua atau plasenta (Ai Yeyeh, 2010).

2. Etiologi
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat
beberapa faktor sebagai berikut :
a. Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin dan
cacat bawahan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan. Gangguan
pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena :
1) Faktor kromosom, gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom,
termasuk kromosom seks.
2) Faktor lingkungan endometrium
a) Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil
konsepsi.
b) Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu pendek.
3) Pengaruh luar
a) Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi
b) Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan
pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.
b. Kelainan Pada Plasenta
1) Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak dapat
berfungsi.
2) Gangguan pada pembuluh darah plasenta yang diantaranya pada penderita
diabetes mellitus.
3) Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga
menimbulkan keguguran.
c. Penyakit Ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, sifilis, anemia
dan penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, dan
penyakit diabetesmilitus.
d. Kelainan yang terdapat dalam rahim.
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal
dalam bentuk mioma uteri, uterus arkuatus, uterus septus, retrofleksia uteri,
serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks),
robekan serviks postpartum (Manuaba, 2010).

3. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti nerloisi
jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam
uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing
tersebut.
Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum
menembus desidua serta mendalam sehingga hasil konsepsi dapat keluar seluruhnya.
Apabila kehamilan 8-14 minggu villi khoriasli sudah menembus terlalu dalam hingga
plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan dari
pada plasenta.
Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat,
maka dia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Pada janin yang telah
meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin mengering dan
karena cairan amion menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng.
Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah
terjadinya maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar
karena terasa cairan dan seluruh janin bewarna kemerah-merahan (Ai Yeyeh, 2010).
4. Pathways

5. Tanda dan Gejala


a. Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil konsepsi dari
uterus, sehingga sisanya memberikan gejala klinis sebagai berikut:
1) Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2) Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
3) Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
4) Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi
5) Dapat terjadi degenerasi ganas/koriokarsinoma (Manuaba, 2010).
b. Gejala lain dari abortus incomplit antara lain :
1) Perdarahan biasa sedikit/banyak dan biasa terdapat bekuan darah .
2) Rasa mules (kontraksi) tambah hebat.
3) Perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau
busuk dari vulva
4) Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka.
5) Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam cavum uteri atau
kadang-kadang sudah menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan keluar.
6) Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat
menyebabkan syok (Maryunani, 2009).
6. Komplikasi

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah
1) Kadar Hb, dimana Hb normal pada ibu hamil adalah ≥ 11 gr% (TM I dan TM
III 11 gr % dan TM II 10,5 gr %).
2) Hb ≥ 11 gr% : tidak anemia
3) Hb 9-10 gr% : anemia ringan
4) Hb 7-8 gr% : anemia sedang
5) Hb ≤ 7 gr% : anemia berat
b. Urine
Untuk memeriksa protein urine dan glukosa urine.untuk klien dengan kehamilan
dan persalinan normal protein dan glukosa urine negatif.
c. USG
Untuk memeriksa apakah kantong gestasi masih utuh dan cairan amnion masih
ada.

8. Penatalaksaan Medis
a. Pemeriksaan umum :
1) Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien, termasuk
tanda-tanda vital.
2) Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik
kurang 90 mmHg, nadi lebih 112 kali per menit).
3) Jika dicurigai terjadi syok, segera lakukan penanganan syok. Jika tidak
terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong
melakukan evaluasi mengenai kondisi wanita karena kondisinya dapat
memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk memulai
penanganan syok dengan segera.
4) Jika pasien dalam keadaan syok, pikirkaan kemungkinan kehamilan ektopik
terganggu.
5) Pasang infus dengan jarum infus besar (16 G atau lebih), berikan larutan
garam fisiologik atau ringer laktat dengan tetesan cepat 500 cc dalam 2 jam
pertama (Syaifuddin, 2006).
b. Penanganan Abortus Inkomplit
1) Menentukan besar uterus, kenali dan atasi setiap komplikasi (perdarahan
hebat, syok dan sepsis)
2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan < 16
minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan :
a) Aspirasi Vacum Manual merupakan metode evakuasi yang terpilih.
Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika AVM tidak
tersedia. 
b) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrium 0,2 mg im
(diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral
(dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu).
3) Jika kehamilan > 16 mingguan
a) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV (garam fisiologis
arau RL ) dengan kecepatan 40 tetes / menit sampai terjadi ekspulsi
konsepsi. 
b) Jika perlu berikan misoprostol 200 mg pervaginam setiap 4 jam sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi(maksimal 80 mg)
c) Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus
4) Bila tidak ada tanda-tanda infeksi beri antibiotika profilaksis (sulbenisillin 2
gram/IM atau sefuroksim 1 gram oral).
5) Bila terjadi infeksi beri ampicillin 1 gram dan Metrodidazol 500mg setiap 8
jam.
6) Bila pasien tampak anemik, berikan sulfasferosus 600 mg/hari selama 2
minggu (anemia sedang) atau transfusi darah (anemia berat).
7) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan (Syaifuddin,
2006).

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
b. Keluhan Utama : Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak.
c. Riwayat Kesehatan, terdiri dari:
1) Kesehatan sekarang
2) Kesehatan masa lalu
d. Riwayat Pembedahan
e. Riwayat penyakit yang pernah dialami
f. Riwayat kesehatan keluarga
g. Riwayat kesehatan reproduksi: Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi,
lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji
kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
h. Riwayat Kehamilan, persalinan, dan nifas: Kaji bagaimana keadaan anak klien
mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan
anaknya.
i. Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang
digunakan serta keluahn yang menyertainya.
j. Riwayat pemakaian obat: Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral,
obat digitalis dan jenis obat lainnya.
k. Pola aktivitas sehari-hari: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi
(BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat
sakit.
l. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna,
perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap
kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur,
penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fisik, dan seterusnya.
2) Palpasi
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan
posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal
3) Perkusi
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada
kontraksi dinding perut atau tidak.
4) Auskultasi
Mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi
jantung/ paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.(Johnson
& Taylor, 2005 : 39)
m. Pemeriksaan psikososial
1) Respon dan persepsi keluarga
2) Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi
3)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus
b. Resiko tinggi syok hemorarge berhubungan dengan perdarahan aktif
c. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya pendarahan dan proses kuretase
d. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan (kurang informasi/ tidak
mengenalnya sumber-sumber informasi) tentang prosedur kuretase

3. Rencana Tindakan Keperawatan


No. Tujuan Intervensi
1 Nyeri klien berkurang dalam 3 × 24 jam 1. Tentukan sifat lokasi dan durasi
perawatan dengan kriteria hasil : nyeri serta kaji kontraksi uterus
1. Skala nyeri 0 (tidak ada) 2. Kaji stress psikologi
2. Klien tidak mengeluh nyeri lagi klien/pasangan dan respon
3. Raut muka klien tidak menangis lagi emosional terhadap kejadian.
4. TTV dalam batas normal 3. Berikan lingkungan yang tenang
5. Tekanan Darah : dan instruksikan klien untuk/
Sistol <140 mHg menggunakan metode relaksasi
Diastol <90 mHg 4. Ukur TTV : TD, nadi, respirasi
6. Nadi : 80 – 90 x/menit dan temperatur
7. Respiratory rate : 16 – 24 x/menit 5. Berikan obat analgetik yang tepat
8. Suhu : 36 – 37 oC 6. Siapkan untuk prosedur kuretase
2. Resiko tinggi syok hemorarge 1. Observasi TTV
berhubungan dengan perdarahan aktif 2. Kaji output cairan harian
dapat dicegah atau tidak terjadi setelah 3 × 3. Berikan pengganti output cairan
24 jam perawatan. harian
dengan kriteria hasil : 4. Posisikan ibu dengan tepat (semi
1. Pasien mengungkapkan tidak lemah, fowler).
dan tidak merasa haus lagi 5. Lakukan tirah baring dan
2. Mukosa bibir lembab menghindari ibu untuk valsava
3. Turgor kulit normal manufer.
4. Mata tidak cekung 6. Laporkan serta catat jumlah dan
sifat kehilangan darah
3. Rasiko infeksi tidak terjadi atau berkurang 1. Pantau suhu nadi dan sel darah
dalam 3 × 24 jam perawatan dengan putih (SDP)
kriteria hasil : 2. Gunakan aseptic bedah pada
1. TTV dalam batas normal persiapan peralatan
Sistol <140 mmHg 3. Anjurkan klien melakukan
Diastol <90 mmHg personal hygiene contohnya :
2. Nadi : 80 – 90 x/menit ganti balutan
3. Respiratory rate : 24 x/menit 4. Anjurkan klien makan-makanan
4. Suhu : 36 – 37 oC berprotein tinggi
5. Pasien mendemonstrasikan 5. Kolaborasi : Berikan antibiotik
kemampuan untuk meningkatkan sesuai indikasi
kesehatan diri seperti personal
hygiene.
6. Tidak terdapat tanda Inflamasi :
a. Rubor (kemerahan)
b. Tumor (pembengkakan)
c. Kalor (panas)
d. Dolor (nyeri)
e. Fungsi laesa (gangguan fungsi)
4. Rasa cemas berkurang/ hilang dalam 3 × 1. Kaji tingkat ansietas yang dialami
24 jam perawatan dengan kriteria hasil : klien
1. Melaporkan adanya penurunan 2. Dengarkan masalah klien dan
penurunan ansietas sampai pada tahap dengarkan secara aktif
dapat diatasi 3. Ukur TTV: TD, nadi, respirasi
2. Memeperlihatkan keadaaan relaksasi dan temparatur
klien memahami tentang kondisi 4. Jelaskan prosedur kuretase dan
penyakit dan prosedur kuretase arti gejala serta prognosis abortus.
3. TTV dalam batas normal 5. Evaluasi/ validasi tentang
informasi yang diberikan.
Daftar Pustaka

WHO (World Health), ManajemenAbortus Inkomplit. Jakarta. EGC. 2012.

Yulaikha, Lili. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: EGC. 2012

Sandi, DebyMatia, “Gambaran Umum dan Paritas Ibu Hamil dengan Kejadian Abortus
Inkomplit di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang”Jurnal Harapan Bangsa Vol
2. 2014

Reskiyah Septi Yanti dan Fruriolina Ariani. Manajemen Abortus Inkomplit. Jakarta: EGC.
2012

Anda mungkin juga menyukai