Anda di halaman 1dari 8

1.

Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
sebelum janin mampu hidup diluar kandungan (Nugroho,2013).
Abortus inkomplit adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi
masih tertinggal di dalam uterus dimana perdarahannya masih terjadi dan
jumlahnya bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa,
yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga perdarahan
berjalan terus (Sujiyatini dkk,2009)
Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana
sebagaian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis
servikal yang tertinggal pada desidua atau plasenta (Ai Yeyeh, 2011).
2. Etiologi
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi
terdapat beberapa faktor sebagai berikut:
a. Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin
dan cacat bawahan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan.
Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena :
1) Faktor kromosom, gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom,
termasuk kromosom seks.
2) Faktor lingkungan endometrium
a) Endometrium  yang  belum  siap  untuk  menerima  implantasi hasil
konsepsi.
b) Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu pendek.
3) Pengaruh luar
a) Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil
konsepsi
b) Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan
pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.
b. Kelainan Pada Plasenta
1) Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak
dapat berfungsi.
2) Gangguan pada pembuluh darah plasenta yang diantaranya pada
penderita diabetes mellitus
3) Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga
menimbulkan keguguran.
c. Penyakit Ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, sifilis,
anemia dan penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal,
penyakit hati, dan penyakit diabetesmilitus.
d. Kelainan yang terdapat dalam rahim. Rahim merupakan tempat tumbuh
kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri,
uterus arkuatus, uterus septus, retrofleksia uteri, serviks inkompeten, bekas 
operasi  pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks
postpartum (Manuaba, 2012).
3. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti
nerloisi jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap
benda asing dalam uterus.Sehingga menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut.
Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum
menembus desidua serta mendalam sehingga hasil konsepsi dapat keluar
seluruhnya.Apabila kehamilan 8-14 minggu villi khoriasli sudah menembus
terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak perdarahan dari pada plasenta.
Apabila mudigah yang mati tidak  dikeluarkan dalam  waktu singkat,
maka dia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Pada janin yang telah
meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin
mengering dan karena cairan amion menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia
menjadi agak gepeng. Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah
terjadinya maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut
membesar karena terasa cairan dan seluruh janin bewarna kemerah-merahan
(Ai Yeyeh, 2010).
4. Pathway
ABORTUS (mati janin < 22 mg/< 500 gr)

Abortus Spontan Abortus Infeksiosa Retensi Janin Abortus Resiko tinggi


(Missed abortion) (Unsafe abortion)

 Ab. Imminens : perdarahan bercak, ada ancaman kehamilan


 Ab. Insipiens : Perdarahan ringan dimana hasil konsepsi masih di cavum
uteri
 Ab. Inkomplit
 Ab. Komplit

Perdarahan Nyeri Abdomen Kurang Pengetahuan

Shock Nyeri Akut Ansietas

Resiko Infeksi Risiko Kekurangan Volume Cairan

5. Tanda dan Gejela


a. Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil konsepsi
dari uterus, sehingga sisanya memberikan gejala klinis sebagai berikut:
1) Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2) Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
3) Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
4) Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi
5) Dapat terjadi degenerasi ganas/koriokarsinoma (Manuaba, 2010).
b. Gejala lain dari abortus incomplit antara lain:
1) Perdarahan biasa sedikit/banyak dan biasa terdapat bekuan darah .
2) Rasa mules (kontraksi) tambah hebat.
3) Perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium
bau busuk dari vulva
4) Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka.
5) Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam cavum uteri atau 
kadang-kadang sudah  menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan
keluar.
6) Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat
menyebabkan syok (Maryunani, 2014).
6. Komplikasi (Nugroho, 2013 )
a. Perdarahan
1) Dapat terjadi sedikit dalam waktu panjang.
2) Dapat terjadi mendadak banyak, sehingga menimbulkan syok.
b. Infeksi
1) Keguguran tidak lengkap
c. Degenerasi ganas
1) Keguguran dapat menjadi kario karsinoma sekitar 15% sampai 20%.
2) Gejala korio karsinoma adalah terdapat perdarahan berlangsung lama,
terjadi pembesaran / perlunakan rahim, terdapat melastase ke vagina /
lainnya.
3) Penyulit saat melakukan kuretase
d. Dapat terjadi perforasi dengan gejala :
1) Kuret terasa tembus
2) Penderita kesakitan
3) Penderita syok
4) Dapat terjadi perdarahan dalam perut dan infeksi dalam abdomen
7. Pemeriksaan Ginekologi
Pemeriksaan ginekologi abortus inkomplit antara lain sebagai berikut :
a. Inpeksi vulva: pendarahan pervaginam, ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva.
b. Inspekulo: pendarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada atau tidak jaringan yang keluar dari ostium, ada atau tidak
cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
c. Colok vagina: porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uteri lebih kecil dari usia kehamilan,
tidak nyeri saat porsio digoyang. (Nugroho, 2013 )
8. Penatalaksaan Medis
a. Pemeriksaan umum:
1) Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien,
termasuk tanda-tanda vital.
2) Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan
sistolik kurang 90 mmHg, nadi lebih 112 kali per menit).
3) Jika dicurigai terjadi syok, segera  lakukan  penanganan syok. Jika tidak
terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat
penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi wanita karena
kondisinya dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat
penting untuk memulai penanganan syok dengan segera.
4) Jika pasien dalam keadaan syok, pikirkaan kemungkinan kehamilan
ektopik terganggu.
5) Pasang infus dengan jarum infus besar (16 G atau lebih), berikan larutan
garam fisiologik atau ringer laktat dengan tetesan cepat 500 cc dalam 2
jam pertama (Syaifuddin, 2006).
b. Penanganan Abortus Inkomplit
1) Menentukan besar uterus, kenali dan atasi setiap komplikasi (perdarahan
hebat, syok dan sepsis)
2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan < 16
minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan:
a) Aspirasi Vacum Manual merupakan metode evakuasi yang terpilih.
Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika AVM
tidak tersedia. 
b) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrium 0,2 mg
im (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg
per oral (dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu).
c) Jika kehamilan > 16 mingguan
(1) Berikan infus  oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV (garam
fisiologis arau RL ) dengan  kecepatan 40 tetes / menit  sampai
terjadi ekspulsi konsepsi. 
(2) Jika perlu berikan misoprostol 200 mg pervaginam setiap 4 jam
sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi(maksimal 80 mg)
(3) Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
(4) Bila tidak ada tanda-tanda infeksi beri antibiotika profilaksis
(sulbenisillin 2 gram/IM atau sefuroksim 1 gram oral).
(5) Bila terjadi infeksi beri ampicillin 1 gram dan Metrodidazol
500mg setiap 8 jam.
(6) Bila pasien tampak anemik, berikan sulfasferosus 600 mg/hari
selama 2 minggu (anemia sedang) atau transfusi darah (anemia
berat).
(7) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
(Syaifuddin, 2006).
c. Pemeriksaan Penunjang(Syaifuddin, 2006)
1) Darah
Kadar Hb, dimana Hb normal pada ibu hamil adalah ≥ 11 gr% (TM I dan
TM III 11 gr % dan TM II 10,5 gr %).
Hb ≥ 11 gr% : tidak anemia
Hb 9-10 gr% : anemia ringan
Hb 7-8 gr% : anemia sedang
Hb ≤ 7 gr% : anemia berat
2) Urine
Untuk memeriksa protein urine dan glukosa urine.untuk klien dengan
kehamilan dan persalinan normal protein dan glukosa urine negatif.
3) USG
Untuk memeriksa apakah kantong gestasi masih utuh dan cairan amnion
masih ada.
9. Pengkajian Keperawatan (Johnson & Taylor, 2015)
a. Identitas Klien
b. Keluhan Utama: Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut
bergerak.
c. Riwayat Kesehatan
d. Riwayat Pembedahan
e. Riwayat penyakit yang pernah dialami
f. Riwayat kesehatan keluarga
g. Riwayat kesehatan reproduksi: Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi,
lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta
kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
h. Riwayat Kehamilan, persalinan, dan nifas: Kaji bagaimana keadaan anak
klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan
kesehatan anaknya.
i. Riwayat seksual: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi
yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.
j. Riwayat pemakaian obat: Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi
oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
k. Pola aktivitas sehari-hari: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,
eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik
sebelum dan saat sakit.
l. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna,
perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan
terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan
postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fisik, dan
seterusnya.
2) Palpasi
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi
uterus.
3) Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri
yang abnormal
4) Perkusi
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau
konsolidasi.Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada
tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut
apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak
5) Auskultasi
Mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk
bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin
m. Pemeriksaan psikososial
1) Respon dan persepsi keluarga
2) Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi
10. Diagnosa Keperawatan(NANDA, 2015)
a. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cedera Biologis
b. Ansietas berhubungan dengan Krisis Situasional
c. Risiko Kekurangan Volume Cairan
d. Risiko Infeksi
11. Rencana Intervensi
No Diagnosa NOC NIC
1 Nyeri Akut Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri
dengan Agen keperawatan selama …x24 secara komprehensif
Cedera Biologis jam, diharapkan pasien termasuk lokasi,
mampu mengontrol nyeri karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas dan
1. Menggunakan metode faktor presipitasi
nonanalgetik untuk 2. Observasi reaksi non
mengurangi nyeri verbal dari
2. Melaporkan nyeri sudah ketidaknyamanan
terkontrol 3. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
4. Kolaborasi dalam
pemberian analgetik untuk
mengurangi nyeri

2. Ansietas Anxiety Reduction / Anxiety Reduction /


berhubungan Tingkat Kecemasan Pengurangan Kecemasan
dengan Krisis Setelah dilakukan tindakan 1. Bina hubungan saling
Situasional keperawatan selama selama percaya
…x24jam, klien mampu 2. Gunakan pendekatan
mengontrol cemas, dengan yang tenang dan
kriteria hasil : meyakinkan
1. Klien 3. Jelaskan semua
mampu mengidentifikasi prosedur termasuk sensasi
dan mengungkapkan yang akan dirasakan yang
gejala cemas mungkin akan dialami
2. Mengidentifi klien selama prosedur
kasi, mengungkapkan dan 4. Pahami situasi krisis
menunjukkan teknik untuk yang terjadi dari
mengontol cemas prespektif klien
3. Ekspresi 5. Berikan informasi
wajah dan bahasa tubuh faktual terkait diagnosis,
menunjukkan perawatan dan prognosis
berkurangnya kecemasaan 6. Dengarkan klien
7. Identifikasi pada saat
terjadi perubahan tingkat
kecemasan
8. Bantu pasien
mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
9. Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi nafas dalam dan
berdoa
10. Kolaborasi pemberian
obat penenang jika
diperlukan
3. Risiko Keseimbangan Cairan Manajemen Cairan
Kekurangan Setelah dilakukan tindakan 1. Timbang popok/pembalut
Volume Cairan keperawatan selama …x24 jika diperlukan
jam, kekurangan volume 2. Pertahankan catatan intake
cairan teratasi dengan kriteria dan output yang akurat
hasil: 3. Monitor status hidrasi
1. Tekanan darah dan denyut (kelembaban membran
nadi radial dalam batas mukosa, nadi adekuat,
normal tekanan darah ortostatik),
2. Mempertahankan jika diperlukan
keseimbangan intake dan 4. Monitor vital sign
output dalam 24 jam 5. Monitor masukan
3. Elastisitas turgor kulit makanan / cairan dan
baik hitung intake kalori harian
4. Membran mukosa lembab 6. Kolaborasi pemberian
5. Tidak ada rasa haus yang cairan IV
berlebihan 7. Dorong masukan oral
8. Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
4. Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan Proteksi Infeksi
keperawatan selama 3x24 1. Monitor WBC
jam, masalah risiko infeksi 2. Monitor TTV
teratasi dengan kriteria hasil: 3. Monitor tanda gejala
Kontrol Risiko infeksi lokal dan sistemik
1. Klien bebas dari tanda- 4. Cuci tangan setiap kali
tanda infeksi (kalor, tindakan
dolor, rubor, tumor) 5. Pertahankan tehnik aseptif
2. Leukosit dalam batas 6. Tingkatkan asupan nutrisi
normal (4-10) 7. Batasi pengunjung
3. Menunjukkan 8. Dorong pasien untuk
kemampuan dalam istirahat
pengendalian infeksi 9. Ajarkan tanda dan gejala
4. TTV dalam rentang infeksi dan kapan harus
normal melapor ke petugas
(TD: 120/80 mmhg, RR: 10.Kolaborasi pemberian
12-24 x/m, N: 60-100 antibiotik
x/m, S: 36,5-37,50C)
Pengetahuan Infeksi
5. Mengetahui tanda-tanda
infeksi
6. Melaporkan ke petugas
apabila terjadi infeksi

(Johnson, M., et all,2016;Bulececk, G.M,. et all,2016)


Daftar Pustaka

Ai Yeyeh. 2011. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta:CV. Trans Info


Media.

Bulececk, G.M,. et all. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC) Sixth Edition
Mocomedia:Indonesia.

Johnson dan Taylor. 2015. Buku Ajar Praktik Kebidanan.Jakarta:EGC.

Johnson, M., et all. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition.
Mocomedia:Indonesia.Manuaba, I. 2012. Gawat Darurat Obstetri
Ginekologi & Obstetri Ginekologi Sosial untuk Bidan. Jakarta:EGC.

Maryunani, A. 2014. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas. Jakarta:Trans Info Media

NANDA. 2015. Diagnosa Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi. Edisi 10.
EGC:Jakarta.

Nugroho, T. 2013.Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya.


Yogyakarta:Nuha Medika

Sujiyatini. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta:Nuha Medika

Syaifuddin, A. 2008.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai