Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

Y DENGAN ABORTUS
INKOMPLIT+ POST KURETASE dt BLIGHTED OVUM DI RUANG RANUKUMBOLO RSUD Dr.
SAIFUL ANWAR

OLEH:
A’YUNIN SOLEHA

NIM

202310461011011

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2024
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan. Usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram (Maryunani A Puspita2013).
Abortus inkomplit adalah sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam
uterus di mana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis, masih terbuka dan teraba
jaringan dalam kavum uteri. Batasan ini juga masih terpancang pada umur kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Prawirohardjo, 2012).

B. Etiologi
Beberapa faktor yang menyebabkan abortus antara lain:
1. Faktor Janin
Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik, dan ini terjadi pada 50% -
60% kasus keguguran, fakta kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus adalah
gangguan pertumbuhan zigot, embrio, janin atau plasenta.
2. Faktor Ibu
a. Kelainan endokrin (hormonal) misalnya kekurangan tiroid
b. Faktor kekebalan (imunologi) misalnya pada penyakit lupus
c. Infeksi, diduga akibat beberapa virus seperti cacar air, campak jerman,
toksoplasma, herpes, kiamida
d. Kelemahan otot leher Rahim

e. Kelainan bentuk Rahim


3. Faktor Bapak
Kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga dapat menyebabkan abortus.
4. Faktor Genetik
Sekitar 5% abortus terjadi karena faktor genetik. Paling sering ditemukannya kromosom
trisomi dengan trisomi 16. Penyebab yang paling sering menimbulkan abortus spontan
adalah abnormalitas kromosom pada janin. Lebih dari 60% abortus spontan yang terjadi
pada trimester pertama menunjukkan beberapa tipe abnormalitasgenetik.
5. Faktor anatomi kogenital dan didapat pernah dilaporkan timbul pada 10- 15% wanita
dengan abortus spontan yang rekuren.

C. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti

nerloisi jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing
dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkontraksi
untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum menembus desidua
serta mendalam sehingga hasil konsepsi dapat keluar seluruhnya. Apabila kehamilan 8-14
minggu villi khoriasli sudah menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat dilepaskan
sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan dari pada plasenta.
Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka dia dapat
diliputi oleh lapisan bekuan darah. Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan
dapat terjadi proses modifikasi janin mengering dan karena cairan amion menjadi kurang oleh
sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng. Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi,
kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terasa cairan dan seluruh
janin bewarna kemerah- merahan (Ai Yeyeh, 2012).
D. Pathway

ABORTUS (Mati janin


< 22 mg/< 500 gr

Abortus Spontan Abortus lnfehsiosa Retensi Janin Abortus Resiho Tinggi


(Missed Abortion) ( Unsafe abortion)

1. Ab.
lmminens
2. Ab. lnsipiens
3. Ab. lnhomplit
4. Ab. Komplit
Nyeri Abdomen

Perdarahan

Gangguan
Shoch Rasa Nyaman

Intoleransi Aktivitas

RESIKO INFEKSI Hipovolemia


E. Manifestasi Klinik
1. Tanda dan gejala abortus inkomplit antara lain:
a. Perdarahan sedang hingga banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah
b. Uterus sesuai masa kehamilan
c. Kram atau nyeri perut dan terasa mules-mules
d. Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan berlangsung terus
e. Servik tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap corpus
allienum, maka uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan
kontraksi. Tetapi kalau keadaan ini dibiarkan lama,servik akan menutup kembali.
2. Gejala Klinik

Pada abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan plasenta
biasanya keluar bersama-sama, tetapi setelah umur
kehamilan tersebut sudah lewat, maka plasenta dan janin keluar secara terpisah. Apabila
seluruh atau sebagian plasenta tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi
perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkomplit (Prawirohardjo, 2012).
Sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus di mana
pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam
kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum. Perdarahan biasanya masih
terjadi jumlahnya pun bisa

banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan
sebagian plasenta site masih terbuka sehingga
perdarahan berjalan terus. Pasien dapat jatuh dalam keadaan anemia atau syok
hemoragik sebelum sisa jaringan konsepsi dikeluarkan (Prawirohardjo, 2012).
Pengelolaan pasien harus diawali dengan perhatian terhadap keadaan umum dan
mengatasi gangguan hemodinamika yang terjadi untuk kemudian disiapkan tindakan
kuretase. Bila terjadi perdarahan hebat, dianjurkan segera melakukan pengeluaran sisa
hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang mengganjal terjadinya kontraksi
uterus segera dikeluarkan (Prawirohardjo, 2012).

F. Penatalaksanaan
Menurut Marmi (2011), penanganan abortus inkomplit antara lain :
1. Jika perdarahan tidak terlalu banyak, dan kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi
dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2
mg IM atau misoprostol 400 mg peroral (dapat dilakukan oleh bidan dengan
kolaborasi dengan dokter ahli kandungan).
2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16
minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan aspirasi vakum manual (AVM)
merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya
hanya dilakukan jika AVM tidak tersedia. Jika evakuasi belum dapat dilakukan
segera, beri ergometrin 0,2 mg IM (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau
misoprostol 400 mg peroral (dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu) yang ini hanya
dilakukan oleh dokter obgyn, bidan disini bertugas menjadi asisten.
3. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml
cairan IV (garam fisiologis atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes/menit
sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi, Jika perlu berikan misoprostol 200 mg
pervaginam setiap 4 jam sampai terjadi eksplusi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg),
evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus (dapat dilakukan oleh bidan
di rumah sakit dengan instruksi dokter).
4. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan. Menurut Saifuddin
(2012), pada kasus abortus inkomplit penatalaksanaan post curettage adalah :
a. Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan instruksi apabila
terjadi komplikasi/kelainan
b. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan didalam kolom yang tersedia
dalam status pasien. Bila keadaan umum pasien cukup baik, setelah cairan habis
lepas infus

c. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan pemantauan kondisi pasien


d. Beritahu kepada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai tetapi
pasien masih memerlukan perawatan
e. Bersama petugas yang akan merawat pasien, jelaskan jenis perawatan yang masih
diperlukan, lama perawatan dan laporkan kepada petugas tersebut bila ada
keluhan/gangguan pasca

tindakan
f. Tegaskan pada petugas yang merawat untuk menjalankan instruksi perawatan
dan pengobatan serta laporkan segera bila pada pemantauan lanjutan ditemukan
perubahan-perubahan seperti yang ditulis dalam catatan pasca tindakan.

G. Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang yang diperlukan pada kasus abortus inkomplit adalah pemeriksaan USG.
Pemeriksaan USG hanya dilakukan bila ragu dengan diagnosis secara klinis (Prawirohardjo,
2012).

H. Masalah Keperawatan
1. Pengkajian
Dalam tahap ini data/ fakta yang dikumpulkan adalah data subjektif dan data
objektif dari pasien. Bidan dapat mencatat hasil penemuan data dalam catatan harian
sebelum didokumentasikan
a. Identitas
b. Umur
Untuk mengetahui apakah klien dalam kehamilan yang beresiko atau tidak, usia
dibawah 16 tahun dan diatas 35 tahun (Astuti, 2012).
c. Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau
mengarahkan pasien dalam berdoa (Ambarwati 2010 dan Wulandari, 2011).
d. Suku bangsa
Untuk mengetahui kondisi social budaya ibu yang mempengaruhi perilaku
kesehatan (Romauli, 2011).
e. Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelektual, tingkat pendidikan mempengaruhi sikap
perilaku kesehatan seseorang (Romauli, 2011).
f. Pekerjaan

Untuk mengetahui taraf hidup dan social ekonomi agar nasehat kita sesuai

(Romauli, 2011).
g. Alamat
Untuk mengetahui ibu tinggal dimana, menjaga kemungkinan bila ada ibu yang
namanya sama (Romauli, 2011).
2. Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas
pelayanan kesehatan dan untuk mengetahui sejak kapan seorang klien merasakan
keluhan tersebut (Romauli, 2011). Keluhan utama pada ibu hamil dengan abortus
inkomplit adalah mengeluarkan darah sedang hingga banyak, kram atau nyeri perut
bawah, dan ekspulsi sebagian hasil konsepsi.
3. Riwayat Menstruasi
Data yang kita peroleh akan mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ
reproduksinya. Beberapa data yang harus kita peroleh dari riwayat menstruasi antara
lain : menarche, siklus, volume dan keluhan.
4. Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui usia nikah pertama kali, status pernikahan sah atau tidak, lama
pernikahan, ini suami yang ke berapa
5. Riwayat Kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu Untuk mengetahui berapa kali ibu
hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong
persalinan, keadaan nifas yang lalu
6. Riwayat Kehamilan Sekarang
Dikaji untuk mengetahui keadaan kehamilan itu saat ini terutama mengenai
keteraturan ibu dalam memeriksakan kehamilannya, karena dari pemeriksaan ANC
yang rutin dapat diketahui keluhankeluhan yang dirasakan (Prawirohardjo, 2012)
7. Riwayat Keluarga Berencana
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa
lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi
8. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan yang lalu

b. Riwayat kesehatan sekarang


c. Riwayat kesehatan keluarga
9. Pola kebiasaan sehari-hari
10. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
b. Kesadaran
c. Tanda Vital
Untuk mengkaji tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu :
1) Tekanan Darah.
2) Suhu
3) Pernafasan
4) Nadi
11. Pemeriksaan sistemik
a. Kepala
12. Pemeriksaan Khusus Obstetri

I. Diagnosa Keperawatan

1. Hipovolemia b.d perdarahan


2. Intoleransi aktivitas b.d respon tubuh terhadap : Perdarahan, keletihan
3. Resiko infeksi b.d adanya jalan masuk organisme kedalam tubuh

J. Rencana Keperawatan

No Diagnosa SLKI SDKI


Keperawatan
1 Hipovolemia b.d Setalah dilakukan tindakan keperawatan O : Periksa tanda dan gejala
hypovolemia (Mis. Frekuensi,
perdarahan dalam 1 x 24 jam diharapkan risiko
nadi meningkat, nadi teraba
infeksi tidak terjadi dengan kriteria lemah,
hasil : tekanan darah

Status Cairan (L.03028)


Tingkat Perdarahan (L.02017)

- Kekuatan nadi dari cukup


menurun menjadi cukup meningkat menurun, tekanan nadi
- Turgor kulit dari cukup menurun menyempit, turgor
menjadi cukup meningkat kulit menurun,
- Pengisian vena dari cukup menurun membrane mukosa
menjadi cukup meningkat kering, volume urin
- Dispnea dari cukup meningkat menurun, hematocrit
menjadi cukup menurun meningkat, haus,
- Tekanan darah dari cukup memburuk lemah )
menjadi membaik - Monitir intake dan
- Kadar hb dari cukup menurun output cairan
menjadi membaik T:
- Kadar HT dari cukup menurun - Hitung kebutuhan
menjadi membaik cairan
- Suhu tubuh dari cukup menurun - Berikan posisi

menjadi membaik nodified


- Kelembapan membrane mukosa dari Trendelenburg
cukup menurun menjadi meningkat
- Berikan asupan
- Kelembapan kulit dari cukup cairan oral
menurun menjadi meningkat E:
- Perdarahan vagina dari cukup - Anjurkan
meningkat menjadi menurun memperbanyak
asupan cairan oral
- Anjurkan
menghindari
perubahan
mendadak
K:

- Kolaborasi pemberian
IV
isotonis (mis, NaCl, RL)
- Kolaborasi
pemberian produk
darah

O:
2. Intoleransi aktivitas Setalah dilakukan tindakan keperawatan
- Identifikasi
b.dRespon tubuh dalam 1 x 24 jam diharapkan risiko infeksi
gangguan fungsi
terhadap tidak terjadi dengan kriteria
tubuh yang mengakibatkan
perdarahandan hasil :Toleransi Aktivitas (L.05047)
keletihan Tingkat Keletihan (L.05046) kelelahan
- Saturasi oksigen dari cukup menurun - Monitor kelelahan fisik
menjadi meningkat dan emosional
- Kekuatan ekstremitas atas dan bawah - Monitor pola dan jam
dari cukup menurun menjadi cukup tidur
meningkat - Monitor tekanan darah
- Kelulahan kelelahan dari cukup - Monitor nadi
meningkat menjadi menurun ( Frekuensi,
- Perasaan lemah dari cukup kekuatan, irama)
meningkat menjadi menurun - Monitor pernapasan
- Tekanan darah dari cukup memburuk - Monitor suhu tubuh
menjadi membaik T:
- Frekuensi napas dari cukup - Sediakan lingkungan
memburuk menjadi membaik nyaman dan rendah
- Verbalisasi kepulihan energy tenaga stimulus (Mis.
dari cukup menurun
Cahaya, suara,
menjadi cukup meningkat kunjungan)
- Pola napas dari cukup memburuk - Atur interval
menjadi membaik pemantauan sesuai
kondisi pasien
- Dokumentasi hasil
pemantauan
-
E:
- Anjurkan tirah baring
- Jelaskan tujuan dan

hasil pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan jika perlu
K:
- Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
- Ajarkan pasien dan
keluarga cara
mengelola obat (Mis.
Dosis, penyimpanan, rute,
dan waktu)
Pencegahan Infeksi Tindakan
3 Resiko Infeksi b.d Setalah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
Adanya jalan masuk dalam 1 x 24 jam diharapkan risiko - Monitor tanda dan
organisme tubuh infeksi tidak terjadi dengan kriteria gejala infeksi lokal dan
hasil : sitemik
Tingkat Infeksi Terapeutik
- Nyeri skala 1 (meningkat) ke - Batasi jumlah
skala 5 (menurun) pengunjung
- Kadar sel darah putih dari skala 1 - Berikan perawatan
(memburuk) ke skala 3 (sedang kulit pada area edema
- Kultur feses dari skala 1 - Cuci tangan sebelum
(memburuk ke skala 3 (sedang) dan sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien
- Pertahankan tehnik
aseptik pada berisiko
tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
- Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar

- Ajarkan etika batuk


- Ajarkan cara
memeriksa luka
operasi
- Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
imunisasi

Anda mungkin juga menyukai