Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN PARTUS SPONTAN

Disusun Oleh :
SITI FATIMAH
SN172098

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2018
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu). Lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin (Waspodo,
2008).
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun apabila
tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal (Mufdillah & Hidayat,
2008).
Persalinan adalah serangkaian kegiatan yang berakhir dengan pengeluaran bayi
yang cukup bulan atau hampir cukup bulan disusul dengan pengeluaran plasenta dan
selaput janin dari ibu (Asirah, 2010).

B. ETIOLOGI
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori menghubungkan
dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada saraf
dan nutrisi (Hafifah, 2011).
1. Teori Persalinan Hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone dan
esterogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul HIS bila progesterone
turun.
2. Teori Plasenta menjadi Tua
Turunnya kadar hormone esterogen dan progesterone menyebabkan kekejangan
pembuluh darah yan menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori Distensi Rahim
Rahim menjadi besar dan menenggang menyebabkan iskemik, otot-otot rahim
sehingga terganggu sirkulasi utera-plasenta.
4. Teori Iritasi Mekanik
Dibelakang serviks terlihat ganglion servikale (fleksus franterrhauss). Bila
ganglion ini digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi
uterus.
5. Induksi Partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukkan dnlam
kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi
pemecahan ketuban, oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan
perinfus.
C. PATHWAY

(Sumber: Babak, dkk, 2008)

D. PATOFISIOLOGI
Proses terjadinya persalinan karena adanya kontraksi uterus yang dapat menyebabkan
nyeri. Ini dipengaruhi oleh adanya keregangan otot rahim, penurunan progesteron,
peningkatan oksitosin, peingkatan progesteronn, peningkatan prostaglandin dan tekanan
kepala bayi. Penurunan kepala bayi yang terdiri dari beberapa tahap antara lain
engagement, descent, fleksi, fleksi maksimal, rotasi internal, ekstensi, ekspulsi kepala
janin, rotasi ektsterna. Semakin menurunnya kepala bayi menimbulakn rasa mengejan
sehingga terjadi ekspulsi. Ekspulsi dapat menyebabkan terjadinya robekan jalan lahr
akibatnya akan terasa nyeri. Setelah bayi lahir kontraksi rahim akan berhenti 5-10
menit, kemudian akan berkontraksi lagi. Kontaksi akan mengurnagi area plasenta,
rahim bertambah kecil, dinding menebal yang menyebabkan plasenta terleas secara
bertahap. Dari berbagai implantasi plasenta antara lain mengeluarkan lochea, dan
robekan jalan lahir sebagai tempat invasi bakteri secara asending yang dapat
menyebabkan terjadi resiko tinggi infeksi. Dengan pelepasan plasenta maka produksi
esterogen dan progesteron akan mengalami penurunan, sehingga hormon prolaktib aktif
dan produksi laktasi dimulai.
E. MACAM-MACAM PERSALINAN
Persalinanberdasarknumurkehamilanyaitu:
1) Abortus
Pengeluaranhasilkonsepsisebelumjanindapathidupdiluarkandungan, beratjanin<500
gram atauusiakehamilankurangdari 20 minggu (Fadlun, 2012).
2) PartusImmaturus
Partusdarihasilkonsepsipadakehamilandibawah28minggudenganberatjaninkurangdari
1000 gram
3) PartusPrematurus
Kelahiranhidupbayidenganberatantara 1000 gram sampai 2500 gram sebelumusia 37
minggu
4) PartusMaturusatauAterm
Persalinanpadakehamilan 37-42 minggu, beratjanindiatas 2500 gram.
5) PartusPostmaturusatauPostterm
Persalinan yang terjadi 2 mingguataulebihdarihariperkiraanlahir (Saifuddin, 2014)
F. KALA PERSALINAN
Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu:
a. Kala I (kala pembukaan)
Impartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show), karena
serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement).
Kala I dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan
3cm berlangsung 7-8 jam.
2. Fase aktif, berlanhsung selama 6 jam da dibagi menjadi 3 subfase:
a. Periode akselerasi
Berlangsung 2 jam, pmbukaan menjadi 4 cm
b. Periode dilatasi maksimal (steady)
Selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
c. Periode deselerasi, berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan
menjadi 10 cm atau lengkap.
Perbedaan fase pembukaan primipara dan multipara
1. Primi : serviks membuka dulu baru dilatasi 13-14 jam
2. Multipara : mendatar dan membuka bersamaan, berlangsung 6-7 jam
b. Kala II (kala Pengeluaran Janin)
Persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Primi 1,5 jam – 2 jam, multi ½ jam – 1 jam. Terdapat
beberapa tanda dan gejala kala II persalinan:
1. Ibu merasakan keinginan meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
2. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum atau vaginanya.
3. Perinium terlihat menonjol.
4. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah
Gerakan-gerakan utama dari meknisme persalinan adalah:
1. Penurunan kepala
2. Fleksi
3. Rotasi dalam (outaran faksi dalam)
4. Ekstensi
5. Ekspulsi
6. Rotasi luar (putaran faksi luar)
Jika dalam 15 menit plasenta belum juga lahir maka ulangi pemberian oksitosisn 10
unit IM, tunggu kontaksi yang kuat.
c. Kala III
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim isirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan
fundus uteri setingi pusat dan berisi plasenta yang menjadi 2x tebal sebelumnya.
Beberapa saaat kemudian timbul HIS pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu
5-10 menit seluruh plasent terlepas. Terdorong ke dalam vagina dan akan lahir
spontan dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri, seluruh proses
biasanya berlangsung 15-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta biasanya
disertai dengan darah kira-kira 100-200 cc.Tanda-tanda terlepasnya plasenta yaitu
uterus menjadi berbentuk bulat, tali pusat bertambah panjang, terjadi semburan
darah secara tiba-tiba.
Manajemen aktif
1. Tujuan manajemem aktif
Untuk menghasilkan konraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat
mempersigkat waktu, mencegah perdarahan dan emngurangi kehilangan darah.
Penatalaksanaan manajemen aktif kala III dapat mencegah terjadinya kasus
perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh atonia uteri dan retensia
plasenta.
2. Langkah manajemen aktif
a. Pemberian suntikan oksitosin
Pemberian suntikan oksitosin dilakukan dalam 1 menit pertama setelah bayi
lahir. Suntikan oksitosin dengan dosis 10 unit diberikan secara IM. Tujuan
pemberian oksitosin dapat menyebabkan uterus berkontraksi dengan kuat
dan efektif sehingga dapat membantu pelepasan plasenta dan mengurangi
kehilangan darah.
b. Penegangan tali pusat terkendali
Klem pada tali pusat diletakkan sekitar 5-10 cm dari vulva dikarenakan
dengan memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah evolusi
tali pusat. Meletakkan tangan diatas simpisis pubis dan tangan yang satu
memegang klem di dekat vulva. Tujuan agar bisa merasakan uterus
berkontraksi saat plasenta lepas.
c. Massase Fundus Uteri
Setelah plasenta lahir, lakukan masase fundus uteri dengan tangan kiri,
sedangkan tangan kanan memastikan bahwa katiledon dan selaput plasenta
dalam keadaan lengkap. Periksa maternal ddan fetal. Periksa kembali uterus
setelah 1-2 menit untuk memastikan uterus berkontraksi. Evaluasi kontraksi
uterus setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30
menit selama 1 jam kedua pasca persalinan.
d. Kala IV (Kala Pengawasan)
Pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir, mengamati keadaan ibu
terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Dengan menjaga kondisi
kontraksi dan retraksi uterus yang kuat dan terus menerus. Tugas uterus ini dapat
dibantu dengan obat oksitosin. Sebelum pergi meninggalkan ibu yang baru
melahirkan, periksa ulang dulu dan perhatikanlah berikut:
1. Pantau tekanan darah, andi, tinggi fundus, kandung kemih dan perdarahan
setiap 15 menit dalam 1 jam pertama dan setiap 30 menit dalam 1 jam pada
kala IV.
2. Pemijatan uterus untuk memastikan uterus menjadi keras, setiap 15 menit
dalam 1 jam pertama dan setiap 30 menit dalam jam kedua kala IV
3. Pantau suhu ibu satu kali dalam jam pertama dan satu kali pada jam kedua
pasca persalinan.
4. Nilai perdarahan, periksa perineum dan vagina setiap 15 menit daalam satu jam
pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
5. Ajarkan ibu dan kelurgaya bagaimana menilai tonus dan perdarahan uterus,
juga bagaimana melakukan pmijatan jika uterus menjadi lembek.
(Estiwidani, 2008)

G. KLASIFIKASI
1. Persalinan spontan
Bila persalinan seluruhnya dengan kekuatan ibu sendiri.
2. Persalinan buatan
Bila persalinan dengan bantuan tenaga dari luar yaitu alat foreps, vacum, dan sectio
caesarea.
3. Persalinan anjuran
Bila kekuatan untuk persalinan diambilkan dari luar dengan jalan rangsangan,
yaitu dengan induksi, amniotomi, dan lain-lain.
(Depkes, 2009)

H. MANIFESTASI KLINIS
Tanda-tanda permulaan persalinan adalah lightening atau dropping yang merupakan
kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Perut kelihatan
lebih melebar, fundus uteri turun. Perasaan sering-sering atau susah buang air kecil
karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin. Perasaan sakit diperut dan
dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah diuterus (fase laborfains) servik
menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah
(bloody show) (Haffieva, 2011).
Tanda-tanda in partu:
1. Rasa sakit oleh adanya HIS yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
2. Keluar lendr dan bercmpur darah yang lebih banyak robekan kecil pada bagian
serviks.
3. Kadang-kadang ketuban pecah.
4. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar.

I. KOMPLIKASI
1. Infeksi
2. Ruptur perineum
3. Atonia uteri
4. Retensi plasenta/ retensi sisa plasenta
5. Hematom pada vulva
6. Kolpaporeksis
7. Robekan serviks
8. Emboli air ketuban

J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan USG adalah pemeriksaan janin menggunakan frekuensi gelombang
suuara tinggi yang dipantulkan ke tubuh untuk mengetahui gambaran rahim yang
disebut senogram.
2. Pemeriksaan laboratorium adalah pemerikasan untuk mendapatlan informasi
tentang kesehatan pasien.
K. LANGKAH-LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL
A. Melihat tanda dan gejala kala II
1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala II
 Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
 Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan atau vagina
 Perineum menonjol vulva vagina dan sfingteranal membuka
B. Menyiapkan pertolongan persalinan
2. Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan essensial siap digunakan.
Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik streil
sekali pakai di dalam partus set
3. Mengenakan baju penutup atau clemek plastik yang bersih
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci kedua
tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan
dengan handuk 1x pakai/ pribadi yang bersih.
5. Memakai sarung tangan dengan DTT/ steril untuk semua pemeriksaan dalam.
6. Menghisap oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (dengan memakai sarung
tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus
set atau wadah desinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi
tabung suntik.
C. Memastikan pembukaan lengkap dengan janin bayi
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan
ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air
desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi
oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari
depan ke belakang, membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam
wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan
kedua sarung tangan tersebut dengan benar didalam larutan dekontaminasi,
langkah 9)
8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban
belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% dan kemudian
melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya dilarutan klorin
0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti diatas).
10. Memeriksa DJJ setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam
batas normal (100-180 x/menit)
 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
 Mendokumentasi hasil-hasil pemeriksaan dalam DJJ dan semua hasil-hasil
penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
D. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu pimpinan proses meneran.
11. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik
 Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya
 Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran
 Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai
dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan.
 Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung
dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada
saat ada HIS, bantu ibu dalam posisi ½ duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran.
 Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk
meneran
 Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran
 Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (tidak
meminta ibu berbaring terlentang)
 Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
 Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat kepada
ibu
 Menganjurkan asupan cairan peroral
 Menilai DJJ setiap 15 menit
 Jika bayi belum lahir/ kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu
120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primi para atau 60 menit (1 jam) untuk
ibu multipara.
 Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran
 Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
aman
 Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, menganjurkan ibu untuk
memulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat
diantara kontraksi.
 Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah
60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera
E. Persiapan pertolongan kelahiran bayi
14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, meletakkan
handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian dibawah bagian bokong itu
16. Membuka partus set
17. Memakai sarung tangan BTT atau steril pada kedua tangan
F. Menolong kelahiran bayi
Lahir kepala
18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum
dengan 1 tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain dikepala
bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala
bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan
 Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat
kepala lahir.
 Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut dan hidung
setelah kepala lahir menggunakan penghisap lendir De Lee desinfeksi
tingkat tinggi/ steril/ bola karet penghisap yang barudan bersih
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kasa
yang bersih, kemudian meneruskan proses kelahiran bayi.
 Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian
atas kepala bayi
 Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklaimnya di dua tempat
dan memotongnya.
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi, dan kemudia meneruskan segera proses kelahiran bayi.
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

Lahir bahu

22. Setelah kepala melakukan kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan
kedua tangan di masing-masing muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran
saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya kearah bawah dan
kearah keluar hingga bahu anterior muncul di bawah arpus pubis dan kemudia
dengan lembut menarik kearah atas dan kearah luar untuk melahirkan bahu
posterior
Lahir badan dan tungkai

23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang
berada dibagian bawah kearah perineum tangan, membiarkan bahu dan
lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan
tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk
menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior
(bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat
keduanya lahir.
24. Setelah tubuh dari lengan lahir menelusurkan tangan yang ada diatas
(anterior)dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangganya saat
punggung dari kaki lahir memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati
membantu kelahiran kaki.

Penanganan bayi baru lahir

25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi diatas perut ibu
dengan posisi kepala bayi lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu
pendek, meletakkan bayi ditempat yang memungkinkan)
26. Segera mengeringkan bayi; membungkus kepala dan badan bayi;
membungkus kepala dan badan bayi kecuali tali pusat.
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu memasang
klem kedua 2 cm dari klem pertama (kearah ibu)
28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan
memotong tali pusat diantara dua klem tersebut.
29. Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau
slimut yang bersih dan kering, menutup bagian kepala, membiarkan tali
pusat terbuka. Jika bayo mengalami sulit bernafas, mengambil tindakan yang
sesuai.
30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk emmeluk
bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu mengehendakinya.
Penanganan plasenta

31. Meletakkan kain yang ebrsih dan keirng. Melakukan palpasi abdomen untuk
menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
32. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik
33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan oksitosin
10 unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah mengaspirasi
terlebih dahulu.

Penanganan tali pusat terkendali (PTT)

34. Memindahkan klem pada tali pusat


35. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat diaras
tulang pubism,d an menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi
kontraksi dan menstabilkan uterus, memegang tali pusat dengan tangan
yang lain
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan kearah
bawah pada tali pusat dengan lembut.
 Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan
cara menekan uterus kearah atas dan belakang (dorsokranial) dengan hati-
hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika palsenta
tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan peneganagna tali pusat dan
menunggu hingga kontraksi berikut mulai.
 Jika uterus terus berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga
untuk melakukan rangsangan puting susu.

Mengeluarkan plasenta

37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu meneran sambil menarik tali pusat
kearah bawah dan kemudian kearah atas, mengikuti kurve jalan lahir sambil
meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar
5-10 menit dari vulva
 Jika plasenta tidak terlepas setelah dilakukan penegangan tali pusat
selama 15 menit:
a. Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM
b. Menilai kandung kemih dan mengkaterterisasi kandung kemih dengan
menggunakan teknik aseptik jika perlu.
c. Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan
d. Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya
e. Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak
kelahiran bayi.
38. Jika plasenta terlihat di inroitus vagina, melnjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan.
 Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar
plasenta hingga selaput ketuban terpilih
 Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut
 Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan desinfektan tingkat
tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengna seksama
 Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau foreps desinfeksi tingkat
tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.

Pemijatan uterus

39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, emlakukan masase
uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan elakukan masase dengan
gerakan melingkar dengan lembuthingga uterus berkontraksi (fundus
menjadi keras)

Menilai perdarahan

40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin
dan selaput ketuban untuk emmastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan
utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus. Jika
uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik
mengambil tindakan yang sesuai.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mebgalami perdarahan aktif.

Melakukan prosedur pasca persalinan

42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik


Mengevaluasi perdarahan vagina

43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan kedalam larutan
klorin 0,5%, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut
dengan air desinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang
bersih dan kering.
44. Menempatkan klem tali pusat desinfeksi tingkat tinggi atau steril atau
mengikatkan tali desinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali
pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45. Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang bersebrangan dengan
simpul mati yang pertama.
46. Melepaskan klem bedah dan meletakkanya kedalam larutan klorin 0,5%
47. Menyelimuti kembali dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan handuk
atau kainnya bersih atau kering
48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI

Evaluasi

49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam


 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan perawatan yang
sesuai untuk menatalaksanakan atonia uteri
 Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan lakukan enjahitan
dengan anastesi lokal dan menggunakan teknik yang sesuai
50. Mengajarkan pada ibu/ keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan
memeriksa kontraksi uterus
51. Mengevaluasi kehilangan darah
52. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam
kedua pasca persalinan.
 Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam
pertama pasca persalinan
 Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
Kebersihan dan keamanan

53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk


dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah
dekontaminasi
54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam tempat sampah yang
sesuai
55. Memebersihkan ibu dengna menggunakan air desinfeksi tngkat tinggi.
Membersihkan cairan ketuban, lendir darah. Membantu memakai pakaian
yang bersih dan keirng
56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu makanan dan minuman yang
diinginkan
57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan laritan
klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih
58. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%, membalikkan
agian dalam keluar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit.
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir

Dokumentasi

60. Melengkapi partograf

L. ALAT
Alat-alatpartus
1. Bak instrument partus set
 Klemkocher 2
 Guntingtalipusat 1
 Gunting episiotomy 1
 Setengahkocher
 Kateterrecktum 1
 Benangtalipusat
2. Bak instrument heating set
 Wald powder 1
 Wald heating 2
 Guntinglurus 1
 Pinsetsirurgis 1
 Pinsetanatomis 1
 Arteriklem
 Cargutcromikuk 0,3
3. Bengkok
4. Baskombesartempatlarutan
DTT 2
5. Baskomkeciltertutup

BahandanObat

1. Kassasteril 4
2. Kasa DTT 3
3. Larutanklorin 0,5% dalambaskom
4. Handscoon 2 pasang
5. Obatuteronika (oksitosindanmetilergonmetrine)
6. Lidokain 1%
7. Disposable 3 cc 1
8. Disposable 5 cc

Perlengkapan

1. Bengkok
2. Baskom
3. Handukbesar 1 dankecil 1
4. Duksegiempat/ kain alas bengkok
5. Celemek
6. Pelindung (tutupkepala, masker, kacamata, sepatu)
7. Pakaianibu (kainpembalut, celanadalam)
8. Selimutbayi
9. Tempatsampah 4

M. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Kala I
1) Nama, Umur, Alamat
2) Gravida dan para
3) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
4) Riwayat ANC
5) Riwayat kehamilan sebelumnya
6) Riwayat medis lainnya seperti hipertensi
7) Riwayat medis saat ini (sakitkepala, pusing, dll)
8) Pomenilai keadaan umum, suasana hati, tingkat kegelisahan, kebersihan,
status gizi, dan kebutuhan cairan tubuh
9) Menilai TTV, untuk akurasi pemeriksaan TD dan nadi menggunakan
diantara dua kontraksi.
10) Pemeriksaan abdomen
11) Menentukan TFU
12) Kontraksi uterus
Palpasi jumlah kontraksi dalam 10 menit, durasi dan lamanya kontraksi
a. Memantau DJJ
b. Menentukan presentasi bokong dan kepala
c. Menentukan penurunan bagian bawah janin
d. Pemeriksaan dalam
1) Nilai pembukaan dan penipisan serviks
2) Nilai penurunan bagian terbawah dan apakah sudah masuk rongga
panggul
3) Jika bagian bawah kepala pastikan petunjuknya
b. Kala II
1. Aktivitas dan istirahat
a. Adanya kelelahan, ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri/relaksasi
b. Letargi
c. Lingkaran hitam dibawah mata
2. Sirkulasi : tekanan darah dapat meningkat 5-10 mmHg diantara kontraksi
3. Integritas ego
a. Respon emosional dapat meningkat
b. Dapat merasa kehilangan control atau kebalikannya seperti klien mengejan
secara aktif
4. Eliminasi
a. Keinginan untuk BAB, disertai tekanan intra abdominal dan tekanan uterus
b. Dapat mengalami raba sfekal saat mengejan
5. Nyeri
a. Dapat meringis selama berkontraksi
b. Melaporkan rasa meregang pada pineum
c. Kaki dapat gemetar saat mendorong
d. Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5-2 menit dan berakhir 60-90 detik
e. Dapat melawan kontraksi
6. Pernafasan : peningkatan frekuensi pernapasan
7. Keamanan
a. Diaforesi sering terjadi
b. Bradikardi janin dapat terjadi selama kontraksi
8. Seksualitas
a. Serviks dilatasi penuh (10cm) dan menonjol 100%
b. Peningkatan penampakan perdarahan vagina
c. Penonjolan rectal/perineal dengan turunnya janin
d. Membrane mungkin rupturp ada saa tini
e. Peningkatan pengeluaran ammonium selama kontraksi

c. Kala III
1. Aktivitas/istirahat
Perilaku dapat direntang dari senang sampi keletihan
2. Sirkulasi
a. Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat kemudian
kembali ketingkat normal dengan cepat
b. Hipotensi dapat terjadi sebagai respon terhadap analgetik dan anestesi
c. Frekuensi nadi lambat dan respon terhadap perubahan jantung
3. Makanan/cairan : kehilangan darah normal 200-300 ml
4. Nyeri/ketidaknyamanan :inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir
menentukan adanya robekan atau laserasi. Perluasan episiotomy jalan lahir
mungkin ada.
5. Seksualitas :darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta
lepas dari endometrium, biasanya dalam 1-5 menit setelah melahirkan bayi.
Tali pusat memanjang pada muara vagina. Uterus berubah dari discoid
menjadi bentuk globular.
6. Pemeriksaan fisik
a. Kondisi umum ibu : TTV, status mental klien
b. Inspeksi : perdarahan aktif dan terus menerus sebelum dan sesudah
melahirkan plasenta
c. Palpasi: tinggi fundus uteri dan konsistensinya baik sebelum atau
sesudah pengeuaran plasenta.

d. Kala IV
1. Aktivitas dan istirahat
Pasien tampak berenergi/keletihan dan mengantuk
2. Sirkulasi
a. Nadi biasanya lambat (50-70x/menit)
b. Tekanan darah bervariasi
c. Edema : bila ada mungkin dependen (missal : pada ekstremitas bawah)
atau dapat juga pada ekstremitas atas dan wajah
3. Integritas ego
a. Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah ubah
b. Dapat mengekspresikan masalah atau meminta maaf untuk perilaku inter
partum atau kehiangan control
4. Eliminasi
a. Hemoroid sering ada dan menonjol
b. Kandung kemih mungkin teraba diatas simpisis pubis
c. Diuresis dapat terjadi bila tekanan bagian presentasi menghambat aliran
urinarius.
5. Makanan/cairan : dapat mengeluh haus, lapar, dan mual
6. Neurosensori : hiperfelksia mungkin terjadi
7. Nyeri/ketidaknyamanan
8. Keamanan
a. Pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit
b. Perbaikan episiotomy utuh dengan tepi jaringan merapat
9. Seksualitas
a. Fundus keras berkontraks, pada garis tengah dan terletak setinggi
umbilicus
b. Lochea jumlah sedang, drainase vagina
c. Payudara lunak dan putting tegang
10. Catat obat yang diberikan termasuk waktu dan jumlah
11. Pemeriksaan diagnostik :Hb/Ht, jumalh darah lengkap, urinalisis,
pemeriksaan lain mungkin dilakukan sesuai indikasi dan temuan fisik.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Kala I
Nyeri akut b/d tekanan mekanik pada bagian presentasi, dilatasi/ peregangan
jaringan, kompresi saraf dan pola kontraksi dengan pengungkapan nyeri,
gelisah, wajah menahan nyeri dan penyempitan fokus.
a. Kala II
Nyeri b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, episiotomi)
b. Kala III
Risiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan, perdarahan,
diuresis; keringat yang berlebihan.
c. Kala IV
Risiko infeksi terhadap maternal b/d prosedur invasif berulang, trauma
jaringan, pemajangan terhadap patogen, persalinan lama atau pecah ketuban
3. Intervensi
Diagnosa
No Tujuan dan KH Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan askep 1. Identifikasi derajat 1. Mengklarifikasi kebutuhan
tekanan selama 1x30 menit ketidaknyamanan dan memungkinkan intervensi yang
mekanik pada diharapkan nyeri akut sumbernya tepat
bagian berkurang yang ditandai 2. Pantau dan catat aktifitas 2. Membantu mengidentifikasi pola
presentasi, dengan: uterus pada setiap kontraksi abnormal sehingga
dilatasi/ 1. Mengungkapkan kontraksi memungkinkan pengkajian dan
peregangan penurunan nyeri 3. Berikan informasi dan intervensi segera
jaringan, 2. Menggunakan tekinik dukungan yang 3. Supaya klien tetap mendapatkan
kompresi saraf yang tepat untuk berhubungan dengan informasi sehingga mendukung
dan pola mempertahankan kontrol kemajuan persalinan upaya-upaya yang dilakukan
kontraksi istirahat diantara waktu 4. Bantu klien posisi optimal 4. Posisi yang tepat akan
dengan kontraksi 5. Bantu klien untuk mengoptimalkan upaya
pengungkapan mengatur pola nafas mengejan, memudahkan
nyeri, gelisah, kemajuan persalinan dan
wajah menahan menurunkan ketidaknyamanan
nyeri dan 5. Membantu menurunkan ersepsi
penyempitan nyeri dalam korteks selebral
fokus.

2 Nyeri b/d agen Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji ulang skala nyeri 1. Mengidentifikasi kebutuhan dan
injuri fisik keperawatan selama 1x30 2. Anjurkan ibu agar intervensi yang tepat
(trauma jalan menit diharapkan nyeri menggunakan teknik 2. Untuk mengalihkan perhatian ibu
lahir, berkurang dengan KH: relaksasi dan distraksi rasa dan rasa nyeri yang dirasakan
episiotomi) 1. Skala nyeri 0-1, ibu nyeri 3. Memperlancar pengeluaran
mengatakan nyerinya 3. Motivasi untuk mobilisasi lochea, mempercepat involusi
berkurang sampai hilang sesuai indikasi dan mengurangi nyeri secara
2. Tidak merasakan saat 4. Berikan kompres hangat bertahap
mobilisasi 5. Kolaborasi pemberian 4. Meningkatkan sirkulasi pada
3. TTV dalam batas normal analgetik perineum
TD:120/80 mmHg 5. Melonggarkan sistem saraf
N: 80 x/menit perifer sehingga rasa nyeri
S: 36’50C – 37’50C berkurang.
RR: 18-20 x/menit
3 Risiko defisit Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau TTV setiap 4 jam, 1. Mengidentifikasikan
volume cairan keperawatan selama 1x30 warna urine, status umum penyimpangan indikasi
b/d pengeluaran menit diharapkan klien dapat 2. Pantau cairan masuk dan kemajuan/ penyimpangan dari
yang berlebihan, mendemonstrasikan status cairan keluar setiap 2 jam hasil yang diharapkan
perdarahan, cairan membaik dengan KH: 3. Beritahu dokter bila 2. Mengidentifikasi keseimbangan
diuresis; 1. Tidak ada manifestasi haluaran urine cairan pasien secara adekuat dan
keringat yang dehidrasi <30ml/jam,haus, teratur
berlebihan. 2. Resolusi oedema takikardia, gelisah, TD 3. Temuan temuan ini menandakan
3. Haluaran urine diatas 30 dibawah normal, urine hipovolemia dan perlunya
ml/jam gelap peningkatan cairan
4. Kulit kenyal/ turgor kulit 4. Konsultasi dokter bila 4. Mencegah pasien jatuh kedalam
baik manifestasi kelebihan kondisi kelebihan cairan yang
cairan terjadi beresiko terjadinya oedem.
4 Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan perawta perineal 1. Membantu meningkatkan
terhadap asuhan keperawtan selama 1 setiap 4 jam dengan kebersihan, mencegah terjadinya
maternal b/d x 30 menit diaharapkan menggunakan asepsis infeksi virus
prosedur invasif pasien tidak terjadi infeksi media. Singkirkan 2. Membantu meningkatkan
berulang, dengan KH: kontaminan fekal yang kebersihan, mencegah terjadinya
trauma jaringan, 1. Tidak terjadi tanda-tanda dikeluarkan infeki uterus
pemajangan infeksi baik lokal maupun 2. Lakukan pemeriksaan 3. Pemeriksaan vagina berulag
terhadap sistemik vagina hanya bila sangat meningkatkan infeksi
patogen, perlu denga menggunakan endometrial
persalinan lama teknik aseptik 4. Peningkatan suhu atau nadi
atau pecah 3. Pantau suhu & nadi menandakan infeksi
ketuban 4. Gunakan asepsis bedah 5. Menurunkan risiko kontaminasi
pada persiapan peralatan 6. Untuk profilaksis
5. Berikan antibiotik sesuai 7. Mencegah ineksi pascapartum
indikasi dan endometriosis
6. Berikan kondisi aseptik
untuk kelahiran
DAFTAR PUSTAKA

Asrinah,et al. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Bobak, dkk. 2008, Buku Ajar KeperawatanMaternitasEdisi 4. Jakarta: EGC

Depkes.2008. Pelatihan Klini Asuhan Persalinan Normal. Jakarta. USAID

Estiwidani Dwana, DKK. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta. Fitramaya

Mufdilan dan Hidayat. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta. Mitra Cendikta.

Waspodo, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai