PENDAHULUAN
1
2
meningkat yaitu 15,99 (tahun 2000); 21,66 (tahun 2001); 19,24 (tahun 2002);
dan 23,87 (tahun 2003).
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi atelektasis.
2. Mengetahui anatomi fisiologi saluran nafas.
3. Mengetahui macam-macam atelektasis.
4. Mengetahui etiologiatelektasis.
5. Mengetahui patofisiologiatelektasis.
6. Mengetahui gejala atelektasis.
7. Mengetahui gambaran radiologisatelektasis.
8. Mengetahui cara pencegahan dan pengobatan atelektasis.
9. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan atelektasis.
3
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
2.4 Etiologi
Etiologi terbanyak dari atelektasis adalah terbagi dua yaitu intrinsik
dan ekstrinsik.
Etiologi intrinsik atelektasis adalah sebagai berikut :
Bronkus yang tersumbat, penyumbatan bias berasal di dalam bronkus
seperti tumor bronkus, benda asing, cairansekresi yang massif. Dan
penyumbatanbronkus akibat panekanan dari luar bronkus seperti
tumor sekitar bronkus, kelenjar yang membesar.
Peradangan intraluminar airway menyebabkan penumpukan sekret
yang berupa mukus.
Tekanan ekstra pulmonary, biasanya diakibatkan oleh pneumothorah,
cairan pleura, peninggian diafragma, herniasi alat perut ke dalam
rongga thorak, tumor thorak seperti tumor mediastinum.
Paralisis atau paresis gerakan pernapasan, akan menyebabkan
perkembangan paru yang tidak sempurna, misalkan pada kasus
poliomyelitis dan kelainan neurologis lainnya. Gerak napas yang
terganggu akan mempengaruhi lelancaran pengeluaran sekretbronkus
dan ini akan menyebabkan penyumbatanbronkus yang berakhir
dengan memperberat keadaan atelektasis.
Hambatan gerak pernapasan oleh kelainan pleura atau trauma thorak
yang menahan rasa sakit, keadaan ini juga akan menghambat
9
2.5 Patofisiologi
Setelah penyumbatan bronchial yang terjadi secara mendadak
sirkulasi darah periferakan diserap oleh udara dari alveoli, yang akan
menyebabkan terjadinya kegagalan pernapasan dan penarikan kembali paru-
paru dalam beberapa menit, hal ini tanpa desebabkan adanya infeksi. Paru-
paru akan menyusut secara komplek. Dalam tingkat awal, perfusi darah paru-
paru akan kekurangan udara yang menyebabkan hipoksemi arterial. Jika
kapiler dan jaringan hipoksia mengakibatkan timbulnya transudat berupa gas
dan cairan serta udem paru.Pengeluaran transudat dari alveoli dan sel
merupakan pencegahan komplitkolaps dari atelektasis paru. Daerah sekitar
paru-paru yang mengalami udemkompensata sebagian akan kehilangan
volume. Bagaimanapun juga pada kasus kolaps yang luas diafragma
mengalami paninggian, dinding dada nyeri dan hal ini akan mempengaruhi
perubahan letak hati dan mediastinum.
Sesak yang disebabkan merupakan variasi perubahan stimulus pusat
respirasi dan kortekserebral.Stimulus berasal dari kemoreseptor di mana
terdapat daerah atelektasis yang luas yang menyebabkan tekanan O2 kurang
atau berasal dari paru-paru dan otot pernapasan, dimana paru-paru
kekurangan oksigen tidak terpenuhi dan penambahan kerja
pernapasan.Kiranya aliran darah pada daerah yang mengalami atelektasis
10
2.6 Gejala
Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan
sesak nafas yang ringan. Penderita sindromalobusmedialis mungkin tidak
mengalami gejala sama sekali, walaupun banyak yang menderita batuk-batuk
pendek.
Gejalanya bisa berupa:
gangguan pernafasan
nyeri dada
batuk
Jika disertai infeksi, bisa terjadi demam dan peningkatan denyut
jantung, kadang-kadang sampai terjadi syok (tekanan darah sangat rendah).
Gejala klinis sangat bervariasi, tergantung pada sebab dan luasnya
atelektasis.Pada umumnya atelektasis yang terjadi pada penyakit tuberculosis,
limfoma, neoplasma, asma dan penyakit yang disebabkan infeksi misalnya
bronchitis, bronkopmeumonia, dan pain-lain jarang menimbulkan gejala
klinis yang jelas, kecuali jika ada obstruksi pada bronkus utama. Jika daerah
atelektsis itu luas dan terjadi sangat cepat akan terjadi dipsneu dengan pola
pernapasan yang cepat dan dangkal, takikardi dan sering sianosis, temperatur
yang tinggi, dan jika berlanjut akan menyebabkan penurunan kesadaran atau
syok. Pada perkusiredup dan mungkin pula normal bila terjadi emfisema
kompensasi. Pada atelektasis yang luas, atelektasis yang melibatkan lebih dari
satu lobus, bising nafas akanmelemah atau sama sekali tidak terdengar,
biasanya didapatkan adanya perbedaan gerak dinding thorak, gerak sela iga
dan diafragma. Pada perkusi mungkin batas jantung dan mediastinum akan
bergeser, letak diafragma mungkin meninggi.
belah itu, dengan jantung dan trakhea beranjak ke jurusan itu dan diafragma
terangkat. Bilamana hanya satu lobus yang atelaktasis disebabkan oleh
penyumbatanbronkhial, mungkin kelihatan dua kelainan yang karakteristik.
Kelainan pertama adalah suatu bayangan yang homogen daripada lobus yang
kempis itu sendiri, yang akan menempati ruangan yang lebih kecil daripada
bilamana ia berkembang sama sekali.
Suatu lobus kanan atas yang kempis akan kelihatan sebagai suatu
daerah yang opak pada puncak, dengan batas tegas yang bersifat konkaf di
bawahnya di dekat klavikula yaitu yang diakibatkan oleh fisurahorizontalis
yang terangkat.
Lobus kiri atas bilamana kempis biasanya mencakup lingula, dan
bayangan yang diakibatkannya adalah lebih tidak tegas tanpa batas bawah
yang tegas. Akan tetapi pada proyeksi lateral akan kelihatan suatu bayangan
berbentuk lidah dengan puncaknya dekat diafragma; di sebelah anterior, ini
mungkin sampai kepada sternum, atau mungkin dipisahkan oleh suatu daerah
yang translusen yang disebabkan oleh paru-paru kanan yang menyelip
diantaranya dan sternum di sebelah posterior bayangan itu mempunyai batas
yang tegas dengan batas konkaf yang disebabkan oleh fisura besar yang
terdesak ke depan.
Suatu lobus tengah akan menyebabkan suatu bayangan yang sangat
tidak tegas pada proyeksi anterior, akan tetapi mungkin mengaburkan batas
daripada jantung kanan, pada proyeksi lateral ia akan kelihatan sebagai suatu
bayangan berbentuk pita yang membujur dari hilus ke angulussterno-
diafragmatikus. Batas atasnya yang tegas dibentuk oleh fisurahorizontalis
yang terdekat, sedangkan batas belakangnya yang konkaf oleh fisura mayor
yang terdesak ke depan.
Lobus bawah yang kempis menyebabkan suatu bayangan berbentuk
segitiga, dengan batas lateral yang tegas yang membujur ke bawah dan keluar
dari daerah hilus ke diafragma. Oleh karena ia biasanya terletak di belakang
bayangan jantung, ia hanya dapat dilihat bilamana radiograf adalah baik. Pada
proyeksi lateral bayangan mungkin kabur sekali, akan tetapi biasanya
kehadirannya memberikan tiga gambar; vertebrae torakalis di sebelah bawah
12
kecuali jika nfeksi kronis dan melibatkan bagian paru yang sehat atau
sudah terjadi bronliektasis pada daerah yang cukup luas
2.9.3 Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan Hasil yang diharapkan Intervensi Rasional
1 Pola nafas tidak efektif Pola nafas kembali efektif 1. Lakukan pengkajian tiap 4 1. Evaluasi dan reassessment
berhubungan dengan ditandai dengan : jam terhadap RR, S, dan terhadap tindakan yang
produk mucus berlebihan - Suara nafas paru bersih dan tanda-tanda keefektifan jalan akan/telah diberikan
dan kental, batuk tidak sama pada kedua sisi napas 2. Mengeluarkan sekresi jalan
efektif. - Suhu tubuh dalam batas 2. Lakukan Phisioterapi dada nafas, mencegah obstruksi
36,5 – 37,2OC secara terjadwal 3. Meningkatkan suplai
- Laju nafas dalam rentang 3. Berikan Oksigen lembab, kaji oksigen jaringan paru
normal keefektifan terapi 4. Pemberantasan kuman
- Tidak terdapat batuk, 4. Berikan antibiotik dan sebagai faktor causa
cyanosisi, haluaran hidung, antipiretik sesuai order, kaji gangguan
retraksi dan diaphoresis keefektifan dan efek samping
(ruam, diare) 1. Evaluasi terhadap
5. Lakukan pengecekan hitung keefektifan sirkulasi
SDM dan photo thoraks oksigen, evaluasi kondisi
jaringan paru
1. Lakukan suction secara 2. Membantu pembersihan
bertahap jalan nafas
2. Catat hasil pulse oximeter bila 3. Evaluasi berkala
terpasang, tiap 2 – 4 jam keberhasilan
terapi/tindakan tim
kesehatan
2 Gangguan pertukaran Gas - Menunjukkan perbaikan 1. Kaji frekuensi, kedalaman, 1. Manifestasi distress
berhubungan dengan ventilasi dan oksigenasi dan kemudahan bernafas. pernafasan tergantung
penurunan volume paru jaringan dengan GDA 1. Observasi warna kulit, pada/indikasi derajat
dalam rentang normal dan membrane mukosa, dan kuku, keterlibatan paru dan status
tak ada gejala catat adanya sianosisperifer kesehatan umum.
distrespernafasan. (kuku) atau sianosis sentral 2. Sianosis kuku
- Mampu berpartisipasi (sirkumolar) menunjukkan
19
Oksigen diberikan
dengan metode yang
memberikan
pengiriman tepat dalam
toleransi pasien.
- Mengevaluasi proses
penyakit dan
memudahkan terapi
paru.
3. Intolernsi aktifitas - Terpenuhinya aktivitas 1. Evaluasi respon pasien saat 1. Mengetahui sejauh mana
berhubungan dengan secara optimal, pasien beraktivitas, catat keluhan dan kemampuan pasien dalam
keadaan tubuh yang kelihatan segar dan pasien tingkat aktivitas serta adanya melakukan aktivitas.
lemah (kelelahan) mampu melakukan perubahan tanda-tanda vital. 2. Memacu pasien untuk
sekunder terhadap personal hygiene yang baik 2. Bantu Px memenuhi berlatih secara aktif dan
peningkatan upaya kebutuhannya. mandiri.
pernapasan 3. AwasiPx saat melakukan 3. Memberi pendidikan pada
aktivitas Px dan keluarga dalam
4. Libatkan keluarga dalam perawatan selanjutnya.
perawatan pasien. 4. Kelemahan suatu tanda Px
belum mampu beraktivitas
secara penuh.
5. Istirahat perlu untuk
menurunkan kebutuhan
metabolisme.
secara bertahap.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat
pernafasan yang sangat dangkal.
Penyebab dari atelektasis bisa bersifat obstruktif maupun non-
obstruktif.Penyebab obstruktif bisa berasal dari dalam saluran pernafasan
maupun dari luar saluran pernafasan.Sedangkan penyebab non-obstruktif bisa
disebabkan oleh adanya kompresi jaringan paru atau pengembangan alveoli
yang tidak sempurna dan akhirnya mengalami kolaps.
Diagnosa atelektasis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan hasil
pemeriksaan fisis. Secara radiografakan menunjukkan suatu bayangan yang
homogen dengan tanda pengempisanlobus.
3.2 SARAN
Dengan dibuatnya makalah Atelektasis ini, diharapkan nantinya akan
memberikan manfaat bagi para pembaca terutama pemahaman yang
berhubungan dengan bagaimana melakukan sebuah proses asuhan
keperawatan terutama pada pasien yang mengalami gangguan atelektasis.
Namun penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu saran maupun kritik yang bersifat membangun
sangat kami harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah ini, dengan
demikian penulisan makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis atau pihak lain
yang membutuhkannya.
21
23
DAFTAR PUSTAKA
Palmer, P.E.S. Petunjuk Membaca Foto Untuk Doker Umum. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2011 : 45-50