Anda di halaman 1dari 14

KASUS DILEMA ETIK ABORSI

DISUSUN OLEH :

Esty Wahyuningsih (P16184)


Fernanda Tresha Safitri (P16185)
Fransisca Julia Kristiani (P16186)
Hajariyah Kusumawardhani (P16187)
Hidhayati Arifiyani (P16188)
Ika Apriyani (P16189)
Indah Yuliana (P16190)
Irfan Nugroho Saputro (P16191)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA


HUSADA SURAKARTA
2016/2017

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirrobbil’aalamiin, puji dan syukur kami panjatkan


Kehadirat Allah SWT berkat rahmat serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
salah satu tugas pada mata kuliahEtikaKeperawatan ini.
Makalah ini berisikan tentang dilemma etik. Selain itu didalamnya juga
terdapat contoh kasus dilemma etik keperawatan beserta dengan cara
penyelesainnya.
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari adanya dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. JokoKismantoS.Kep.NsselakuDosenPengampumatakuliahEtikaKepera
watan
2. Teman-temankelas 1 D DIII KeperawatanStikesKusumaHusada
Surakarta.
yang telah banyak memberikan masukan dan diskusi-diskusi yang sangat
membantudalam penyusunan makalah ini. Makalahini masih jauh dari sempurna,
untuk itu saran dan masukan yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan
baik dari segi isi materi maupun sistematika penulisannya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Surakarta, 29 Mei 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ........................................................................ 1
B. TUJUAN ............................................................................................. 1
BAB II KAJIAN TEORI .............................................................................. 2
A. Pengertian ............................................................................................ 2
BAB III KASUS ............................................................................................ 5
BAB IV PEMBAHASAN KASUS ................................................................ 6
A. Pengertian Dilema Etik ....................................................................... 6
B. Penyelesaian Prinsip-prinsip Moral ..................................................... 6
C. Penyelesaian Dengan Pemecahan Masalah ......................................... 8
D. Bagaiman Tertanggung Gugat Sebagai Perawat ................................. 9
BAB V PENTUP............................................................................................. 10
A. Kesimpulan ......................................................................................... 10
B. Saran .................................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Abortus telah menjadi salah satu masalah etika. Berbagai pendapat baik
yang pro maupun kontra. Abortus secara umum dapat diartiakan sebagai
penghentian kehamilan secara spontan. Pihak yang pro mengatakan bahwa
aborsi adalah mengakhiri atau menghentikan kehamilan yang tidak
diinginkan, sedangkan pihak antiaborsi cenderung mengartikan aborsi sebagai
membunuh manusia yang tidak bersalah.
Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau
pengguguran janin termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah “Abortus
Provocatus Criminalis” . Abortus provocatus adalah istilah Latin yang secara
resmi dipakai dalam kalangan kedokteran dan hukum. Maksudnya adalah
dengan sengaja mengakhiri kehidupan kandungan dalam rahim seseorang
perempuan hamil. Karena itu abortus provocatus harus dibedakan dengan
abortus spontaneus, dimana kandungan seorang perempuan hamil dengan
spontan gugur. Jadi perlu dibedakan antara “ abortus yang disengaja” dan
“abortus spontan”.

B. Tujuan
Tujuan Umum
1. Agar mahasiswa dapat menjelaskan tentang Aborsi.
2. Agar mahasiswa dapat mengantisipasi hal tersebut agar tidak melanggar
Etika Kebidanan.
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian Abortus.
2. Untuk mengetahui jenis Abortus secara medis.
3. Untuk mengetahui dilema etik tentang Abortus.

1
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian
Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa makna Aborsi
adalah pengguguran. Aborsi ini dibagi menjadi dua :
Aborsi Kriminalitas adalah aborsi yang dilakukan dengan sengaja
karena suatu alasan dan bertentangan dengan undang-undang yang berlaku.
Aborsi Legal, yaitu Aborsi yang dilaksanakan dengan sepengetahuan pihak
yang berwenang.
Menurut medis Aborsi dibagi menjadi dua juga :
1. Aborsi spontan ( Abortus Spontaneus ), yaitu aborsi secara secara tidak
sengaja dan berlangsung alami tanpa ada kehendak dari pihak-pihak
tertentu. Masyarakat mengenalnya dengan istilah keguguran.
2. Aborsi buatan ( Aborsi Provocatus ), yaitu aborsi yang dilakukan secara
sengaja dengan tujuan tertentu. Aborsi Provocatus ini dibagi menjadi
dua :
a. Jika bertujuan untuk kepentingan medis dan terapi serta pengobatan,
maka disebut dengan Abortus Profocatus Therapeuticum
b. Jika dilakukan karena alasan yang bukan medis dan melanggar
hukum yang berlak, maka disebut Abortus Profocatus Criminalis
Yang dimaksud dengan Aborsi dalam pembahasan ini adalah :
menggugurkan secara paksa janin yang belum sempurna penciptaannya atas
permintaan atau kerelaan ibu yang mengandungnya .

Menurut Pandangan Islam


Membicarakan aborsi sebenarnya membicarakan perempuan. Hal ini
dapat dibenarkan karena perempuan dipandang sebagai pelaku aborsi, yang
secara faktual ini benar-benar terjadi dan ada di masyarakat. Aborsi yang
dilakukan oleh perempuan sebenarnya beresiko tinggi terhadap kesehatan
dan keselamatan jiwanya, namun tetap menjadi pilihan mereka dengan

2
3

alasan aborsi merupakan hak reproduksi atau bentuk otonomi perempuan


atas tubuhnya. Dalam pandangan hukum Islam aborsi hukumnya haram.
Seluruh ulama sepakat bahwa aborsi setelah kehamilan melewati masa 120
hari adalah haram, karena pada saat itu janin telah bernyawa. Boleh
dilakukan jika kondisi darurat, seperti apabila membahayakan jiwa si ibu.
Sedangkan aborsi pada usia kehamilan di bawah 40 hari hukumnya makruh.
Inipun dengan syarat adanya keridhaan dari suami dan istri serta adanya
rekomendasi dari dua orang dokter spesialis bahwa aborsi itu tidak
menyebabkan kemudharatan bagi si ibu. Namun penulis sependapat dengan
Imam Ghozali yang menyatakan bahwa aborsi adalah tindakan pidana yang
haram tanpa melihat apakah sudah ada ruh atau belum, dengan argumen
bahwa kehidupan telah dimulai sejak pertemuan antara air sperma dengan
ovum di dalam rahim perempuan.

Aborsi Menurut Pandangan Hukum


Pasal 347 KUHP :
Ayat (1) : Sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuan, pidana penjara 12 tahun
Ayatt (2) : Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
pidana penjara 15 tahun
Pasal 348 KUHP :
Ayat (1) : Sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita dengan persetujuannya, pidana penjara 5 tahun
Ayat (2) : Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita
tersebut, pidana 7 tahun
Pasal 349 KUHP :
“Apabila tindakan pengguguran kandungan sesuai pasal 346. 347 dan
348 dilakukan oleh dokter, bidan atau juru obat maka pidananya
diperberat dengan ditambah 1/3 dan dapat dicabut hak profesinya”
4

Pasal 299 KUHP :


Ayat (1) : Sengaja mengobati seorang perempuan atau mengerjakan
sesuatu perbuatan terhadap seorang perempuan dengan
memberitahukan atau menimbulkan pengharapan, bahwa oleh karena
itu dapt gugur kandungannya dihukum penjara selama-lamanya 4
(empat) tahun.
Ayat (2) : Kalau Si tersalah melakukan pekerjaan itu karena
mengharapkan keuntungan dan menjadi kebiasaan dan dilakukan oleh
tabib, bidan atau tukang pembuat obat maka hukumannya dpt ditambah
1/3nya.
BAB III
KASUS

Seorang Ny.X yang sedang hamil muda tetapi mempunyai penyakit


jantung kronik yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang
dikandungnya.Ketika dia datang memeriksakan dirinya pada seorang Dokter.
Dokter pun sepakat kalau janin tersebut tetap dipertahankan menurut dugaan kuat
atau hampir bisa dipastikan nyawa ibu tidak akan selamat atau mati. Dalam
kondisi seperti ini, kehamilannya boleh dihentikan dengan cara menggugurkan
kandungannya. Di gugurkan jika janin tersebut belum berusia enam bulan,tetapi
kalau janin tersebut tetap dipertahankan dalam rahim ibunya, maka nyawa ibu
tersebut akan terancam. Di samping itu, jika janin tersebut tidak digugurkan
ibunya akan meninggal, janinnya pun sama padahal dengan janin tersebut, nyawa
ibunya akan tertolong. Hal ini dilakukan untuk menyembuhkan dan
menyelamatkan nyawa ibunya. Sang calon ibu pun sangat takut dan bersedih
dengan masalah yang dia alami. Tetapi ini semua sudah atas pertimbangan medis
yang matang dan tidak ada jalan keluar lain lagi. Secara medis, penghentian
kehamilan tersebut bertujuan untuk menyelamatkan nyawa ibu tersebut.
Sementara menurut hukum agama sendiri, hal ini sangat bertentangan.
Menggugurkan kandungan sama dengan membunuh jiwa.Secara umum pun
pengguguran kandungan tersebut dinyatakan dalam konteks pembunuhan atau
penyerangan terhadap janin.

5
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

A. Pengertian Dilema Etik


Dilema Etik adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan
mengenai perilaku yang layak harus dibuat.(Arens dan Loebbecke, 1991:77).
Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan untuk menghadapi dilema etik
tersebut.Enam pendekatan dapat dilakukan orang yang sedang menghadapi
dilema tersebut yaitu :
1. Mendapatkan fakta-fakta yang relevan
2. Menentukan isu-isu etika dari fakta
3. Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang di pengaruhi
dilema
4. Menentukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilema
5. Menentukan konsekuensi yang mungkin dari setiap alternatif
6. Menetapkan tindakan yang tepat

B. Penyelesaian Prinsip-prinsip Moral


1. Menghargai Otonomi (Facilitate Autonomy)
a. Adalah Suatu bentuk hak individu dalam mengatur kegiatan/prilaku
dan tujuan hidup individu.Kebebasan dalam memilih atau menerima
suatu tanggung jawab
b. Contoh dalam kasus : pasien berhak memilih antara menggugurkan
janinya atau mempertahankan janinya.
2. Kebebasan (Freedom)
a. Adalah Prilaku tanpa tekanan dari luar, memutuskan sesuatu tanpa
tekanan atau paksaan pihak lain (Facione et all, 1991).Bahwa
siapapun bebas menentukan pilihan yang menurut pandangannya
sesuatu yang terbaik.
b. Contoh dalam kasus : pasien berhak untuk menolak ajakan dokter atau
tim medis untuk menggugurkan janinya.

6
7

3. Kebenaran (Veracity)
a. Adalah Melakukan kegiatan/tindakan sesuai dengan nilai-nilai moral
dan etika yang tidak bertentangan (tepat, lengkap).
b. Contoh dalam kasus : melakukan tindakan aborsi sesuai dengan SOP
4. Keadilan (Justice)
a. Adalah hak setiap orang untuk diperlakukan sama (facione et all, 1991).
Merupakan suatu prinsip moral untuk berlaku adil bagi semua individu.
Artinya individu mendapat tindakan yang sama mempunyai kontribusi
yang relative sama untuk kebaikan kehidupan seseorang.
b. Contoh dalam kasus : tidak membeda-bedakan pasien yang di bangsal
biasa maupun VIP
5. Tidak Membahayakan (Nonmaleficience)
a. Adalah tindakan/ prilaku yang tidak menyebabkan kecelakaan atau
membahayakan orang lain.(Aiken, 2003).
b. Contoh dalam kasus : melakukan aborsi tanpa membahayakan nyawa
klien.
6. Kemurahan hati (Beneficience)
a. Adalah menyeimbangkan hal-hal yang menguntungkan dan merugikan /
membahayakan dari tindakan yang dilakukan. Melakukan hal-hal yang
baik untuk orang lain.
b. Contoh dalam kasus : perawat harus memperlakukan pasien dengan
baik dan benar
7. Kesetiaan (Fedelity)
a. Adalah memenuhi kewajiban dan tugas dengan penuh kepercayaan dan
tanggung jawab, memenuhi janji-janji.Tanggung jawab dalam konteks
hubungan perawat-pasien
b. Contoh dalam kasus : perawat harus menepati janji
8

8. Kerahasiaan (Confidentiality)
a. Adalah melindungi informasi yang bersifat pribadi, prinsip bahwwa
perawat menghargai semua informsi tentang pasien dan perawat
menyadari bahwa pasien mempunyai hak istimewa dan semua yang
berhubungan dengan informasi pasien tidak untuk disebarluaskan
secara tidak tepat (Aiken, 2003).
b. Contoh dalam kasus : perawat tidak boleh membicarakan tentang
kerahasiaan atau privasi pada pasien yang melakukan aborsi .

C. Penyelesaian dengan Pemecahan Masalah


Menurut Medis ,jika janin tersebut tidak digugurkan ibunya akan
meninggal dan janinya pun sama, padahal dengan menghentikan janinya
tersebut nyawa ibunya akan tertolong.
Menurut hukum agama, Hal ini sangat bertentangan menggurkan
kandungan sama dengan membunuh jiwa.
Cara Penyelesaian Menurut Model Murphy dan Murphy :
a. Mengidentifikasi Masalah Kesehatan : Permasalahan dilakukan aborsi
Karena Pasien saat Kondisi Hamil ,Pasien tersebut mempunyai penyakit
Jantung Koroner. Apabila Janin tersebut tidak diaborsi akan
membahayakan janin dan nyawa pasien.
b. Mengidentifikasi Masalah Etik : Bimbang akan melakukan Aborsi atau
tidak
c. Siapa yang terlihat dalam pengambilan keputusan :
Dokter,Perawat,Pasien,Keluarga dan TIM Medis .
d. Mengientifikasi Peran Perawat : Perawat disini berperan dalam edukasi
yaitu memberi motivasi dan saran agar melakukan aborsi untuk keadaanya
supaya lebih membaik.
e. Mempertimbangkan berbagai alternatif yang mungkin dilaksanakan :
Menganjurkan untuk Aborsi
f. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi keputusan untuk setiap
alternatif : Apabila dilakukan Aborsi kemungkinan aka n kehilangan
9

janinya, dan apabila tidak dilakukan aborsi akan membahayakan nyawa


janin dan nyawa ibunya.
g. Memberi Keputusan : Melakukan Tindakan Aborsi
h. Mempertimbangkan bagaimana keputusan tersebut hingga sesuai dengan
falsafah umum untuk keperawatan klien : Perawat Meyakinkan Agar
pasien tidak ragu dalam melakukan aborsi untuk keselamatan Nyawa
pasien.
i. Analisasi situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan
mengunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan
berikutnya : Pasien Telah memberikan keputusan bersedia dilakukanya
aborsi, sehingga pihak perawat memberikan surat persetujuan untuk
melakukan tindakan yang lebih lanjut.
Penyelesaian
Dalam kasus aborsi tersebut, aborsi dapat dilakukan jika
membahayakan nyawa ibunya. Yang dinyatakan dalam UU Kesehatan
nomor 36 tahun 2009 tentang aborsi. Bahwa, tenaga medis diperbolehkan
untuk melakukan aborsi legal pada perempuan hamil karena alasan medis
dengan persetujuan perempuan yang bersangkutan disertai suami dan
keluarga.

D. Bagaimana tertanggung Gugat sebagai perawat


Sebagai Tenaga Perawat seorang perawat harus mempunyai tanggung
gugat terhadap pasien. Perawat melakukan peranya sebagai
advokasi,edukasi,dan kolaborasi. Kita sebagai seorang perawat harus
melindungi hak-hak pasien dan memberikan sebuah motivasi agar pasien
tidak larut dalam kesedihann yang telah kehilangan janinya, dan memberitahu
pasien dampak buruknya apabila tidak dilakukan aborsi. Dan perawat
melakukan tindakan aborsi dengan persetujuan keluarga yang bersangkutan
dan TIM Medis Lainya.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jika janin tersebut belum berusia enam bulan, tetapi kalau janin
tersebut tetap dipertahankan dalam rahim ibunya, maka nyawa ibunya akan
terancam. Dokter pun sepakat, kalau janin tersebut tetap dipertahankan
menurut dugaan kuat atau hampir bisa dipastikan nyawa ibunya tidak akan
selamat, atau mati. Dalam kondisi seperti ini, kehamilannya boleh
dihentikan, dengan cara menggugurkan kandungannya, yang dilakukan
untuk menyembuhkan dan menyelamatkan nyawa ibunya. Alasannya,
karena Rasulullah saw. memerintahkan berobat dan mencari kesembuhan.
Di samping itu, jika janin tersebut tidak digugurkan, ibunya akan
meninggal, janinnya pun sama, padahal dengan janin tersebut digugurkan,
nyawa ibunya akan tertolong, sementara menyelamatkan nyawa ( kehidupan
) tersebut diperintahkan oleh Islam.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih terdapat
banyak kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu, kami senantiasa menerima
saran dan kritik yang sifatnya membangun

10
11

DAFTAR PUSTAKA

Potter dan Perry, 2005. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktek.
Jakarta: EGC.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (1999, 2000). Kode Etik Keperawatan,


lambing

K. Bertens, Aborsi sebagai Masalah Etika PT. Gramedia, Jakarta : 2003

Sarwono, Pengantar Ilmu Kandungan, 1991, Yayasan Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai