DISUSUN OLEH :
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abortus telah menjadi salah satu masalah etika. Berbagai pendapat baik
yang pro maupun kontra. Abortus secara umum dapat diartiakan sebagai
penghentian kehamilan secara spontan. Pihak yang pro mengatakan bahwa
aborsi adalah mengakhiri atau menghentikan kehamilan yang tidak
diinginkan, sedangkan pihak antiaborsi cenderung mengartikan aborsi sebagai
membunuh manusia yang tidak bersalah.
Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau
pengguguran janin termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah “Abortus
Provocatus Criminalis” . Abortus provocatus adalah istilah Latin yang secara
resmi dipakai dalam kalangan kedokteran dan hukum. Maksudnya adalah
dengan sengaja mengakhiri kehidupan kandungan dalam rahim seseorang
perempuan hamil. Karena itu abortus provocatus harus dibedakan dengan
abortus spontaneus, dimana kandungan seorang perempuan hamil dengan
spontan gugur. Jadi perlu dibedakan antara “ abortus yang disengaja” dan
“abortus spontan”.
B. Tujuan
Tujuan Umum
1. Agar mahasiswa dapat menjelaskan tentang Aborsi.
2. Agar mahasiswa dapat mengantisipasi hal tersebut agar tidak melanggar
Etika Kebidanan.
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian Abortus.
2. Untuk mengetahui jenis Abortus secara medis.
3. Untuk mengetahui dilema etik tentang Abortus.
1
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian
Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa makna Aborsi
adalah pengguguran. Aborsi ini dibagi menjadi dua :
Aborsi Kriminalitas adalah aborsi yang dilakukan dengan sengaja
karena suatu alasan dan bertentangan dengan undang-undang yang berlaku.
Aborsi Legal, yaitu Aborsi yang dilaksanakan dengan sepengetahuan pihak
yang berwenang.
Menurut medis Aborsi dibagi menjadi dua juga :
1. Aborsi spontan ( Abortus Spontaneus ), yaitu aborsi secara secara tidak
sengaja dan berlangsung alami tanpa ada kehendak dari pihak-pihak
tertentu. Masyarakat mengenalnya dengan istilah keguguran.
2. Aborsi buatan ( Aborsi Provocatus ), yaitu aborsi yang dilakukan secara
sengaja dengan tujuan tertentu. Aborsi Provocatus ini dibagi menjadi
dua :
a. Jika bertujuan untuk kepentingan medis dan terapi serta pengobatan,
maka disebut dengan Abortus Profocatus Therapeuticum
b. Jika dilakukan karena alasan yang bukan medis dan melanggar
hukum yang berlak, maka disebut Abortus Profocatus Criminalis
Yang dimaksud dengan Aborsi dalam pembahasan ini adalah :
menggugurkan secara paksa janin yang belum sempurna penciptaannya atas
permintaan atau kerelaan ibu yang mengandungnya .
2
3
5
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
6
7
3. Kebenaran (Veracity)
a. Adalah Melakukan kegiatan/tindakan sesuai dengan nilai-nilai moral
dan etika yang tidak bertentangan (tepat, lengkap).
b. Contoh dalam kasus : melakukan tindakan aborsi sesuai dengan SOP
4. Keadilan (Justice)
a. Adalah hak setiap orang untuk diperlakukan sama (facione et all, 1991).
Merupakan suatu prinsip moral untuk berlaku adil bagi semua individu.
Artinya individu mendapat tindakan yang sama mempunyai kontribusi
yang relative sama untuk kebaikan kehidupan seseorang.
b. Contoh dalam kasus : tidak membeda-bedakan pasien yang di bangsal
biasa maupun VIP
5. Tidak Membahayakan (Nonmaleficience)
a. Adalah tindakan/ prilaku yang tidak menyebabkan kecelakaan atau
membahayakan orang lain.(Aiken, 2003).
b. Contoh dalam kasus : melakukan aborsi tanpa membahayakan nyawa
klien.
6. Kemurahan hati (Beneficience)
a. Adalah menyeimbangkan hal-hal yang menguntungkan dan merugikan /
membahayakan dari tindakan yang dilakukan. Melakukan hal-hal yang
baik untuk orang lain.
b. Contoh dalam kasus : perawat harus memperlakukan pasien dengan
baik dan benar
7. Kesetiaan (Fedelity)
a. Adalah memenuhi kewajiban dan tugas dengan penuh kepercayaan dan
tanggung jawab, memenuhi janji-janji.Tanggung jawab dalam konteks
hubungan perawat-pasien
b. Contoh dalam kasus : perawat harus menepati janji
8
8. Kerahasiaan (Confidentiality)
a. Adalah melindungi informasi yang bersifat pribadi, prinsip bahwwa
perawat menghargai semua informsi tentang pasien dan perawat
menyadari bahwa pasien mempunyai hak istimewa dan semua yang
berhubungan dengan informasi pasien tidak untuk disebarluaskan
secara tidak tepat (Aiken, 2003).
b. Contoh dalam kasus : perawat tidak boleh membicarakan tentang
kerahasiaan atau privasi pada pasien yang melakukan aborsi .
A. Kesimpulan
Jika janin tersebut belum berusia enam bulan, tetapi kalau janin
tersebut tetap dipertahankan dalam rahim ibunya, maka nyawa ibunya akan
terancam. Dokter pun sepakat, kalau janin tersebut tetap dipertahankan
menurut dugaan kuat atau hampir bisa dipastikan nyawa ibunya tidak akan
selamat, atau mati. Dalam kondisi seperti ini, kehamilannya boleh
dihentikan, dengan cara menggugurkan kandungannya, yang dilakukan
untuk menyembuhkan dan menyelamatkan nyawa ibunya. Alasannya,
karena Rasulullah saw. memerintahkan berobat dan mencari kesembuhan.
Di samping itu, jika janin tersebut tidak digugurkan, ibunya akan
meninggal, janinnya pun sama, padahal dengan janin tersebut digugurkan,
nyawa ibunya akan tertolong, sementara menyelamatkan nyawa ( kehidupan
) tersebut diperintahkan oleh Islam.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih terdapat
banyak kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu, kami senantiasa menerima
saran dan kritik yang sifatnya membangun
10
11
DAFTAR PUSTAKA
Potter dan Perry, 2005. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktek.
Jakarta: EGC.