Anda di halaman 1dari 11

“ MAKALAH FIQIH “

SYIRKAH ATAU KERJA SAMA


Dosen pengampu: Awatif Tiana, M.Ag

Disusun Oleh:

Ibtihal (2151010050)
Nurul Luthfiyyah (2151010094)

EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kami hadirkan atas segala kasih sayang
yang telah kami terima, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa
hambatan yang bearti.
Makalah yang berjudul “SYIRKAH ATAU KERJA SAMA” ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila. Atas tersusunnya makalah ini, tidak
lupa penyusun sampaikan terima kasih tiada terhingga kepada Dr. Asriani, S.H, M.H.
selaku dosen serta pembimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Atas jasa baik tersebut, penyusun hanya mampu berdoa, semoga Allah SWT berkenan
menerimanya sebagai amal kebaikan.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penyusun telah berupaya semaksimal mungkin untuk
menghindari kesalahan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari
para pembaca sangat kami butuhkan, demi perbaikan penulisan lebih lanjut. Semoga tulisan
ini membawa manfaat.Amin.

Bandar Lampung, 20 Desember 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .....................................................................................1
B. Rumusan masalah ..............................................................................................1
C. Tujuan ...............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian syirkah ..............................................................................................2
B. Dasar Hukum Syirkah ........................................................................................8
C. Rukun dan Syarat Syirkah ................................................................................ 10
D. Macam macam Syirkah .................................................................................... 14
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan ......................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Islam sebagai sistem kehidupan manusia mengandung keteraturan Nilai mengatur


segala aspek kehidupan manusia, baik sosial maupun sosial Politik, budaya, ekonomi, dll. Islam
berbeda dengan beberapa agama. Islam Menawarkan jangkauan yang begitu luas dan
memperhitungkan segala sesuatu yang penting Pekerjaan yang produktif. Misalnya, agama
Kristen melihat pekerjaan sebagai hukuman Allah menimpakan dosa asal kepada manusia (dosa
asal) Adam melakukannya.

Kerja keras seumur hidup tidak dianjurkan. Ini adalah kebalikan dari iman kepada
Tuhan. Islam memiliki sistem ekonomi yang berbeda dari sistem lainnya berlari. Ini berakar
pada hukum Syariah yang membentuk visi Tujuan dan maqashid ashsyari`ah (strategi) serta
dunia Berbeda dengan sistem sekuler yang mendominasi dunia saat ini. Target Apa yang
diinginkan Islam pada dasarnya tidak penting. Mereka didasarkan pada Fara (kesejahteraan
manusia) Islam sendiri dan konsep kehidupan Ini menekankan Uhuwa (cinta persaudaraan),
aspek keadilan Mewujudkan kebutuhan sosial ekonomi dan kebutuhan spiritual manusia Perlu
diwujudkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.

Suatu bentuk kemitraan didefinisikan sebagai kerjasama dari Memiliki modal dengan
pihak yang memiliki keahlian dan peluang bisnis Memperhatikan kebutuhan bersama, saling
memberdayakan dan prinsip bersama membuat keuntungan. Kemitraan atau esensi kemitraan
dalam hal kemitraan Dari perspektif perlindungan perusahaan, kami ingin dapat memanfaatkan
peluang bisnis yang ada.

Ini juga digunakan oleh orang-orang yang tidak memiliki modal, Menumbuhkan
semangat kewirausahaan dengan pengusaha yang diakui Keberadaan Semua bentuk organisasi
bisnis dengan dua orang atau lebih Bekerja sama dalam sumber daya, kewirausahaan,
keterampilan, dan niat baik Manajemen perusahaan oleh Fuqaha dapat dibagi menjadi bentuk
organisasi Mudharabah atau Syirka. Ada perbedaan mendasar antara keduanya Apakah semua
mitra yang bekerja sama akan berkontribusi Manajemen dan keuangan atau salah satunya.

Di dalam literatur fiqh, mudharabah, syirkah semua dianggap berdasarkan kesepakatan


uqud alamanah (saling percaya), kejujuran dan kejujuran berperan Pusat pelaksanaan kerjasama
ini. Instruksi kerja benar-benar harus dapat melakukan itu Diyakini saling menguntungkan dan
berusaha semaksimal mungkin Penipuan dan pembagian pendapatan yang curang Pelanggaran
ajaran Islam. Islam tidak mengganggu kerjasama permodalan dan ilmu, atau Tetapi antara uang
dan pekerjaan, sebagaimana ditegaskan oleh hukum Islam Kerjasama ini harus dilandasi dengan
perencanaan yang baik.
Jika kamu Pemilik uang menyerahkan uang untuk Syirkah dengan orang lain Ia harus
berani mengambil segala resiko untuk syirkahnya. Dengan satu Sistem ekonomi dengan
disparitas kekayaan seperti itu Penyediaan pinjaman modal yang substansial dan diperlukan
Tidak masuk akal untuk menghasilkan keuntungan tanpa mengambil risiko bisnis Untuk
memberikan kredit sebanyak mungkin kepada orang miskin Saya memberi atau meminjam
banyak kepada orang kaya Syaratnya sama untuk keduanya,

Suku bunga berbeda Untuk pemilik usaha kecil, sama dengan atau lebih besar dari nilai
yang dihitung Kewajiban memberikan surat berharga (jaminan) kepada pengusaha besar Nilai
tinggi dari modal pinjaman terlepas dari kenyataan Raih pendapatan di atas rata-rata modal
mereka. Itu buruk bagi masyarakat Mengarah pada selera kelas sosial tertentu, dan
Memanfaatkan bakat kewirausah aan mereka menyebabkan kegagalan komunitas maksimum.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian syirkah?
2. Bagaimana hukum dasar syirkah?
3. Apa rukun dan syarat syirkah?
4. Apa saja macam macam syirkah?
C. TUJUAN
1. Mengetahui ruang lingkup syirkah.
2. Mengetahui dasar hukum syirkah.
3. Mengetahui rukun dan syarat syirkah.
4. Mengetahui macam macam syirkah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SYIRKAH

Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni bercampurnya salah satu
dari dua harta dengan yang lainnya, sehingga antara masing-masing sulit dibedakan Menurut
istilahnya, pengeritian syirkah adalah hak kepemilikan terhadap sesuatu yang dimiliki oleh dua
orang atau lebih dengan perhitungan persentase tertentu. Syirkah ini juga dapat dipahami sebagai
suatu kerja sama dalam usaha atau sekedar penggabungan kepemilikan suatu benda Kegiatan
syirkah ini dapat dilakukan sesama umat Muslim.Di mana dua orang atau lebih bekerja sama
menggabungkan kelompok usaha dengan tujuan untuk mengembangkannya. Selain itu, kerja
sama syirkah juga dapat dilakukan umat muslim dengan kaum yang berbeda darinya, atau non-
muslim Hal ini pun pernah dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini
seperti dalam hadist riwayat Ibnu Umar yang menceritakan :

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mempekerjakan penduduk Khaibar


(orang-orang Yahudi) dengan mendapat setengah bagian dari hasil panen tanaman dan buah.”
Adapun dasar hukum syirkah adalah Al-Qur’an dan Hadits, berikut penjelasannya:.Al-Qur’an
syirkah merupakan salah satu pelaksanaan tolong menolong atau berbuat kebaikan antar sesama.
Di dalam Al-Qur’an telah banyak dijelaskan bahwa tolong menolonglah kalian dalam hal
kebaikan. Nah hal ini tentu dapat menjadi sebuah dasar hukum untuk melakukan syirkah.
Sebagaimana dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 2:

‫شعَائ َِر تُحِ لُّوا َل آ َمنُوا الَّذِينَ أَيُّ َها َيا‬ َّ ‫ش ْه َر َو َل‬
َ ِ‫ّللا‬ َّ ‫ام ال‬ َ ‫ْي َو َل ْال َح َر‬ َ ‫ام ْالبَيْتَ آمِينَ َو َل ْالقَ ََلئِدَ َو َل ْال َهد‬ َ ‫مِن فَض ًَْل يَ ْبتَغُونَ ْال َح َر‬
ْ ‫َربِ ِه ْم‬
‫طاد ُوا َحلَ ْلت ُ ْم َوإِذَا ۚ َو ِرض َْوانًا‬َ ‫ص‬ ْ ‫جْر َمنَّكُ ْم َو َل ۚ َفا‬ِ َ‫شنَآ ُن ي‬ َ ‫صدُّوكُ ْم أ َ ْن قَ ْوم‬ َ ‫ع ِن‬ َ ‫اونُوا ۘ ت َ ْعتَد ُوا أ َ ْن ْال َح َر ِام ْال َمس ِْج ِد‬ َ ‫ْال ِب ِر‬
َ َ‫علَى َوتَع‬
‫اونُوا َو َل ۖ َوالت َّ ْق َوى‬ َ ‫اْلثْ ِم‬
َ َ‫علَى تَع‬ ِ ْ ‫ان‬ ِ ‫ّللا َواتَّقُوا ۚ َو ْالعُد َْو‬
َ َّ ۖ ‫ّللا إِ َّن‬
َ َّ ُ ‫شدِيد‬َ ‫ب‬ ِ ‫الْ ِعقَا‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar Allah, dan
jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang
had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang
mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keredhaan dari Rabbnya dan
apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-
kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidil Haram, mendorong kamu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat
siksaannya (Q.S 2:5)

Adapun hukum dasar syirkah adalah mubah (boleh). Hal tersebut berdasarkan dalil
hadits Nabi Muhammad Saw yang berupa taqrir atau pengakuan Beliau terhadap syirkah. Saat
beliau diutus menjadi seorang nabi, orang-orang pada saat itu telah melakukan kegiatan
bermuamalah dengan cara bersyirkah dan Nabi Muhammda Saw membenarkannya.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw yang dituturkan Abu Hurairah r.a Allah SWT
berfirman: Aku adalah pihak ketiga dari dua pihak yang ber-syirkah selama salah satunya
tidak mengkhianati yang lainnya. Kalau salah satunya berkhianat, Aku keluar dari keduanya.
(HR Abu Dawud, al-Baihaqi, dan ad-Daruquthni).

B. DASAR HUKUM SYIRKAH


Ayat-ayat Al Quran yang memerintahkan agar ummat islam saling tolong menolong
dalam berbuat kebaikan, seperti dalam QS. Al maaidah:2 dapat dijadikan dasar hukum
syirkah karena syirkah merupakan salah satu bentuk pelaksanaan perintah tolong menolong
berbuat kebaikan dalam hal penghidupan. “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
melanggar syiar-syiar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan
(mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula)
mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan
keredhaan dari Rabbnya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah
berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka
menghalang-halangi kamu dari Masjidil Haram, mendorong kamu berbuat aniaya (kepada
mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu
kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. (QS. 5:2)
Hadis Syirkah hukumnya jâ’iz (mubah), berdasarkan dalil Hadis Nabi
saw. berupa taqrîr(pengakuan) beliau terhadap syirkah. Pada saat beliau diutus sebagai nabi,
orang-orang pada saat itu telah bermuamalah dengan cara ber-syirkah dan Nabi
saw.membenarkannya. Nabi saw. bersabda, sebagaimana dituturkan Abu Hurairah ra.: Allah
‘Azza wa Jalla telah berfirman: Aku adalah pihak ketiga dari dua pihak yang ber-syirkah
selama salah satunya tidak mengkhianati yang lainnya. Kalau salah satunya berkhianat, Aku
keluar dari keduanya. (HR Abu Dawud, al-Baihaqi, dan ad-Daruquthni).
C. RUKUN DAN SYARAT SYIRKAH

Rukun secara garis besar dibedakan menjadi 3 macam, yakni :

1. Dua belah pihak yang berakad (‘aqidani). Syarat orang yang melakukan akad adalah
harus mempunyai kecakapan atau ahliyah, melakukan tasharruf (pengelolaan harta)

2. .Objek akad (ma’qud ‘alaihi) terdiri atas pekerjaan atau modal.Syarat pekerjaan atau
agama dan pengelolaannya dapat diwakilkan.

3. Objek akad (ma’qud ‘alaihi) Syarat sah akad harus berupa tasharruf adalah harus adanya
aktivitas pengelolaan.

Syarat Syirkah terbagi menjadi tiga yaitu:

1. Syarat lafadz, Kalimat akad hendaklah mengandung arti izin untuk menjalankan barang
perserikatan. Misalnya, salah satu pihak diantara keduanya berkata: “kita berserikat untuk
barang yang ini, dan saya izinkan kau menjalankannya dengan jalan jual beli dan lain-
lain” jawab pihak lainnya, “ saya seperti yang engkau katakan tersebut”.

2. Syarat untuk menjadi anggota perserikatan adalah: Berakal, Baligh dan Merdeka.

3. Syarat dari modal perkongsian: Modal hendaknya berupa uang ( emas atau perak) ataupun
barang yang dapat ditimbang atau ditakar. Contohnya: beras, gula dll. Kedua barang itu
hendaknya dicampurkan sebelum akad sehingga kedua barang tidak bisa dibedakan lagi.

D. MACAM MACAM SYIRKAH


1. Syirkah ‘Inan
Syirkah ‘Inan, adalah suatu bentuk ikatan yang berupa kesepakatan kerja sama
antara dua orang ataupun lebih dalam kerja dan modal, baik dijalankan secara bersama-
sama ataupun dengan menunjuk salah satu peserta syirkah untuk menjalankannya.
Dengan demikian, maka komponen penyusun syirkah ‘inan ini adalah eksistensi
1) dua pihak yang bertransaksi,
2) objek transaksi (al-ma’qud ‘alaih) yang meliputi modal dan juga jenis usaha dan
3) perjanjian (syarat) pembagian keuntungan ataupun kerugian usaha, dan
4) orang yang menjalankan (‘amil) dan ketentuan upahnya.
2. Syirkah ‘Abdan
Syrikah abdan merupakan kerjasama usaha antar para pihak yang menyertertakan
kontribusi kerja (amal), tanpa kontribusi modal (maal). Kontribusi kerja yang
dimasukkan dapat berupa kerja fisik, dan juga kerja pikiran. Tidak ada syarat kesamaan
profesi pada praktek syirkah abdan. Sehingga memungkinkan kerjasama syirkah abdan
antara pihak yang menyumbang kerja pikirannya dan satu pihak lagi kerja fisiknya.
Syirkah abdan memiliki rukun sebagai berikut :
a) keberadaan dua orang atau lebih yang berakad.
b) jenis Usaha dan pembagian kerja.
c) kesepakatan pembagian keuntungan dan kerugian dari hasil kerja sama tsb.
Gambaran fenomena sosial dari syirkah abdan ini adalah:
1) Perserikatan antara insinyur, tukang keramik, toko keramik, makelar pasir dan
makelar tanah.
2) Perserikatan antara pedagang pasar, kuli angkut dan tengkulak.
3) Perserikatan antara kuli kapal dan anak buah kapal.
3. Syirkah Wujuh
Syirkah wujuh merupakan kerjasama usaha antara dua belah pihak atau lebih
yang masing-masing pihak memberikan kontribusi kerja (amal). Disebut syirkah wujuh
karena para pihak yang akan melakukan syirkah ini memiliki reputasi baik dan juga
keahlian dalam berbisnis.Para pihak ini membeli barang dengan cara pembayaran
kredit/tunda kepada pemilik barang, kemudian menjual kembali secara tunai. Mereka
dapat melakukan hal tersebut, karena mempunyai reputasi baik sehingga mereka
dipercaya baik oleh pemilik barang tersebut, maupun masyakat ataupun calon pembeli.
Terkadang para pihak itu juga memperoleh 100% modal dari shahibul maal. Syirkah
wujuh mempunyai rukun sebagai berikut:
a) adanya produsen atau selaku yang memiliki modal
b) adanya dua orang atau bisa juga lebih pelaku syirkah selaku mudlarib dan sekaligus
‘amil
c) adanya profesi keahlian yang sama, ataupun ketokohan dan kaliber yang sama
d) adanya job description (uraian tugas) yang jelas antar kedua belah pihak usaha
e) adanya pembagian keuntungan yang jelas di antara kedua belah pihak shighat syirkah
4 .Syirkah Mufawadhah

Syirkah mufawadhah merupakan kerja sama antara dua orang atau lebih. Setiap
pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan juga berpartisipasi dalam kerja.
Setiap pihak membagi keuntungan dan kerugian secara sama. Misalnya A adalah
pemodal, berkonstribusi modal pada B dan C, dua insinyur teknik sipil, yang sebelumnya
juga sepakat, bahwa masing-masing akan berkonstribusi kerja. Kemudian B dan C juga
sepakat untuk berkonstribusi modal, untuk membeli barang secara kredit atas dasar
kepercayaan pedagang kepada B dan C

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengeritian syirkah adalah hak kepemilikan terhadap sesuatu yang dimiliki oleh dua orang
atau lebih dengan perhitungan persentase tertentu. Syirkah ini juga dapat dipahami sebagai
suatu kerja sama dalam usaha atau sekedar penggabungan kepemilikan suatu benda
Kegiatan syirkah ini dapat dilakukan sesama umat Muslim.Di mana dua orang atau lebih
bekerja sama menggabungkan kelompok usaha dengan tujuan untuk mengembangkannya.
Selain itu, kerja sama syirkah juga dapat dilakukan umat muslim dengan kaum yang
berbeda darinya, atau non-muslim
2. Dasar hukum syirkah terdapat di ayat-ayat Al Quran yang memerintahkan agar ummat
islam saling tolong menolong dalam berbuat kebaikan, seperti dalam QS. Al maaidah:2
dapat dijadikan dasar hukum syirkah karena syirkah merupakan salah satu bentuk
pelaksanaan perintah tolong menolong berbuat kebaikan dalam hal penghidupan
3. Rukun secara garis besar dibedakan menjadi 3 macam, yakni Dua belah pihak yang berakad
(‘aqidani)., Objek akad (ma’qud ‘alaihi), Objek akad (ma’qud ‘alaihi)
4. Macam macam syirkah : Syirkah ‘Inan, Syirkah ‘Abdan, syirkah wujuh, syirkah mufwadha
DAFTAR PUSTAKA
An-Nabhani, Taqiyuddin. 1990. An-Nizhâm al-Iqtishâdî fî al-Islâm. Cetakan IV. Beirut:
Darul Ummah.
2. Antonio, M. Syafi’i. 1999. Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan. Jakarta:
Bank Indonesia & Tazkia Institute.
3. Al-Jaziri, Abdurrahman. 1996. Al-Fiqh ‘alâ al-Madzâhib al-Arba’ah. Juz III. Cetakan
I. Beirut: Darul Fikr.
Sumber: https://makalahnih.blogspot.com/2015/06/syirkah-agama-islam.html
Akita, Laila Nur . ‚Studi Analisis Syirkah di BMT Muamalat Weleri‛.
Skripsi--UIN Sunan Kalijaga,Yogyakarta, 2010.
Antonio, Syafi’i. Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan. Jakarta:
Tazkia Institute, 1999.

Anda mungkin juga menyukai