Anda di halaman 1dari 18

STUDI HADIS EKONOMI

DISTRIBUSI

DOSEN PENGAMPU : IDA ILMIAH MURSIDIN

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2

REZKY 19.2800.052

AMALIA 19.2800.062

RIDHA 19.2800.072

PRODI AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE

2021

i
KATA PENGANTAR

‫اَلٌ َّساَل ُم عَليٌ ًك ْم َو َرحْ َمة هللاِ َوبَ َر َكاته‬

Bismillahirrohmanirrohim.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Yang Maha Esa atas petunjuk, rahmat, dan
hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah Studi Hadit Ekonomi yang berjudul “
Distribusi ”

Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, pemimpin para Nabi dan panutan bagi umat Islam di dunia yang beriman dan
bertaqwa, begitu juga dengan para keluarga dan sahabat yang telah membawa kita dari zaman
kegelapan menuju zaman terang-benderang. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini, khususnya kepada dosen
pembimbing mata kuliah yang bersangkutan.

Penyusun sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun sangat penyusun harapkan, demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat menambah wawasan kita dalam
mempelajari serta dapat digunakan sebagaimana mestinya Semoga amal kebaikan dan aktivitas
yang kita lakukan selalu ada dalam rahmat dan ampunannya, Aamiin

‫َوالٌ َّساَل ُم عَليٌ ًك ْم َو َرحْ َمة هللاِ َوبَ َر َكاتُه‬

Parepare, Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................................2

C. Tujuan Penulisan................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3

A. Pengertian Dan Dasar Hukum Distribusi........................................................................3

B. Distribusi Dalam Pandangan Islam..................................................................................4

C. Prinsip Dalam Distribusi....................................................................................................5

D. Tujuan Distribusi................................................................................................................7

E. Hadis Yang Menjelaskan Tentang Distribusi..................................................................8

F. Ayat Al-Qur’an Yang Menjelaskan Tentang Distribusi...............................................12

BAB III PENUTUP......................................................................................................................14

A. Kesimpulan........................................................................................................................14

B. Saran..................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................15

iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Distribusi merupakan salah satu aktivitas perekonomian manusia, di samping
produksi dan konsumsi. Kajian mengenai distribusi senantiasa menjadi diskursus hangat
dalam ilmu ekonomi Islam karena pembahasan dalam distribusi ini tidak berkaitan
dengan aspek ekonomi belaka, tetapi juga aspek sosial dan politik sehingga menarik
perhatian bagi aliran pemikir ekonomi Islam dan konvensional sampai saat ini
(Sudarsono, 2002: 216).

Salah satu ajaran penting dalam Islam adalah adanya tuntunan agar manusia
berupaya menjalani hidup secara seimbang, memperhatikan kesejahteraan hidup di dunia
dan keselamatan hidup di akhirat. Sebagai prasyarat kesejahteraan hidup di dunia adalah
bagaimana sumber-sumber daya ekonomi dapat dimanfaatkan secara maksimal dan benar
dalam kerangka Islam. Di sini, al-Qur’an turut memberikan landasan bagi perekonomian
umat manusia.

Dorongan al-Qur’an pada sektor distribusi telah dijelaskan pula secara eksplisit.
Ayat-ayat distribusi seperti QS. al-Anfal (8): 1, QS. al-Hasyr (59): 7, QS. al-Hadid (57):
7 dan QS. at-Taubah (9): 60 mengandung nilai larangan keras penumpukan harta benda
atau barang kebutuhan pokok pada segelintir orang saja. Pendistribusian harta yang tidak
adil dan merata akan membuat orang yang kaya bertambah kaya dan yang miskin
semakin miskin. Dengan demikian, pola distribusi harus mendahulukan aspek prioritas
berdasarkan need assessment.

Nampaknya, hal-hal inilah yang melatarbelakangi munculnya konsep pemikiran


tentang keadilan distributif dalam ekonomi Islam. Kenyataan bahwa teori-teori ekonomi
yang telah ada tidak mampu mewujudkan ekonomi global yang berkeadilan dan
berkeadaban. Justru yang terjadi adalah dikotomi antara kepentingan individu,
masyarakat dan negara serta hubungan antar negara. Di samping itu, teori ekonomi yang

1
ada tidak mampu menyelesaikan masalah kemiskinan dan ketimpangan pendapatan serta
tidak mampu pula menyelaraskan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan hukum dasar distribusi ?
2. Bagaimana distribusi dalam pandangan islam ?
3. Apa prinsip dalam distribusi ?
4. Apa tujuan dari distribusi ?
5. Apa saja hadis yang menjelaskan tentang distribusi ?
6. Apa saja ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang distribusi ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dan hukum dasar distribusi
2. Mengetahui distribusi dalam pandangan islam
3. Mengetahui prinsip dasar distribusi
4. Mengetahui tujuan distribusi
5. Mengetahui hadis yang menjelaskan tentang distribusi
6. Mengetahui ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang distribusi

2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Dan Dasar Hukum Distribusi
Distribusi berasal dari bahasa inggris yaitu distribution, yang berarti penyaluran.
Sedangkan kata dasarnya to distribute, bermakna membagikan, menyalurkan,
menyebarkan. Menurut kamus bahasa indonesia distribusi adalah pembagian pengiriman
barang-barang kepada orang banyak atau kebeberapa tempat1. Menurut Afzalur Rahman
yang dimaksud dengan distribusi adalah suatu cara dimana kekayaan di salurkan atau
dibagikan ke beberapa faktor produksi yang memberikan kontribusi kepada individu-
individu, masyarakat maupun negara.

Kegiatan distribusi dalam Islam ada dua orientasi, pertama adalah menyalurkan
rezeki (harta kekayaan) untuk diinfakkan (didistribusikan) demi kepentingan sendiri
maupun orang lain seperti, pengeluaran zakat sebagai pensucian harta maupun jiwa, serta
mendermakan sebagian harta bendanya. Kedua, berkenaan dengan pertukaran hasil-hasil
produksi dan daya ciptanya kepada orang lain yang membutuhkan 2. Adapun prinsip
utama dalam konsep distribusi menurut pandangan Islam adalah meningkatkan dan
pembagian bagi hasil kekayaan agar sirkulasi kekayaan dapat ditingkatkan, sehingga
kekayaan yang ada dapat melimpah dengan merata dan tidak hanya beredar diantara
golongan tertentu saja.

Adapun dasar hukum distribusi terdapat dalam firman Allah Swt, dalam surat at-
Taubah ayat 58 :

‫وْ ۟ا ِم ْنهَٓا إِ َذا هُ ْم‬rrَ‫وا َوإِن لَّ ْم يُ ْعط‬


۟ r‫ض‬ ۟ ُ‫ت فَإ ْن أُ ْعط‬
ُ ‫وا ِم ْنهَا َر‬ ٰ َّ ‫ك فِى ٱل‬
َ ‫َو ِم ْنهُم َّمن يَ ْل ِم ُز‬
ِ ِ َ‫ص َدق‬
َ‫ َخطُون‬rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr‫يَ ْس‬
Artinya: Dan di antara mereka ada orang yang mencelamu tentang (distribusi) zakat; jika
mereka diberi sebahagian dari padanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak
diberi sebahagian dari padanya, dengan serta merta mereka menjadi marah. (QS. At-
Taubah :58)3.
1
Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya : Karya Abditama, 2001), cet. Ke 1, h. 125
2
Abdul Aziz, Ekonomi Islam Analisis Mikro dan Makro, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), ed. 1, cet. Ke 1 h. 88
3
Depertemen Agama RI,al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung,: PT. Syamil Cipta Media, 1987), cet. ke 1, h

3
PENJELASAN

Ayat ini menerangkan adanya beberapa orang munafik yang mencela Nabi
Muhammad mengenai kebijaksanaan beliau membagi-bagi zakat kepada orang-orang
yang patut menerimanya. Dalam usaha untuk menghambat perkembangan Islam, mereka
mengada-adakan tuduhan palsu yang mereka tujukan kepada Nabi Muhammad dengan
maksud mempengaruhi orang-orang Islam yang masih lemah imannya. Mereka menuduh
bahwa Nabi Muhammad tidak berlaku adil, berat sebelah, pilih kasih dalam membagikan
zakat. Orang-orang munafik itu jika mereka diberi zakat oleh Nabi, mereka menerimanya
dan diam seribu bahasa meskipun mereka tidak termasuk golongan yang patut
menerimanya disebabkan mereka hanya berpura-pura miskin dan manakala tidak diberi
oleh Nabi karena tidak termasuk golongan yang berhak menerima zakat, mereka segera
menjadi marah dan membuat tuduhan terhadap Nabi. Sikap demikian menunjukkan
bahwa mereka hanyalah memikirkan kepentingan diri sendiri. Demikianlah antara lain
kelakuan orang-orang munafik itu.

B. Distribusi Dalam Pandangan Islam


Islam telah mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk dalam bidang
ekonomi. Salah satu tujuannya adalah untuk mewujudkan keadilan dalam pendistribusian
harta, baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun individu. Dasar karakteristik
pendistribusian adalah adil, dan jujur, karena dalam Islam sekecil apapun perbuatan yang
kita lakukan, semua akan dipertanggung jawabkan di akhir kelak. Pelaksanaan distribusi
bertujuan untuk saling memberi manfaat dan menguntungkan satu sama lain. Secara
umum, Islam mengarahkan mekanisme muamalah antara produsen dan konsumen agar
tidak ada pihak yang merasa di rugikan. Apabila terjadi ketidakseimbangan distribusi
kekayaan, maka hal ini akan memicu timbulnya konflik individu maupun sosial. Dalam
distribusi prinsip utama yang menentukan dalam kekayaan adalah keadilan dan kasih
sayang. Tujuan distribusi ada dua: pertama, agar kekayaan tidak menumpuk pada
segolongan kecil masyarakat. Kedua, faktor produksi yang ada perlu mempunyai
pembagiaan yang adil demi kemakmuran negara.

4
Islam tidak membenarkan perbedaan kekayaan lahiriah yang melampaui batas dan
usaha mempertahankannya dalam batasan-batasan yang wajar dan seksama. Dalam
rangka mengontrol pertumbuhan dan penimbunan harta kekayaan, Islam memcegah
terjadinya penimbunan harta dan memandang setiap orang untuk membelanjakan demi
kebaikan masyarakat4.

C. Prinsip Dalam Distribusi


Prinsip- prinsip dalam distribusi adalah sebagai berikut : 5
1. Prinsip Kebebasan
Prinsip pertama dalam distribusi adalah kebebasan. Kebebasan dalam distribusi
adalah senentiasa selalu berdasarkan kepada keimanan. Dasar iman yang paling penting
adalah kepercayaan bahwa manusia diciptakan oleh Allah, karena itu hanya boleh
bersikap menghambakan diri hanya kepada Allah SWT saja. Seperti firman Allah dalam
al-Qur’an surat ar-Rad ayat 36 :

‫ َد هّٰللا‬rُ‫ت اَ ْن اَ ْعب‬
َ ُ ْ‫ْضهٗ ۗ قُلْ اِنَّ َمٓا اُ ِمر‬ ِ ‫ك َو ِمنَ ااْل َحْ زَ ا‬
َ ‫ب َم ْن يُّ ْن ِك ُر بَع‬ َ ‫َوالَّ ِذ ْينَ ٰاتَ ْي ٰنهُ ُم ْال ِك ٰت‬
َ ‫ب يَ ْف َرحُوْ نَ بِ َمٓا اُ ْن ِز َل اِلَ ْي‬
ِ‫َوٓاَل اُ ْش ِركَ بِ ٖه ۗاِلَ ْي ِه اَ ْد ُعوْ ا َواِلَ ْي ِه َم ٰاب‬

Artinya: orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepada mereka bergembira dengan
kitab yang diturunkan kepadamu, dan diantara golongan-golongan (Yahudi dan Nasrani)
yang bersekutu, ada yang mengingkari sebahagiannya. Katakanlah "Sesungguhnya aku
hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatupun
dengan Dia. Hanya kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali".
(QS.ar-Rad : 36).6

2. Prinsip Keadilan
4
Afzalurrahman, Doktarin Ekonomi Islam Jilid 1, (Yogyakarta: PT. Dana Bakti Waka, 1995) Cet ke- 1, h.79-82
5
Yusuf Qardawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Pers, 1997), Cet.ke 1, h. 302
6
Depertemen Agama RI,Op.Cit, h.254

5
Prinsip keadilan merupakan salah satu prinsip penting dalam sistem ekonomi
Islam. Bahkan prinsip keadilan ini tidak hanya ditemukan dalam praktek perekonomian
saja, akan tetapi juga diterapkan dalam semua ajaran Islam dan peraturan-peraturannya
baik dari aspek aqidah, syariat maupun akhlak. Dengan prinsip keadilan ini, al-Qur’an
menegaskan pada saat yang sama kelompok lain semakin di miskinkan. Dengan demikian
jelas bahwa ketidakadilandalam distribusi merupakan suatu tindakan yang bertentangan
dengan sistem ekonomi Islam yang merupakan salah satu cabang aturan yang terdapat
dalam Islam.

Dalam Islam keadilan distribusi sudah diatur secara baik dalam alQur’an dan al-
Hadits, semua itu demi kepentingan dan kemaslahatan umat.7 Islam mengurus keadilan
secara mutlak dalam al-Qur’an surat al-Na’am ayat 152 yang berbunyi :

ُ‫ ِط ۖ اَل نُ َكلِّف‬r‫يزَ انَ بِ ْٱلقِ ْس‬rr‫ل َو ْٱل ِم‬r ۟ rُ‫ َّد ۥهُ ۖ َوأَوْ ف‬r‫ َغ أَ ُش‬rُ‫نُ َحتَّ ٰى يَ ْبل‬r‫ُوا ما َل ْٱليَتِ ِيم إِاَّل بٱلَّتِى ِهى أَحْ َس‬
َ r‫وا ْٱل َك ْي‬r ۟
َ ِ َ ‫َواَل تَ ْق َرب‬
َّ ‫وا ۚ ٰ َذلِ ُك ْم َو‬r
َ‫ َذ َّكرُون‬r َ‫ بِِۦه لَ َعلَّ ُك ْم ت‬r‫ ٰى ُكم‬r ‫ص‬ r۟ rُ‫د ٱهَّلل ِ أَوْ ف‬rِ ‫وا َولَوْ َكانَ َذا قُرْ بَ ٰى ۖ َوبِ َع ْه‬۟ ُ‫نَ ْفسًا إِاَّل ُو ْس َعهَا ۖ َوإِ َذا قُ ْلتُ ْم فَٱ ْع ِدل‬

Artinya : Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih
bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan
dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar
kesanggupannya. dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah kamu Berlaku adil,
Kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. yang demikian itu
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat. (QS. al-An’am: 152)

Melakukan ketidakadilan berarti melakukan penindasan dan kejahatan pada orang


lain.Orang yang melakukan penindasan (ketidakadilan) berarti memutuskan ikatan
perjanjian dengan Allah Swt. Berbuat adil, di samping memenuhi dan menjalankan
syari’at Islam dan bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip al-Qur’an dan Sunnah, juga
melepaskan manusia dari ketertindasan dan kezaliman dalam bidang kehidupan individu,
sosial, dan khususnya dalam bidang ekonomi.8
7
Abdul Aziz, Op.Cit, h.100
8
Muhammad, Pradigma Metedologi dan Aplikasi Ekonomi Syari’ah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), ed 1, cet. ke
1, h. 149

6
D. Tujuan Distribusi
Distribusi sama dengan produksi dan konsumsi yang mana mempunyai tujuan,
diantara tujuan-tujuan itu adalah : 9
a. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat

Menjamin kebutuhan dasar masyarakat merupakan faktor yang sangat penting


dalam tujuan distribusi. Moral yang paling penting dan efektif yang Allah perintahkan
adalah untuk menyebarkan kesejahteraan nasional melalui prinsip anfak afw. Kata al-afw
berarti kekayaan yang melebihi kebutuhan yang tersisa setelah semua kebutuhan
terpenuhi, orang Islam diperintahkan untuk memberikan hartanya sampai kebutuhan fakir
miskin terpenuhi.

b. Mengurangi ketidak-samaan pendapatan dan kekayaan dalam masyarakat

Tujuan yang kedua adalah untuk mengurangi ketidaksamaan pendapatan dan


kekayaan dalam masyarakat. Apabila terjadi perbedaan ekonomi yang mencolok antara
yang kaya dan miskin akan mengakibatkan adanya sifat saling benci yang pada akhirnya
melahirkan sikap permusuhan dan perpecahan dalam masyarakat.

c. Untuk mensucikan jiwa dan harta

Bagian yang ini juga sangat penting adalah untuk mensucikan jiwa dan harta
orang yang melakukan amal. Sebagaimana dalam al-Qur’an :

‫ص ٰلوتَكَ َس َك ٌن لَّهُ ۗ ْم َوهّٰللا ُ َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬


َ ‫ص ِّل َعلَ ْي ِه ۗ ْم اِ َّن‬ َ ‫م‬rْ ‫ُخ ْذ ِم ْن اَ ْم َوالِ ِه‬
َ ‫م بِهَا َو‬rْ ‫م َوتُ َز ِّك ْي ِه‬rُْ‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُره‬

Artinya : Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan
mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan)
ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (QS. At-
Taubah : 103)

9
Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam 2, (Pekanbaru: Al Mujtahadah Press, 2014), ed.1, cet.1, h. 106

7
Orang yang mampu mendistribusikan hartanya akan terhindar dari sifat kikir, dan
akan menguatkan tali persaudaraan antar sesama manusia.

d. Untuk membangun generasi yang unggul

Distribusi juga bertujuan untuk membangun generasi penerus yang unggul,


khususnya dalam bidang ekonomi, karena generasi muda merupakan penerus dalam
sebuah kepemimpinan suatu bangsa.

‫ض ٰعفًا خَافُوْ ا َعلَ ْي ِه ۖ ْم فَ ْليَتَّقُوا هّٰللا َ َو ْليَقُوْ لُوْ ا قَوْ اًل َس ِد ْيدًا‬
ِ ً‫ش الَّ ِذ ْينَ لَوْ تَ َر ُكوْ ا ِم ْن َخ ْلفِ ِه ْم ُذرِّ يَّة‬
َ ‫َو ْليَ ْخ‬

Artinya : Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka
meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan
hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar. (QS.an-Nisa: 9)

e. Untuk mengembangkan harta

Maksud pengembangan ini dapat dilihat dari dua sisi yaitu : Pertama, sisi spritual,
berdasarkan firman Allah dalam al-Qur’an (Allah hendak memusnahkan riba dan
menyuburkan sedekah). Kedua, sisi ekonomi dengan adanya distribusi harta kekayaan
maka akan mendorong terciptanya produktifitas, daya beli dalam masyarakat akan
meningkat.

E. Hadis Yang Menjelaskan Tentang Distribusi


Banyak sekali perintah yang menyuruh untuk tidak menahan harta kekayaan, dan
bagi orang-orang yang memiliki kelebihan harta untuk mendistribusikannya kepada
orang yang membutuhkan. Sebagaimana diterangkan dalam hadis yang menerangkan
pentingnya distribusi adalah sebagai berikut:

‫خَاطئٌ» (رواه‬
ِ ‫ « َم ِن احْ تَ َك َر فَه َُو‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ‫ قَا َل َرسُو ُل هللا‬:‫ال‬
َ َ‫ ق‬،‫عن َم ْع َم ِر‬
)‫ُم ْسلِ ٌم‬

8
Artinya: Dari ma’mar ia berkata, Rasulullah saw telah bersabda: barang siapa yang
menimbun barang, maka ia telah berdosa. (HR. Muslim).10

PENJELASAN

Rasulullah melarang umat islam menimbun barang dan tidak mendistribusikannya


kepasar. Penimbunan barang (Ihtikar)biasanya dilakukan dengan tujuan untuk di jual
ketika barang tersebut sudah sedikit atau langka sehingga harganya mahal. Penimbunan
termasuk aktivitas ekonomi yang mengandung kezaliman dan karenanya berdosa. Karena
itu Rasulullah sangat menganjurkan supaya memberikan bantuan kepada orang lain yang
membutuhkannya.

Distribusi kekayaan tersebut, menurut Rasulullah seharusnya berasal dari hasil


usaha yang baik. Tidak ada gunanya memberikan sesuatu kepada orang lain, jika sesuatu
itu diperoleh dengan cara yang haram. Sedekah, zakat, infak, nafaqoh, wasiat, waris dan
sebagainya harus berasal dari harta yang halal. Dan waktu distribusi harta yang paling
baik itu ketika seseorang masih sehat rohani dan jasmaninya. Akan tetapi, jika nyawa
sudah di kerongkongan, sedekah itu tidak berarti kecuali warisan dan wasiat yang
memang diberikan ketika menjelang ajal tiba.

Karena harta hanya digunakan seperlunya dan tidak akan dibawa mati, maka
menurut Rasulullah, hendaklah sebagiannya didistribusikan kepada orang-orang yang
membutuhkan agar tercipta keharmonisan hidup di kalangan masyarakat. Begitu
pentingnya Distribusi itu sehingga para malaikat senantiasa berdo’a untuk itu.

‫ال‬rr‫ق‬:‫حدثناسريج حدثناابومعشرعن محمدبن عمروبن علقمةعن ابي سلمة عن ابي هريرة قال‬
‫رسول هللا صلي هللا عليه وسلم من احتكر حكرةيريدان يغلي بهاعلي المسلمين فهؤخاظيء‬

Artinya: “siapa saja yang melakukan penimbunan untuk mendapatkan harga yang paling
tinggi,dengan tujuan mengecoh orang islam maka termasuk perbuatan yang salah”(H.R
Ahmad)

Muhammad Fuad Abdul Baqi, Imam Abi Husain Muslim Ibnu Hajjaj, Shahih Muslim, Juz 5,no.1605, (Beirut-
10

Libanon, 1994) h. 53

9
PENJELASAN

Hadits tersebut mengisyaratkan bahwa perbuatan yang salah yaitu menyimpang


dari peraturan jual-beli atau perdagangan dalam system ekonomi islam yang berdasarkan
al-quran dan hadits.Dalam hadits itu tidak ditentukan jenis barang yang dilarang
ditimbun.Akan tetapi hadits lain yang segaris menyatakan bahwa barang yang dilarang
ditimbun adalah makanan.muncul pebedaan pendapat dikalangan ulama tentang jenis
barang yang dilarang ditimbun.menurut al-syafi”iyah dan Hanabilah,barang yang
dilarang ditimbun adalah kebutuhan primer.Abu yusuf berpendapat bahwa barang yang
dilarang ditimbun adalah semua barang yang dapat menyebabkan kemadaratan orang
lain,termasuk emas dan perak.

Para ulama fiqh berpendapat bahwa penimbunan diharamkan apabila:

1. Barang yang ditimbun melebihi kebutuhannya


2. Barang yang ditimbun dalam usaha menunggu saat naiknya harga,misalnya emas
dan perak
3. Penimbunan dilakukan disaat masyarakat membutuhkan,misalnya bahan bakar
minyak dll.

Adapun mengenai waktu penimbunan tidak terbatas,dalam waktu pendek maupun


panjang jika dapat menimbulkan dampak ataupun 3 syarat tersebut diatas terpenuhi maka
haram hukumnya. Rasullulah bersabda dalam sebuah hadits sohih yaitu:

‫ عن ابن‬r‫رمي‬rr‫رن الحض‬rr‫ بشرعن ابي الزاهريه عن كشير ين م‬r‫ بن زيدحدثناابو‬r‫حدسنايزيداخبرنااصبغ‬


‫الي‬rr‫عمر عن النبي صلي هللا عليه وسلم من احتكر طعا مااربعين ليله فقدبري من هللا تعلي وبرياهلل تع‬
ٰ
‫؛رصه اصبح فيهم امرو جاتع فقدبرات منهم ذمه هللا تعا لي‬ ‫منه ؤ ايسااهل‬

Artinya: Dari ibnu umar dari nabi:”Barang siapa Menimbun makanan 40 malam maka ia
terbebas dari rahmad Allah,dan Allah bebas darinya.Barang siapa yang keluar rumah
pagi-pagi dan dari kalangan mereka ada yang dalam keadaan lapar maka tanggungan
Allah juga lepas dari mereka”.

PENJELASAN

10
Pada dasarnya nabi melarang menimbun barang pangan selama 40 hari, biasanya
pasar akan mengalami fluktuasi jika sampai 40 hari barang tidak ada dipasar karena
ditimbun, padahal masyarakat sangat membutuhkannya. Bila penimbunan dilakukan
beberapa hari saja sebagai proses pendistribusian barang dari produsen ke konsumen,
maka belum di anggap sebagai sesuatu yang membahayakan. Namun bila bertujuan
menungu saatnya naik harga sekalipun hanya satu hari maka termasuk penimbunan yang
membahayakan dan tentu saja diharamkan.

‫ هللا‬r‫ي‬r ‫لمة عن ا بي هريرةرض‬rr‫و س‬rr‫حد ثنا عبدان اخبر نا عبد اللةاخبرنايونس عن ابن شهاب حدشني اب‬
‫منين من انفسهم فمن مات و عليه دين ولم يتر‬،‫عنه عنه عن النبي صلي هللا عليه وسلم قال أناأولي بالمو‬
‫ قضاوه ومن ترك ماال فلورشته‬r‫ك وفاءفعلينا‬

Artinya: “Saya lebih utama dengan mukmin,barang siapa yang mati dan ia punya
hutang,tidak meninggalkan apapun maka saya membayarnya,barang siapa meninggalkan
harta maka ahli warisnya (H.R Imam Bukhori).

PENJELASAN

Hukum waris merupakan suatu aturan yang sangat penting dalam mengurangi
ketidakadilan distribusi kekayaan. Hukum waris merupakan alat penimbang yang sangat
kuat dan efektif untuk mencegah pengumpulan kekayaan dikalangan tertentu dan
pengembangannya dalam kelompok-kelompok besar dalam masyarakat. Tokoh-tokoh
ekonomi seperti Keynes,Taussig dan irfing fisher menyetujui bahwa pembagian warisan
yang tidak merata merupakan penyebab utama dari ketidak adilan masyarakat, menurut
Taussig, warisan mempunyai dampak yang sangat besar dalam masyarakat. Menurut
hukum waris islam, harta milik orang lain yang telah meninggal dibagi pada keluarga
terdekat, yaitu anak laki-laki/perempuan, saudara, ibu/bapak, suami/istri dan lain-lain. Jika
seseorang tidak mempunyai keluarga dekat sama sekali,maka harta bendanya diambil alih
oleh Negara. Dengan demikian waris bertujuan untuk menyebarkanluaskan pembagian
kekayaan dan mencegah penimbunan harta dalam bentuk apapun.

11
F. Ayat Al-Qur’an Yang Menjelaskan Tentang Distribusi

QS. Al-Hasyr ayat 7 :

r‫ى‬ rٰ r‫ َم‬r‫ ا‬rrَ‫ ت‬rَ‫ ي‬r‫ ْل‬r‫ ا‬r‫ َو‬r‫ى‬rٰ rَ‫ ب‬r‫ر‬rْ rrُ‫ ق‬r‫ ْل‬r‫ ا‬r‫ ي‬r‫ ِذ‬rrِ‫ ل‬r‫و‬rَ r‫ ِل‬r‫ و‬rr‫ ُس‬rَّr‫ر‬r‫ ل‬rِ‫ ل‬r‫ َو‬r‫ ِه‬rَّ‫ ل‬rِ‫ ل‬rَ‫ف‬ r‫ى‬rٰ r‫ َر‬rrُ‫ ق‬r‫ ْل‬r‫ ا‬r‫ل‬rِ rr‫ ْه‬rَ‫ أ‬r‫ن‬rْ r‫ ِم‬r‫ ِه‬rِ‫ل‬r‫ و‬rr‫ ُس‬r‫ر‬rَ r‫ى‬rٰ rَ‫ ل‬r‫ َع‬rُ ‫ هَّللا‬r‫ َء‬r‫ ا‬rrَ‫ ف‬rَ‫ أ‬r‫ ا‬rr‫َم‬
r‫ ُل‬r‫ و‬r r‫ ُس‬rَّr‫ر‬r‫ل‬r‫ ا‬r‫ ُم‬r‫ ُك‬r‫ ا‬r rَ‫ت‬r‫ آ‬r‫ ا‬rr‫ َم‬r‫ َو‬rۚ r‫ ْم‬r‫ ُك‬r‫ ْن‬r‫ ِم‬r‫ ِء‬r‫ ا‬rَ‫ ي‬rِ‫ ن‬r‫ ْغ‬rَ ‫أْل‬r‫ ا‬r‫ن‬rَ r‫ ْي‬rَ‫ب‬ rً‫ ة‬rَ‫ل‬r‫ و‬r‫ ُد‬r‫ن‬rَ r‫ و‬r‫ ُك‬rَ‫ اَل ي‬r‫ي‬ rْ r‫ َك‬r‫ ِل‬r‫ ي‬rِ‫ ب‬rَّr‫س‬r‫ل‬r‫ ا‬r‫ ِن‬r‫ ْب‬r‫ ا‬r‫و‬rَ r‫ ِن‬r‫ ي‬r‫ ِك‬r‫ ا‬r‫ َس‬r‫ َم‬r‫ ْل‬r‫ ا‬r‫و‬rَ
rِ‫ب‬r‫ ا‬rَ‫ ق‬r‫ع‬rِ r‫ ْل‬r‫ ا‬r‫ ُد‬r‫ ي‬r‫ ِد‬r‫ َش‬rَ ‫ هَّللا‬r‫ َّن‬rِ‫ إ‬rۖ rَ ‫ هَّللا‬r‫ا‬r‫و‬rُ‫ ق‬rَّ‫ت‬r‫ ا‬r‫ َو‬rۚ r‫ا‬r‫و‬rُ‫ ه‬rَ‫ ت‬r‫ ْن‬r‫ ا‬rَ‫ ف‬rُ‫ ه‬r‫ ْن‬r‫ َع‬r‫ ْم‬r‫ ُك‬r‫ ا‬rَ‫ ه‬rَ‫ ن‬r‫ ا‬r‫ َم‬r‫ َو‬rُ‫ه‬r‫ و‬r‫ ُذ‬r‫ ُخ‬rَ‫ف‬

Artinya : “ Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari
harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk
Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam
perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara
kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya
bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat
keras hukumannya”.

PENJELASAN

Harta penduduk kampung yang Allah serahkan kepada Rasul-Nya tanpa


mencepatkan kuda atau unta adalah milik Allah, Rasul-Nya, kerabat Nabi, anak yatim,
orang miskin, dan ibn sabîl (musafir di jalan Allah). Hal itu dimaksudkan agar harta tidak
hanya berputar di kalangan orang kaya di antara kalian saja. Hukum- hukum yang dibawa
oleh Rasulullah itu harus kalian pegang, dan larangan yang ia sampaikan harus kalian
tinggalkan. Hindarkanlah diri kalian dari murka Allah. Sesungguhnya Allah benar-benar
kejam siksa-Nya.

QS. Al-Hadid ayat 7 :

r‫ا‬r‫و‬r rُ‫ ق‬rَ‫ ف‬r‫ ْن‬rَ‫ أ‬r‫ َو‬r‫ ْم‬r‫ ُك‬r‫ ْن‬r‫ ِم‬r‫ا‬r‫و‬r rُ‫ ن‬r‫ َم‬r‫ آ‬r‫ن‬rَ r‫ ي‬r‫ ِذ‬rَّ‫ل‬r‫ ا‬rَ‫ ف‬rۖ r‫ ِه‬r ‫ي‬rrِ‫ ف‬r‫ن‬rَ r‫ ي‬rِ‫ ف‬rَ‫ ل‬r‫خ‬rْ rَ‫ ت‬r‫ ْس‬r‫ ُم‬r‫ ْم‬r‫ ُك‬rَ‫ ل‬r‫ َع‬r‫ج‬rَ r‫ ا‬r‫ َّم‬r‫ ِم‬r‫ا‬r‫و‬rُ‫ ق‬rِ‫ ف‬r‫ ْن‬rَ‫ أ‬r‫ َو‬r‫ ِه‬rِ‫ل‬r‫ و‬r‫ ُس‬r‫ َر‬r‫ َو‬rِ ‫هَّلل‬r‫ ا‬rِ‫ ب‬r‫ا‬r‫و‬rُ‫ ن‬r‫ ِم‬r‫آ‬
r‫ ٌر‬r‫ ي‬rِ‫ ب‬r‫ َك‬r‫ ٌر‬r‫ج‬rْ rَ‫ أ‬r‫ ْم‬rُ‫ ه‬rَ‫ل‬
12
Artinya : “ Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian
dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang
beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala
yang besar”.

PENJELASAN :

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Bila sebelumnya Allah memperlihatkan bukti-bukti kekuasaan-Nya, pada ayat ini


Allah menganjurkan orang mukmin untuk berinfak. Wahai manusia, berimanlah kamu
kepada Allah yang telah menciptakanmu dan kepada rasul yang diutus-Nya untuk
menyampaikan tuntunan-Nya, dan infakkanlah sebagian dari harta yang dia telah
menjadikan kamu sebagai penguasanya, kepada orang yang berhak. Sesungguhnya dalam
hartamu itu terdapat bagian Allah bagi mereka. Maka, orang-orang yang beriman kepada
Allah dan rasul-Nya di antara kamu dan menginfakkan sebagian dari hartanya di jalan
Allah akan memperoleh pahala yang besar, baik di dunia maupun akhirat.

13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Distribusi berasal dari bahasa inggris yaitu distribution, yang berarti penyaluran.
Sedangkan kata dasarnya to distribute, bermakna membagikan, menyalurkan,
menyebarkan. Menurut kamus bahasa indonesia distribusi adalah pembagian pengiriman
barang-barang kepada orang banyak atau kebeberapa tempat. Islam telah mengatur
seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk dalam bidang ekonomi. Salah satu tujuannya
adalah untuk mewujudkan keadilan dalam pendistribusian harta, baik dalam kehidupan
bermasyarakat maupun individu. Dasar karakteristik pendistribusian adalah adil, dan
jujur, karena dalam Islam sekecil apapun perbuatan yang kita lakukan, semua akan
dipertanggung jawabkan di akhir kelak. Pelaksanaan distribusi bertujuan untuk saling
memberi manfaat dan menguntungkan satu sama lain.

B. Saran
Kebijakan distribusi yang ditawarkan ekonomi Islam dengan tidak berpihak hanya
pada salah satu agen ekonomi, dan diperkuat dengan prinsip-prinsip yang jelas
memberikan arahan bahwa keadilan ekonomi harus ditegakkan. Namun menciptakan
keadilan ekonomi akan sulit terwujud jika tidak melibatkan peran institusi yang ada
seperti halnya pemerintah dan masyarakat. Oleh sebab itu, peran kedua instrumen
tersebut sangat dibutuhkan, karena kebijakan distribusi akan teraplikasikan dengan baik
ketika kedua institusi yang ada berkerja.
Langkah awal yang dapat dilakukan ialah memberikan pemahaman yang
sejelasjelasnya kepada pemerintah dan masyarakat selaku institusi ekonomi bahwa
terciptanya keadilan ekonomi merupakan tanggung jawab bersama, bukan hanya
tanggung jawab salah satu institusi yang ada, melainkan tanggung jawab bersama selaku
agen ekonomi dan institusi konomi. Ketika institusi tersebut bekerja, keadilan diharapkan
akan tercipta untuk memberi dampak pada tersebarnya harta secara adil di masyarakat
yang akan menggerakkan ekonomi rakyat.

14
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz, Ekonomi Islam Analisis Mikro dan Makro, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), ed. 1,
cet. Ke 1 h. 88
Abdul Aziz, Op.Cit, h.100

Afzalurrahman, Doktarin Ekonomi Islam Jilid 1, (Yogyakarta: PT. Dana Bakti Waka, 1995) Cet
ke- 1, h.79-82
Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam 2, (Pekanbaru: Al Mujtahadah Press, 2014), ed.1, cet.1, h.
106
Depertemen Agama RI,al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung,: PT. Syamil Cipta Media, 1987),
cet. ke 1, h
Depertemen Agama RI,Op.Cit, h.254
Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya : Karya Abditama, 2001), cet. Ke 1,
h. 125
http://denganyonk.blogspot.com/

https://tafsirweb.com/10703-quran-surat-al-hadid-ayat-7.html
https://www.kompasiana.com/faiqohaini/58ceaea62223bdba26ed6149/hadis-ekonomi-distribusi-
dalam-perspektif-islam?page=all

Muhammad Fuad Abdul Baqi, Imam Abi Husain Muslim Ibnu Hajjaj, Shahih Muslim, Juz
5,no.1605, (Beirut- Libanon, 1994) h. 53

Muhammad, Pradigma Metedologi dan Aplikasi Ekonomi Syari’ah, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2008), ed 1, cet. ke 1, h. 149

Yusuf Qardawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Pers, 1997), Cet.ke 1,
h. 302

15

Anda mungkin juga menyukai