Anda di halaman 1dari 15

METODE PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM : TEGUH BERJUANG DAN

BEKERJASAMA DALAM TAFSIR QS. AL-IMRON AYAT 200


DAN AL-MAIDAH AYAT 2
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : TAFSIR TEMATIK PMI
Dosen Pengampu : H. Agus Syamsul Huda, Lc., MA

Disusun oleh :

Anggit Purwonegoro (1801046017)

Sukron Makmun (1801046027)

Muhammad Hilmi Auliya (1801046035)

Muhammad Samsul Afifi (1801046039)

PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN WALISONGO SEMARANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Quran merupakan wahyu yang di turunkan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW sekaligus wahyu yang diturunkan terakhir oleh Allah SWT. Al-
Quran adalah kitab suci yang tidak hanya berfungsi sebagai hukum saja tetapi Al-
Quran juga sebagai sumber banyak inspirasi serta pedoman bagi umat Islam. Al-
Quran juga merupakan sumber solusi bagi permasalahan dan Shalih li kulli zaman wa
makan,yang memiliki arti bahwa Al-Quran itu mengadung metode, prinsi dan udang-
undang yang bisa menjadi sumber dalam menyelesaikan permasalahan yaang berada
pada umat manusia.
Salah satu masalah yang paling besar di hadapi manusia yaitu masalaha
kemiskinan. Dengan ini islam menaruh menaruh perhatiaan yang besar terhadapat
masalah tersebut. Pandangan Islam mengenai kemiskinan adalah kemisninan suatu
masalah yang harus di selesaikan seperti sabda Rasulullah SAW “bahwa kemiskinan
adalah sesuatu yang dapat mendekatkan diri kepada kekufuran.1 Dalam Al-Quran
telah banyak memuat mengenai ajakan manusia untuk bersama-sama berkontribusi
dalam memberdayakan masyarakat guna mengatasi kemiskinan. Dalam Al-Quran
juga terdapat ayat yang mengandung mengenai saling tolong menolong dalam
kesusahan.
Metode pengembangan masyarakat islam merupakan cara atau langkah dalam
melakukan pemberdayaan masyarakat yang sejalan dengan semangat islam dalam
untuk menjadikan agama sebagai rahmatan lil alamin. Jadi islam disini mempunyai
visi agar pemeluknya menjadi agen penyebar kerahmatan bagi seluruh alam seberti
Firman Allah SWT dalam surat Al-Anbiya ayat 107:

َ ‫َو َما َأ ْر‬


َ‫س ْلنَاكَ ِإال َر ْح َمةً لِ ْل َعالَ ِمين‬

“Artinya : Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad),


melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam."2

1
Ulfi Putra Sany, “Prinsip-prinsip Pemberdayaan Masyarakat di dalam perspektif Al-Quran”, Ilmu Dakwah Vol
39 No.1, 2019 32-44
2
Al-Quran Digital, 21:107
Dalam pembahasan kali ini akan dibahas mengenai metode pengembangan
masyarakat berkaitan dengan teguh berjuang dan bekerjasama sesuai maksut dari
surat Al-Imron ayat 200 dan Al-Maidah ayat 2 sekaligus juga memaparkan mengenai
azbabul nuzul dari kedua suart ini serta tafisiran surat dari beberapa ahli tafsir.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penjelasan ayat yang berkenaan dengan metode Pengembangan


Masyarakat Islam : teguh berjuang dan bekerjasama?
2. Bagaimana Asbabul Nuzul dari surat Al-Imron ayat 200 dan Surat Al-Maidah ayat
2?
3. Bagaiman penjelasan suarat Al-Imron ayat 200 dan surat Al-Maidah ayat 2 dari
segi tafsir?

C. Tujuan

1. Dapat mengetahui ayat yang berkenaan dengan metode pengembangan


masyarakat
2. Dapat meengetahui Asbabul Nuzul dari surat Al-Imron ayat 200 dan surat Al-
Maidaah ayat 2
3. Dapat mengetahui mengenai tafssiran surat Al-Imron ayat 200 dan surat Al-
Maidaah ayat 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ayat yang berkenaan dengan metode pengembangaan masyarakat islam

َ ‫ َو‬S‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اصْ بِرُوا‬


‫ َواتَّقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬S‫ َو َرابِطُوا‬S‫صابِرُوا‬

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah


kesabaranmu, dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu), dan
bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung." (QS. Al-Imron (3) ayat :
200)3

Di dalam surat Al-Imron ini, Allah menganjurkan kaum mukmin kepada


sesuatu yang dapat menyampaikan mereka kepada suatu kejayaaan atau kemenangan
yaitu keberasilan dengan memperoleh kebahagiaan dan kesuksesan, dengan jalan
yang dapat menghantarkan atau menyampaikan kepada hal itu adalah konsisten
terhadap kesabaran, yaitu dengan menahan diri dari suatu hal yang dibenci berupa
meninggalkan kemaksiatan, dan bersabar atas musibah dan terhadap perkara-perkara
yang berat. Allah memerintahkan untuk bersabar atas semua itu.

Dalam konteks pengembangan masyarakat, ayat diatas menjelaskan mengenai


sabar baik dalam musibah atau perkara yang terjadi, maka dapat di implementasikan
metode pengembangan masyarakat islam yang dapat dipakai sesuai ayat diatas adalah
metode pembinaan. Dimana Pengembangan Masyarakat Islam dengan metode
pembinaan masyarakat untuk bisa membina perilaku masyarakat agar terwujud
perilaku sabar di masyarakat. Salah satunya untuk bisa bersabar dalam menghadapi
musibah yang terjadi. Dan dengan bersabar akan memberikan serta akan memndorong
mereka untuk mendapatkaan keberuntungan.

‫ي َوال ْالقَالِئ َد‬


َ ‫ ْد‬Sَ‫را َم َوال ْاله‬S َ S‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ال تُ ِحلُّوا َش َعاِئ َر هَّللا ِ َوال ال َّشه َْر ْال َح‬
‫َوال آ ِّمينَ ْالبَيْتَ ْال َح َرا َم يَ ْبتَ ُغونَ فَضْ ال ِم ْن َربِّ ِه ْم َو ِرضْ َوانًا َوِإ َذا َحلَ ْلتُ ْم فَاصْ طَا ُدوا‬
‫ا َونُوا‬S‫ ُدوا َوتَ َع‬Sَ‫ َر ِام َأ ْن تَ ْعت‬S‫ ِج ِد ْال َح‬S‫ ُّدو ُك ْم ع َِن ْال َم ْس‬S‫ص‬
َ ‫وْ ٍم َأ ْن‬Sَ‫َآن ق‬
ُ ‫َوال يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َشن‬
‫ ِدي ُد‬S ‫وا هَّللا َ ِإ َّن هَّللا َ َش‬SSُ‫ ْد َوا ِن َواتَّق‬S‫اإلث ِم َو ْال ُع‬
ْ ‫ا َونُوا َعلَى‬SS‫وى َوال تَ َع‬S
َ S‫رِّ َوالتَّ ْق‬SSِ‫َعلَى ْالب‬
‫ب‬ِ ‫ْال ِعقَا‬
3
Ibid, 3:200
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi‘ar-
syi‘ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan Haram, jangan
(mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id,
dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah,
sedang mereka mencari karunia dan keredhaan dari Rabb-nya, dan apabila
kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan
janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum, karena mereka
menghalang-halangi kamu dari Masjidil Haram, mendorong kamu berbuat
aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya, Allah
amat berat siksa-Nya." - (QS.Al-Maidah (5):2)4

Dalam konteks pengembangan masyarakat salah satu metode yang digunakan


adalah metode pendampingan dimana seorang pendamping memberikan
pembinaan/pengetahuan mengenai prinsip dari pengembangan masyarakat salah
satunya yaitu ta’awun atau tolong menolong guna mendorong manusia untuk saling
tolong menolong. Dalam prinsipnya ta’awun atau tolong menolong sesuai firman
Allah Surat Al-Maidah ayat 2 ini merupakan prinsip kerjasama serta yang utama
dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat. Karena sesungguhnya program
Pengembangan Masyarakat itu merupakan sebuah usaha menolong individu dan
masyarakatyaang membutuhkan bantuan dan bimbingan agar dapat menyelesaikan
permasalahan yang di hadapi. Dalam proses pengembangan masyarakat melalui ayat
diatas, Allah SWT memerintahkan kita untuk saling tolong menolong dalam hal
kebaikan dan melarang kita untuk berbuat maksiat. Salah satu contohnya dalam hal
pengembangan masyrakat ialah kita kit harus saling bersinergi untuk mencapai
kemaslahatan, yaitu dengan melakukaan upaya kesejahteraan bersama dan
menghindari segala sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT.5

B. Asbabul Nuzul Surat Al –Imron ayat 200 dan Surat Al-Maidah ayat 2
1. Asbabul Nuzul Q.S Ali Imron Ayat 199-200

َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اصْ بِرُوا َو‬


َ‫صابِرُوا َو َرابِطُوا َواتَّقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬
4
Ibid, 5:2
5
Muhammad Istan, “Pengentasan Kemiskinan Melalui Pemberdayaan Ekonomi Umat Menurut Perspektif
Islam” https://journal.staincurup,ac.id diakses pada 18 -10-2020 pukul 22.00 WIB.
Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah


kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan
bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imran: 200).

Dalam surat Ali Imron Ayat ke 200 ini mengenai Asbabun Nuzul masih ada
kaitanya dengan ayat 199 . Jabir bin Abdullah, Anas, Ibnu Abbas, Qatadah dan al-
hasan berkata bahwa ayat ini diturunkan tentang an-Najasyi, raja bangsa Habasyi
yang telah masuk Islam ketika meninggal.

Malaikat Jibril memberitahu Nabi SAW, maka Nabi berkata kepada


sahabatnya,
"Marilah kita (salat gaib) untuk an-Najasyi itu.
"Sebagian sahabat dengan penuh keheranan bertanya,
"Kenapa kami disuruh salat untuk orang kafir di negeri Habsyi?"
Maka turunlah ayat ini.

Tidaklah semua Ahli Kitab itu menyimpang dari ajaran Allah, berkhianat,
mengingkari kebenaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, tetapi ada sebagian
dari mereka seperti an-Najasyi, Abdullah bin Salam dan lain-lain, mempunyai sejarah
gemilang dalam hidupnya. Mereka benar-benar beriman kepada Allah, percaya
kepada Alquran yang diturunkan kepada Rasulullah SAW, begitu pula kitab–kitab
samawi yang diturunkan kepada nabi-nabi, mereka taat dan rendah diri kepada Allah,
tidak menukar ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, maksudnya tidak
menyembunyikan apa yang mereka ketahui tentang kedatangan Nabi Muhammad
SAW sebagai Rasul. Mereka adalah Ahli Kitab yang baik dan lurus, baik ia Yahudi
maupun ia Nasrani. Mereka akan memperoleh pahala di sisi Tuhan.

Setelah membicarakan berbagai macam hikmah dan hukum sejak awal surah
ini, maka untuk menjaga dan memantapkan pelaksanaan hal-hal tersebut, surah ini
(Ali ‘Imran) ditutup dengan anjuran agar orang beriman, sabar dan tabah melakukan
segala macam perintah Allah, mengatasi semua gangguan dan cobaan, menghindari
segala larangan-Nya, terutama bersabar dan tabah menghadapi lawan-lawan dan
musuh agama. Jangan sampai musuh-musuh agama itu lebih sabar dan tabah dari kita
sehingga kemenangan berada di pihak mereka.Hendaklah orang mukmin selalu
bersiap siaga dengan segala macam cara dan upaya, berjihad, menghadapi
kemungkinan-kemungkinan yang akan mengurangi kewibawaan dan kemurnian serta
keagungan agama Islam.

Dan sebagai sari patinya orang mukmin dianjurkan agar benar-benar bertakwa
kepada Allah dengan sebenar-benar takwa di mana saja mereka berada, karena dengan
bekal takwa itulah segala sesuatu dapat dilaksanakan dengan baik, diberkahi, dan
diridai oleh Allah ‫ﷻ‬Demikianlah, barang siapa di antara orang-orang yang beriman
melaksanakan 4 macam anjuran tersebut, pasti akan mendapat kemenangan dan
kebahagiaan, di dunia dan di akhirat.6

Dalam ayat ini diperintahkan kepada orang beriman untuk bersabar, sabar
menghadapi gangguan orang lain, melakukan ketaatan (menunggu shalat setelah
shalat), disuruh pula bertakwa kepada Allah, supaya menjadi orang yang beruntung di
dunia dan akhirat.

Sabar sendiri ada tiga macam:

1. Sabar dalam menjalankan ketaatan.

2. Sabar dalam menjauhi maksiat.

3. Sabar dalam menghadapi musibah.

Mushabarah dalam ayat berbeda dengan sabar. Menurut Syaikh As-Sa’di,


mushabarah adalah terus menerus bersabar dalam menghadapi musuh. 7
Faedah dari
Ayat Sabar, mushabarah, melakukan ketaatan, dan takwa termasuk sifat orang
beriman.Ayat ini menunjukkan keutamaan menyelisihi hawa nafsu dan berusaha
menahan kesulitan demi menggapai ridha Allah. Ada perbedaan antara ishbiru dan
shaabiru. Ishbiru hanya dari satu pihak yaitu menahan diri dari sesuatu. Sedangkan
shaabiru berasal dari dua pihak yaitu bersabar atas gangguan orang lain misalnya
bersabar ketika bertemu musuh. Kita diperintahkan tsabat, terus kokoh dalam
menghadapi orang yang ingin menentang syariat.8

6
https://risalahmuslim.id/quran/ali-imran/3-200/
7
H. Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di Tafsir As-Sa’di. Cetakan kedua, Tahun 1433. Penerbit Muassasah
Ar-Risalah.hal 143
8
Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid Tafsir Az-Zahrawain. Cetakan pertama, Tahun 1437 H. Penerbit
Obekan.hal
Ayat ini menunjukkan keutamaan orang yang melakukan ribath. Bentuk
sederhananya adalah menunggu satu shalat ke shalat berikutnya. Bisa pula bentuknya
adalah menjaga pos dari musuh. Ada akibat yang baik (falah, keberuntungan), bagi
orang yang sabar, mushabarah, murabathoh (melakukan ribath), dan bertakwa. Berarti
luput dari salah satu sifat ini, luput dari keberuntungan secara keseluruhan atau
sebagian. Siapa saja yang bertakwa kepada Allah, maka ia akan menjadi orang
beruntung ketika bertemu dengan Allah.Ayat ini menunjukkan amalan secara
bertahap, dari yang ringan hingga yang berat, mulai dari sabar, mushabarah,
murabathah, dan takwa.Kalimat la’allakum tuflihun, semoga kalian beruntung,
menunjukkan bahwa hal itu pasti akan terjadi jika terpenuhi syarat dan Allah tidak
mungkin mengingkari janji-janji-Nya.

2. Asbabul Nuzul Q.S Al Maidah Ayat 2

َ‫ى َواَل ۡالقَآَل ِٕٮ َد َواَل ۤ ٰٓا ِّم ۡين‬ َّ ‫ َع ِٕٓاٮ َر هّٰللا ِ َواَل‬S‫ٰۤيـاَيُّهَا الَّ ِذ ۡينَ ٰا َمنُ ۡوا اَل تُ ِحلُّ ۡوا َش‬
َ ‫د‬Sۡ Sَ‫ ۡه َر ۡال َحـ َرا َم َواَل ۡاله‬S‫الش‬
ۡ‫ ِر َمنَّ ُكم‬S‫طاد ُۡوا‌ ؕ َواَل يَ ۡج‬ َ S ‫اص‬ ۡ َ‫ َوانًا‌ؕ َواِ َذا َحلَ ۡلتُمۡ ف‬S ‫ض‬ۡ ‫ضاًل ِّم ۡن َّربِّ ِهمۡ َو ِر‬ ۡ َ‫ـرا َم يَ ۡبـتَ ُغ ۡونَ ف‬ َ ‫ۡالبَ ۡيتَ ۡال َح‬
‫ ٰوى‌ ۖ َواَل‬S‫رِّ َوالتَّ ۡق‬SSِ‫اونُ ۡوا َعلَى ۡالب‬S َ ‫ص ُّد ۡو ُكمۡ َع ِن ۡال َم ۡس ِج ِد ۡال َح‬
َ S‫د ُۡوا‌ ۘ َوتَ َع‬S َ‫ـر ِام اَ ۡن ت َۡعت‬ َ ‫َشن َٰانُ قَ ۡو ٍم اَ ۡن‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫ن ۖ َواتَّقُوا َ‌ؕ اِ َّن َ َش ِد ۡي ُد ۡال ِعقَا‬
‫ب‬ ‌ِ ‫تَ َعا َونُ ۡوا َعلَى ااۡل ِ ۡث ِم َو ۡالع ُۡد َوا‬
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu melanggar syiar-syiar
kesucian Allah, dan jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram, jangan
(mengganggu) hadyu (hewan-hewan kurban) dan qala'id (hewan-hewan kurban yang
diberi tanda), dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi
Baitulharam; mereka mencari karunia dan keridhaan Tuhannya. Tetapi apabila kamu
telah menyelesaikan ihram, maka bolehlah kamu berburu. Jangan sampai
kebencian(mu) kepada suatu kaum karena mereka menghalang-halangimu dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka). Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah,
sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya.9
Perintah Allah SWT untuk saling tolong menolong dalam kebajikan dan
ketaqwaan, serta larangan untuk saling tolong menolong dalam perbuatan dosa dan
permusuhan tersebut keterkaitan dengan teks sebelumnya yang membahas masalah
haji. Hal tersebut dapat dijelaskan melalui asbab al-nuzulayat tersebut. Asbab al-nuzul

9
Departemen Agama, al-Qur'an dan Terjemahnya, h. 87
ayat tersebut adalah bahwa pada saat Rasulullah saw bersama para sahabatnya berada
di Hudaibiyah dan sedang dicegah untuk tidak pegi ke baitullah oleh kaum kafir
Quraisy, lewat sekumpulan orang-musyrik yang berasal dari Timur yang hendak pergi
berumrah ke baitullah.
Para sahabat Nabi saw berkata : “Kita cegah mereka (orang-orang musyrik
dari Timur) sebagaimana mereka (kaum kafir Quraisy) mencegah kita untuk pergi ke
baitullah. Berdasarkan atas peristiwa itulah turun ayat tersebut. Asbab al-nuzul pada
ayat tersebut menegaskan bahwa para sahabat tidak diperkenankan untuk melakukan
pembalasan terhadap pihak lain dengan landasan permusuhan belaka. Para sahabat
yang saling tolong-menolong untuk mencegah orang-orang musyrik tersebut untuk
berumrah tidak dapat dibenarkan oleh Allah SWT, karena merupakan salah satu
bentuk dari permusuhan. Oleh karena itu, ayat tersebut diakhiri dengan perintah untuk
saling tolong-menolong dalam kebajikan dan ketaqwaan dan melarang untuk saling
tolong menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan.10
Tolong menolong dalam dosa dan pelanggaran merupakan hal yang dilarang
oleh Allah SWT, yang termasuk di dalamnya perbuatan kolusi. Oleh karena itu, orang
yang melakukan tindakan kolusi telah melakukan larangan Allah SWT, dan orang
yang melakukan tindakan tersebut tidak akan dapat mencapai derajat ketaqwaan.
C. Penjelasan Surat Al-Imron ayat 200 dan Surat Al-Maidah ayat 2 dari Segi Tafsir
I. Surat Al-Imron ayat 200

َ ‫ َو‬S‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اصْ بِرُوا‬


‫ َواتَّقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬S‫ َو َرابِطُوا‬S‫صابِرُوا‬
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah
kesabaranmu, dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu), dan bertaqwalah
kepada Allah, supaya kamu beruntung." (QS. Al-Imron (3) ayat : 200)
Surah ini penuh dengan uraian tentang kesulitan, perjuangan, kepahitan dan
gangguan. Ia juga mengandung aneka tuntunan keagamaan serta bimbingan moral,
baik dalam prinsip-prinsip dasar agama maupun dalam rinciannya. Terdapat juga
dalam surah ini anjuran untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk, bahkan
dalam ayat sebelum penutup ini, dijelaskan betapa sekelompok Ahl al-Kitab, berbdtia
dengan mayoritas mereka yang telah menerima kebenaran. Atas dasar itu semua
tidak heran jika penutup surah ini mengajak: wahai orang-orang yang beriman

10
Jalal al-Din al-Suyuti, Lubab al-Nuqul fi Asbab al-Nuzul, dalam Tafsir Al-Qur’an al-‘Azim, (Beirut : Dar al-Fikr,
1991), h. 100
kepada Allah dan rasul-Nya dan semua yang diuraikan dalam surah ini, bersabarlah
dalam melaksanakan tugas-tugas, berjuang dan berperang di jalan Allah, serta
memikul petaka kamu dan kuatkanlah kesabaranmu, saat menghadapi lawan .yang
sabar dan tetaplah bersiap siaga di perbatasan negerimu, dengan kekuatan yang dapat
menggentarkan musuh untuk menyerang kamu dan bertakwalah kepada Allah dalam
seluruh aktifitas kamu supaya kamu terus-menerus beruntung, yakni memperoleh
seluruh apa yang engkau harapkan.

Kata shabr/ sabar terambil dari akar kata yang terdiri dari huruf-huruf shad,
ba' dan ra’. Maknanya berkisar pada tiga hal. Pertama, menahan; Kedua, ketinggian
sesuatu, dan Ketiga, sejenis batu. Dari makna menahan lahir makna
konsisten/bertahan, karena yang bertahan menahan pandangannya pada satu sikap.
Seseorang yang menahan gejolak hatinya, dinamai bersabar; yang ditahan di penjara
sampai mati dinamai mashburah. Dari makna kedua lahir kata shubr, yang berarti
puncak sesuatu, dan dari makna ketiga muncul kata ash-shubrah, yakni batu yang
kukuh lagi kasar, atau potongan besi.

Ketiga makna tersebut dapat kait berkait, apalagi bila pelakunya manusia.
Seorang yang sabar, akan menahan diri, dan untuk itu dia memerlukan kekukuhan
jiwa, dan mental baja, agar dapat mencapai ketinggian yang diharapkannya.

Ketiga rangkaian huruf di atas dalam berbagai bentuknya terulang dalam al-
Qur’an lebih dari seratus kali. Di samping itu perlu dicatat bahwa semua kata yang
menggunakan rangkaian ketiga huruf tersebut, digunakan al-Qur’an dalam konteks
uraian tetang manusia, antara lain sebagai perintah bersabar, memuji kesabaran dan
orang-orang sabar, sifat kesabaran serta dampaknya, kecaman bagi yang gagal
bersabar dan lain-lain sebagainya.

Menurut Imam Ghazali, lebih dari tujuh puluh kali Allah swt. Menguraikan
masalah sabar dalam al-Qur’an. Kemampuan bersabar bagi manusia, memang diakui
oleh pakar-pakar ilmu jiwa; bahkan Frued misalnya berpendapat bahwa manusia
memiliki kemampuan memikul sesuatu yang tidak disenanginya dan mendapat
kenikmatan dibalik itu. Karena itu ayat di atas di samping memerntahihkan bersabar,
juga memerintahkan shabiru, yakni bersabar menghadapi kesabaran orang lain.
Seorang muslim dalam hidup dan perjuangan di jalan Allah menghadapi pihak lain
yang juga berjuang sesuai nilai-nilainya dan yang juga memiliki kesabaran. Ketika
itu, kesabaran dilawan dengan kesabaran, siapa yang lebih kuat kesabarannya dan
lebih lama dapat bertahan dalam kesulitan, dialah yang akan memperoleh
kemenangan. Sabar yang dihadapi dengan kesabaran yang lebih besar, itulah yang
dilukiskan dengan kata shabiru.11

II. Surat Al-Maidah ayat 2

‫ي َوال ْالقَالِئ َد‬


َ ‫ ْد‬Sَ‫را َم َوال ْاله‬S َ S‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ال تُ ِحلُّوا َش َعاِئ َر هَّللا ِ َوال ال َّشه َْر ْال َح‬
‫َوال آ ِّمينَ ْالبَيْتَ ْال َح َرا َم يَ ْبتَ ُغونَ فَضْ ال ِم ْن َربِّ ِه ْم َو ِرضْ َوانًا َوِإ َذا َحلَ ْلتُ ْم فَاصْ طَا ُدوا‬
‫ا َونُوا‬S‫ ُدوا َوتَ َع‬Sَ‫ َر ِام َأ ْن تَ ْعت‬S‫ ِج ِد ْال َح‬S‫ ُّدو ُك ْم ع َِن ْال َم ْس‬S‫ص‬
َ ‫وْ ٍم َأ ْن‬Sَ‫َآن ق‬
ُ ‫َوال يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َشن‬
‫ ِدي ُد‬S ‫وا هَّللا َ ِإ َّن هَّللا َ َش‬SSُ‫ ْد َوا ِن َواتَّق‬S‫اإلث ِم َو ْال ُع‬
ْ ‫ا َونُوا َعلَى‬SS‫وى َوال تَ َع‬S
َ S‫رِّ َوالتَّ ْق‬SSِ‫َعلَى ْالب‬
‫ب‬ِ ‫ْال ِعقَا‬

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi‘ar-


syi‘ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan Haram, jangan
(mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id,
dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah,
sedang mereka mencari karunia dan keredhaan dari Rabb-nya, dan apabila
kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan
janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum, karena mereka
menghalang-halangi kamu dari Masjidil Haram, mendorong kamu berbuat
aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya, Allah
amat berat siksa-Nya." - (QS.Al-Maidah (5):2)

Dalam Ayat sebelumnya bercerita tentang memerintahkan dan ayat ini


menceritakan tentang perintah. Di sini sekali lagi Allah menyeru orang-orang
beriman: Hai orang-orangyang beriman, janganlah kamu melanggar syi‘ar-syi‘ar
Allah dalam ibadah haji dan umrah bahkan semua ajaran agama, dan jangan
melanggar kehormatan bulan – bulan haram, yakni Dzul Qa’idah, Dzul Hijjah,
Muharram dan Rajab, jangan mengganggu binatang al-hadya, yakni binatang yang
11
M.Quraish Shihab, “TAFSIR AL-MISHBAH Peran, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an”(Jakaarta:Lentera Hati,
Vol.2,2002),Hal.322-323
akan disembelih di Mekah dan sekitarnya, dan yang dijadikan sebagai persembahan
kepada Allah, demikian juga jangan mengganggu al-qala’id, yaitu binatang-binatang
yang dikalungi lehernya sebagai tanda bahwa ia adalah persembahan yang sangat
istimewa, dan jan gan juga mengganggu para pengunjung Baitullah, yakni siapapun
yang ingin melaksanakan ibadah haji atau umrah sedang mereka melakukan hal
tersebut dalam keadaan mencari dengan sungguh-sungguh karunia keuntungan
duniawi dan keridhaan ganjaran ukhrawi dari Tuhan mereka.
Apabila kamu telah bertahallul menyelesaikan ibadah ritual haji atau umrah,
atau karena satu dan lain sebab sehingga kamu tidak menyelesaikan ibadah kamu,
misalnya karena sakit atau terkepung musuh, maka berburulah jika kamu mau.
Dan janganlah sekali-kali kebencian yang telah mencapai puncaknya
sekalipun kepada suatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjid
al-Haram, mendorong kamu berbuat aniaya kepada mereka atau selain mereka. Dan
tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan, yakni segala bentuk dan
macam hal yang membawa kepada kemaslahatan duniawi dan atau ukhrawi dan
demikian juga tolong-menolonglah dalam ketakwaan, yakni segala upaya yang dapat
menghindarkan bencana duniawi dan atau ukhrawi, walaupun dengan orang-orang
yang tidak seiman dengan kamu, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat
berat siksa-Nya.12
Kata sya‘a’ir adalah jamak dari kata sya'irah yang berarti tanda, atau bisa
juga dinamai syi'ar. Ketika menafsirkan QS. al-Baqarah [2]: 158, penulis kemukakan
bahwa syi'ar seakar dengan kata syu‘ur yang berarti rasa. Yakni tanda-tanda agama
dan ibadah yang ditetapkan Allah. Tanda-tanda itu dinamai syi'dr karena ia
seharusnya menghasilkan rasa hormat dan agung kepada Allah swt. Ada bermacam-
macam tanda-tanda itu. Ada yang merupakan tempat, seperti Shafa dan Marwah serta
Masy'ar al-Haram, ada juga berupa waktu, seperti bulan-bulan Haram, dan ada lagi
dalam wujud sesuatu, seperti alhadja dan al-qala’id, yakni binatang kurban yang
dipersembahkan kepada Allah.
Kata haram pada mulanya berarti terhormat. Sesuatu yang dihormati biasanya
lahir sebagai penghormatan terhadap aneka larangan yang berkenaan dengannya. Jika
Anda menghormati orang tua, maka Anda tidak boleh memperlakukannya sama

12
M.Quraish Shihab, “TAFSIR AL-MISHBAH Peran, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an”(Jakaarta:Lentera Hati,
Vol.3,2002),Hal..9-13
dengan perlakuan kepada sahabat atau adik Anda. Dari sini, kata haram diartikan
dengan “larangan”. Bulan Haram adalah bulan yang harus dihormati, karena itu
terdapat sekian banyak hal yang terlarang dilakukan pada bulan-bulan tersebut.
Firman Allah : wa antum hurum diterjemahkan di atas dalam artian kamu
dalam keadaan berihram. Yang dimaksud dengan orang-orangyang mengunjungi
Baitullah adalah kaum musyrikin yang ketika turunnya ayat ini, masih diperbolehkan
mengunjungi Ka‘bah untuk melaksanakan haji atau umrah, bukan untuk tujuan lain,
misalnya untuk mengganggu kaum muslimin. Itu sebabnya ayat ini tidak menyatakan
meftgunjungi Mekah. Salah satu alasan yang menguatkan penafsiran ini bahwa orang
orang Muslim terlarang mengganggu mereka kapan dan di mana pun, sehingga
dengan larangan khusus ini, pastilah ia bukan ditujukan terhadap orang-orang
beriman.
Kata syana ’an adalah kebencian ya n g telah mencapai puncaknya. Dari
pengertian tersebut, maka firman-Nya: Dan janganlah sekali-kali kebencian kepada
suatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjid al-Haram
mendorong, kamu berbuat aniaya, merupakan bukti nyata betapa al-Qur’an
menekankan keadilan. Musuh yang dibenci walau telah mencapai puncak
kebenciannya sekalipun lantaran menghalang-halangi pelaksanaan tuntunan agama,
masih harus diperlakukan secara adil, apalagi musuh atau yang dibenci tapi belum
sampai ke puncak kebencian dan oleh sebab lain yang lebih ringan.13

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

13
Ibid,Hal.13
Didalam surat Al-Imron ini, Allah menganjurkan kaum mukmin kepada
sesuatu yang dapat menyampaikan mereka kepada suatu kejayaaan atau kemenangan
yaitu keberasilan dengan memperoleh kebahagiaan dan kesuksesan, dengan jalan
yang dapat menghantarkan atau menyampaikan kepada hal itu adalah konsisten
terhadap kesabaran, yaitu dengan menahan diri dari suatu hal yang dibenci berupa
meninggalkan kemaksiatan, dan bersabar atas musibah dan terhadap perkara-perkara
yang berat. Allah memerintahkan untuk bersabar atas semua itu. Dalam surat Ali
Imron Ayat ke 200 ini mengenai Asbabun Nuzul masih ada kaitanya dengan ayat 199 .
Jabir bin Abdullah, Anas, Ibnu Abbas, Qatadah dan al-hasan berkata bahwa ayat ini
diturunkan tentang an-Najasyi, raja bangsa Habasyi yang telah masuk Islam ketika
meninggal.

Dalam surat Al-Maidah, menjelaskan perintah Allah SWT untuk saling tolong
menolong dalam kebajikan dan ketaqwaan, serta larangan untuk saling tolong
menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan tersebut keterkaitan dengan teks
sebelumnya yang membahas masalah haji. Hal tersebut dapat dijelaskan melalui
asbab al-nuzulayat tersebut. Asbab al-nuzul ayat tersebut adalah bahwa pada saat
Rasulullah saw bersama para sahabatnya berada di Hudaibiyah dan sedang dicegah
untuk tidak pegi ke baitullah oleh kaum kafir Quraisy, lewat sekumpulan orang-
musyrik yang berasal dari Timur yang hendak pergi berumrah ke baitullah.

B. Saran
Demikin makalah ini disusun, pemakalah memohon maaf apanilaa terdapat
kekurangan atau kekeliruan dalam pembuatan makalah. Pemakalah meminta kritik
dan saran yang membangun kepada pembaca demi kesempurnaan makalah ini
kedepannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin

DAFTAR PUSTAKA

Ulfi Putra Sany, “Prinsip-prinsip Pemberdayaan Masyarakat di dalam perspektif Al-


Quran”, Ilmu Dakwah Vol 39 No.1, 2019
Al-Quran Digital, 21:107

Muhammad Istan, “Pengentasan Kemiskinan Melalui Pemberdayaan Ekonomi Umat


Menurut Perspektif Islam” https://journal.staincurup,ac.id diakses pada 18 -10-2020
pukul 22.00 WIB.

https://risalahmuslim.id/quran/ali-imran/3-200/

H. Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di Tafsir As-Sa’di. Cetakan kedua, Tahun
1433. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.

Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid Tafsir Az-Zahrawain. Cetakan pertama,


Tahun 1437 H. Penerbit Obekan.

Departemen Agama, al-Qur'an dan Terjemahnya, h. 87

Jalal al-Din al-Suyuti, Lubab al-Nuqul fi Asbab al-Nuzul, dalam Tafsir Al-Qur’an
al-‘Azim, (Beirut : Dar al-Fikr, 1991)

M.Quraish Shihab, “TAFSIR AL-MISHBAH Peran, Kesan dan Keserasian Al-


Qur’an”(Jakaarta:Lentera Hati, Vol.2,2002)

M.Quraish Shihab, “TAFSIR AL-MISHBAH Peran, Kesan dan Keserasian Al-


Qur’an”(Jakaarta:Lentera Hati, Vol.3,2002)

Anda mungkin juga menyukai