DOSEN PENGAMPU :
DARMAWANTIA INDRAJAYA, M. Ag
DISTRIBUSI
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
2022/2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji dan syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan karunia
dan nikmatnya kepada kita sekalian sehingga dengan ini kami dapat menyelesaikan tugas
makalah mengenai Ba’i Al- Murabahah.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Dosen
Pengampu Bapak Darmawantia Indrajaya, M.Ag. pada program studi Hadist Hadist
Ekonomi. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Distribusi
dalam perspektif hadis nabi.
Shalawat beringkan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan alam
yakni Nabi Muhammad SAW, semoga dengan seringnya kita bersholawat mudah-mudahan
kita semua diberikan syafaat diyaumul akhir nanti, Aamiin Yarabbalaalamiin.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna dari apa yang kami harapkan. Untuk itu kami berharap adanya saran dan kritik yang
membangun serta usulan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga dengan adanya
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I (PENDAHULUAN)
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 4
BAB II (PEMBAHASAN)
A. Pengertian Distribusi 5
B. Distribusi menurut Hadis Nabi 6
C. Tujuan Distribusi 7
D. Prinsip prinsip Distribusi dalam Ekonomi Islam 9
Kesimpulan 12
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai agama yang membawa rahmat bagi alam semesta, Islam telah mengatur
seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk dalam bi dang ekonomi Salah satu tujuannya
adalah untuk mewujudkan ke addan dalam pendistribusian harta, baik dalam kehidupan
bermasya rakat maupun individu. Pembahasan mengenai pengertian distribusi
sesungguhnya tidak terlepas dari pembahasan tentang konsep moral ekonomi yang dianut
juga model instrumen yang diterapkan individu maupun negara dalam menentukan sumber-
sumber ekonomi ataupun cara-cara pendistribusiannya
Dalam perekonomian modern saat ini, distribusi merupakan sek tor yang terpenting
dalam aktivitas perekonomian, baik distribusi pendapatan maupun distribusi kekayaan
melalui kegiatan kegiatan ekonomi ataupun kegiatan sosial. Distribusi merupakan kajian
penting dan menempati posisi strategis dalam teori ekonomi mikro baik dalam sistem
ekonomi Islam maupun konvensional sebab pembahasan dis tribusi ini tidak hanya
berkaitan dengan aspek ekonomi belaka tetapi juga aspek sosial dan politik sehingga
menjadi perhatian pemikir eko nomi Islam dan konvensional sampai saat ini.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian distribusi
2. Mengetahui distribusi menurut hadis nabi
3. Mengetahui tujuan distribusi
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Distribusi
Secara bahasa, distribusi berasal dari bahasa Inggris distribution yang berarti
penyaluran dan pembagian1, yaitu penyaluran, pembagian atau pengiriman barang atau jasa
kepada beberapa orang atau tempat. Distribusi adalah suatu proses penyaluran atau
penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen dan para pemakai. Penyaluran
barang dan jasa kepada konsumen dan pemakainya mempunyai pera penting dalam
kegiatan produksi dan konsumsi. Tanpa distribusi, barang atau jasa tidak akan sampai dari
produsen ke konsumen, sehingga kegiatan produksi dan konsumsi tidak lancar. Sebagai
jembatan antara produsen dan konsumen distribusi mempunyai peran signifikan dalam
perputaran roda perekonomian masyarakat ataupun negara.
Distribusi dalam ekonomi Islam dimaknai lebih luas yang mencakup pengaturan
kepemilikan unsur-unsur produksi dan sumber-sumber kekayaan. Islam memperbolehkan
kepemilikan umum (public proverty) dan kepemilikan pribadi (privat provert), dan
meletakkan pada masing-masing keduanya aturan aturan untuk mendapatkan,
menggunakan, dan memilikinya, serta aturan-aturan tentang warisan, hibah, dan wasiat.
Dalam ekonomi Islam, distribusi lebih ditekankan pada penyaluran harta kekayaan yang
diberikan ke pada beberapa pihak, baik individu, masyarakat, maupun negara.
Menurut Afzalur Rahman, yang dimaksud dengan distribusi adalah suatu cara di mana
kekayaan disalurkan atau dibagikan ke beberapa faktor produksi yang memberikan
kontribusi kepada individu-individu, masyarakat, maupun negara. 2
Bagi umat islam yang berharta ada kewajiban untuk mendistribusikan harta itu kepada
orang lain, khususnya mereka yang berkekurangan, Allah berfirman :
ِير ِإ َّن ْٱل ُم َبذ ِِرينَ َكانُ ٓو ۟ا َّ ت ذَا ْٱلقُ ْر َب ٰى َحقَّهُۥ َو ْٱل ِم ْس ِكينَ َوٱبْنَ ٱل
ً س ِبي ِل َو ََل ت ُ َبذ ِْر ت َ ْبذ ِ َو َءا
ً ُُط ُن ِل َر ِب ِه َك
وراا َ ٰ ش ْي
َّ ين َو َكانَ ٱل ِ ش ٰيَ ِط َّ ِإ ْخ ٰ َونَ ٱل
“Dan berikanlah kepada keluarga keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin
dan orang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur hamburkan (hartamu)
secara boros. Sesungguhnya pemboros pemboros itu adalah saudara saudara setan dan
setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya” ( Q.S. Al-Isra : 26 & 27)
Menurut Suhrawardi K.Lubis, seorang muslim yang mempunyai harta berkewajiban
untuk mendistribusikan sebagian hartanya kepada masyarakat yang berkekurangan dan
1
K. Adi Gunawan, Kamus Lengkap, (Surabaya: Lima Bintang, 2006), hlm. 114.
2
Afzalur Rahman, Muhammad Seorang Pedagang. (Jakarta : Yayasan Swarna Bhumi, 1997), hlm. 54.
5
untuk kepentingan umum. Sarana pendsitribusian ini di dalam agama islam dikenal dengan
istilah zakat, sedekah, infaq dan wakaf.3
B. Distribusi menurut Hadis Nabi
Rasulullah sangat menganjurkan agar umat Islam mendistribusikan sebagian harta dan
penghasilan mereka untuk membantu saudara saudara mereka yang berkekurangan di
bidang ekonomi.
Distribusi yang dimaksud Nabi terbagi menjadi dua jenis, yaitu :4
1. Distribusi barang dan jasa yang berupa penyaluran atau penyampaian barang atau jasa
dari produsen ke konsumen dan para pemakai
2. Penyaluran sebagian harta kepada orang orang yang membutuhkan sebagai wujud
solidaritas sosial.
Kedua jenis distribusi tersebut mempunyai perbedaan, yang pertama bersifat profit
taking (untuk mendapat keuntungan) dan yang kedua non-profit taking (tidak untuk
mendapat laba atau keuntungan). Dalam arti, distribusi jenis pertama dimaksudkan sebagai
upaya untuk tersalurkannya barang barang hasil produksi sehingga dapat dikonsumsi oleh
masyarakat luas dan orang yang mendistribusikan mendapat laba hasil) dari penjualan
barang yang didistribusikan. Adapun distribusi jenis kedua, orang yang menyalur kan
hartanya tidak mendapat pembayaran atau keuntungan (profit) langsung, tetapi di hari
kemudian atau di akhirat.
Kedua jenis distribusi tersebut sama-sama dianjurkan oleh Rasu lullah. Untuk distribusi
jenis pertama, misalnya, Rasulullah melarang umat Islam menimbun barang dan tidak
mendistribusikannya ke pasar Penimbunan barang (htikar) biasanya dilakukan dengan
tujuan untuk dijual ketika barang sudah sedikit atau langka sehingga harganya mahal.
Penimbunan termasuk aktivitas ekonomi yang mengandung kezaliman dan karenanya
berdosa. Rasulullah bersabda:
ْ « َم ِن:سلَّ َم
ِ احت َ َك َر فَ ُه َو خ
»َاطئ َ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو ُ قَا َل َر: قَا َل،عن َم ْع َم ِر
َ ِسو ُل هللا
)(رواه ُم ْس ِلم
Dari Ma'mar ia berkata, Rasulullah SAW bersabda "Barangsiapa yang menimbun barang,
maka ia bersalah (berdosa)" (HR. Mushm)
3
Suhrawardi K.Lubis, Hukum Ekonomi Islam, hlm. 25-27.
4
Prof. Dr. H. Idri, M.Ag., Hadis Ekonomi dalam perspektif hadis nabi, (Jakarta : Prenadamedia Group,2015),
hlm. 132.
6
Jenis distribusi kedua 5:
Zakat, yaitu kewajiban seorang muslim untuk menyisihkan sebagian hartanya untuk
didistribusikan kepada kelompok tertentu
Nafkah (Nafaqah), yaitu sesuatu yang diberikan seseorang kepada orang orang atau
sesuatu yang menjadi tanggungannya
Shadaqah, yaitu memberikan sebagian harta kepada orang lain baik orang pemberinya
kaya atau pun tidak
Wasiat, yaitu pendistribusian harta kepada orang lain setelah pemilik harta tersebut
meninggal, maksimal 1/3 harta yang ditinggalkan
Warisan, yaitu pembagian harta yang ditinggalkan oleh orang yang sudah meninggal
kepada ahli warisnya
Wakaf, yaitu menahan suatu benda untuk diambil manfaatnya untuk kepentingan
umum sesuai ajaran islam
Udhiyyah, yaitu kurban binatang ternak pada saat hari raya Idul Adha dan hari tasyrik
Infaq, yaitu sedekah yang diberikan kepada orang lain jika kondisi keuangan rumah
tangganya sudah berada diatas nisab
Aqiqah, yaitu kegiatan pemotongan kambing untuk anak yang dilahirkan
C. Tujuan Distribusi
Sebagaimana produksi dan konsumsi, distribusi juga mempunyai tujuan. Di antara
tujuan distribusi yaitu6:
Pertama, menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kebutuhan dasar
masyarakat seperti kebutuhan pada oksigen, makanan dan minuman merupakan kebutuhan
primer yang harus dipenuhi dan kalau tidak akan terjadi kesulitan bahkan kematian.
Manusia harus terus berusaha untuk mempertahankan kehidupan dengan melakukan
pemenuhan kebutuhan primernya sebatas yang dibutuhkan dan tidak berlebihan. Mereka
juga harus mendistribusikan barang untuk memenuhi kebutuhan ini.
Kedua, mengurangi ketidaksamaan pendapatan dan kekayaan dalam masyarakat.
Apabila terjadi perbedaan ekonomi mencolok antara yang kaya dan miskin akan
mengakibatkan adanya sifat saling benci yang pada akhirnya melahirkan sifat permusuhan
dan perpecahan dalam masyarakat. Meskipun demikian, Islam mengakui adanya perbedaan
jumlah harta antara individu dalam masyarakat. Karena itu ada yang kaya dan ada pula
yang miskin, tetapi jurang pembeda di antara mereka tidak boleh terlalu lebar sehingga
mengakibatkan disintegrasi sosial.
5
Ibid, hlm.133.
6
Ibid, hlm.147.
7
Ketiga, untuk menyucikan jiwa dan harta dari segala bentuk kotoran lahir
ataupun batin. Kotoran ini dapat berupa sifat kikir,tamak,rakus, boros dan sebagainya.
Orang yang mampu mendistribusikan hartanya akan terhindar dari sifat-sifat negatif
tersebut dan akan menguatkan tali persaudaraan antar sesama manusia. Jiwa dan harta
orang yang melakukan derma disucikan melalui distribusi harta yang diberikan kepada
orang yang membutuhkan.
َْ ها
َ ِب َ ُ صدَقَةً ت
ط ِه ُر ُه ْم َوتُزَ ِك ْي ِه ْم َ َُ ْذ ِم ْن ا َ ْم َوا ِل ِهم
“Ambillah sedekah (zakat) dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan menyucikan jiwa mereka (Q.S. At taubah : 103)
Kelima, untuk mengembangkan harta dari dua sisi spiritual dan ekonomi. Dari
segi spritual,akan bertambah nilai keberkahan harta dan dari segi ekonomi, dengan
adanya distribusi harta kekayaan,maka mendorong terciptanya produktivitas dan daya
beli dalam masyarakat akan meningkatkan.
Keenam, untuk pendidikan dan mengembangkan dakwah Islam melalui
ekonomi, misalnya pada pemberian zakat kepada orang yang baru masuk Islam
(mualaf) sehingga lebih mantap dalam menjalankan agama Islam yang baru di anut nya.
Distribusi harta ke masjid-masjid lembaga pendidikan Islam, dan sebagainya termasuk
dalam kategori ini, sehingga diharapkan kegiatan keIslaman menjadi semarak karena
ditopang dengan dana yang memadai.7
Ketujuh, untuk terbentuknya solidaritas sosial dikalangan masyarakat. Tujuan
distribusi adalah terpenuhnya kebutuhan orang-orang yang kurang mampu sehingga
terciptanya solidaritas didalam masyarakat muslim, terbentuknya ikatan kasih sayang
diantara individu dan kelompok dalam masyarakat, terkikisnya sebab-sebab kebencian
dalam masyarakat yang dapat terdampak pada terealisasi keamanan dan ketentraman
7
Ibid, hlm. 149.
8
masyarakat,serta terciptanya keadilan dalam distribusi yang mencangkup
pendistribusian sumber-sumber kekayaan.
8
Ibid, hlm. 150.
9
Prinsip keadilan dan pemerataan dalam distribusi mengandung maksud.
Pertama, kekayaan tidak boleh dipusatkan pada sekelompok orang saja, tetapi harus
menyebar kepada seluruh masyarakat. Islam menginginkan persamaan kesempatan
dalam meraih harta kekayaan, terlepas dari tingkatan sosial, kepercayaan, dan
warna kulit. Kedua, hasil produksi yang bersumber dari kekayaan nasional harus
dibagi adil. Ketiga,Islam tidak mengizinkan tumbuhnya harta kekayaan yang
melampaui batas-batas yang wajar apalagi jika diperoleh dengan cara yang tidak
benar.
2. Prinsip Persaudaraan dan Kasih Sayang
Konsep persaudaraan (ukhuwah) dalam Islam menggambarkan solidaritas
individu dan Sosial dalam masyarakat Islam yang tercermin dalam pola hubungan
sesama muslim. Rasa persaudaraan harus ditanam dalam hati sanubari umat Islam
sehingga tidak terpecah belah oleh kepentingan duniawi. Distribusi harta kekayaan
dalam Islam, sesungguhnya sangat mempertahankan prinsip ini.
Zakat,wakaf,sedekah, infak,nafkah, waris, dan sebagainya diberikan kepada umat
Islam agar ekonomi mereka semakin baik. Prinsip persaudaraan dan kasih sayang
ini di gambarkan dalam firman Allah:
Pada masa Rasulullah dan para sahabatnya, persaudaraan dan kasih sayang ini
terpelihara dengan baik . Mereka saling membantu satu sama lain baik dalam urusan
agama maupun dunia, termasuk dalam urusan ekonomi. Dalam Al-Qur’an disebut
sebagai berikut:
Persaudaraan dan kasih sayang akan memperkuat persatuan dan kesatuan umat
Islam yang kadang-kadang mendapatkan hambatan dan rintangan sehingga mereka
dapat saja terpecah belah dan saling bermusuhan. Allah memerintah agar umat
Islam senantiasa berpegang teguh dengan tali Agama Allah dan tidak bercerai-
berai, sebagaimana firman Nya:
Prinsip persaudaraan dan kasih sayang tersebut tidak berarti bahwa umat Islam
tidak boleh melakukan aktivitas ekonomi dengan non-muslim. Islam
memperolehkan umatnya bertransaksi dengan siapa pun asalkan sejalan dengan
prinsiprinsip-prinsip transaksi Islam tanpa membedakan agama, ras, dan bangsa.
Islam menganjurkan persaudaraan dan kasih sayang dalam distribusi agar supaya
umat Islam menjadi kuat baik secara ekonomi, sosial, politik, budaya, dan
sebagainya.
3. Prinsip Solidaritas Sosial
Prinsip solidaritas sosial merupakan salah satu prinsip pokok dalam distribusi
harta kekayaan. Islam menghimbau adanya solidaritas sosial dan menggariskan dan
menentukannya dalam suatu sistem tersendiri seperti zakat, sedekah,dan lain-lain.
Zakat dan sedekah merupakan lembaga keuangan penting bagi masyarakat muslim
dan memiliki peran pokok dalam merealisasikan kepedulian sosial dan redistribusi
pendapatan antar umat Islam. Selain peran itu, zakat juga memiliki peran penting
dalam proses pembangunan ekonomi. Menurut Syawqi Ahmad Dunya, zakat
memiliki peran investasi karena mengarah langsung kepada sumber daya
pengadaan manusia dalam masyarakat.
10
Prinsip solidaritas sosial dalam ekonomi Islam mengandung beberapa elemen dasar
yaitu9:
a) Sumber daya alam harus dinikmati oleh semua mahkluk Allah.
b) Adanya perhatian terhadap fakir miskin terutama oleh orang kaya.
c) Kekayaan tidak boleh dinikmati dan hanya sekedar di kalangan orang-orang
kaya saja.
d) Adanya perintah Allah untuk berbuat baik kepada orang lain.
e) Umat Islam yang tidak punya kekayaan dapat menyumbang tenaganya untuk
kegiatan sosial.
f) Larangan berbuat baik karena ingin dipuji orang (riya’)
g) Larangan memberikan bantuan yang disertai dengan perilaku menyakiti.
h) Distribusi Zakat harus diberikan kepada orang-orang yang telah disebutkan
dalam Al-Qur’an sebagai pihak yang berhak menerimanya (mustahiq zakat).
i) Anjuran untuk mendahulukan distribusi harta kepada orang-orang yang
menjadi tanggungan kemudian kepada masyarakat.
j) Anjuran agar distribusi disertai dengan doa agar tercapai ketenangan batin dan
kestabilan ekonomi masyarakat
k) Larangan berlebihan (boros) dalam distribusi ekonomi di kalangan masyarakat.
9
Ibid, hlm. 154.
11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Islam memberikan batas batas tertentu dalam berusaha, memiliki kekayaan dan
mentransaksinya. Dalam pendistribusian harta kekayaan, Al-Quran telah menetapkan langkah
langkah tertentu untuk mencapai pemerataan pembagian kekayaan dalam masyarakat secara
objektif. Begitu pula dengan hukum zakat, infaq, sadaqah, dan bentuk pemberian lainnya juga
diatur untuk membagi kekayaan kepada masyaraka yang membutuhkan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Afzalur Rahman, 1997, Muhammad Seorang Pedagang, Jakarta : Yayasan Swarna Bhumi.
K. Adi Gunawan, 2006, Kamus Lengkap, Surabaya : Lima Bintang.
Suhrawardi K.Lubis, 1999, Hukum Ekonomi Islam, Jakarta : Sinar Grafika.
Prof. Dr. H. Idri, M.Ag., Hadis Ekonomi menurut Perspektif Hadis Nabi, Jakarta :
Prenamedia Group.
13