Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HADIS TENTANG KONSEP EKONOMI DAN POLITIK

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadis Ekonomi dan Politik
Dosen Pengampu: Dr. Muhammad Rikza Muqtada, M. Hum.

Disusun Oleh
Kelompok 1-A4IHR
1. Yeni Anggaraini (2230410007)

PROGRAM STUDI ILMU HADIS


FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI KUDUS
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Tuhan semesta alam atas segala nikmat,
rahmat, taufik dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Hadis Tentang Konsep Ekonomi dan Politik” yang semoga bisa bermanfaat
dan menjadi petunjuk maupun pembelajan mata kuliah Hadis Ekonomi dan Politik.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Agung Muhammad Saw.
Semoga kita termasuk umat yang akan mendapatkan syafa’atnya kelak. Aamiin.
Adanya penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuh tugas mata kuliah
Hadis Ekonomi dan Politik dengan Bapak Dr. Muhammad Rikza Muqtada, M. Hum.
sebagai dosen pengampu. Kami menggunakan beberapa sumber referensi baik melalui
web internet maupun buku cetak sebagai bahan materi dalam makalah ini.
Kami menyadari bahwa kemampuan kami dalam menyusun makalah ini jauh
dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan. Kami mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca agar kedepannya dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami maupun
pembaca.

Kudus, 29 Februari 2024

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep ekonomi dan politik merupakan dua aspek penting dalam ilmu
sosial yang membahas tentang cara mengelola sumber daya dan mengatur
hubungan antara manusia. Ekonomi merupakan ilmu yang membahas tentang
cara mengelola sumber daya, termasuk sumber daya manusia, sumber daya
alam, dan sumber daya teknik. Kemudian politik merupakan ilmu yang
membahas tentang cara mengatur hubungan antara manusiaa, termasuk
hubungan antara negara, dan hubungan antara organisasi.
Ekonomi dan politik bekerja sama untuk membangun sosial, ekonomi,
dan politik yang baik. Dalam konsep ekonomi dan politik, masyarakat akan
membangun sistem yang baik untuk mengelola sumber daya dan mengatur
hubungan antar manusia. Sistem ini akan membantu masyarakat untuk
mencapai tujuan yang baik, termasuk kesejahteraan, kemakmuran, dan
keseimbangan.
Dalam konsep ekonomi dan politik, masyarakat akan mengembangkan
sistem yang efektif untuk mengelola sumber daya. Sistem ini akan membantu
masyarakat untuk mengelola sumber daya dengan cara yang efektif dan efisien.
Dalam konsep ekonomi dan politik, masyarakat akan mengembangkan sistem
yang efektif untuk mengatur hubungan antar manusia dan untuk mencapai
kesejahteraan, kemakmuran, dan keseimbangan.
B. Rumusan Masalah
1. Konsep ekonomi dalam hadis
2. Konsep politik dalam hadis
3. Keterkaitan antara ekonomi dan politik dalam hadis
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Ekonomi dalam Hadis


1. Hadis-Hadis yang Mengatur Masalah Ekonomi
Seluruh umat Islam sepakat bahwa hadis merupakan salah satu
sumber ajaran Islam termasuk dalam ekonomi. Dalam Islam, terdapat
banyak hadis yang mengatur masalah ekonomi dan beberapa prinsip dasar
terkait kegiatan ekonomi yang memperhatikan kesejahteraan bagi semua
pihak. Hadis-hadis yang mengatur masalah ekonomi merupakan bagian
penting dalam ajaran Islam terkait dengan kewajiban memberikan
sumbangan untuk kepentingan umat. Beberapa hadis yang relevan dengan
masalah ekonomi di antaranya sebagai berikut:1
a. Hadis Tentang Zakat
‫صدَ ْقت ُ َها َوفِي ْالغَن َِم‬ ِ ْ ‫سله َم يَقُو ُل فِي‬
َ ‫اْل ِب ِل‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ‫صلهى ه‬
َ ‫َّللا‬ ِ ‫سو َل ه‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫سمِ ْعتُ َر‬َ ‫ع ْن أ َ ِبي ذَ ٍّر قَا َل‬ َ
َ ‫صدَقَت ُ َها َوفِي ْالب ُِر‬
.ُ‫صدَقَتُه‬ َ ‫صدَقَت ُ َها َوفِي ْال َبقَ ِر‬
َ
Artinya: Dari Abi Dzar ia berkata, “Aku mendengar Rasuladllah
Shallalahu 'Alaihi Wasallam bersabda: “Pada unta dan kambing ada
zakatnya, demikian juga pada sapi dan domba ada zakatnya.” (HR.
Ahmad).
Dalam hal ini ada tiga hal yang terkait dengan zakat dalam mendorong
pembangunan ekonomi umat:2
1. Zakat akan membersihkan harta yang didiamkan (ditimbun /idle)
2. Zakat dapat menjadi dana sosial (yang dapat membantu orang-orang
yang membutuhkan dan untuk meningkatkan standar hidup
masyarakat miskin dan meningkatkan produktivitasnya.

1
Monzer Kahf, Ayat Dan Hadits Tentang Ekonomi, 2022.
2
Jasafat, “MANAJEMEN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SADAQAH PADA BAITUL
MAL ACEH BESAR,” Jurnal Al Ijtimaiyyah Vol. 1 (2015).
3. Institusi zakat dapat menambah atau meningkatkan permintaan
dalam skala makro ekonomi karena kaum fakir miskin memiliki
kemampuan untuk berbelanja, hal ini tentunya akan meningkatkan
pertumbuhan investasi dan ekonomi.

2. Penekanan Pada Keadaan Ekonomi dalam Ajaran Islam


Dalam ajaran Islam, terdapat penekanan yang kuat terhadap keadaan
ekonomi yang diatur oleh prinsip-prinsip Islam. Prinsip-prinsip ekonomi
Islam mengintekrasikan antara ilmu pengetahuan dengan agama dan
memandang aktivitas ekonomi secara positif asalkan sesuai dengan ajaran
Islam.3 Ekonomi Islam menekankan keadilan dalam bisnis sebagai pilar
ulama, merujuk pada prinsip keadilan dalam sistem ekonomi Islam.
Menurut M.A. Choudhury (1986) prinsip-prinsip ekonomi Islam meliputi:
1. Prinsip tauhid dan persaudaraan, dimana segala aktivitas ekonomi yang
dilakukan oleh seorang muslim akan sangat terjaga karena ia merasa
bahwa Allah Swt. akan selalu melihat apa yang dilakukannya.
Sementara konsep persaudaraan atau yang biasa dikenal sebagai
ukhuwah Islamiyah memberikan makna persaudaraan dan kerja sama
yang tulus antara sesama muslim dalam aktivitas ekonomi.
2. Prinsip bekerja dan produktivitas, dalam ekonomi Islam individu
dituntut untuk bekerja semaksimal mungkin dengan tingkat
produktivitas kerja yang tinggi dengan tujuan untuk memberikan yang
berbaik bagi kemaslahatan umat. Hasil pekerjaan ini harus
dikompensasi secara baik sesuai dengan standar kehidupan yang layak.
3. Prinsip distribusi kekayaan yang adil. Prinsip ini sebagai pengakuan
atas hak masyarakat dan redistribusi kakayaan. Mekanisme

3
Hurriah Ali Hasan, “Sumber Hukum Dalam Sistem Ekonomi Islam,” Jurnal Kajian Islam
Kontemporer Vol. 12 (2021).
pendistribusian kekayaan dalam Islam adalah dengan melalui
mekanisme zakat. Proses mekanisme zakat akan mampu melakukan
redistribusi kekayaan dari pihak kaya kepada pihak miskin.

3. Contoh-Contoh Praktis dari Kehidupan Nabi Muhammad Saw.


Terkait Ekonomi
Nabi Muhammad dikenal sebagai seorang pedagang yang jujur dan
adil dalam segala transaksinya. Nabi Muhammad juga mendorong umatnya
untuk berdagang dengan prinsip kejujuran, keadilan, dan tidak menipu
dalam berbisnis. Selain itu, Nabi Muhammad juga mendorong praktik
pemberian sedekah dan zakat sebagai bagian dari sistem ekonomi Islam.
Beliau mengajarkan pentingnya berbagi rezeki kepada yang membutuhkan
dan memberikan contoh nyata dengan memberikan bantuan kepada fakir
miskin serta memperhatikan kesejahteraan umatnya secara keseluruhan.
Persoalan ekonomi ini disebutkan oleh Nabi Muhammad Saw.
dalam suatu hadis yang diriwayatkan Bukhari, Muslim, dan Nasai dari
Zubair bin Awwam yang artinya:
“Seseorang yang membawa tali (pada pagi hari) berangkat mencari dan
mengumpulkan kayu bakar ke bukit-bukit, lalu menjualnya, memakannya,
dan menyedekahkannya lebih baik daripada hidup meminta-minta kepada
manusia lainnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Nabi Muhammad Saw. dapat menegaskan soal-soal ekonomi dalam
setiap bagiannya dengan sangat sederhana dan klasik sebagai berikut:4
a. Mencari dan mengumpulkan kayu bakar berarti berusaha (menambah
produksi).
b. Berusaha menjualnya berarti mengerjakan distribusi (pembagian).

4
Akmal and Zainal Abidin, “KORELASI ANTARA ISLAM DAN EKONOMI,” Jurnal Penelitian Vol.
9 (2015).
c. Memakannya berarti memenuhi konsumsi (pemakaian).
d. Menyedekahkan kepada orang lain berarti mengerjakan (rencana
sosial).

B. Konsep Politik dalam Islam


1. Hadis-Hadis yang Membahas Tata Cara Berpolitik dalam Islam
Politik secara etimologis berasal dari bahasa Inggris politics,
diartikan sebagai ilmu yang terkait dengan prinsip-prinsip pemerintahan,
pengaturan dan pengawasan rakyat atas persoalan-persoalan negara dan
masyarakat. Politik secara terminologis merupakan menghimpun kekuatan,
menaikkan kualitas dan kuantitas kekuatan, mengawasi dan mengendalikan
kekuatan guna mencapai tujuan kekuasaan pada negara maupun institusi
lainnya.5
Para pemikir Islam memandang bahwa perilaku politik semestinya
tidak terlepas dari nilai etika dan norma agama yang sifatnya transenden.
Karenanya setiap individu atau kelompok harus mampu
mengaktualisasikan nilai-nilai yang dimaksud, karena alam ini ibarat
common wealth yang mencakup dua unsur, yaitu Tuhan dan manusia yang
saling terkait satu sama lain, apalagi jika dilihat dari sisi tujuan berdirinya
sebuah negara adalah untuk mencapai kemaslahatan bersama, saling
menguntungkan tanpa harus melihat ras, suku, bangsa, dan bahkan agama.6
Hadis Nabi Saw. berfungsi sebagai tabyin (penjelas), hadis juga
tidak sedikit memuat prinsip-prinsip dan landasan etika politik dan
pemerintahan dalam Islam. Terdapat beberapa hadis Nabi Saw. yang
berkenaan dengan konsep dasar kepemimpinan pada Shahih Bukhari dan
Muslim, di antaranya:

5
Abdullah Zawawi, “Politik Dalam Pandangan Islam,” Ummul Qura Vol. 5 (2015).
6
Lukman Arake, “Hadis-Hadis Politik Dan Pemerintahan,” Lintas Nalar, 2020.
a. Keharusan pemimpin bertanggung jawab atas kepemimpinan
َ ‫ ُكلُّ ُك ْم َراع فَ َمسْئو ٌل‬:َ‫ قَال‬،‫سله َم‬
‫ع ْن‬ َ ‫عل ْي ِه َو‬ ‫صلهى ه‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ ُ ‫ ا َ هن َر‬،‫ع َم َر‬
ِ ‫س ْو َل ه‬ ِ ‫ع ْب ِد ه‬
ُ ‫َّللا ب ِْن‬ ُ ‫َح ِدي‬
َ ‫ْث‬
‫علَى ا َ ْه ِل بَ ْيتِ ِه َوه َُو‬
َ ‫اع‬ ٍّ ‫الر ُج ُل َر‬ َ ‫اع َوه َُو َم ْسئ ُ ْو ٌل‬
‫ َو ه‬،‫ع ْن ُه ْم‬ ٍّ ‫اس َر‬ ِ ‫علَى النه‬ َ ‫ِي‬ ْ ‫ فَ ْاْلَمِ ي ُْر الُّذ‬،ِ‫َر ِعيهتِه‬
‫ع َلى َما ِل‬ َ ‫اع‬ ٍّ ‫ َو ْال َع ْبدُ َر‬،‫ع ْن ُه ْم‬
َ ٌ‫ِي َم ْسئُو َلة‬َ ‫ت بَ ْع ِل َها َو َو َل ِد ِه َو ه‬ َ ٌ ‫ َو ْال َم ْرأ َة‬،‫ع ْن ُه ْم‬
ِ ‫ع َلى بَ ْي‬ َ ‫َم ْسئ ُ ْو ٌل‬
َ ‫اع َو ُكله ُك ْم َم ْسئ ُ ْو ٌل‬
‫ع ْن َر ِعيهتِ ِه‬ ٍّ ‫اع َو ُكله ُك ْم َر‬
ٍّ ‫ االفَ ُكلُّ ُك ْم َر‬،ُ‫ع ْنه‬
َ ‫س ِي ِد ِه َوه َُو َم ْسئ ُ ْو ٌل‬
َ
Telah meriwayatkan kepada kami ‘Abdullah bin ‘Umar bahwa
Rasulullah Saw. bersabda: “Masing-masing dari kalian adalah seorang
pemimpin dan akan bertanggungjawab atas yang kalian pimpin. Amir
(kepala negara) pada umumnya adalah seorang pemimpin manusia dan
akan bertanggung jawab atasnya. Seorang suami dari keluarga adalah
pemimpin dan akan bertanggung jawab atas mereka. Seorang istri
adalah pemimpin dalam keluarga dan anak-anak suami, dan akan
bertanggung jawab atas mereka. Seorang hamba sahaya adalah
pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan bertanggung jawab
atasnya. Ketahuilah bahwa setiap masing-masing dari kalian adalah
seorang pemimpin, dan masing-masing akan bertanggung jawab atas
orang-orang yang dipimpinnya.” (HR. al-Bukhari: 1199).

b. Keharusan pemimpin untuk berlaku adil


ْ ‫ض ِه الهذ‬
‫ِي‬ ِ ‫ار فِ ْي َم َر‬ ٍّ ‫س‬َ َ‫عادَ َم ْع ِق َل بْنَ ي‬
َ ‫عبَ ْي ِد هللاِ ب ِْن ِزيَا ٍّد‬ َ ‫ع ِن ْال َح‬
ُ ‫ ا َ هن‬،‫س ِن‬ َ ‫ار‬ ٍّ ‫س‬ ُ ‫َح ِدي‬
َ َ‫ْث َم ْع ِق ِل ب ِْن ي‬
َ ،‫س هل َم‬
ُ‫سمِ ْعت‬ َ ‫ع َل ْي ِه َو‬ ‫صلهى ه‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ِ ‫س ْو ِل ه‬ُ ‫سمِ ْعتُهُ مِ ْن َر‬ َ ‫ فَقَا َل لَهُ َم ْع ِق ٌل اِنِ ْي ُم َح ِدثُكَ َح ِد ْيثًا‬،ِ‫َماتَ فِ ْيه‬
‫َص ْي َح ٍّة اِاله‬ ْ ‫َّللاُ َر ِعيهةً فَلَ ْم َي ُح‬
ِ ‫ط َها بُن‬ ‫عاهُ ه‬ َ ‫ َما مِ ْن‬:ُ‫سله َم يقُ ْول‬
َ ‫ع ْب ٍّد اِ ْست َْر‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ‫صلهى ه‬
َ ُ‫َّللا‬ ‫النه ِب ه‬
َ ‫ي‬
‫لَ ْميَ ِجدْ َراثِ َحةَ ْال َجنه ِة‬
Hadis Ma’qil bin Yasar. Diriwayatkan dari al-Hasan bahwa ‘Abdullah
bin Ziyad mengunjungi Ma’qil bin Yasar ketika sakit menjelang
wafatnya. Ma’qil berkata kepadanya: Aku akan sampaikan kepadamu,
aku mendengar hadis dari Rasulullah Saw dan mendengar Nabi Saw.
bersabda: “Seorang hamba yang dititipkan amanat oleh Allah Swt.
berupa kepemimpinan, namun ia tidak menindaklanjutinya dengan
baik, ia tidak akan mendapatkan aroma surga.” (HR. al-Bukhari:
1200).

2. Prinsip-Prinsip Kepemimpinan yang Dijelaskan dalam Hadis


Hadis pertama di atas menjelaskan tiga pokok. Pertama, pemimpin
sebagai subyeknya. Manusia harus mampu memimpin dirinya sendiri, jadi
dasar utama internalnya manusia sendiri sebagai objek kepemimpinan,
memimpin diri sendiri berarti mengupayakan berfungsinya sistem untuk
menghasilkan output yang berfungsi bagi diri sendiri dan lingkungan
sekitar. Jika kita ingin memerintah orang lain, kita terlebih dahulu
melakukannya.
Kedua, kepemimpinan, dinamika terapannya. Selama ini dipahami
kepemimpinan sebagai ilmu dan seni mempengaruhi orang lain, agar orang
lain mau secara ikhlas melakukan sesuatu sesuai keinginan atau harapan
pemimpin. Dalam dimensi ini hanya mengandung secara eksternal,
sedangkan dimensi internalnya hilang. Padahal keduanya harus serentak,
karena kepemimpinan juga untuk dirinya sendiri.
Ketiga, pertanggungjawaban atas resikonya. Resiko sebagai
konsekuensi logis dari keberhasilan atau kegagalan, resiko akan
menghitung sampai sejauh mana nilai kepemimpinan terapan yang
diharapkan bisa tercapai. Dengan kata lain, sekecil apapun akan dihitung
mendapatkan imbalan, sebagaimana yang tertera dalam Q.S al-Zalzalah: 7-
8.7
Berdasarkan pada hadis kedua diatas menjelaskan dalam rangka
menerapkan sistem keadilan, seorang pemimpin harus tegas dalam
memberikan sanksi kepada para hakim-hakim dan para penegak hukum

7
Novita Pancaningrum, “Kontekstualisasi Konsep Pemimpin Dalam Teks Hadis,” Jurnal Riwayah Vol.
4 (2019).
yang menciderai rasa keadilan bagi masyarakat, terutama masyarakat
bawah. Jangan sampai hukum tajam ke bawah dan tumpul ke atas, artinya
penegakkan hukum yang tembang pilih dan diskriminatif. Dalam
prakteknya, Rasulullah Saw. selalu mengutus para hakim ke daerah-daerah
untuk menetapkan hukum dengan seadil-adilnya, karena keadilan itu lebih
dekat kepada takwa.8
Salah satu kemuliaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin adalah
ketika mereka memimpin dengan penuh rasa adil, sehari saja berlaku adil
akan jauh lebih mulia daripada beribadah 60 tahun, termasuk ketika mereka
menegakkan hukum secara benar dan proporsional akan jauh lebih mulia
dari pada hujan selama 40 tahun. Seorang pemimpin harus memiliki prinsip
serta komitmen yang kuat terhadap tegaknya keadilan. Di samping itu,
seorang pemimpin harus selalu bersikap bijaksana. Karenanya sebelum
memtuskan suatu perkara atau mengambil suatu tindakan maka sebaiknya
ia berlapang dada untuk menerima masukan dan saran agar segala
keputusannya tetap dapat diterima karena sesuai dengan kemaslahatan
rakyat.

3. Hubungan Antara Politik dan Moralitas dalam Perspektif Hadis


Etika politik dan pemerintahan Islam dalam perspektif hadis
menyoroti pentingnya moralitas dalam kepemimpinan. Krisis moral
seorang pemimpin dapat mengakibatkan kehancuran moral rakyat. Oleh
karena itu, nilai etika dan moral yang baik sangat diperlukan dalam
pemerintahan untuk mencegah kekacauan dan memastikan kedaulatan
rakyat terjaga.

8
Asrori Mukhtarom, “Relasi Pemimpin Dengan Rakyat Dalam Perspektif Al-Qur’an,” Rausyah Fikr:
Jurnal Pemikiran Dan Pencerahan 14 (2018).
Hubungan politik dan moralitas dalam perspektif hadis melibatkan
cara bagaimana hadis politik berpengaruh pada keputusan dan tindakan
politik yang benar. Dalam era modernisasi politik di Indonesia, hubungan
antara agama dan negara menjadi penting. Modernisasi politik telah
membawa sekularisasi politik, namun di negara Pancasila seperti
Indonesia, hubungan agama dan negara bersifat persinggungan. Agama
dapat memberikan kontribusi positif sebagai faktor integratif yang
menghargai kemajemukan dalam masyarakat.

C. Keterkaitan Antara Ekonomi dan Politik dalam Hadis


1. Konsep Ekonomi dan Politik saling Berkaitan dalam Ajaran Islam
Di dalam Islam konsep politik ekonomi berlandaskan pada hadis
nabi yang di riwayatkan dari Anas bahwasannya Rasulallah sallallahu’alaihi
wa sallam bersabda: “Tidak halal (mengambil) harta milik orang Islam,
kecuali atas kerelaan darinya.” (HR. Ahmad).
Dari hadis di atas dapat kita lihat bahwa dalam politik ekonomi
Islam juga memberi batasan yang tegas dalam hal perolehan harta. Artinya
harta dan segala sumber daya ekonomi yang ada dan yang didapatkan
haruslah melalui jalan yang halal dan diridhai oleh Allah Swt.
Konsep politik ekonomi Islam pada dasarnya adalah konsep politik
yang menawarkan kebijakan yang menginginkan agar kesejahteraan bisa
dirasakan oleh semua masyarakat. Semua sumber daya yang ada haruslah
dirasakan secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat guna tidak terjadi
ketimpangan sosial yang terlalu jauh. Karena segala apa yang kita miliki di
dunia termasuk harta merupakan titipan Allah Swt. Selain itu prinsip-
prinsip yang ditawarkan dalam politik ekonomi Islam merupakan prinsip
Islami dan mengutamakan kehalalan.
2. Prinsip-Prinsip Ekonomi dan Politik yang Diajarkan dalam Hadis
Prinsip-prinsip ekonomi Islam didasarkan atas lima nilai universal
yang meliputi tauhid (keimanan), ‘adl (keadilan), Inubuwwah (kenabian),
khilafah (pemerintah) dan ma’ad (hasil). Dari kelima nilai universal
tersebut, dibangunlah tiga prinsip derivatif yaitu kepemilikan multijenis
(multiple ownership), kebebasan bertindak atau berusaha (freedom to act)
serta keadaan sosial (social justice).9
Pentingnya menjalankan prinsip-prinsip ekonomi dan politik yang
diajarkan dalam hadis adalah untuk memastikan bahwa sistem ekonomi dan
politik yang digunakan dalam suatu masyarakat mematuhi aturan dan nilai-
nilai yang disediakan dalam Al-Qur’an dan hadis.

9
Abdul Qodri S, “Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam,” in Intern Assistant of PKEBS, 2018.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konsep ekonomi dan politik dari perspektif hadis mencakup prinsip-
prinsip yang mendasar seperti keadilan ekonomi, kejujuran ekonomi, dan
aturan-aturan al-Qur’an dan hadis dalam ekonomi. Pemerintah dianggap
sebagai pengawas bagi pengembangan ekonomi yang benar, dan intervensi
pemerintah dalam hal ini dapat dibenarkan bila didasarkan pada kemaslahatan
umat.
DAFTAR PUSTAKA

Akmal, and Zainal Abidin. “KORELASI ANTARA ISLAM DAN EKONOMI.”


Jurnal Penelitian Vol. 9 (2015).
Arake, Lukman. “Hadis-Hadis Politik Dan Pemerintahan.” Lintas Nalar, 2020.
Hasan, Hurriah Ali. “Sumber Hukum Dalam Sistem Ekonomi Islam.” Jurnal Kajian
Islam Kontemporer Vol. 12 (2021).
Jasafat. “MANAJEMEN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SADAQAH
PADA BAITUL MAL ACEH BESAR.” Jurnal Al Ijtimaiyyah Vol. 1 (2015).
Kahf, Monzer. Ayat Dan Hadits Tentang Ekonomi, 2022.
Mukhtarom, Asrori. “Relasi Pemimpin Dengan Rakyat Dalam Perspektif Al-Qur’an.”
Rausyah Fikr: Jurnal Pemikiran Dan Pencerahan 14 (2018).
Pancaningrum, Novita. “Kontekstualisasi Konsep Pemimpin Dalam Teks Hadis.”
Jurnal Riwayah Vol. 4 (2019).
S, Abdul Qodri. “Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam.” In Intern Assistant of PKEBS,
2018.
Zawawi, Abdullah. “Politik Dalam Pandangan Islam.” Ummul Qura Vol. 5 (2015).

Anda mungkin juga menyukai