Anda di halaman 1dari 17

KONSEP DASAR KEUANGAN ISLAM

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Manajemen Dana dan Jasa Bank Syariah
Dosen Pengampu : Riyani Fitri Lubis, M.E.

Disusun Oleh :
Sendi ardinata (2031096)
Saud Al Faisal (2031072)

Kelas : 5 C

PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
IAIN SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK BANGKA BELITUNG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Islam sebagai agama penyempurna risalah-risalah dari agama terdahulu memiliki
syariah yang sangat istimewa, yakni bersifat komprehensif dan universal. Komprehensif
berarti syariah Islam merangkum seluruh aspek kehidupan, baik ritual (ibadah) maupun
sosial (muamalah) termasuk dalam hal ini ekonomi syariah. Sedangkan universal berarti
syariah Islam dapat diterapkan dalam setiap waktu dan tempat hinggahari
kemudian. 1 Allah SWT.berfirman yang artinya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu,
melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” 2

Dalam pada itu, Alquran tidak memuat berbagai aturan yang terperinci tentang
syariah yang dalam sistematika hukum Islam terbagi menjadi dua bidang, yakni ibadah
(ritual) dan muamalah (sosial).Hal ini menunjukkan bahwa Alquran hanya mengandung
prinsip-prinsip umum bagi berbagai masalah hukum dalam Islam, terutama sekali yang
berkaitan dengan hal-hal yang bersifat muamalah. 3 Bertitik tolak dari prinsip tersebut, nabi
Muhammad SAW menjelaskan melalui berbagai hadisnya.

Dalam kerangka yang sama dengan Alquran, mayoritas hadis Nabi tersebut juga
tidak bersifat absolut, terutama yang berkaitan dengan muamalah. Dengan kata lain,
kedua sumber utama hukum Islam ini hanya memberikan berbagai prinsip dasar yang
harus dipegang oleh umat manusia selama menjalani kehidupan di dunia. Adapun untuk
merespon perputaran zaman dan mengatur kehidupan duniawi manusia secara
terperinci, Allah swt.menganugerahi akal pikiran kepada manusia. Dalam hal ini, nabi
Muhammad saw. bersabda yang artinya: “Kamu lebih mengetahui urusan
keduniaanmu.”4 Pernyataan Nabi di atas membuka peluang bagi umat Islam meramu ulang
konsep dasar berbagai persoalan ibadah, sosial, hukum, politik maupun persoalan
konsep dasar ekonomi syariah dan keuangan syariah yang dibahas di makalah
ini.Pandangan ekonomi syariah secara dimensi normatif maupun dimensi positif
bertujuan untuk melakukan kajian tentang kebahagian hidup manusia yang

1M. Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Bagi Bankir dan Praktisi Keuangan,(Jakarta: Bank Indonesia dan
Tazkia Institute, 1999), hal. 38.
2
QS. al-Anbiya (21): 107.
3
Harun Nasution, Akal danWahyu dalam Islam, (Jakarta: UI Press, 1986), hal. 29
4
Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj, Shahih Muslim,Jilid 2, (Beirut: Dar al-Fikr, 1993), hal. 427
dicapai dengan mengorganisasikan sumber daya alam atas dasar bekerja sama dan
partisipatif. Kajian iniberdasarkan Alquran, hadis nabi Muhammad, ijma’ dan qiyas. 5

Pembahasan dalam ilmu ekonomi terbagi pada tiga hal, yaitu ekonomi sebagai
usaha hidup dan pencarian manusia dinamakan economi cal live; ekonomi dalam
rencana suatu pemerintahan dinamakan political economy; ekonomi dalam teori dan
pengetahuan dinamakan politicalscience.Dengan lengkapnya persoalan ekonomi ini
disebutkan oleh nabi Muhammad saw., dalam suatu hadis yang diriwayatkan Bukhari,
Muslim, dan Nasai dari Zubair bin Awwam yang artinya: “Seseorang yang
membawa tali (pada pagi hari) berangkat mencari dan mengumpulkan kayu bakar ke
bukit-bukit, lalu menjualnya, memakannya, dan menyedekahkannya lebih baik
daripada hidup meminta-minta kepada manusia lainnya.”Dengan contoh yang sangat
sederhana dan klasik, Nabi dapat menegaskan soal-soal ekonomi dalam bagiannya,
yiatu mencari dan mengumpulkan kayu bakar berarti berusaha menambah produksi;
berusaha menjualnya berarti mengerjakan distribusi (pembagian); memakannya berarti
memenuhi konsumsi (pemakaian); menyedekahkan kepada orang lain berarti
mengerjakan rencana sosial. 6

Sesuai pula dengan teori ekonomi tentang tingkatan kemajuan perekonomian


bahwa pada mulanya masing-masing orang memborong sendiri pekerjaan segala
rencana ekonomi ini. Setelah lapangan ekonomi meluas, barulah tiap-tiap rencana
tersendiri daripada rencana dikerjakan lainnya, caranya adalah:Pertama, pada zaman
purbakala setiap orang menjadiprodusen (pengusaha) dan menjadi konsumen pula
(pemakai).Setelah perhubungan manusia sedikit meluas, timbullah bagian yang
ketiga, yaitu distributor (pembagi), golongan saudagar.Kedua, pada mulanya
manusia dapat mengerjakan sendiriketiganya, yaitu mengusahakan (produsen),
menjual (distributor), dan memakai (konsumen). Akan tetapi, satu persatu kemudian
berdiri sendiri dan dikerjakan oleh banyak orang (produsen sendiri, distributor
sendiri, dan konsumen sendiri pula).Di zaman modern ini, lapangan ketiganya sangat
luas. Rencana ekonomi banyak becabang-cabang dan tiap-tiap cabang tidak lagi
dikerjakan satu orang atau satu bangsa, akan tetapi memerlukan tenaga banyak orang
atau berbagai banMeskipun dalam hadis itu disebutkan contoh usaha yang sangat

5
Veithzal Rivai dan Andi Buchari, Islamic Economics: Ekonomi Syariah B -kan OPSI. Tetapi
SOLUSI!,(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 325.
6
Jibrail Bin Yusuf, (2010),"Ethical implications of sales promotion in Ghana: Islamic perspective",
Journalof Islamic Marketing, Vol.1 No.3.hal. 220 –230
sederhana, seperti mencari kayu bakar dan meminta-minta, semuanya merupakan
contoh yang tepat bagi persoalan perekonomian manusia. Begitu pula, dalam hal
teknik pekerjaandi masa yang tampaknya sangat primitif, yaitu beberapa cabang
ekonomi berlaku pada diri seorang manusia.Padahal di zaman modern ini, setiap cabang
dikerjakan oleh begitu banyak tenaga manusia. 7

Titik berat pada hadis nabi Muhammad saw di atas bukanlah pada
keharusan tiap-tiap orang untuk mewujudkan sendiri ketiga-tiganya (produksi, distribusi,
dan konsumsi). Letak wujudnya adalah bahwa rencana ekonomi mempunyai banyak
cabang yang memerlukan banyak sekali tenaga manusia, baik secara bersama
maupun masing-masing. Begitulah, rencana ekonomi menjadi pekerjaan raksasa dari
dunia internasional dan kesatu pada masa kita ini yang menjadi rebutan dan
perjuangan negara-negara besar di dunia. Di dalam hadis tersebut selain menyebutkan
tiga macam rencana ekonomi di atas (produksi, distribusi, dan konsumsi), ada juga yang
menegaskan rapatnya hubungan ekonomi dengan sosial. Dalam islam tidaklah dapat
dibenarkan bahwa perjuangan ekonomi hanyalah dipusatkan pada kepentingan material
semata-mata dengan melupakan moral dan rasa kemanusiaan. 8

Rencana ekonomi yang terlepas sama sekali dari rencana sosial akan berjalan
pincang, menimbulkan kezaliman dan kepincangan. Rencana ekonomi harus ditujukan
pada kesejahteraan sosial serta kemakmuran masyarakat. 9 Untuk melihat konsep dasar
ekonomi syariah dan keuangan syariah yang baku berikut dipaparkan berbagai hal
yang terkait dengannya.

7
Abdullah Zaky Al Kaaf, Ekonomi dalam Perspektif Islam,(Bandung: Pustaka Setia, 2002), hal. 18-22
8
Anthony Howard, (2010),"A new global ethic", Journal of Management Development, Vol. 29
No.5. hal. 506-517
9
Riham Ragab Rizk, (2008) "Back to basics: an Islamic perspective on business and work ethics", Social
Responsibility Journal, Vol.4. hal.246-254
B. Rumusan masalah

1. Apa yang membedakan Sistem bagi hasil dan sistem bunga?

2. Bagamaina konsep keuntungan dalam Islam?

3. Apa konsep dasar bank syariah?

4. Apa itu konsep akad syariah?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui perbedaan bagi hasil dan system bunga

2. Untuk mengetahui konsep keuntungan dalam islam

3. Untuk mengetahui konsep dasar bank syariah

4. Untuk mengetahui konsep akad syariah


BAB II

PEMBAHASAN

A. Perbedaan Bagi Hasil dan Bunga

Sistem pembagian keuntungan pada bank konvensional disebut dengan bunga, sedangkan
pada bank syariah disebut bagi hasil. Berikut pengertian Bagi hasil dan Bunga.

Bagi Hasil

Tidak jauh berbeda dengan bunga, bagi hasil diberikan oleh bank kepada nasabah sebagai
balas jasa dan jumlah uang yang dibayarkan jika nasabah memiliki pinjaman kepada bank.
Namun, bagi hasil memiliki sistem yang berbeda dengan bunga pasalnya dijalankan oleh
bank syariah. Bagi hasil memiliki tiga macam akad, yaitu: mudarabah, musyarakah, dan
murabahah.

Mudarabah adalah akad kerja sama antara pihak bank dan nasabah, nasabah memberikan
modal usaha dan bank yang melakukan investasi atau usaha. Musyarakah merupakan
perjanjian kerja sama antara kedua belah pihak atau lebih untuk usaha tertentu.

Sedangkan murabahah adalah akad yang telah disepakati oleh kedua belah pihak berdasarkan
aktivitas jual beli barang dengan tambahan keuntungan untuk bank syariah. Skema yang
dijalankan bagi hasil juga sama seperti bunga, yaitu: profit sharing, gross profit sharing, dan
revenue sharing.

Bunga

Sebelum memahami perbedaan bunga dan bagi hasil, ada baiknya kamu pahami terlebih
dahulu apa itu bunga dan bagi hasil. Bunga adalah biaya yang harus dibayarkan oleh nasabah
saat meminjam uang. Berlaku pula sebaliknya, nasabah bisa mendapatkan bunga saat
meminjamkan uang.
Saat meminjam uang kepada bank konvensional, nasabah akan dikenakan bunga per bulan
dan wajib untuk dibayarkan. Nasabah juga bisa mendapatkan bunga jika melakukan investasi
ke lembaga keuangan seperti bank. Terdapat beragam jenis bunga, seperti bunga fixed, bunga
flat, bunga efektif, bunga anuitas, dan sebagainya.

Semuanya mempunyai perhitungannya masing-masing saat pengajuan kredit pinjaman.


Namun, sistem bunga pada bank konvensional kerap dianggap sebagai riba, yakni
pengambilan tambahan sebagai syarat yang harus dibayarkan oleh nasabah kepada bank
selain pinjaman pokok.10

Perbedaan Bunga Dan Bagi Hasil dapat dilihat dari beberapa sebagai berikut.

10
Wulan Trisna, “Apa Perbedaan Bunga Dan Bagi Hasil?”, Vocasia, 4 Juni 2022,
https://vocasia.id/blog/perbedaan-bunga-dan-bagi-hasil/
B. Konsep keuntungan dalam Islam

Laba adalah selisih hasil penjualan dari harga pokok dan biaya operasi. Kalangan ahli
ekonomi mendefinisikannya sebagai selisih antara total penjualan dengan total biaya. Total
penjualan adalah harga barang yang dijual, dan total biaya operasional adalah seluruh biaya
yang dikeluarkan dalam penjualan yang terlihat dan tersembunyi. 11

Karena perniagaan atau bisnis berarti jual beli dengan tujuan memperoleh dan mencari
keuntungan, maka keuntungan menjadi tujuan mendasar dalam sebuah transaksi perniagaan
atau jual beli bahkan merupakan tujuan asli dari perniagaan. Laba Dalam bahasa Arab berarti
pertumbuhan (an-namā‟), seperti terdapat dalam Lisān al-‟Arāb karangan Ibnu Manzūr yaitu,
pertumbuhan dalam dagang. 12

Al-Azhari mengatakan, maksud atau tujuan jual beli adalah laba (a- ribhu) dan
perdagangan adalah rābihah yang mengandung arti laba hasil dagang. Contoh lain, “Saya
telah menjual sesuatu (barang) secara murabahah dengan ketentuan dari setiap 10 dirham
diambil 1 dirham”. Artinya, dengan keuntungan satu dirham berarti 10%. Pengertian laba
dagang itu kepada kebiasaan orang Arab seperti pada ucapan mereka, “beruntung
daganganmu”, atau, “merugi transaksimu”. Kedua ungkapan ini berarti “kamu beruntung dan
merugi dalam jual beli kamu”.13

C. Konsep dasar bank syariah

Konsep dasar dari bank syariah adalah lembaga keuangan bank yang mejalankan aktivitas
bisnisnya berdasarakan prinsip-prinsip syariah. Menurut etimologi bahasa, kata syariah
berdasarkan pengertiannya adalah jalan yang lurus, dan beberapa ahli memiliki pendapat
bahwa syariah adalah jalan yang harus ditempuh atau diikuti untuk menuju mata air.14

Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan Prinsip-Prinsip Syariah.
Implementasi prinsip syariah inilah yang menjadi pembeda utama dengan bank konvensional.
Pada intinya prinsip syariah tersebut mengacu kepada syariah Islam yang berpedoman utama
kepada Al Quran dan Hadist.Islam sebagai agama merupakan konsep yang mengatur

11
Lihat Mahmud ibn Muhammad az-Zamakhsyari, Tafsir alKasysyaf, Dar al-Kutub al-„Ilmiyah, Beirut, 1424 H,
vol 1, hlm. 77.
12
Maktabah Syāmilah, ”al-Mausu‟ah al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah”, Kuwait: Wizāratul waqf wa Syu‟ūn al
Islamiah, 2006.
13
Kismawadi,“Perhitungan Laba dalam Konsep Islam”, kismawadi.blogspot.com, Februari 2009.
14
Dodi, Y. (2018). Analisis akad Tijarah pada transaksi fintech syariah dengan pendekatan maqhasid. Yudisia,
Jurnal Pemikiran Hukum Dan Hukum Islam, 9(2), hlm. 245-256.
kehidupan manusia secara komprehensif dan universal baik dalam hubungan dengan Sang
Pencipta (HabluminAllah) maupun dalam hubungan sesama manusia (Hablumminannas).

Ada tiga pilar pokok dalam ajaran Islam yaitu :

Aqidah : komponen ajaran Islam yang mengatur tentang keyakinan atas keberadaan dan
kekuasaan Allah sehingga harus menjadi keimanan seorang muslim manakala melakukan
berbagai aktivitas dimuka bumi semata-mata untuk mendapatkan keridlaan Allah sebagai
khalifah yang mendapat amanah dari Allah.

Syariah : komponen ajaran Islam yang mengatur tentang kehidupan seorang muslim baik
dalam bidang ibadah (habluminAllah) maupun dalam bidang muamalah (hablumminannas)
yang merupakan aktualisasi dari akidah yang menjadi keyakinannya.

Sedangkan muamalah sendiri meliputi berbagai bidang kehidupan antara lain yang
menyangkut ekonomi atau harta dan perniagaan disebut muamalah maliyah

Akhlaq : landasan perilaku dan kepribadian yang akan mencirikan dirinya sebagai seorang
muslim yang taat berdasarkan syariah dan aqidah yang menjadi pedoman hidupnya sehingga
disebut memiliki akhlaqul karimah sebagaimana hadis nabi yang menyatakan "Tidaklah
sekiranya Aku diutus kecuali untuk menjadikan akhlaqul karimah".

Dalam operasionalnya, perbankan syariah harus selalu dalam koridor-koridorprinsip-


prinsip sebagai berikut:

1. Keadilan, yakni berbagi keuntungan atas dasar penjualan riil sesuai kontribusi dan
resiko masing-masing pihak

2. Kemitraan, yang berarti posisi nasabah investor (penyimpan dana), dan pengguna
dana, serta lembaga keuangan itu sendiri, sejajar sebagai mitra usaha yang saling bersinergi
untuk memperoleh keuntungan

3. Transparansi, lembaga keuangan Syariah akan memberikan laporan keuangan secara


terbuka dan berkesinambungan agar nasabah investor dapat mengetahui kondisi dananya

4. Universal, yang artinya tidak membedakan suku, agama, ras, dan golongan dalam
masyarakat sesuai dengan prinsip Islam sebagai rahmatan lil alamin. 15

15
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/Pages/Prinsip-dan-Konsep-PB-
Syariah.aspx#:~:text=Prinsip%2Dprinsip%20Dasar%20Syariah,kepada%20Al%20Quran%20dan%20Hadist.
D. Konsep akad syariah

1. Pengertian Akad Syariah

Pengertian Akad menurut kompilasi hukum ekonomi syariah adalah suatu kesepakatan
dalam suatu perjanjian yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih untuk melakukan dan atau
tidak melakukan perbuatan hukum tertentu (Perundang-Undangan, 2010) Di Indonesia,
akad dikenal dengan istilah kontrak.Menurut Ibnu Abidin sebagaimana dikutip Manan,
makna kontrak secara terminologi yaitu pertalian antara ijab dan qabul yang sesuai
dengan kehendak Allah dan RasulNya dan dibenarkan oleh syariah yang kemudian
menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya. 16

2. Macam-macam Akad Syariah

Akad dibagi menjadi beberapa jenis, yang setiap jenisnya sangat bergantung pada sudut
pandangnya. Jenis akad tersebut adalah :

1. Berdasarkan pemenuhan syarat dan rukun, seperti sah atau tidak sahnya suatu

akad.

2. Berdasarkan apakah syara’ telah memberi nama atau belum, seperti contoh akad

yang telah dinamai syara’, seperti jual-beli, hibah, gadai dan lain-lain. Sedangkan

akad yang belum dinamai syara’, tetapi disesuaikan dengan perkembangan jaman.

3. Berdasarkan barang diserahkan atau tidak , ( dibaca: zatnya), baik berupa benda

yang berwujud (al-‘ain) maupun tidak berwujud ( ghair al-‘ain). 17

Dalam transaksi lembaga keuangan syariah dibagi dalam beberapa bagian yaitu:

1. Tabungan/penghimpun dana (Funding)

a. Wadi’ah artinya Titipan, dalam terminologi, artinya menitipkan barang kepada

orang lain tanpa ada upah. Jika Bank meminta imbalan (ujrah) atau mensyaratkan

upah, maka akad berubah menjadi ijaroh. Pada bank Syariah seperti Giro

berdasarkan prinsif wadi’ah

16
Manan, A. (2012). Hukum Ekonomi Syariah dalam Persepektif Peradilan Agama. Kencana Pernada
Media Group, Jakarta.
17
Syafe’i Rachmat, Fiqih Muamalah, (Bandung, Pustaka Setia, 2006) hlm. 63
b. Mudharobah adalah Kerja sama antara dua pihak di mana yang satu sebagai

penyandang dana (shohib al-maal) dan yang kedua sebagai pengusaha (mudhorib)

sementara keuntungan dibagi bersama sesuai nisbah yang disepakati dan kerugian

finansial ditanggung pihak penyandang dana. Dalam bank syariah

seperti Tabungan maunpun Deposito berdasarkan prinsip mudharobah

2. Berbasis jual beli (al- bay) seperti murabahan, salam dan istishna.

a. Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan

yang disepakati,

b. Salam adalah pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari, sementara

pembayarannya dilakukan di muka.

c. Istishna, adalah merupakan suatu jenis khusus dari bai’ as-salam yang

merupakan akad penjualan antara pembeli dan pembuat barang. Dalam akad ini

pembuat barang menerima pesanan dari pembeli, pembuat barang lalu berusaha

melalui orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang

telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir.

3. Berbasis Sewa Menyewa, seperti Ijarah dan Ijarah Muntahiiyah Bit-Tamlik

a. Ijarah adalah, pembiayaan berupa talangan dana yang dibutuhkan nasabah untuk

memiliki suatu barang/jasa dengan kewajiban menyewa barang tersebut sampai

jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan akad. Atau kata istilah lain akad

untuk mendapatkan manfaat dengan pembayaran. Aplikasinya dalam perbankan

berupa leasing

b. Ijarah Muntahiiyah Bit-Tamlik, adalah akad sewa menyewa barang antara bank

dengan penyewa yang diikuti janji bahwa pada saat ditentukan kepemilikan

barang sewaan akan berpindah kepada penyewa, ringkasnya adalah Sewa yang
berakhir dengan kepemilikan.

4. Berbasis Upah/Jasa Pelayanan, seperti Kafalah, Wakalah, Hiwalah, Rahn dan

Kafalah adalah yaitu jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafiil) kepada

pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung

(makfuul ‘anhu, ashil). Dalam produk perbankan kafalah dipakai untuk LC, Bank

guarantee dll.

Wakalah yaitu pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak lain dalam

hal-hal yang boleh diwakilkan. Dalam perbankan wakalah biasanya dengan upah

(ujroh) dan dipakai dalam fee based income seperti pembayaran rekening listrik,

telpon dll.

Hiwalah yaitu akad pengalihan hutang dari satu pihak yang berhutang kepada

pihak lain yang wajib menanggung (membayar)-nya. Dalam industri perbankan

hawalah dengan upah (fee, ujroh) dipergunakan untuk pengalihan utang dan bisa

juga untuk LC.

Rahn (gadai) yaitu adalah menyimpan sementara harta milik si peminjam

sebagai jaminan atas pinjaman yang diberikan oleh si piutang, perbedaan gadai

syariah dengan kpnvensional adalah hal pengenaan bunga. Gadai Syariah

menerapkan beberapa sistem pembiayaan, antara lain qardhun hasan (pinjaman

kebajikan), mudharobah ( bagi hasil) dan muqayyadah ( jual beli).

Jualah, yaitu jasa pelayanan pesanan/permintaan tertentu dari nasabah, misalnya

untuk pemesanan tiket pesawat atau barang dengan menggunakan kartu

debit/cek/transfer. Atas jasa pelayanan ini bank memperoleh fee, Selain di dunia

perbankan, akad juga dikenal dalam perasuransian syariah atau dikenal

dengan akad takaful, yaitu akad dimana saling menanggung. Para peserta
asuransi takaful memiliki rasa tanggung jawab bersama untuk membantu dan

menolong peserta lain yang mengalami musibah atau kerugian dengan niat ikhlas,

karena memikul tanggung jawab dengan niat ikhlas adalah ibadah. 18

C. Contoh-contoh akad

1. Akad-Akad Transaksi Syariah

Islam merumuskan suatu sitem ekonomi yang sama sekali berbeda dengan

sistem ekonomi lain, yang selama ini kita kenal. Hal ini karena ekonomi Islam

memiliki akar dari Syariah yang menjadi sumber dan panduan bagi setiap muslim

dalam melaksanakan aktivitasnya. Dari dasar tersebut, maka sistem ekonomi

syariah dalam membangun jaringan transaksinya yang disebut “akad-akad

syariah” memiliki suatu standar istilah yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis. 19

Dalam transaksi lembaga keuangan syariah, khususnya perbangkan syariah ada

dua jenis yang dikenal yaitu :

Tabungan/penghimpun dana (Funding), seperti Wadiah dan Mudharobah,

– Wadi’ah artinya Titipan, dalam terminologi, artinya menitipkan barang kepada

orang lain tanpa ada upah. Jika Bank meminta imbalan (ujrah) atau mensyaratkan

upah, maka akad berubah menjadi ijaroh. Pada bank Syariah seperti Giro

berdasarkan prinsif wadi’ah

– Mudharobah adalah Kerja sama antara dua pihak di mana yang satu sebagai

penyandang dana (shohib al-maal) dan yang kedua sebagai pengusaha (mudhorib)

sementara keuntungan dibagi bersama sesuai

nisbah yang disepakati dan kerugian finansial ditanggung pihak penyandang

dana.20

18
Mustafa Edwin Nasution, et al.,eds., Pengenalan Ekonomi Islam. hlm.314
19
Muhammad Firdaus, ed., Cara Mudah Memahami Akad-Akad Syariah. h. 25.
. Dalam bank syariah seperti Tabungan maunpun Deposito berdasarkan

prinsip mudharobah

Pembiayaan/Penyaluran dana (Financing), pembiayaan ini dikelompokkan

menjadi 4 yaitu :

berbasis jual beli (al- bay) seperti murabahan, salam dan istishna. Murabahah

adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang

disepakati.

2. Perbankan Syariah

Tabungan, baik tabungan biasa maupun tabungan berjangka waktu, seperti

tabungan haji dan kurban. Produk penghimpunan dana ini didsarkan kepada Fatwa

Dewan Syariah Nasional No : 02/DSN -- MUI/IV/2000 tentang tabungan. Dalam

fatwa ini , yang dimaksud dengan tabungan adalah simpanan dana yang

penarikannya hanya dapar dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang telah

disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya

yang dipersamakan dengan itu.

Deposito, baik deposito biasa maupun deposito spesial (special investment)

dimana dana yang dititipkan pada bank khusus untuk bisnis tertentu. Produk ini

didasarkan kepada Fatwa Dewan Syariah Nasional No : 03/DSN-MUI/IV/2000

tentang deposito. Pada Fatwa ini, yang dimaksud dengan deposito adalah

simpanan dana berjangka yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu

tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.

4. Pembiayaan Syariah dan Pegadaian Syariah

Pada sisi financing, mudharabah pada perbankan syariah diterapkan untuk

20
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek. h. 95
pembiayaan mudharabah, baik pembiayaan modal kerja, maupun investasi khusus

(mudharabah muqqayah). Produk pembiayaan mudharabah ini didasarkan kepada

Fatwa Dewan Syariah Nasional No : 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan

mudharabah (Qiradh). Berdasarkan fatwa ini pihak bank dapat menyalurkan

dananya kepada pihak lain dengan cara mudharabah , yaitu akad kerjasama suatu

usaha antara suatu usaha antara dua belah pihak lain dengan pihak pertama (

Shahib-mal/bank) menyediakan seluruh modal, sedang pihak kedua

(mudharib/nasabah) bertindak selaku pengelola dan keuntungan usaha dibagi

antara mereka sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Sesuai dengan

prinsip mudharabah, bank sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian

akibat dari mudharabah kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan kesalahan

yang disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian. Begitu juga dengan jaminan.

Begitu juga dengan jaminan, dalam pembiayaan mudharabah pada prinsipnya

tidak ada jaminan. Namun, agar mudharib tidak melakukan penyimpangan, bank

dapat meminta jaimnan dari mudharib.

10

Jaminan ini tidak dapat dicairkan apabila mudharib terbukti melakukan

pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam

akad. Mudharabah secara fiqh yang dikenal dengan mudharabah klasik dipandang

oleh perbankan syariah sebagai investasi yang beresiko tinggi, karena dana yang

disalurkan 100% dari pihak bank kepada nasabah. Mudharabah seperti ini sulit

diterapkan bank syariah kepada nasabah secara individu.7 Oleh karena itu, bank

syariah lebih cenderung menyalurkan danya kepada lembaga keuangan mikro


seperti koperasi. 21

BAB III

KESIMPULAN

Keuangan syariah adalah salah satu sistem manajemen keuangan yang menggunakan prinsip
dan dasar hukum Islam sebagai pedomannya. Prinsip dan dasar hukum Islam tidak hanya
diaplikasikan pada sistem, tetapi juga berlaku pada lembaga penyelenggara keuangan,
termasuk produk-produk yang ditawarkannya. Sebagai sebuah sistem manajemen keuangan,
tujuannya adalah mengalihkan dana nasabah yang tersimpan di lembaga penyelenggara
keuangan kepada pengguna dana. Secara prinsip keuangan, hal ini tidak berbeda jauh dengan
manajemen keuangan konvensional. Namun, tentu saja dalam beberapa hal, keuangan
berbasis syariat berbeda dengan konvensional.

21
Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis ketentuan-ketentuan hukum yang
bersumber pada al-Qur’an dan hadis terhadap masalah yang berhubungan dengan pelaksanaan
pembiayaan perbankan syariah.
Daftar pustaka

Anda mungkin juga menyukai