Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENDISTRIBUSIAN DALAM ISLAM DAN LARANGAN-LARANGAN


DALAM EKONOMI ISLAM

Mata Kuliah: Pengantar Filsafat Ekonomi IsIam

Dosen Pengampu: Dr. Hansen Rusliani, S. Th. I.,M.Sh

Disusun oleh kelompok 7:

1. Anugrah Nabil Alrafi (504220133)


2. Cici Sintia (504220120)
3. Indah Salsabila Febriana Putri (504220140)
4. Nur Hajibah Nasution (504220130)
5. Nurma Widia (504220129)

PRODI MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN


BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI

TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kelompok penyaji dapat menyelesaikan
makalah ini dengan sebaik-baiknya berdasarkan kemampuan kami. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah “FILSAFAT EKONOMI
ISLAM” dengan materi makalah “ PENDISTRIBUSIAN DALAM ISLAM DAN
LARANGAN-LARANGAN DALAM KONOMI ISLAM”.

Kami menyadari atas banyaknya kekurangan pada makalah ini. Terutama dari segi
penulisan maupun penyampaian penjelasan. Oleh sebab itu kami mohon maaf atas
kesalahan tersebut. Semoga dengan kesalahan ini kami dapat memperbaiki
kedepannya. Terima kasih kepada pembaca yang menyempatkan waktu untuk
membaca makalah ini serta dukungan dan bantuan dari teman-teman dan dosen
pengampu sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Jambi, 29 November

Penyusun (kelompok 7)

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................ii

DAFTAR ISI .........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................3

A. Pendistribusian dalam Islam .....................................................................................3


B. Larangan-larangan dalam Ekonomi Islam ................................................................5

BAB III PENUTUP ..............................................................................................................8

A. Kesimpulan dan Saran...............................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................10

SOAL KELOMPOK .............................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu aspek yang diatur oleh Islam adalah dalam bidang ekonomi.
Pemngaturan tersebut tentunya tidak terlepas dari tujuan-tujuan yang ingin
diwujudkan bagi masyarakat. Salah satu tujuannya adalah untuk mewujudkan
keadilan dalam pendistribusian harta, baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun
individu. Distribusi merupakan masalah yang sangat rumit, hingga saat ini masih
sering dijadikan bahan perdebatan di antara ahli ekonomi. Sistem ekonomi kapitalis
memandang seseorang individu dapat secara bebas mengumpulkan dan menghasilkan
kekayaan (pendapatan) dengan menggunakan kemampuan yang dimiliki serta tidak
ada batasan. Sementara sistem ekonomi sosialis berpendapat bahwa kebebasan secara
mutlak dapat membahayakan masyarakat. Oleh karena itu hak individu atas harta
harus dihapuskan dan wewenang dialihkan kepada negara sehingga pemerataan dapat
diwujudkan. Pengertian distribusi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah
penyaluran (pembagian, pengiriman) kepada beberapa orang atau ke beberapa tempat;
pembagian barang keperluan sehari-hari (terutama dalam masa darurat) oleh
pemerintah kepada pegawai negeri, penduduk, dsb. Dasar karakteristik
pendistribusian adalah adil dan jujur, karena dalam Islam sekecil apapun perbuatan
yang kita lakukan, semua akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Pelaksanaan
distribusi bertujuan untuk saling memberi manfaat dan menguntungkan satu sama
lain. Distribusi juga memiliki suatu tujuan dalam ekonomi Islam, dimana tujuan
distribusi dalam ekonomi Islam di kelompokkan kepada tujuan dakwah, pendidikan,
sosial dan ekonomi.

Syari’at Islam terdiri dari perintah dan larangan, maka seorang muslim
mukallah dikenai kewajiban atau perintah dan menjauhi larangan Allah. Baik perintah
maupun larangan yang berlaku terhadap para hamba didasarkan atas hikmah dan
kemaslahatan. Dalam kajian Ekonomi Islam, hal-hal yang dilarang dalam transaksi
ekonomi jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan yang dibolehkan. Maka

1
dari itu penting untuk mengetahui hal tersebut agar tidak terjerumus pada laarangan
Allah swt.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Konsep Pendistribusian Dalam Islam


2. Apasaja Larangan-Larangan Dalam Ekonomi Islam

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Konsep Pendistribusian Dalam Islam


2. Untuk Mengetahui Larangan-Larangan Dalam Ekonomi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendistribusian dalam Islam

Islam adalah agama yang sempurna, Islam telah mengatur seluruh aspek
Kehidupan manusia, bentuk kesempurnaan Islam sebagai agama diungkapkan dalam
ayat al-Qur’an surah Al-Maidah/5: 3. Selain itu juga sebagaimana Hadits Rasulullah
Saw. Yang diriwayatkan oleh Hakim dan Daruquthni “Telah kutinggalkan untuk
kalian dua perkara yang (selama kalian berpegang teguh dengan keduanya) kalian
tidak akan tersesat, yaitu Kitabullah (al-Quran) dan Sunnah-ku”. Dari ayat dan hadis
tersebut menyatakan bahwa Islam adalah agama yang sempurna dan mempunyai
sistem tersendiri dalam menghadapi permasalahan kehidupan baik yang bersifat
materiil maupun non materiil, dan sistem yang dapat digunakan sebagai panduan bagi
manusia dalam menjalankan kegiatan ekonomi itu sendiri(termasuk distribusi) garis
besarnya sudah diatur dalam al-Qur’an dan Sunnah.

Salah satu aspek yang diatur oleh Islam adalah dalam bidang ekonomi.
pengaturan tersebut tentunya tidak terlepas dari tujuan-tujuan yang ingin diwujudkan
bagi masyarakat. Salah satu tujuannya adalah untuk mewujudkan keadilan dalam
pendistribusian harta, baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun individu.

Distribusi merupakan masalah yang sangat rumit, hingga saat ini diwujudkan
sering dijadikan bahan perdebatan di antara ahli ekonomi. Sistem ekonomi kapitalis
memandang seseorang individu dapat secara bebas mengumpulkan dan menghasilkan
kekayaan (pendapatan) dengan menggunakan kemampuan yang dimiliki serta tidak
ada batasan. Sementara sistem ekonomi sosialis berpendapat bahwa kebebasan secara
mutlak dapat membahayakan masyarakat. Oleh karena itu hak individu atas harta
harus dihapuskan dan wewenang dialihkan kepada negara sehingga pemerataan dapat
diwujudkan. Kedua sistem ekonomi tersebut ternyata belum dapat memberikan solusi
yang adil dan merata terhadap masalah penditribusian dalam masyarakat. Untuk itu
Islam memberikan prinsip dasar distribusi kekayaan dan pendapatan.

3
1. Pengertian Distribusi dalam Islam
Pengertian distribusi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah
penyaluran (pembagian, pengiriman) kepada beberapa orang atau ke beberapa
tempat; pembagian barang keperluan sehari-hari (terutama dalam masa darurat)
oleh pemerintah kepada pegawai negeri, penduduk, dan lain sebagainya. Dapat di
simpulkan bahwa distribusi merupakan proses penyaluran hasil produksi berupa
barang dan jasa dari produsen ke konsumen guna memenuhi kebutuhan manusia,
baik primer maupun sekunder.

Distribusi kekayaan menjadi pusat perhatian ekonomi Islam untuk


mewujudkan kesejahteraan bersama. Beberapa instrumen keuangan yang
digunakan di antaranya zakat, sedekah, infak dan wakaf. Selain itu, dulu sumber
harta negara didapatkan dari peperangan yang diakui sebagi harta rampasan
perang (anfal; ghanimah dan fa’i). Dasar karakteristik pendistribusian adalah adil
dan jujur, karena dalam Islam sekecil apapun perbuatan yang kita lakukan, semua
akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Pelaksanaan distribusi bertujuan
untuk saling memberi manfaat dan menguntungkan satu sama lain. Secara umum,
Islam mengarahkan mekanisme muamalah antara produsen dan konsumen agar
tidak 5 ada pihak yang merasa dirugikan. Apabila terjadi ketidakseimbangan
distribusi kekayaan, maka hal ini akan memicu timbulnya konflik individu
maupun sosial. Oleh karena itu, salah satu upaya untuk mengakhiri kesengsaraan
di muka bumi ini adalah dengan menerapkan keadilan ekonomi. Kebahagiaan
akan mudah dicapai dengan penerapan perekonomian yang mendahulukan
kepentingan bersama dari pada kepentingan individu. Islam menegaskan untuk
para penguasa, agar meminimalkan kesenjangan dan ketidakseimbangan
distribusi. Pajak yang diterapkan atas kekayaan seseorang bertujuan untuk
membantu yang miskin, sementara dalam Islam Allah mensyari’atkan zakat. Jika
hal ini dijadikan konsep distribusi pendapatan, Insya Allah sistem perekonomian
pun akan berjalan lancardan masyarakat akan sejahtera.

Keberadilan dalam pendistribusian ini tercermin dari larangan dalam al-


Qur’an agar supaya harta kekayaan tidak diperbolehkan menjadi barang
daganganyang hanya beredar di antara orang-orang kaya saja,9 akan tetapi
4
diharapkan dapat memberi kontribusi kepada kesejahteraan masyarakat sebagai
suatu keseluruhan. Oleh karena itu, semua keadaan ekonomi yang tidak
didasarkan pada keseimbangan (zulm) harus diganti dengan keadaan-keadaan
yang memenuhi tuntutan keseimbangan (al-adl dan al-ihsan). Dengan kata lain
ekonomi Islam akan berusaha memaksimalkan kesejahteraan total dan bukan
hanya kesejahteraan marginal. Tindakan sosial harus digerakkan secara langsung
untuk perbaikan kesejahteraan kalangan yang kurang beruntung dalam masyarakat
melalui zakat, infaq dan sedekah.

2. Tujuan Distribusi dalam Ekonomi Islam


Ekonomi Islam datang dengan sistem distribusi yang merealisasikan beragam
tujuan yang mencakup berbagai bidang kehidupan, dan mengikuti politik terbaik
dalam merealisasikan tujuan–tujuan tersebut. Secara umum dapat dikatakan
bahwa sistem distribusi ekonomi dalam ekonomi Islam mempunyai andil bersama
sistem dan politik syariah lainnya-dalam merealisasikan beberapa ujuan umum
syariat Islam. Dimana tujuan distribusi dalam ekonomi Islam dikelompokkan
kepada tujuan dakwah, pendidikan, sosial dan ekonomi.

B. Larangan Larangan dalam Ekonomi Islam

1. Defenisi Larangan Allah Dalam Berekonomi Yang Batil


Syari’at Islam terdiri dari perintah dan larangan, maka seorang muslim
mukallaf
dikenai kewajiban atau perintah dan menjauhi larangan Allah. Baik perintah
maupun larangan yang berlaku terhadap para hamba didasarkan atas hikmah dan
kemaslahatan.

Dalam masalah muamalah, setiap muslim diberi kebebasan untuk melakukan


aktivitas-aktivitas ekonominya. Namun Allah swt. juga telah menetapkan
beberapa rambu yang harus dipegangi dalam aktivitas ekonomi, sehingga seorang
yang melanggar batasan/larangan tersebut menyebabkan aktivitas ekonomi yang
dikerjakannya menjadi bāṭil. Bāṭil menurut bahasa berarti tidak terpakai, tidak
berfaedah, tidak sah, rusak dan sia-sia. Transaksi yang bāṭil, artinya transaksi
tersebut tidak sah atau mengandung unsur-unsur yang menjadikannya tidak sah.
5
Bāṭilnya suatu transaksi bisa terjadi karena akadnya, objeknya, atau karena
sesuatu yang menyalahi kaidah umum transaksi yang sah. Bagi jumhur ulama,
setiap perbuatan mukalaf, baik yang menyangkut ibadah, maupun muamalah,
hanya mempunyai dua nilai, yaitu sah jika memenuhi rukun dan syaratnya, serta
bāṭil atau fāsid jika tidak memenuhi rukun dan syarat. Dengan demikian tidak ada
nilai lain antara sah dan batil.

Mengingat eksistensi al-nahyu atau larangan itu dibangun diatas hikmah dan
maslahat, maka pelanggaran terhadap larangan dan perbuatan dosa pasti akan
menimbulkan mudharat, baik didunia maupun diakhirat.

2. Landasan Hukum Larangan Berekonomi Yang Batil


Secara umum, landasan hukum/ dalil larangan Allah kepada hambanya untuk
berekonomi/bertransaksi yang batil disebutkan dalam QS. al-Nisā/4: 29. Dalam
ayat tersebut, dijelaskan bahwa Allah mengharamkan orang beriman untuk
memakan, memanfaatkan, menggunakan, (dan segala bentuk transaksi lainnya)
harta satu dan lainnya dengan jalan yang batil, yaitu yang tidak dibenarkan oleh
syari’at. Juga dalam ayat ini disebutkan bahwa transaksi selain harus dibenarkan
dalam syariat, juga segala bentuk transaksi yang kita lakukan harus dengan asas
saling ridha, saling ikhlas.

3. Bentuk-Bentuk Ekonomi/Transaksi Batil Yang Terlarang


Islam telah memberikan panduan yang jelas dalam bertransaksi agar
menghasilkan transaksi yang halal dan ṭayyib. Islam juga telah menggariskan
jenis-jenis transaksi yang dilarang.
Transaksi-transaksi yang dilarang untuk dilakukan dalam Islam adalah transaksi
yang disebabkan oleh kedua faktor10 berikut :

1) Haram zatnya (objek transaksinya)


Suatu transaksi dilarang karena objek (barang dan/atau jasa)
yang ditransaksikan merupakan objek yang dilarang (haram) dalam
hukum agama Islam. Seperti memperjualbelikan alkohol, bangkai,
babi, narkoba, organ manusia, dll.

6
2) Haram Selain Zatnya (Cara Bertransaksinya)
Suatu transaksi dilarang karena ada masalah pada proses/cara
transaksinya yang tidak dibenarkan dalam hukum Islam. Berikut
bentuk-bentuk transaksi:
a. Riba
b. Maysir atau Qimar
c. Garar
d. Bay’u Najasy
e. Ihtikar
f. Talaqqi al-Jalab atau Talaqqi Rukban
g. Risywah (suap)

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan dan Saran

Pengertian distribusi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah tempat;


pembagian barang keperluan sehari-hari (terutama dalam masa darurat) oleh
pemerintah kepada pegawai negeri, penduduk, dsb.

Tujuan dari distribusi di antaranya adalah untuk tujuan dakwah, pendidikan


dan ekonomi. Di antara alat yang bisa digunakan untuk pendistribusian adalah zakat,
shadaqah, infaq, dll. Di antara ayat yang berkaitan dengan bagaimana distribusi ialah
surat al-Isra’ ayat 29-30 dan al-Hasyr ayat 7. Dari kedua ayat tersebut, dapatlah
dipahami bahwa dalam mendistribusikan ekonomi dan/atau keuangan bertujuan agar
harta-harta tidak hanya bergulir pada orang-orang kaya saja, sehingga mampu
menciptakan kesimbangan ekonomi dan keuangan terutama dalam suatu Negara.
Alam mendistribusikan harta, seseorang juga dilarang berlaku kikir dan dilarang pula
berlaku boros (terlalu royal). Sikap yang terbaik dalam hal distribusi ekonomi dan
keuangan adalah memelihara asas keseimbangan dan pemerataan. Lebih baik
digunakan untuk kemaslahatan umat untuk pengembangan dan kemajuan agama
Islam. Selian itu juga masih banyak saudara-saudara sesama muslim khususnya yang
masih membutuhkan. Begitu juga dalam hadits bahwa salah satu hal yang dilarang
agar pelaksanaan distribusi yang merata dan seimbang bisa terwujud adalah dengan
dilarangnya melakukan penimbunan (ihtikar) dan monopoli.

Allah swt. telah menetapkan beberapa rambu yang harus dipegangi dalam
aktivitas ekonomi, sehingga seorang yang melanggar batasan/larangan tersebut
menyebabkan aktivitas ekonomi yang dikerjakannya menjadi bāṭil. Bāṭil menurut
bahasa berarti tidak terpakai, tidak berfaedah, tidak sah, rusak dan sia-sia. Maka
transaksi yang bāṭil, artinya transaksi tersebut tidak sah atau mengandung unsur-unsur
yang menjadikannya tidak sah. ecara umum, landasan hukum/ dalil larangan Allah

8
kepada hambanya untuk berekonomi/bertransaksi yang batil disebutkan dalam QS. al-
Nisā/4: 29.

9
DAFTAR PUSTAKA

Dwi Suwiknyo, SEI, MSI., Kompilasi Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi Islam, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar), 2010.

Azhary Husni dan Alvira, Makalah Ayat Dan Hadis Ekonomi; Distribusi Menurut Ekonomi
Islam, Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009.

Rafiq Yunus, Fiqh al-Mu'amalat al-Maliyah (Damaskus: Dar al-Qalam, 2012), h. 59.

Al-Jurjani, Kitab al-Ta'rifat (Beirut: Maktabah Lubnan, 1985), h. 43.

Nashr Farid Muhammad Wasil, Fiqh al-Mu'amalah al-Madaniyah wa al-Tijariyah fi al-


Syariah al-Islamiyah, h. 22-23.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php,


diakses pada 25 Maret 2014; lihat juga http://artikata.com/arti-325453-distribusi.html,
diakses pada 25 Maret 2014.

10
SOAL KELOMPOK

Pertanyaan Kelompok 1:

1. Apa yang dapat kita pelajari dari praktek pendistribusian pada zaman Nabi
Muhammad SAW dan para sahabat? (Tiara Sinta (504220143))
Jawaban : Salah satu praktek pendistribusian yang dapat kita amalkan yaitu,
solidaritas sosial: Praktek pendistribusian pada masa itu menekankan pentingnya
solidaritas sosial. Yang mana para sahabat saling membantu satu sama lain dan
berbagi harta mereka pada umat muslim yang membutuhkan. Prinsip saling tolong
menolong sesama umat muslim sangat di tekankan.

2. Bagaimana perkembangan pendistribusian di era sekarang? (Nabilla zhafira


(504220132))
Jawaban : Pendistribusian di era sekarang telah mengalami berbagai perkembangan
dan perubahan dari hasil kemajuan teknologi, globalisasi, dan dinamika sosial. Salah
satu nya pendistribusian berbasis platform, seperti: grab dan gojek.

3. Bagaimana cara agar tidak terjadi penyimpangan dalam pendistribusian dalam islam?
(Dika Priawan (504220139)
Jawaban : Cara yng bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam
pendistribusian IsIam:
a. Pemahaman yang benar
b. Penerapan hukum syariah
c. Transparansi dan akuntabilitas
d. Pengawasan dan regulasi
e. Pendidikan dan kesadaran
f. Pengawasan masyarakat

11
Pertanyaan Kelompok 2:

1. Sebutkan dalil tentang ekonomi dalam Islam! (Cindy Ariska)


Jawaban : Dalam Islam, terdapat beberapa dalil tentang ekonomi yang dijelaskan
dalam Al-Qur'an. Salah satunya adalah dalam surat Al-Baqarah ayat 275 yang
menyatakan "Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba"
Ayat-ayat lainnya juga membahas tentang ekonomi, seperti dalam surat Al-A'raf ayat
85 yang menyatakan "Sempurnakanlah takaran dan timbangan, dan jangan kamu
merugikan orang sedikit pun". Dalam surat juga diantara lain:
a. Q.S. at- Taubah : 111
b. Q.S. al-Fath : 10, 18;
c. Q.S. al-Mumtahanah : 12;
d. Q.S. al-Baqarah : 254, 282;
e. Q.S. an-Nur : 37;
f. Q.S. al- Jumu'ah : 9;
g. Q.S. al-Hajj : 40.

Sistem ekonomi dan keuangan Islam bersifat inklusif, berlaku pada semua umat
manusia, dan dapat menjadi solusi terbaik untuk pemulihan dan pengembangan
kehidupan ekonomi yang lebih baik.

2. Apa perbedaan sistem perekonomian Islam dengan sistem perekonomian lainnya?


(Rama Dea)
Jawaban : Dalam Sistem Ekonomi Islam, cara dan tujuan yang disarankan adalah
yang dikehendaki dan dikuasai oleh Allah. Ia perlu dilaksanakan, dan
mengabaikannya adalah satu kesalahan agama dan dianggap berdosa disisi Allah.
Melaksanakannya akan mendapatkan pahala dan menjadi sumber keridhaan serta
rahmat dari Allah. Dengan melaksanakannya kita akan mendapat kebaikan dalam
urusan kebendaan dan manfaat kerohanian.

Berbanding dengan Sistem Ekonomi Islam, Sistem Ekonomi Kapitalis dan Sistem
Ekonomi Sosialis hanya merupakan urusan kebendaan. Pelaksanaannya tidak berkait
dengan tanggung jawab keagamaan dan tidak mempunyai nilai kerohanian dan

12
ketuhanan. Malah urusan-nya memisahkan antara urusan keagamaan dan urusan
kebendaan. Caranya pula dihasilkan oleh pemikiran manusia.

3. Apa kekurangan dan kelebihan sistem distribusi dalam ekonomi Islam? (Faizal
Fahmi)
Jawaban : Sistem distribusi dalam ekonomi Islam memiliki kelebihan dan
kekurangan. Beberapa kelebihannya adalah pemerataan kekayaan, keadilan distributif,
dan keselarasan antara kebutuhan material dan kebutuhan akan pemenuhan etika dan
moral. Sementara itu, kekurangannya meliputi risiko buruh dan peningkatan biaya
pendapatan, serta belum memberikan solusi yang adil dan merata terhadap masalah
pendistribusian dalam masyarakat.

Pertanyaan Kelompok 3:

1. Jelaskan konsep "mudarabah" dalam sistem distribusi ekonomi Islam dan berikan
contoh nyata bagaimana konsep ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Jawaban : Mudarabah adalah konsep kerjasama antara dua pihak, yaitu pemilik
modal (shahib al-mal) dan pengelola modal (mudarib). Pemilik modal menyediakan
dana, sementara pengelola modal bertanggung jawab atas pengelolaan dan investasi
dana tersebut. Keuntungan dari investasi dibagi sesuai kesepakatan, namun kerugian
ditanggung oleh pemilik modal. Dalam konteks ekonomi Islam, mudarabah
merupakan salah satu bentuk akad atau kontrak yang digunakan dalam sistem
keuangan syariah.

Contoh Penerapan Mudarabah dalam Kehidupan Sehari-hari : Ketika seseorang


menyediakan modal untuk usaha bersama dengan pihak lain yang bertanggung jawab
atas pengelolaan usaha tersebut. Misalnya, seseorang menyediakan modal untuk
membuka usaha warung kopi, sedangkan pihak lain bertanggung jawab atas
pengelolaan sehari-hari, termasuk pembelian bahan baku, pengelolaan karyawan, dan
pemasaran. Keuntungan dari usaha tersebut kemudian dibagi sesuai kesepakatan awal,
sementara kerugian ditanggung oleh pemilik modal.

13
2. Sebutkan dan jelaskan tiga larangan dalam ekonomi Islam yang berkaitan dengan
transaksi riba. Berikan contoh situasi di mana orang mungkin melanggar larangan
tersebut tanpa disadari.
Jawaban : Larangan dalam ekonomi Islam yang berkaitan dengan transaksi riba
adalah sebagai berikut:
a. Larangan riba : Riba adalah pertambahan atau pengurangan dalam jumlah
pokok pinjaman atau hutang yang harus dibayar oleh pemberi pinjaman
kepada pemberi pinjaman. Dalam ekonomi Islam, riba dilarang karena
dianggap merugikan kedua belah pihak dan melanggar prinsip keadilan.
b. Larangan gharar : Gharar adalah intimidasi atau ketidakjelasan dalam suatu
transaksi yang dapat menyebabkan salah satu pihak merugi. Dalam ekonomi
Islam, transaksi yang mengandung unsur gharar juga dilarang karena dianggap
tidak adil.
c. Larangan maisir : Maisir adalah perjudian atau spekulasi yang tidak memiliki
dasar yang jelas. Dalam ekonomi Islam, transaksi yang mengandung unsur
maisir juga dilarang karena dianggap merugikan kedua belah pihak.

Contoh situasi dimana orang mungkin melanggar larangan tersebut tanpa disadari
adalah ketika mereka terlibat dalam transaksi yang mengandung unsur riba tanpa
menyadari bahwa itu melanggar prinsip-prinsip ekonomi Islam. Misalnya, ketika
mereka membeli rumah dengan menggunakan sistem pembiayaan yang mengandung
unsur riba seperti KPR konvensional.

3. Bagaimana konsep "zakat" berperan dalam mendistribusikan kekayaan dalam


masyarakat Islam? Jelaskan bagaimana pengumpulan dan distribusi zakat dapat
membantu mengatasi ketidaksetaraan ekonomi!
Jawaban : Zakat adalah bagian dari kewajiban umat Islam untuk mendistribusikan
kesejahteraan dalam masyarakat. Konsep ini berperan dalam mengatasi
ketidaksetaraan ekonomi dengan cara mengumpulkan dan mendistribusikan zakat
kepada delapan golongan penerima zakat, seperti fakir, miskin, amil, mualaf, dan
lainnya.

Pengumpulan dan pendistribusian zakat dilakukan oleh organisasi pengelola zakat


seperti BAZNAS dan LAZ. Pendistribusian zakat juga dapat membantu mengatasi
14
ketidaksetaraan ekonomi dengan prinsip keadilan dan pemerataan, serta
memperhatikan kebutuhan mustahik dengan menyusun skala prioritas. Selain itu,
zakat juga dapat digunakan sebagai dana abadi biaya beasiswa pendidikan, untuk
mengatasi ketenagakerjaan, atau sebagai alat bantu sosial mandiri. Dengan demikian,
zakat berperan dalam mendistribusikan kekayaan dan membantu mengatasi
ketidaksetaraan ekonomi dalam masyarakat Islam.

Pertanyaan Kelompok 4:

1. Bagaimana peran pemerintah dalam mengimplementasikan konsep distribusi dalam


kehidupan masyarakat? (Tika Harahap)
Jawaban : ︎Distribusi menjadi kegiatan yang sangat penting agar produk produsen
dapat sampai ke tangan konsumen secara efektif dan efisien. Meski letak suatu pabrik
atau produsen jauh dari keberadaan konsumen, kegiatan distribusi yang tepat akan
mempermudah masyarakat untuk meraih produk yang diinginkannya.

2. Apa saja kekurangan dan kelebihan dari konsep distribusi kekayaan Islam? (M.iksan
didi)
Jawaban : Konsep distribusi kekayaan dalam ekonomi Islam memiliki kelebihan dan
kekurangan.
a. Kelebihannya adalah sistem distribusi dalam ekonomi Islam didasarkan pada
prinsip keadilan distributif, yang bertujuan untuk memperkecil kesenjangan
dan ketidakseimbangan distribusi kekayaan di masyarakat. Sistem distribusi
dalam ekonomi Islam juga menekankan pentingnya bantuan ekonomi kepada
sesama, dengan niat mencari keridaan Allah semata, sebagai tabungan yang
nyata dan kekal.
b. Kekurangannya adalah kurangnya pengembangan dan penerapan mekanisme
distribusi yang efektif dan efisien. Selain itu, konsep distribusi kekayaan
dalam ekonomi Islam juga masih mengandung beberapa kelemahan karena
dominasi sistem ekonomi pasar (kapitalis)

15
3. Bagaimana mekanisme distribusi dalam Islam dapat membantu menciptakan ekonomi
Islam yang lebih adil dan merata?(Anisa)
Jawaban : Mengedepankan prinsip larangan riba dan gharar, keadilan dalam
distribusi, konsep kepemilikan dalam Islam dan larangan menumpuk harta. Hal
tersebut bertujuan agar harta itu jangan hanya beredar di antara golongan kaya
dikalangan kamu.

Pertanyaan Kelompok 5:

1. Bagaimana Islam memandang pendistribusian dalam konteks ekonomi? (Wima Ayu)


Jawaban : Dalam konteks ekonomi, Islam memiliki prinsip-prinsip yang mengatur
pendistribusian kekayaan dengan adil dan berkeadilan. Prinsip-prinsip ini dirancang
untuk mengurangi kesenjangan sosial dan mempromosikan kesejahteraan masyarakat
secara keseluruhan.

2. Bagaimana peran negara dalam melakukan distribusi kepada masyarakat menurut


Islam? (Dewi Irma)
Jawaban : Dalam IsIam, peran negara dalam pendistribusian kekayaan kepada
masyarakat dapat bervariasi tergantung pada konteks dan interpretasi yang berbeda-
beda.

3. Bagaimana konsep islam dalam masalah pendestribusian kekayaan di tengah tengah


masyarakat (Merita Sari)
Jawaban : Dalam IsIam, terdapat beberapa konsep yang penting dalam
pendistribusian kekayaan di tengah masyarakat. Konsep ini dirancang untuk
memastikan keadilan sosialsosial, mengurangi kesenjangan ekonomi, dan
mempromosikan kesejahteraan umum. Konsep tersebut berupa: zakat, sodaqah,
wakaf, pertanian dan pemilikan tanah, larangan riba dan penindasan ekonomi.

16
Pertanyaan Kelompok 6:

1. Bagaimana konsep Islam dalam masalah pendistribusian kekayaan di tengah tengah


masyarakat? (Fatma Vintyana)
Jawaban : Distribusi menurut Islam harus dilakukan berdasar pada prinsip
kebebasan, keadilan, pemerataan, kejujuran dan tidak diperbolehkan berbuat dzalim
atau merugikan orang lain. Konsep distribusi dalam ekonomi Islam menawarkan
sistem pendistribusian ekonomi yang mengedepankan prinsip larangan riba dan
gharar, keadilan dalam distribusi, konsep kepemilikan dalam Islam dan larangan
menumpuk harta.

2. Bagaimana peran negara dalam melakukan distribusi kepada masyarakat menurut


Islam? (Suci Aulia)
Jawaban : Negara perlu melakukan distribusi harta dengan baik, adil, dan merata
agar tercipta kemaslahatan dan kebahagiaan pada semua golongan masyarakat.
Pemerintah bukan hanya bertindak sebagai “wasit” atas permintaan pasar saja, tetapi
akan berperan aktif bersama-sama pelaku pasar yang lain. Pemerintah akan bertindak
sebagai perencana, pengawas, produsen sekaligus konsumen bagi aktivitas pasar.

3. Apa tujuan yang paling penting dari distribusi dalam ekonomi Islam? (Caca maisari)
Jawaban : Tujuan yang paling penting dari distribusi dalam ekonomi Islam adalah
untuk mengurangi ketidakseimbangan pendapatan dan kekayaan dalam masyarakat.
Hal ini sejalan dengan prinsip keadilan distributif dalam Islam, yang bertujuan untuk
memastikan bahwa kekayaan didistribusikan secara adil di antara anggota masyarakat.
Selain itu, distribusi dalam ekonomi Islam juga bertujuan untuk menyucikan jiwa dan
harta dari segala bentuk kotoran lahiriah ataupun batin, serta untuk membangun
generasi yang unggul karena generasi muda merupakan penerus dalam kepemimpinan
suatu bangsa. Dengan demikian, distribusi dalam ekonomi Islam memiliki tujuan
yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan spiritual masyarakat.

17

Anda mungkin juga menyukai