Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

DISTRIBUSI DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN


Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Tafsir Ayat Hukum Ekonomi
Dosen Pengampu: Drs. Tarmizi, M.Ag

Disusun Oleh:

Nur Azizah 1902022014

Silvia Arianti 1902022021

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO


FAKULTAS SYARIAH
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH
TAHUN AJARAN 1443 H/2021 M
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang atas berkat dan
rahmat-Nyalah kita senantiasa diberi kesehatan dan berkah yang tak terhingga.
Shalawat serta salam tak lupa saya haturkan kepada keharibaan junjungan kita
Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan kita umat beliau
hingga akhir zaman.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Tafsir Ayat
Hukum Ekonomi. Saya harap dengan selesainya tugas makalah ini dapat
memudahkan kita semua untuk lebih memahami tentang Distribusi Perspektif Al-
Qur’an. Saya juga menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan baik dari segi penulisan, pemilihan kata, kerapian, dan isi.
Oleh karena itu kepada para pembaca makalah ini saya sangat mengaharapkan
kritik dan saran yang sifat membangun guna kesempurnaan makalah ini dan
perbaikan dalam berbagai hal untuk kedepannya.

Metro, 22 Desember 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Distribusi 3
1. Keadilan 3
2. Kebebasan 4
B. Distribusi Perspektif Al-Qur’an 4
C. Sektor-Sektor Distribusi 6
1. Distribusi Dalam Konteks Sektor Rumah Tangga 6
2. Distribusi Dalam Konteks Negara 6
3. Distribusi dalam Sektor Publik (pasar) 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 13
B. Saran 13
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pandangan tentang kegiatan ekonomi dalam Islam yaitu Distribusi
tersirat dari bahasan ekonomi sejarah islam mencatat bagaimana
perkembangan peran kebijakan fiskal dalam sistem ekonomi Islam mulai
zaman awal Islam sampai kepada puncak kejayaan Islam pada jaman
pertengahan, seiring dengan kemunduran-kemunduran dalam pemerintahan
Islam yang ada waktu itu maka kebijakan fiskal islam tersebut sedikit demi
sedikit mulai ditinggal dan digantikan dengan kebijakan fiskal lainnya dari
sistem ekonomi yang sekarang kita kenal dengan sitem ekonomi
konvensional.
Islam dengan tegas menggariskan kepada penguasa, untuk
memenimalkan kesenjangan dan ketidakseimbangan distribusi. Pajak
diterapkan atas kekayaan seseorang untuk membantu yang miskin dan bentuk
dari sistem perpajakan ini berkaitan dengan salah satu prinsip pokok islam
(zakat). Dengan demikian, tidak ada ruang bagi muslim untuk melakukan
tindak kekerasan dalam upaya melancarkan proses distribusi pendapatan.
Distribusi merupakan salah satu aktivitas perekonomian manusia, di
samping produksi dan konsumsi. Kajian mengenai distribusi senantiasa
menjadi diskursus hangat dalam ilmu ekonomi Islam karena pembahasan
dalam distribusi ini tidak berkaitan dengan aspek ekonomi belaka, tetapi juga
aspek sosial dan politik sehingga menarik perhatian bagi aliran pemikir
ekonomi Islam dan konvensional sampai saat ini. Salah satu ajaran penting
dalam Islam adalah adanya tuntunan agar manusia berupaya menjalani hidup
secara seimbang, memperhatikan kesejahteraan hidup di dunia dan
keselamatan hidup di akhirat. Sebagai prasyarat kesejahteraan hidup di dunia
adalah bagaimana sumber-sumber daya ekonomi dapat dimanfaatkan secara
maksimal dan benar dalam kerangka Islam. Di sini, al-Qur’an turut
memberikan landasan bagi perekonomian umat manusia. Untuk mengupas
masalah Distribusi, penulis membuat makalah ini sengaja sedikit

1
menggambarkan tentang Distribusi dalam persepektif Islam dalam makalah
berjudul Distribusi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan distribusi ?
2. Bagaimana distribusi dalam persperktif Al-Qur’an ?
3. Apa saja sektor-sektor dalam distribusi ?
C. Tujuan
1. Menejlaskna tentang distribusi
2. Menejlaskna distribusi dalam persperktif Al-Qur’an
3. Menejlaskna sektor-sektor dalam distribusi

2
BAB II
PEMBAHASA
N

A. Distribusi
Distribusi pendapatan dalam Islam merupakan penyaluran harta yang
ada, baik dimiliki oleh pribadi atau umum (publik) kepada pihak yang berhak
menerima yang ditunjukan untuk meningkatkan kesejahteran masyarakat
sesuai dengan syariat. Fokus dari distribusi pendapatan dalam Islam adalah
proses pendistribusiannya. Secara sederhana bisa digambarkan, kewajiban
menyisihkan sebagian harta bagi pihak surplus (berkecukupan) diyakini
sebagai kompensasi atas kekayaannya dan di sisi lain merupakan insentif
(perangsang) untuk kekayaan pihak defisit.1
Titik berat dalam pemecahan permasalahan ekonomi adalah
bagaimana menciptakan mekanisme distribusi ekonomi yang adil di tengah
masyarakat. Distribusi dalam ekonomi Islam mempunyai makna yang lebih
luas mencakup pengaturan kepemilikan, unsur-unsur produksi,dan sumber-
sumber kekayaan. Dalam ekonomi Islam diatur kaidah distribusi pendapatan,
baik antara unsur-unsur produksi maupun distribusi dalam sistem jaminan
sosial.
Distribusi dalam ekonomi Islam didasarkan pada nilai-nilai manusiawi
yang sangat mendasar dan penting, yaitu nilai kebebasan dan nilai keadilan.
1. Keadilan
Keadilan dalam Islam merupakan pondasi yang kokoh meliputi
semua ajaran dan hukum Islam. Persoalan yang menjadi perhatian Islam
dalam keadilan adalah pelarangan berbuat kezaliman. Ketidak seimbangan
distribusi kekayaan adalah sumber dari semua konflik individu dan sosial.
Untuk itu, agar kesejahteraan sosial dapat diwujudkan, penerapan prinsip
moral keadilan ekonomi merupakan suatu keharusan. Keadaan itu akan
sulit dicapai bila tidak ada keyakinan dan prinsip moral tersebut.

1
Mustafa Edwin Nasution, et al.,eds., Pengenalan Ekonomi Islam, (Jakarta, Kencana,
2006) h. 121

3
2. Kebebasan
Nilai utama dalam bidang distribusi kekayaan adalah kebebasan.
Nilai kebebasan dalam Islam memberi implikasi terhadap adanya
pengakuan akan kepemilikan individu. Setiap hasil usaha seorang Muslim
dapat menjadi miliknya menjadi motivasi yang kuat bagi dirinya untuk
melakukan aktivitas ekonomi. Dalam Islam, legitimasi hak milik sangat
terkait erat dengan pesan moral untuk menjamin keseimbangan. Hak milik
pribadi diakui, dan hak kepemilikan itu harus berfungsi sebagai nafkah
bagi diri dan keluarga, berproduksi dan berinvestasi, mewujudkan
kepedulian sosial dan jihad fisabilillah. Ini berarti pengakuan hak
kepemilikan dapat berperan sebagai pembebas manusia dari sikap
matrealistis. Dengan demikian dapat dipahami bahwa konsep kepemilikan
dalam perspektif Islam menjadikan nilai-nilai moral sebagai faktor
endogen, dan menjadikan nilai nilai itu bersentuhan dengan hukum-hukum
Allah.
B. Distribusi Perspektif Al-Qur’an
Islam memberikan batas-batas tertentu dalam berusaha, memiliki
kekayaan dan mentransaksikannya. Dalam pendistribusian harta kekayaan,
Al-Quran telah menetapkan langkah-langkah tertentu untuk mencapai
pemerataan pembagian kekayaan dalam masyarakat secara objektif, seperti
memperkenalkan hukum waris yang memberikan batas kekuasaan bagi
pemilik harta dengan maksud membagi semua harta kekayaan kepada semua
karib kerabat apabila seseorang meninggal dunia. Begitu pula dengan hukum
zakat, infaq, sadaqah, dan bentuk pemberian lainnya juga diatur untuk
membagi kekayaan kepada masyarakat yang membutuhkan. Distribusi
pendapatan dalam dunia perdagangan juga disyariatkan dalam bentuk akad
kerja sama, misalnya distribusi dalam bentuk mudharabah merupakan bentuk
distribusi kekayaan dengan sesama Muslim dalam bentuk investasi yang
berorientasi profit sharing. Pihak pemodal yang mempunyai kelebihan harta

4
membantu orang yang mempunyai keahlian berusaha, tetapi tidak punya
modal.2
Ayat yang berhubungan dengan Distribusi adalah diantarannya :
QS. Al-Hasyr (59) : 7

‫ِىالقُرْ ٰب َىو ْال َي ٰت ٰم َىو ْال َم ٰس ِك ْي ِن‬ ْ ‫ىرس ُْول ِٖه ِم ْناَهْ اِل ْلقُ ٰرى َفلِ ٰلّ ِه َولِلرَّ س ُْول َِولِذ‬ َ ‫َمٓااَ َف ۤا َءال ٰلّه َُع ٰل‬
‫َوا ْبنِالس َِّب ْي ۙلِ َك ْياَل َي ُك ْو َن ُد ْو َل ۢ ًة َب ْي َنااْل َ ْغ ِن َي ۤا ِء ِم ْن ُك ۗمْ َو َم ٰٓاا ٰتى ُكمُالرَّ س ُْولُ َف ُخ ُذ ْوه َُو َما َن ٰهى‬
ِ ۘ ‫ُكمْ َع ْن ُه َفا ْن َته ُْو ۚا َوا َّتقُواال ٰلّ ۗ َه ِا َّنال ٰلّ َه َش ِد ْي ُد ْال ِع َقا‬
‫ب‬
Artinya : Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada
RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota
Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan,
supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di
antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah.
dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras
hukumannya
Dari ayat diatas menunjukkan bahwa islam mengatur distribusi harta
kekayaan termasuk pendapatan kepada semua masyarakat dan tidak menjadi
komoditas di antara golongan orang kaya saja. Selain itu untuk mencapai
pemerataan pendapatan kepada masyarakat secara obyektif, islam
menekankan perlunya membagi kekayaan kepada masyarakat melalui
kewajiban membayar zakat, mengeluarkan infak, serta adanya hokum waris
dan wasiat serta hibah. Aturan ini diberlakukan agar tidak terjadi konsentrasi
harta pada sebagian kecil golongan saja. Hal ini berarti pula agar tidak terjadi
monopoli dan mendukung distribusi kekayaan serta memberikan latihan
moral tentang pembelanjaan harta secara benar.
2
Abdul Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam,( Yogyakarta, Dana Bakti Wakaf, 1997)
h. 204

5
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan,
dari Amr dan Ma’mar, dari Az-Zuhri, dari Malik ibnu Aus ibnul Hadsan, dari
Umar r.a. yang mengatakan bahwa dahulu harta Bani Nadir termasuk harta fai
yang diberikan oleh Allah kepada Rasul-Nya, yaitu harta yang dihasilkan oleh
kaum muslim tanpa mengerahkan seekor kuda pun dan juga tanpa
mengerahkan seekor unta pun untuk menghasilkannya.
Maka harta fai itu secara bulat untuk Rasulullah Saw., dan tersebutlah
bahwa beliau Saw. membelanjakan sebagian darinya untuk nafkah per tahun
keluarganya. Dan pada kesempatan yang lain Umar r.a. mengatakan untuk
keperluan hidup per tahun keluarganya. Sedangkan sisanya beliau Saw.
belanjakan untuk keperluan peralatan dan senjata di jalan Allah Swt.
Ayat yang berhubungan dengan Distribusi adalah diantarannya : QS.
Al-Baqarah ayat 22 :

َ‫ضفِ َرا ًشا َّوال َّس َم ۤا َءبِنَ ۤا ۖ ًء َّواَ ْن َزلَ ِمنَال َّس َم ۤا ِء َم ۤا ًءفَا َ ْخ َر َجبِ ٖه ِمنَالثَّ َم ٰرتِ ِر ْزقًالَّ ُك ۚ ْمف‬ َ ْ‫الَّ ِذي َْج َعلَلَ ُك ُمااْل َر‬
‫اَل تَجْ َعلُ ْوالِ ٰلّ ِها َ ْن َدادًا َّواَ ْنتُ ْمتَ ْعلَ ُم ْو َن‬
Artinya : (Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan
langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari
langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai
rezeki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-
tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui.

Sesungguhnya Dialah yang dengan kekuasaan-Nya menjadikan bumi


sebagai hamparan bagimu sehingga layak dan nyaman untuk dihuni, dan
menjadikan di atas kamu langit dan benda-benda yang ada padanya sebagai
atap, atau sebagai bangunan yang cermat, indah, dan kukuh. Dan Dialah yang
menurunkan sebagian dari air, yaitu air hujan, dari langit yang menjadi
sumber kehidupan. Lalu Dia hasilkan dengan air itu sebagian dari buah-
buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan
tandingan-tandingan bagi Allah yang telah menciptakan sedemikian rupa dan
telah memberimu rezeki, padahal kamu dengan fitrah kesucian yang ada
dalam diri mengetahui bahwa Allah tidak ada yang menyerupai-Nya, tidak

ada sekutu bagi-Nya, dan tidak ada yang memberi rezeki selain-Nya, maka
janganlah kamu menyimpang dari fitrah itu.

6
Ayat yang berhubungan dengan Distribusi adalah diantarannya : QS.
An-Nahl ayat 5 :

‫ف ٌء َّو َمنَافِع َُو ِم ْنهَاتَْأ ُكلُ ْو َن‬


ْ ‫َوااْل َ ْن َعا َم َخلَقَهَالَ ُك ْمفِ ْيهَا ِد‬
Artinya: Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya
ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan
sebahagiannya kamu makan.
Ayat yang berhubungan dengan Distribusi adalah diantarannya :QS.An-
Nahl ayat 7 :
‫َو َتحْ ِماُل َ ْث َقا َل ُكمْ ا ِٰلى َب َل ٍدلَّمْ َت ُك ْو ُن ْوا‬
‫ٰبلِ ِغي ِْه ِااَّل ِبشِ ِّقااْل َ ْنفُ ۗ ِس ِا َّن َر َّب ُكمْ َل َرء ُْوفٌرَّ ِح ْي ۙ ٌم‬

Artinya : dan ia memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak


sanggup sampai kepadanya, melainkan dengan kesukaran-kesukaran
(yang memayahkan) diri. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar
Maha PengasihlagiMahaPenyayang,Ayat yang
berhubungandenganDistribusiadalahdiantarannya :QS.An-Nahlayat
10

Artinya : Dia-lah, yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu,
sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan)
tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya)
kamumenggembalakanternakmu.

Ayat yang berhubungan dengan Distribusi adalah diantarannya : QS.


An-Nahlayat 12

‫هُ َوالَّ ِذ ْٓيا َ ْن َزلَ ِمنَال َّس َم ۤا ِء َم ۤا ًءلَّ ُك ْم ِّم ْنهُ َش َرابٌ َّو ِم ْنهُ َش َج ٌرفِ ْي ِهتُ ِس ْي‬
‫ُم ْو َن‬

Artinya : dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan

7
untukmu. dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan
perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar

8
ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (Nya),
Ayat yang berhubungan dengan Distribusi adalah diantarannya : QS.
An-Nahlayat 14

‫َوهُ َوالَّ ِذ ْي َس َّخ َر ْالبَحْ َرلِتَْأ ُكلُ ْوا ِم ْنهُلَحْ ًماطَ ِريًّا َّوتَ ْستَ ْخ ِرج ُْوا ِم ْنه ُِح ْليَةًتَ ْلبَس ْ‚ُو‬
ْ ‫نَهَ ۚا َوتَ َر‬
ِ ‫ىالفُ ْل َك َم َو‬
‫اخ َرفِ ْي ِه َولِتَ ْبتَ ُغ ْوا ِم ْنفَضْ لِ ٖه َولَ َعلَّ ُك ْمتَ ْش ُكر ُْو َن‬

Artinya : dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar


kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan
kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan
kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari
(keuntungan) dari karunia-Nya, dan supayakamubersyukur.

Ayat yang berhubungandengan Distribusi adalahdiantarannya :

QS.An-Nahl:66

َ‫َواِنَّلَ ُك ْمفِىااْل َ ْن َعا ِملَ ِع ْب َر ۚةًنُ ْسقِ ْي ُك ْم ِّم َّمافِ ْيبُطُ ْونِ ٖه ِم ۢ ْنبَ ْينِفَرْ ثٍ َّو َد ٍملَّب‬
‫نًا َخالِصًا َس ۤا ِٕى ًغالِّل ٰ ّش ِربِي‬

Artinya :Hendaklah orang yang mempunyai keluasan memberi nafkah


menurut kemampuannya, dan orang yang terbatas rezekinya, hendaklah memberi
nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak membebani
kepada seseorang melainkan (sesuai) dengan apa yang diberikan Allah
kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan setelah kesempitan.

Hendaklah orang yang mempunyai keluasan, yaitu suami yang


berkecukupan, memberi nafkah kepada istri yang ditalaknya selama masa
idah dan memberikan imbalan kepadanya karena telah menyusui anaknya,
dari kemampuannya yang telah diberikan Allah kepadanya. Dan adapun
orang yang terbatas rezekinya, yakni suami yang tidak sanggup, hendaklah

9
memberi nafkah kepada istri yang ditalaknya selama masa idah dari harta
yang diberikan Allah kepadanya sesuai dengan kesanggupannya. Allah tidak
membebani seseorang melainkan sesuai dengan apa yang diberikan Allah
kepadanya, rezeki dan kemampuan; Allah akan memberikan kemudahan
kepada seseorang setelah ia menunjukkan kegigihan dalam menghadapi
kesulitan.

Ayat yang berhubungan dengan Distribusi adalah diantarannya :


QS.At-Taubah:103

ۖ ‫صلِّ َعلَ ْي ِه ْم‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْنَأ ْم ٰ َولِ ِه ْم‬


َ َ‫ص َدقَةًتُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُ َز ِّكي ِهمبِه‬
َ ‫او‬
‫صلَ ٰوتَ َك َس َكنٌلَّهُ ْم ۗ َوٱللَّهُ َس ِمي ٌع َعلِي ٌم‬
َ َّ‫ِإن‬
Artinya:"Ambillah zakat darisebagianhartamereka, dengan zakat
itukamumembersihkan dan mensucikanmereka dan mendoalahuntukmereka.
Sesungguhnyadoakamuitu (menjadi) ketenteramanjiwabagimereka. Dan
Allah MahaMendengarlagiMahaMengetahui."

10
(Ambillah sedekah dari sebagian harta mereka, dengan sedekah itu
kamu membersihkan dan menyucikan mereka) dari dosa-dosa mereka, maka
Nabi saw. mengambil sepertiga harta mereka kemudian menyedekahkannya
(dan berdoalah untuk mereka). (Sesungguhnya doa kamu itu menjadi
ketenangan jiwa) rahmat (bagi mereka) menurut suatu pendapat yang
dimaksud dengan sakanun ialah ketenangan batin lantaran tobat mereka
diterima. (Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui).
Islam tidak melarang akuisisi atau memperoleh harta kekayaan oleh
peribadi manusia atau pemilik kekayaan. Namun, cara-cara yang dilakukan
sebagai upaya mengembangkan harta kekyaaan yang terlalu obsesif atau
berlebihan maka akan mengarah dapat mengesampingkan bagian yang paling
penting dari sisi spiritualitas manusa itu sendiri. Hal yang sama juga berlaku
terhadap pemerintah dan jugamasyarakat. Islamtidak menganggap akumulasi
kekayaannegatif, meskipun demikian, Islam tidak membenarkan akumulasi
kekayaanyang berlebihan hanya pada segolongan kalangan individu atau
masyarakat saja. Sistem zakat sebagai salah satu pilar atau hukum Islam
merupakan pendistribusian yang efektif terhadap harta kekayaan dari para
pemilik kekayaan (orang yang mampu) kepada orang atau pihak yang tidak
memiliki harta kekayaan. Pembagian harta berdasarkan jalan warisan juga
merupakan salah satu sarana untuk membagi harta diantara sesama umat
Islam.
C. Sektor-Sektor Distribusi
1. Distribusi Dalam Konteks Sektor Rumah Tangga
Distribusi pendapatan dalam konteks rumah tangga akan sangat
terkait dengan terminologi shadaqah. Konteks shadaqah ini bukan
pengertian bahasa Indonesia, tetapi dalam konteks termonologi Al-Qur’an
yaitu Shadaqah Wajibah, yaitu bentuk-bentuk pengeluaran rumah tangga
yang berkaitan dengan instrumen distribusi pendapatan berbasis kewajiban
seperti nafkah, zakat dan warisan. Dan kedua yakni shadaqah
nafilah (sunnah) yang berarti bentuk-bentuk pengeluaran rumah tangga
yang berkaitan dengan isntrumen distribusi pendapatan berbasis amal
seperti infaq, akikah, dan wakaf. Ketiga, hudud (hukuman) adalah

11
instrumen yang bersifat aksidental dan merupakan konsekuensi dari
berbagai tindakan. Atau dengan kata lain, instrumen ini tidak bisa berdiri
sendiri, tanpa adanya tindakan ilegal yang dilakukan sebelumnya seperti
kafarat,dam atau diyat.3
2. Distribusi Dalam Konteks Negara
Prinsif-prinsif ekonomi yang dibangun di atas nilai moral Islam
mencanangkan kepentingan distribusi pendapatan secara adil. Negara
wajib bekerja untuk meningkatkan kesejahteraan materi bagi lingkungan
sosial maupun individu dengan pemanfaatan sebesar-besarnya sumber
daya yang ada. Karena itu negara wajib mengeluarkan kebijakan yang
mengupayakan stabilitas ekonomi dan lain sebagainya hal itu juga amanah
dari UUD 1945 pasal 27 ayat 3 yaitu
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Dalam pengelolaan sumber daya alam yang tersedia, pemerintah
(negara) harus mampu mendistribusikan secara baik atas pemanfaatan
sumber daya alamnya. Kebijakan distribusi menganut kesamaan dalam
kesempatan kerja, pemanfaatan lahan-lahan yang menjadi sektor publik,
pembelaan kepentingan ekonomi untuk kelompok miskin.
Ajaran Islam memberikan otoritas kepada pemerintah dalam
menentukan kebijakan penggunaan lahan untuk kepentingan negara dan
publik (hak hima ) distribusi tanah (hak Iqta’) kepada sektor swasta,
penarikan pajak, subsidi. Semua keistimewaan tersebut harus diarahkan
untuk memenuhi kepentingan publik dan pembebasan kemiskinan.4
Peran pemerintah dalam distribusi diperlukan terutama jika pasar
tidak mampu menciptakan distribusi secara adil dan ada faktor
penghambat untuk terciptanya mekanisme pasar yang efisien. Pemerintah
memiliki otoritas untuk menghilangkan hambatan tersebut karena
ketidakmampuan atau kurang sadarnya masyarakat. Seperti halnya
masalah penimbunan yang marak dilakukan pengusaha, monopoli dan
oligopoli pengusaha besar pada komoditas tertentu, asimetris informasi,
3
Mustafa Edwin Nasution, et al.,eds., Pengenalan Ekonomi Islam, ibid h. 136
4
Muhammad, Ekonomi Mikro Dalam Perespektif Islam.(Yogyakarta: BPFE,2004.) hal 76

12
terputusnya jalur distribusi dengan menghalangi barang yang akan masuk
ke pasar, maupun cara-cara lain yang dapat menghambat mekanisme
pasar.
Zarqa mengemukakan bahwa hal yang mendorong dibolehkannya
kepemilikan adalah investasi yang pasti dari pengelolaan SDA,
peningkatan produktifitas dan usaha untuk memperoleh keuntungan.
Selain itu, kami juga mencoba untuk "menyepadankan" barang tambang
tersebut dengan "air". Mayoritas ahli hukum berpendapat bahwa
merugikan masyarakat dalam sistem kapitalis.58 Pada dasarnya, kritik
kaum sosialis terhadap kapitalis tidak dapat disalahkan, akan tetapi mereka
"memerangi" kebathilan dengan hal yang lebih bathil. Dimana mereka
yang bersandarkan pada kekuasaan sbsialisme melakukan kegiatan
monopoli yang lebih buruk dan lebih parah dari monopoli kapitalisme. Hal
ini terlihat, dimana monopoli negara yang menguasai semua sarana
produksi seperti tanah, pabrik, ladang pertambangan dan sebagainya.
Bahkan dalam sosialisme terdapat jurang perbedaan dalam soal upah,
dimana pada tahun 1962 upah tersebut mencapai perbandingan (1-50),
yaitu : gaji tertinggi sama dengan lima puluh kali lipat dari gaji kecil di
Rusia. Tepat kiranya, jika kemudian kami katakarr (terlepas dari unsur
"normatif) bahwa islam benarbenar nadir sebagai agama yang penuh
rahmat dan barakah. Hal ini terlihat dari konsep ekonomi Islam yang sama
sekali mengharamkan riba. Harta yang beredar dikalangan umat islam
benar-benar diharapkan menjadi harta yang "bersih", dan lebih membawa
"pengguna" harta tersebut pada nilai ibadah kepada Allah SWT. Berbicara
masalah perbedaan ekonomi, maka Mahfooz Ahmad coba menawarkan
beberapa solusi (menurut ajaran Islam) yang beliau yakini mampu
memecahkan permasalahan dari perbedaan-perbedaan dalam aktifitas
ekonomi yang ada.
Adapun solusi yang ditawarkan' tersebut, diantaranya dikemukakan
bahwa keadilan distribusi dalam islam tidak hanya terbatas pada konsep
teori saja akaii tetapi harus diimplikasikan perwujudannya terhadap
seluruh lingkungan hidup. Selain itu, keadilan dalam distribusi haruslah

13
bersifat fleksibel dalam kerangka kebijakan yang fundamental guna
memecahkan masalah ketidak-merataan dan ketidak-adilan. Senada
dengan uraian diatas, maka Qardlawi secara gamblang menggambarkan
tentang bagaimana konsep keadilan yang sesuai dengan ajaran islam. Hal
ini terlihat diantara beberapa pembahasan yang ia kemukakan dimana,
maksud dari keadilan itu diantaranya : keterpautan antara manusia dalam
pendapatan yang berdasarkan unsur kesetiakawanan sosial (takaful) yang
menyeluruh. Hal ini disebabkan adanya prinsip keadilan yang disodorkan
islam melalui kewajiban pada masyarakatnya untuk tidak membiarkan
kaum yang lemah hingga mereka tidak merasa sebagai kaum yang
terinjak-injak. Yang selanjutnya terdapat pula kewajiban bagi masyarakat
muslim untuk membimbing kaum yang lemah, hingga mereka menjadi
orang-orang yang kuat dan mandiri
Terlepas dari beberapa uraian diatas, Zarqa mengemukakan
beberapa aksioma dalam distribusi islam. Adapun aksioma distribusi
tersebut meliputi:
a. Seluruh masyarakat bekerjasama dalam mengelola sumber kekayaan
alam yang dimiliki oleh negara.
b. Seluruh masyarakan bekerjasama dalam mengelola dan meningkatkan
kekayaan publik.. • Sumber-sumber yang tersedia bagi masyarakat
muslim bukan merupakan usaha khusus dari setiap orang dan tidak
diatur dari kepemilikan aset pribadi, akan tetapi ditentukan oleh
"undang-undang" fa'i serta dibebankan kepada perbendaharaan publik.
c. Masyarakat kemungkinan mengurangi sumber pendapatan pribadi dari
sebuah kelompok yang disalurkan melalui fa'i. Adapun pengurangan
tersebut, seperti: resiko buruh dan peningkatan biaya pendapatan.
d. Wakaf dianjurkan kepada mereka yang memiliki keuntungan yang
besar, sehingga dapat memulihkan "kondisi ekonomi" masyarakat.
e. Perbedaan bentuk asuransi sosial haruslah didukung dan diakui untuk
membantu individu yang mengalami kerugian karena adanya musibah
yang menimpa.

14
f. Perbendaharaan publik menjamin masyarakat yang berpendapatan
minimum, ataupun pada orang yang tidak dapat mencapai pendapatan
setingkat (minimum) itu.
g. Kebijakan ekonomi sangatlah dianjurkan guna mengurangi perbedaan
(ketidak-merataan) dalam distribusi. 5
3. Distribusi dalam Sektor Publik (pasar)
Perspektif teori ekonomi menyatakan bahwa pasar adalah salah
satu mekanisme yang bisa dijalankan oleh Manusia untuk mengatasi
problem-problem ekonomi yang terdiri dari produksi, konsumsi dan
distribusi.
Dalam kacamata ekonomi pasar Islam, mekanisme pasar menekan
seminimal mungkin peranan pemerintah. Pembenaran atas dibolehkannya
pemerintah masuk sebagai pelaku pasar (intervensi) hanyalah jika pasar
tidak dalam keadaan sempurna, dalam arti ada kondisi-kondisi yang
menghalangi kompetisi yang fair terjadi atau distribusi yang tidak normal
seperti biaya transaksi, kepastian hukum serta masalah dalam distribusi.
kepentingan negara (pemerintah) dalam mendistribusikan pendapatan di
pasar adalah bagaimana pemerintah dapat ‘menjamin’ pendapatan (barang
dan jasa) seluruh bangsanya. Tidak hanya beredar pada kalangan tertentu
(orang kaya) tetapi keadilan bagi seluruh rakyat.
Distribusi Ekonomi Islam: Upaya Mewujudkan Keadilan
Distributif Keadilan distributif adalah prinsip utama dalam ekonomi Islam.
Sistem ekonomi Islam menghendaki bahwa dalam hal penditribusian harus
didasarkan pada dua sendi, yaitu kebebasan dan keadilan (al-Qardhawi,
1997: 201). Kebebasan di sini adalah kebebasan yang dibingkai oleh nilai-
nilai tauhid dan keadilan, tidak seperti pemahaman kaum kapitalis, yang
menyatakannya sebagai tindakan membebaskan manusia untuk berbuat
dan bertindak tanpa campur tangan pihak mana pun, tetapi sebagai
keseimbangan antara individu dengan unsur materi dan spiritual yang
dimilikinya, keseimbangan antara individu dan masyarakat serta antara
suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Sedangkan keadilan dalam

5
Karim, Rusli.,. Berbagai Aspek Ekonomi Islam, Yogyakarta : Tiara Wacana 1992..28

15
pendistribusian ini tercermin dari larangan dalam al-Qur’an (QS. Al-Hasyr
[59]: 7), agar supaya harta kekayaan tidak hanya beredar di antara orang-
orang kaya saja, tetapi diharapkan dapat memberi kontribusi kepada
kesejahteraan masyarakat sebagai suatu keseluruhan. Oleh karena itu,
dalam sistem ekonomi Islam, penumpukan kekayaan oleh sekelompok
orang harus dihindarkan dan langkah-langkah dilakukan secara otomatis
untuk memindahkan aliran kekayaan kepada masyarakat yang lemah. 6
Selain itu, sendi kebebasan sistem ekonomi Islam memberikan
peluang dan akses yang sama dan memberikan hak-hak alami kepada
semua orang. Kepemilikan individu dilindungi tetapi perlu diimbangi
dengan rasa tanggung jawab dan dibatasi oleh landasan moral dan hukum.
Dalam kerangka moral Islam setiap individu tidak akan melalukan
monopoli, tindakan korupsi, mengabaikan kepentingan orang lain untuk
diri sendiri, keluarga atau kerabat. Semua individu memiliki peluang dan
kesempatan yang sama untuk berusaha dan mengalokasikan
pendapatannya secara efisien tanpa mengganggu keseimbangan ekonomi
masyarakat. Melalui prinsip-prinsip ekonomi Islam pula, tidak
memungkinkan individu menumpuk kekayaan secara berlebihan
sementara mayoritas masyarakat berada dalam kemiskinan dan tidak dapat
memenuhi kebutuhan pokoknya. Keberhasilan sistem ekonomi Islam
terletak pada sejauh mana keselarasan dan keseimbangan dapat dilakukan
antara kebutuhan material dan kebutuhan akan pemenuhan etika dan moral
itu sendiri. Islam memandu nilai kebebasan dan keadilan ini dalam
kerangka tauhid, yaitu menyadari potensi yang ada pada diri manusia
adalah anugerah ilahi yang harus digunakan untuk pengabdian dan
menjalankan misi moral yang tidak berkesudahan di muka bumi ini.
Islam memandang pula bahwa pemahaman materi adalah
segalanya bagi kehidupan adalah merupakan pemahaman yang keliru,
sebab manusia selain memiliki dimensi material juga memiliki dimensi
non material (spiritual). Dalam ekonomi Islam, kedua dimensi tersebut
(material dan spiritual) termasuk di dalamnya, sebagaimana tercermin dari
6
Anita Rahmawaty, DISTRIBUSI DALAM EKONOMI ISLAM, EQUILIBRIUM,
Volume 1, No.1, Juni 2013, h.7-8

16
nilai dasar (value based) yang terangkum dalam empat aksioma
sebagaimana dikemukakan oleh Naqvi yaitu kesatuan/Tauhid (unity),
keseimbangan (equilibrium), kehendak bebas (free will) dan tanggung
jawab (responsibility).
Pertama, penekanan Islam terhadap kesatuan/tauhid (unity)
merupakan dimensi vertikal yang menunjukkan bahwa petunjuk (hidayah)
yang benar berasal dari Allah SWT. Hal ini dapat menjadi pendorong bagi
integrasi sosial, karena semua manusia dipandang sama di hadapan Allah
SWT. Manusia juga merdeka karena tidak seorangpun berhak
memperbudak sesamanya. Kepercayaan ini diyakini seluruh umat Islam,
sehingga dapat mendorong manusia dengan sukarela melakukan tindakan
sosial yang bermanfaat.
Kedua, dimensi horisontal Islam yaitu keseimbangan (equilibrium)
yang menuntut terwujudnya keseimbangan masyarakat, yaitu adanya
kesejajaran atau kesimbangan yang merangkum sebagian besar ajaran etik
Islam, di antaranya adalah pemerataan kekayaan dan pendapatan,
keharusan membantu orang yang miskin dan membutuhkan, keharusan
membuat penyesuaian dalam spektrum hubungan distribusi, produksi dan
konsumsi, dan sebagainya. Prinsip ini menghendaki jalan lurus dengan
menciptakan tatanan sosial yang menghindari perilaku ekstrimitas.
Ketiga, kebebasan (free will) yaitu kebebasan yang dibingkai
dengan tauhid, artinya manusia bebas tidak sebebas-bebasnya tetapi terikat
dengan batasan-batasan yang diberikan Allah. Kebebasan manusia untuk
menentukan sikap -baik dan jahat- bersumber dari posisi manusia sebagai
wakil (khalifah) Allah di bumi dan posisinya sebagai makhluk yang
dianugerahi kehendak bebas. Namun demikian agar dapat terarah dan
bermanfaat untuk tujuan sosial dalam kebebasan yang dianugerahkan
Allah tersebut, ditanamkan melalui aksioma
keempat yaitu tanggung jawab (responsibility) sebagai komitmen
mutlak terhadap upaya peningkatan kesejahteraan sesama manusia.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebijakan distribusi yang ditawarkan ekonomi Islam dengan tidak
berpihak hanya pada salah satu agen ekonomi, dan diperkuat dengan prinsip-
prinsip yang jelas memberikan arahan bahwa keadilan ekonomi harus
ditegakkan. Namun menciptakan keadilan ekonomi akan sulit terwujud jika
tidak melibatkan peran institusi yang ada seperti halnya pemerintah dan
masyarakat. Oleh sebab itu, peran kedua instrumen tersebut sangat
dibutuhkan, karena kebijakan distribusi akan teraplikasikan dengan baik
ketika kedua institusi yang ada berkerja.
Langkah awal yang dapat dilakukan ialah memberikan pemahaman
yang sejelasjelasnya kepada pemerintah dan masyarakat selaku institusi
ekonomi bahwa terciptanya keadilan ekonomi merupakan tanggung jawab
bersama, bukan hanya tanggung jawab salah satu institusi yang ada,
melainkan tanggung jawab bersama selaku agen ekonomi dan institusi
konomi. Ketika institusi tersebut bekerja, keadilan diharapkan akan tercipta
untuk memberi dampak pada tersebarnya harta secara adil di masyarakat yang
akan menggerakkan ekonomi rakyat.
B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan
sampaikan kepada kami. Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat
mema'afkan dan memakluminya.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu para
pembaca disarankan untuk membaca tentang merancang dan mengelola
saluran pemasaran teritegrasi pada referensi – referensi lainnya, agar
pengetahuan pembaca makin semakin banyak sehingga memperluas khazanah
keilmuan kita bersama.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Yogyakarta, Dana Bakti Wakaf,
1997.

Anita Rahmawaty, DISTRIBUSI DALAM EKONOMI ISLAM, EQUILIBRIUM,


Volume 1, No.1, Juni 2013.

Karim, Rusli.,. Berbagai Aspek Ekonomi Islam, Yogyakarta : Tiara Wacana 1992.

Muhammad, Ekonomi Mikro Dalam Perespektif Islam.Yogyakarta: BPFE,2004.

Mustafa Edwin Nasution, et al.,eds., Pengenalan Ekonomi Islam, Jakarta,


Kencana, 2006.

19

Anda mungkin juga menyukai