Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata mata kuliah Ilmu Ekonomi
Islam.
Oleh:
Sulhan Habibi
EKONOMI SYARIAH
2024
Distribusi dalam Perspektif Islam
Pendahuluan
Sumber: David C. Korten. The Post Corporate World : Life After Capitalism.
Terj. A. Rahman Zainuddin. (Jakarta : Yayasan Obor 1999). Hal. 95-96.
Distribusi kekayaan dan sumber daya adalah isu sentral dalam pembangunan
sosial dan ekonomi suatu masyarakat. Dalam konteks Islam, distribusi memiliki
makna yang mendalam karena mencerminkan prinsip-prinsip keadilan, solidaritas,
dan kemanusiaan yang diajarkan oleh agama ini. Makalah ini akan mengeksplorasi
konsep distribusi dalam perspektif Islam, meliputi prinsip-prinsipnya, instrumen-
instrumen distribusi, serta relevansinya dalam mengatasi ketimpangan sosial dan
ekonomi.
PEMBAHASAN
1. Keadilan Sosial.
Keadilan sosial adalah salah satu prinsip utama dalam distribusi dalam Islam. Al-
Quran dan Hadis secara konsisten menekankan pentingnya memberikan hak-hak
secara adil kepada semua individu dalam masyarakat. Berdasarkan ayat 90 surat
An-Nahl :
Artinya : "Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, berbuat kebajikan, dan
memberi bantuan kepada kerabat" (An-Nahl: 90) menegaskan pentingnya keadilan
dalam distribusi.
Berdasarkan ayat tersebut dengan kata lain, Islam tidak hanya menuntut agar
kekayaan didistribusikan secara adil, tetapi juga menekankan pentingnya
melakukan perbuatan baik dan memberikan bantuan kepada keluarga dan
masyarakat secara keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa keadilan sosial bukanlah
sekadar konsep, tetapi suatu tindakan yang harus diwujudkan dalam setiap aspek
kehidupan, termasuk dalam pembagian kekayaan dan sumber daya.
Pemberian harta zakat yang dibayarkan oleh muzakki kepada mustahik adalah
bentuk lain dari mekanisme nonekonomi dalam hal distribusi zakat. Zakat adalah
ibadah yang dapat dilaksanakan oleh para muzakki. Dalam hal ini, negara wajib
memaksa siapapun yang termasuk muzakki untuk membayar zakat. Dari zakat
tersebut kemudian dibagikan kepada golongan tertentu yakni delapan asnaf seperti
yang telah disebutkan dalam al-Quran. Allah berfirman (QS.At-Taubah[9]:60.
Zakat, sebagai salah satu pilar utama dalam ajaran Islam, merupakan
kewajiban bagi umat Muslim yang memiliki kekayaan yang mencapai ambang
batas tertentu untuk memberikan sebagian dari harta mereka kepada yang
membutuhkan. Konsep ini tidak hanya merupakan kewajiban agama, tetapi juga
merupakan bentuk tanggung jawab sosial yang diamanatkan oleh Islam. Selain
zakat, infaq juga dianjurkan sebagai salah satu bentuk sedekah yang dapat
membantu mengurangi ketimpangan sosial dalam masyarakat. Praktik zakat dan
infaq tidak hanya sekadar memberikan bantuan kepada yang membutuhkan, tetapi
juga memainkan peran penting dalam redistribusi kekayaan secara adil. Dengan
memberikan zakat dan infaq, individu yang memiliki kelebihan harta dapat
berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang kurang mampu,
seperti pemberian makanan, pembiayaan pendidikan, dan akses kepada layanan
kesehatan. Dengan demikian, zakat dan infaq tidak hanya berperan dalam
membantu individu yang membutuhkan, tetapi juga sebagai instrumen untuk
menciptakan masyarakat yang lebih berkeadilan sosial.
3. Redistribusi Kekayaan.
4. Pemberdayaan Masyarakat.
Distribusi dalam Islam tidak hanya terbatas pada pembagian kekayaan secara
adil, tetapi juga mencakup upaya pemberdayaan masyarakat secara menyeluruh.
Salah satu aspek utama dari pemberdayaan tersebut adalah melalui pendidikan,
pelatihan keterampilan, dan bantuan yang diberikan kepada individu dan keluarga.
Melalui pendidikan, masyarakat diberikan akses kepada pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam
menghadapi tantangan ekonomi dan sosial. Pendidikan juga membuka peluang
yang lebih luas bagi individu untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan
meningkatkan taraf hidup mereka.
Mekanisme Distribusi.
Sistem distribusi atau kegiatan menyalurkan barang yang tidak menggunakan saluran
masih milik produsen sendiri. Menjual barang hasil produksinya melalui toko milik
produsen
sendiri.
Kegiatan menyalurkan barang dan jasa melalui pihak-pihak lain atau badan perantara
seperti agen, makelar, toko atau pedagang eceran.
5 Penyaluran barang atau jasa melalui penjualan di tempat tertentu yang ditetapkan
pemerintah.
2) Daerah penjualan.
3) Modal yang disediakan, yang terkait dengan hak dan kewajiban dalam perjualan
4) Alat komunikasi.
Jenis Distribusi dalam Islam
Secara konseptual perseroan mudharabah ini disebut juga qiradh, yaitu akad
kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahib al-mal)
menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya sebagai pengelola. Keuntungan
usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak, sedangkan kerugian ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian
tersebut bukan disebabkan oleh kelalaian si pengelola.(7)
Musyarakah juga merupakan salah satu bentuk kerja sama (joint enterprised) antara
dua orang atau lebih dalam sebuah usaha atau modal dalam bentuk coorporate dengan
bagi hasil keuntungan berdasarkan kesepakatan. Musyarakah berbeda dari
mudharabah, dalam mudharabah pemilik modal tidak diberikan peran dalam
menjalankan manajemen perusahaan, sedangkan dalam musyarakah juga ada bagi
hasil, tapi semua pihak berhak turut serta dalam pengambilan keputusan manajerial.
Dalam Islam, prinsip kerja disesuaikan dengan produk- tivitas individu itu sendiri.
Keadilannya dilihat dari profesi yang ia lakukan sesuai dengan perjanjian kerja antara
pemberi kerja dan penerima kerja. Upah diberikan harus sesuai dengan apa yang
dilakukan, dilihat dari kategori kerja yang dilakukan (secara profesi, skill).
Dalam hal distribusi melalui mekansme pasar, maka terdapat beberapa aturan
didalamnya, seperti :
a. Penentuan harga, Dalam konsep ekonomi Islam, penentuan harga dilakukan oleh
kekuatan-kekuatan pasar, yaitu kekuatan permintaan dan penawaran. Dalam konsep
Islam pula, pertemuan permintaan dengan penawaran adalah terjadi secara seimbang
dengan rela sama rela atau tidak ada pemaksaan terhadap harga tersebut pada saat
transaksi. (10) Islam mengatur agar persaingan di pasar dilakukan secara adil.
sumber : Nasrun Haroen, Fiqh Muamalat (Jakarta: Logos, 200), hlm. 165.
c. Larangan spekulasi, Spekulasi adalah outcome dari sikap mental ingin cepat kaya.
Jika seseorang telah terjebak pada sikap mental ini, maka ia akan berusaha dengan
menghalalkan segala macam cara tanpa mempedulikan rambu-rambu agama dan
etika. Kegiatan spekulasi ada kemiripannya dengan gambling(al-qimar) dalam
konteks pengambilan keuntungan.
4. Distribusi pendapatan melalui sedekah wajib (zakat) dan sedekah sunah (sedekah,
infak, hibah).
Choudhuri menyebut zakat sebagai wealth tax dalam Islam. Dan zakat merupakan
salah satu ciri dan komponen dalam laporan keuangan (income statement) perusahaan
yang berda dalam perekonomian Islami atau menjalankan prinsip-prinsip Islam.
Model analisis matematis yang ditawarkan juga menunjukkan hubungan zakat,
income, dan employment, karena ide zakat adalah transformasi produktif.hal ini
ditunjukkan dengan pembuktian analitis kuantitatif bahwa zakat medorong multiplier
positif untuk investasi. (12)
Hukum waris merupakan suatu aturan yang sangat penting dalam mengurangi
ketidakadilan pembagian warisan dalam masyarakat. Tokoh-tokoh ekonomi, seperti
Keynes, Taussig dan Irvings Fisher menyetujui bahwa pembagian warisan yang tidak
merata merupakan penyebab utama dari ketidakadilan dalam masyarakat Menurut
Taussig, warisan mempunyai dampak-dampak yang sangat besar dalam masyarakat.
Hal tersebut senantiasa memperbesar jurang pemisah antara si kaya dan si miskin. 83
Hukum waris bagi Muslim merupakan alat penimbang yang sangat kuat dan efektif
dalam rangka mencegah pengumpulan kekayaan di kalangan tertentu dan
pengembangannya dalam kelompok-kelompok yang besar dalam masyarakat. Oleh
karena itu, hukum waris mempunyai pengaruh yang cukup baik dalam pengembangan
sirkulasi harta di kalangan masyarakat banyak.
Dalam konteks global yang penuh dengan ketimpangan sosial dan ekonomi, konsep
distribusi dalam perspektif Islam memiliki relevansi yang besar. Prinsip-prinsip
distribusi yang diajarkan oleh Islam dapat membantu mengatasi ketimpangan tersebut
dengan cara berikut:
Kesimpulan
Distribusi dalam perspektif Islam merupakan suatu konsep yang sangat penting dalam
mengatur ekonomi dan masyarakat secara menyeluruh. Konsep ini melibatkan
prinsip-prinsip keadilan, solidaritas, dan kemanusiaan yang merupakan nilai-nilai inti
dalam ajaran Islam. Beberapa prinsip distribusi dalam Islam meliputi keadilan sosial,
zakat dan infaq, redistribusi kekayaan, pemberdayaan masyarakat, larangan riba dan
eksploitasi.
Relevansi konsep distribusi dalam Islam sangat besar dalam mengatasi ketimpangan
sosial dan ekonomi di masyarakat. Dengan menerapkan prinsip-prinsip distribusi
Islam, masyarakat dapat memastikan bahwa kekayaan dan sumber daya
didistribusikan secara adil, semua individu memiliki kesempatan yang sama untuk
mencapai kesejahteraan, dan praktik ekonomi yang tidak wajar seperti eksploitasi dan
penimbunan barang dapat dicegah. Dengan demikian, konsep distribusi dalam Islam
tidak hanya memberikan landasan bagi keberlangsungan ekonomi yang
berkelanjutan, tetapi juga menciptakan masyarakat yang lebih adil dan berkeadilan.