Anda di halaman 1dari 27

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

40

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Data Umum
a. Sejarah singkat KPP Pratama Surakarta
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta saat ini berlokasi di
Jalan Kyai Haji Agus Salim Nomor 1 Surakarta. Sebelum tahun 1966, Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta berstatus sebagai Kantor Dinas Luar
Tingkat I (KDL Tk. I) Surakarta dibawah wewenang wilayah kerja dari kantor
Inspeksi Keuangan Yogyakarta.
Pada tahun 1966 karena semakin banyaknya jumlah Wajib Pajak dan
jumlah penerimaan pajak, Kantor Dinas Luar (KDL Tk.I) Surakarta ditingkat-
kan menjadi Kantor Inspeksi Keuangan (KIK) Surakarta yang membawahi
diantaranya KDL Tk. I Klaten. Pada akhir tahun 1966 semua istilah Kantor
Inspeksi Keuangan Surakarta berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 tentang
organisasi dan Tata Kerja DJP berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak
Surakarta tipe A dengan wilayah kerja yang meliputi kotamadya Surakarta,
Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Sragen.
Sehubungan dengan reorganisasi di lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak, KPP Surakarta telah berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Surakarta. Dibentuk berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Pajak
Kep-141/PJ/2007 yang ditetapkan pada tanggal 3 Oktober 2007 tentang
Penerapan Organisasi, Tata Kerja, dan Saat Mulai Beroperasinya Kantor
Wilayah DJP Jawa Tengah II dan Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan
Konsultasi Perpajakan di lingkungan Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah I
Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah II, Kantor Wilayah DJP Daerah Istimewa
Yogyakarta. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta mulai
beroperasi tahun 30 Oktober 2007 dan sampai saat ini KPP Pratama Surakarta
commit to user

40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

41

sudah meliputi wilayah kerja 5 kecamatan yaitu: Laweyan, Jebres, Serengan,


Pasar Kliwon, Banjarsari.
Pembentukan KPP Pratama merupakan bagian dari program reformasi
birokrasi perpajakan yang sifatnya komprehensif dan telah berjalan sejak tahun
2002 ditandai dengan terbentuknya Kantor Wilayah (Kanwil) dan Kantor
Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar. Pembentukan KPP Pratama lanjutan
dilandasi oleh terbitnya SE-19/PJ/2007 tanggal 13 April 2007 tentang Per-
siapan Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern pada Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
Pembentukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Seluruh Indonesia
tahun 2007-2008. Perubahan yang dilakukan meliputi struktur organisasi,
proses bisnis, teknologi informasi dan komunikasi, sarana dan prasarana serta
manajemen sumber daya manusia. Perbaikan dalam struktur DJP terefleksi
pada karakter kantor modern antara lain adanya Account Representative (AR)
untuk pelayanan kepada Wajib Pajak, penerapan Kode Etik Pegawai yang
diawasi oleh komite kode etik pegawai, dan sistem penggajian yang lebih baik.
Pada tanggal 1 April 1989 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor
276/KMK.01/1989 tentang organisasi dan tata kerja Direktorat Jenderal Pajak,
Kantor Pelayanan Pajak Surakarta dipecah menjadi:
1) Kantor Pelayanan Pajak Surakarta Tipe B dengan wilayah kerja sebagai
berikut:
(a) Kotamadya Surakarta
(b) Kabupaten Karanganyar
(c) Kabupaten Surakarta
2) Kantor Pelayanan Pajak Klaten dengan wilayah kerja sebagai berikut:
(a) Kota Administrasi Klaten
(b) Kota Boyolali
(c) Kabupaten Sukoharjo
(d) Kabupaten Wonogiri

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

42

3) Unit Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (UPP) Surakarta tipe B, dengan


wilayah kerja se eks-Karesidenan Surakarta (wilayah kerja Kantor Inspeksi
Pajak Surakarta)
Kantor Pelayanan Pajak Pratama merupakan penggabungan tiga jenis
unit kantor yang berbeda yakni gabungan dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP),
Kantor Pelayanan Bumi dan Bangunan (KPPBB) dan Karikpa (Kantor Pe-
meriksaan dan Penyidikan Pajak) dengan masing-masing seksi. Fungsi Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Surakarta adalah sebagai berikut:
(a) Pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan,
pengamatan potensi perpajakan, dan ekstensifikasi Wajib Pajak.
(b) Penelitian dan penatausahaan surat pemberitahuan tahunan, surat pem-
beritahuan masa serta berkas Wajib Pajak.
(c) Pengawasan pembayaran masa Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan
Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Pajak Tidak Langsung
Lainnya.
(d) Penatausahaan piutang pajak, penerimaan penagihan, penyelesaian ke-
beratan, penatausahaan banding, dan penyelesaian restitusi Pajak Peng-
hasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan
Pajak Tidak Langsung Lainnya.
(e) Pemeriksaan sederhana dan penerapan sanksi perpajakan.
(f) Penerbitan surat ketetapan pajak.
(g) Pembetulan surat ketetapan pajak.
(h) Pengurangan sanksi pajak.
(i) Penyuluhan dan konsultasi perpajakan.
(j) Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

43

b. Visi dan Misi KPP Pratama Surakarta


Berikut ini merupakan Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Surakarta:
1) Visi
Dalam menjalankan tugas-tugasnya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Surakarta mengacu pada visi Direktorat Jenderal Pajak yaitu “Menjadi
institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi modern
yang efektif, efisien, dan dapat dipercaya masyarakat dengan integritas dan
profesionalisme yang tinggi.”
2) Misi
Misi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta yaitu “Menghimpun
penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang
mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan
efisien.”

c. Deskripsi Jabatan di KPP Pratama Surakarta


Berikut ini merupakan deskripsi jabatan yang ada di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Surakarta:
1) Waskon (Pengawasan dan Konsultasi)
Secara umum memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak yang
berupa bimbingan dan penyuluhan. Selain itu ada tugas pengawasan yang
berupa kepatuhan pembayaran dan pelaporan, juga melakukan penggalian
potensi berdasarkan hasil pengawasan dan bimbingan. Berdasarkan wilayah
di kota Surakarta, maka seksi Waskon di KPP Pratama Surakarta ini dibagi
menjadi empat, yaitu:
- Waskon I untuk wilayah Kecamatan Laweyan
- Waskon II untuk wilayah Kecamatan Jebres
- Waskon III untuk wilayah Kecamatan Serengan dan Pasar Kliwon
- Waskon IV untuk wilayah Kecamatan Banjarsari

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

44

Waskon mempunyai rincian tugas sebagai berikut:


(a) Memproses dan penatausahaaan dokumen masuk di Seksi Pengawasan
dan Konsultasi, serta menyusun estimasi penerimaan pajak per WP.
(b) Menyelesaikan permohonan keberatan, pembetulan ketetapan, pe-
ngurangan dan penghapusan sanksi administrasi PPh, PPn dan PPnBM di
KPP.
(c) Menyelesaikan permohonan pengurangan dan pembatalan ketetapan
pajak yanag tidak benar PPh, PPn, PPnBM di KPP.
(d) Menyelesaikan permohonan pengurangan atau penghapusan administrasi
PBB, perubahan metode pembukuan.
(e) Melayani permintaan perubahan tahun buku pertama, pemusatan PPn,
permohonan Surat Keterangan Fiskal WP Non Bursa.
(f) Menyelesaikan pemberian ijin pembubuhan tanda bea materai lunas baik
dengan mesin teraan materai, teknologi percetakan, maupun dengan
sistem komputerisasi.
(g) Menyelasaikan pemohonan penambahan deposito baik dengan mesin
teraan materai, teknologi percetakan, maupun dengan sistem komputer-
isasi.
(h) Menetapkan angsuran PPh Pasal 25 WP Bank, sewa guna usaha dan hak
opsi, BUMN dan BUMD serta menetapkan WP patuh.
(i) Membuat surat pemberitahuan perubahan besarnya angsuran PPh Pasal
25 (dinamisasi), SPMKP atau SPMIB yang hilang.
(j) Melaksanakan putusan gugatan atau banding, ekualisasi, penelitian dan
analisis kepatuhan material WP.
(k) Menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP), Surat
Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB), Surat Tagihan Pajak
(STP), SKPKB/SKPKBT/STB, Surat Ketetapan Pajak PBB, teguran
pengembalian SPOP, surat himbauan pembetulan Surat Pemberitahuan
(SPT), serta menerbitkan penggantian SPMKP atau SPMIB karena lewat
waktu atau kadaluwarsa, rusak atau salah baik yang telah didistribusikan
commit to user
maupun yang belum didistribusikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

45

(l) Menyelesaikan permohonan penggunaan nilai buku dalam penggabungan,


pengambilalihan atau pemekaran usaha.

2) Sub Bagian Umum


Melaksanakan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan
rumah tangga sebagai berikut:
(a) Menerima dokumen, memproses dan penatausahaan dokumen masuk di
Sub Bagian Umum serta penyampaian dokumen di KPP.
(b) Mengajukan pengajuan kesehatan pegawai, pengurus gaji, TKPKN, SPJ,
pengajuan uang makan PNS, pemberhentian gaji dan TKPKN.
(c) Melaksanakan pelantikan, sumpah dan serah terima jabatan, serta
pengambilan sumpah PNS.
(d) Membuat kartu tanda pengenal pemeriksa, menerbitkan ijin melanjutkan
pendidikan di luar kedinasan, mengajukan usul peserta pendidikan di luar
negeri.
(e) Laporan perkawinan pertama pegawai, pengajuan usul permohonan
pensiun janda/duda, pengajuan usul permohonan berhenti bekerja sebagai
PNS atas permintaan sendiri, dan pengajuan usul pengangkatan bendahara.
(f) Menyusun RKAKL, laporan bulanan konversi energi, laporan berkala,
laporan tahunan, laporan atau daftar realisasi anggaran, laporan SAKPA
tingkat satuan kerja atau UAKPA (Unit Akuntansi Kuasa Pengguna
Anggaran).
(g) Permohonan uang duka meninggal, permohonan kartu tanda asuransi,
dan Taspen mekanisme pembayaran anggaran belanja.
(h) Melakukan pembayaran tagihan melalui mekanisme langsung (LS)
kepada rekanan.
(i) Permintaan dan pembayaran lembur pegawai
(j) Melaksanakan penutupan buku kas umum, penerimaan inventaris dari
rekanan (pihak lain), pelaksanaan penghapusan barang milik Negara
dengan lelang pada unit KPP.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

46

(k) Pemusnahan dokumen, serta penyusunan tanggapan atau tindak lanjut


terhadap Surat Hasil Pemeriksaan (SHP) atau Laporan Hasil Pemeriksaan
(LHP) dari Itjen DepKeu/BPK/BPKP/Unit Fungsional Pemeriksaan
Lainnya.

3) Seksi Pelayanan
Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan,
pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT), serta penerimaan surat lainnya,
penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta me-
lakukan kerjasama perpajakan. Adapun rinciannya sebagai berikut:
(a) Penatausahaan surat, dokumen masuk, dokumen WP, laporan WP pada
tempat tata cara pendaftaran NPWP, penghapusan NPWP, perubahan
identitas WP, serta pemberitahuan penggunaan norma perhitungan.
(b) Menyelesaikan permohonan pengukuhan Penguasaha Kena Pajak
(PKP) dan pencabutan PKP.
(c) Menyelesaikan pemindahan WP dan PKP di KPP lama.
(d) Menyelesaiakn pemindahan WP dan PKP di KPP baru.
(e) Menerima dan mengolah SPT Tahunan PPh dan SPT Masa.
(f) Menyelesaikan permohonan perpanjangan waktu penyampaian SPT
Tahunan PPh, cetak salinan dan pembetulan SPPT atau SKP atau STP.
(g) Menerbitkan Surat Teguran penyampaian SPT Masa dan Tahunan,
serta Surat Ketetapan Pajak (SKP).
(h) Meneliti hasil keluaran berupa SPPT/ STP/ DHKP/ DHR.
(i) Meminjamkan atau mengirimkan berkas.
(j) Melaksanakan pemenuhan konfirmasi dan klarifikasi.
(k) Menyelesaikan permohonan pembukuan dalam bahasa inggris dan mata
uang dollar Amerika Serikat.
(l) Menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak untuk per-
wakilan Negara Asing dan badan-badan Internasional serta pejabat atau
tenaga ahlinya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

47

(m) Menyampaikan permintaan revaluasi aktiva tetap dari WP ke Kantor


Wilayah.
(n) Melayani permintaan penetapan sebagai daerah terpencil.

4) Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)


Melakukan pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pe-
ngamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, perekaman
dokumen perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan
aplikasi e-SPT dan e-Filing serta penyiapan laporan kerja. Adapun rincian-
nya sebagai berikut:
(a) Memproses dan penatausahaan dokumen masuk serta alat keterangan
seksi PDI.
(b) Menyusun rencana penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, per-
kembangan ekonomi dan keuangan.
(c) Pembentukan dan pemanfaatan bank data.
(d) Membuat dan menyampaikan Surat Perhitungan (SPH) ke KPP lain.
(e) Meminjamkan berkas data atau alat keterangan kepada seksi terkait.
(f) Penatausahaan penerimaan PBB non elektronik.
(g) Membuat laporan penerimaan PBB atau BPHTB, serta menyelesaiakan
pembagian hasilnya.

5) Seksi Ekstensifikasi
Peralihan dari seksi Pendataan dan Penilaian pada KPPBB, serta
menindaklanjuti data yang belum memiliki NPWP untuk dihimbau agar
segera memiliki NPWP. Adapun rinciannya sebagai berikut:
(a) Memproses dan penatausahaan dokumen masuk di seksi Ekstensifikasi.
(b) Pendaftaran objek pajak baru baik dengan penelitian kantor maupun
lapangan.
(c) Menerbitkan Surat Himbauan untuk ber-NPWP, dan daftar nominatif
untuk usulan SP3 PSL Ekstensifikasi.
(d) Mencari data dari pihak ketiga dalam pembentukan/pemutakhiran bank
commit to user
data perpajakan, serta data potensi perpajakan dalam monografi fiskal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

48

(e) Melaksanakan penilaian individual obyek PBB dan memelihara data


obyek dan subyek PBB.
(f) Membuat Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB) dan pembentukan
atau penyempurnaan ZNT atau NIR.
(g) Menyelesaikan permohonan penundaan pengembalian SPOP, per-
mohonan surat keterangan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP), dan mutasi
sebagian ataupun seluruh obyek dan subyek PBB.

6) Seksi Pemeriksaan
Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pe-
laksanaan aturan pemeriksaan, penerbit dan penyaluran Surat Perintah
Pemeriksaan Pajak (SP3), serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainya.
Adapun rinciannya sebagai berikut:
(a) Memproses dan penatausahaan dokumen masuk di seksi Pemeriksaan.
(b) Menyelesaikan Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan PPh lebih bayar
selain WP patuh.
(c) Menyelesaikan usulan pemeriksaan dan pemeriksaan bukti permulaan.
(d) Melaksanakan pemeriksaan kantor dan lapangan.
(e) Penatausahaan Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP) dan nota perhitungan.

7) Seksi Penagihan
Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan, dan
angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang
pajak, penyimpanan dokumen-dokumen penagihan. Adapun rinciannya
sebagai berikut:
(a) Memproses dan penatausahaan dokumen masuk di seksi Penagihan,
Surat Ketetapan Pajak (SKP), Surat Tagihan Pajak beserta bukti pem-
bayarannya, Surat Keputusan Pembetulan, Keberatan, Putusan Banding,
Pengurangan, Pembatalan Ketetapan Pajak, dan Surat Keputusan Pe-
ngurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi pada Seksi Penagihan.
(b) Menjawab konfirmasi data tunggakan pajak WP.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

49

(c) Menyelesaiakan permohonan penundaan pembayaran pajak dan usulan


pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak.
(d) Penagihan pajak seketika dan sekaligus.
(e) Menghapus piutang pajak.
(f) Menerbitkan Surat Teguran Pajak (STP) bunga penagihan, Surat Teguran
Penagihan, Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, dan
Surat Keputusan Pencabutan Sita.
(g) Pemindahan berkas dari KPP ke KPP lainnya.
(h) Membuat usulan pencegahan dan penyanderaan terhadap WP tertentu.
(i) Melaksanakan lelang dan menyelesaikan permohonan pembatalan lelang.
(j) Membuat laporan Seksi Penagihan ke Kantor Wilayah.
(k) Menyelesaikan permohonan mengangsur pembayaran pajak.

2. Deskripsi Data Khusus


a. Data Variabel Pemeriksaan pajak

Tabel 5. Data Jumlah Surat Ketetapan Pajak Terbit pada Tahun 2010-
2012

Bulan Jumlah SKP Terbit


2010 2011 2012
Januari 1 0 0
Februari 4 2 1
Maret 2 5 3
April 2 1 2
Mei 3 0 1
Juni 0 2 1
Juli 0 5 0
Agustus 0 0 1
September 1 0 0
Oktober 1 2 3
November 1 2 5
Desember 1 1 0

Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Surakarta


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

50

Data tersebut di atas apabila disajikan dalam bentuk grafik menjadi


seperti di bawah ini:

5
Jumlah SKP terbit

0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des
2010 1 4 2 2 3 0 0 0 1 1 1 1
2011 0 2 5 1 0 2 5 0 0 2 2 1
2012 0 1 3 2 1 1 0 1 0 3 5 0

Gambar 2. Grafik Jumlah Surat Ketetapan Pajak (SKP) diterbitkan di KPP


Pratama Surakarta Tahun 2010-2012

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia


Nomor 17/PMK.03/2013 Tentang Tata Cara Pemeriksaan, Direktur Jenderal
Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak atas hasil pemeriksaan. Pada
gambar di atas dapat dilihat bulan-bulan tertentu yang menunjukkan angka
nol seperti pada Bulan Juni, Juli, dan Agustus tahun 2010. Hal ini berarti tidak
ada Surat Ketetapan Pajak yang diterbitkan Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Surakarta pada bulan-bulan tersebut. Menurut konfirmasi dari KPP Pratama
Surakarta jangka waktu pemeriksaan bisa bervariasi dan diperpanjang sesuai
kebutuhan pemeriksaan. Jumlah fungsional pemeriksa pajak di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Surakarta yang hanya berjumlah 12 orang juga
mempengaruhi jumlah pemeriksaan pajak yang dilakukan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

51

b. Data Variabel Kepatuhan Wajib Pajak Badan

Tabel 6. Data Jumlah Surat Pemberitahuan (SPT) yang dilaporkan Tahun


2010-2012
Bulan Jumlah SPT dilaporkan
2010 2011 2012
Januari 44 42 24
Februari 166 106 138
Maret 621 535 377
April 1502 1812 1606
Mei 32 37 36
Juni 22 22 20
Juli 17 15 12
Agustus 14 10 12
September 12 10 34
Oktober 5 12 20
November 10 19 9
Desember 20 26 4
Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Surakarta

Berdasarkan indikator yang telah ditetapkan, variabel Kepatuhan Wajib


Pajak Badan diukur melalui persentase jumlah Surat Pemberitahuan Tahunan
yang dilaporkan dibandingkan dengan jumlah Wajib Pajak Badan efektif yang
terdaftar di KPP Pratama Surakarta. Pada tahun 2010, jumlah Wajib Pajak Badan
berjumlah 7.565 wajib pajak, pada tahun 2011 sebanyak 6.470 wajib pajak, dan
sebanyak 4.593 wajib pajak pada tahun 2012. Data pelaporan SPT Tahunan
merupakan data bulanan, sehingga dalam perbandingan jumlah Wajib Pajak
Badan diasumsikan sama setiap bulannya. Data kepatuhan Wajib Pajak Badan di
atas terlihat sangat mencolok pada bulan Maret dan April yang sangat jauh
melampaui persentase kepatuhan pada bulan lainnya. Menurut konfirmasi dari
KPP Pratama Surakarta, hal ini biasa terjadi karena bulan Maret dan April sudah
mendekati batas akhir penyampaian SPT Tahunan Badan yakni pada 30 April.
Persentase kepatuhan wajib pajak tersebut disajikan dalam bentuk grafik sebagai
berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

52

450
Persentase Kepatuhan WP Badan (%) 400
350
300
250
200
150
100
50
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des
2010 7 26 99 237 5 3 3 2 2 1 2 3
2011 8 20 99 335 7 4 3 2 2 2 4 5
2012 6 36 99 411 9 5 3 3 9 5 2 1

Gambar 3. Grafik Persentase Kepatuhan Wajib Pajak Badan di KPP Pratama


Surakarta Tahun 2010-2012

c. Data Variabel Penerimaan Pajak Penghasilan Badan

Tabel 7. Data Realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan Badan Tahun


2010-2012
Realisasi penerimaan PPh Badan (Rupiah)
Bulan
2010 2011 2012
Januari 1.344.067.566 1.688.782.516 1.923.922.950
Februari 1.524.195.045 1.782.203.132 982.391.751
Maret 1.739.975.072 1.909.093.743 2.080.997.164
April 6.279.472.160 6.143.310.317 11.414.535.087
Mei -1.569.078.492 -3.432.636.784 -3.928.102.590
Juni 2.098.800.005 2.110.333.023 2.395.497.163
Juli 1.626.117.775 1.111.140.821 2.572.459.060
Agustus 1.708.215.731 1.843.136.332 1.939.647.707
September 1.695.659.663 1.799.895.405 2.523.975.574
Oktober 1.596.091.673 1.818.852.522 2.885.299.869
November 2.441.991.225 2.562.576.837 3.029.416.199
Desember 14.125.728.176 3.025.292.160 3.841.964.060
commit to user
Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

53

Data tersebut di atas apabila disajikan dalam bentuk grafik menjadi


seperti di bawah ini:

16.000

14.000
Penerimaan Pajak PPh Badan (Jutaan Rp)

12.000

10.000

8.000

6.000 2010

4.000 2011
2012
2.000

-2.000 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des

-4.000

-6.000
Bulan

Gambar 4. Grafik Penerimaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Tahun


2010-2012

Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa penerimaan pajak di


Bulan Januari, Februari, Maret, Juni, Agustus, September, Oktober, dan juga
Nopember pada tiga tahun berturut-turut mengalami tren positif. Pada grafik
tersebut juga dapat dilihat bahwa pada Bulan Mei menunjukkan penerimaan
pajak penghasilan yang negatif, menurut konfirmasi dari KPP Pratama Surakarta
hal ini disebabkan pada bulan tersebut Kantor Pelayanan Pajak Pratama banyak
melakukan pembayaran atas restitusi pajak. Restitusi merupakan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak yang terjadi apabila jumlah pajak yang dibayar
lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang, dengan catatan wajib pajak
tidak memiliki hutang pajak lain.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

54

d. Analisis Deskriptif
Setelah data diperoleh dan diinput ke dalam SPSS 18, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan analisis deskriptif guna memberikan gambaran
umum dan sebaran data dari variabel-variabel yang diteliti. Variabel yag diteliti
adalah Pemeriksaan Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak, dan Penerimaan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Surakarta. Gambaran data yang
dapat dilihat antara lain jumlah data penelitian, nilai terendah (minimum), nilai
tertinggi (maximum), nilai rata-rata (mean), dan nilai standar deviasi masing-
masing data. Berikut ini merupakan tabel hasil uji statistik deskriptif:

Tabel 8. Hasil Uji Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pemeriksaan 36 0,00 5,00 1,4722 1,50211

Kepatuhan 36 0,79 410,74 40,8514 94,06979

Penerimaan 36 -3,93E9 1,41E10 2,4621E9 3,17009E9

Valid N 36
(listwise)
Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui gambaran distribusi data


penelitian sebagai berikut:
1. Variabel Pemeriksaan Pajak diukur dengan jumlah Surat Ketetapan Pajak
yang diterbitkan KPP Pratama Surakarta. Deskripsi data Pemeriksaan Pajak
menunjukkan nilai minimum 0,00 dan nilai maksimum adalah 5,00 serta rata-
rata 1,47. Hal ini diartikan KPP Pratama Surakarta tidak menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak pada bulan-bulan tertentu. Pada rentang waktu yang diteliti,
KPP Pratama Surakarta paling banyak menerbitkan 5 SKP dan nilai rata-rata
commitvariabel
1,47 setiap bulan. Standar deviasi to userpemeriksaan adalah 1,50211.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

55

2. Variabel Kepatuhan Wajib Pajak diukur dengan persentase perbandingan


jumlah SPT yang dilaporkan per bulan dan jumlah wajib pajak yang wajib
SPT setiap bulannya. Deskripsi data menunjukkan nilai minimum 0,79%
sedangkan nilai maksimum mencapai 410,74% dan rata-rata SPT dilaporkan
setiap bulannya sebesar 40,85%. Standar deviasi data kepatuhan wajib pajak
adalah 94,06979.
3. Variabel Penerimaan Pajak diukur dengan jumlah realisasi pajak yang di-
terima oleh KPP Pratama Surakarta dinyatakan dalam mata uang Rupiah.
Deskripsi data menunjukkan nilai minimum -Rp3.928.102.590,00 dan nilai
maksimum Rp14.125.728.176,00 dengan rata-rata penerimaan per bulan
sebesar Rp2.462.089.434,00. Standar deviasi pada data penerimaan adalah
3,17009E9.

B. Pengujian Persyaratan Analisis


Pengujian model regresi dapat dilakukan apabila data penelitian telah
terlebih dahulu memenuhi kriteria pengujian persyaratan analisis. Pada penelitian ini,
pengujian yang dilakukan berupa uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multi-
kolinieritas, dan uji autokorelasi.

1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji nilai residual apakah berdistribusi
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model regresi dengan nilai
residual yang berdistribusi normal. Pada penelitian ini uji normalitas dilakukan
dengan menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov dengan kriteria nilai residual
dikatakan normal apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.
Berdasarkan hasil uji normalitas yang telah dilakukan, asym. sig. menunjuk-
kan nilai sebesar 0,073 yang lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 artinya data
telah berdistribusi normal sehingga data dapat digunakan untuk pengujian model
regresi berganda.
Hasil keluaran uji Kolmogrov-smirnov pada penelitian ini dapat dilihat pada
tabel berikut ini: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

56

Tabel 9. Uji Normalitas


Unstandardized
Residual
N 36
Normal Parametersa,b Mean ,0000003
Std. Deviation 2,69618956E9
Most Extreme Differences Absolute ,214
Positive ,214
Negative -,195
Kolmogorov-Smirnov Z 1,286
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,073
a. Test distribution is Normal.
Sumber: Data diolah

2. Uji Heteroskedastisitas
Ghozali (2011) menyatakan uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji
ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang
lain dalam sebuah model regresi. Pada penelitian ini, uji heteroskedastisitas yang
digunakan adalah Uji Glejser melalui aplikasi SPSS 18. Uji ini dilakukan dengan
cara melakukan regresi variabel bebas dengan nilai absolut residual. Kriteria suatu
data dinyatakan terjadi heteroskedastisitas atau tidak adalah dengan melihat
probabilitas yang dihasilkan, apabila pada tingkat kepercayaan 5% probabilitasnya
lebih dari 0,05 maka dinyatakan tidak terjadi heteroskedastisitas, namun sebalik-
nya apabila pada tingkat kepercayaan 5% probabilitasnya kurang dari 0,05 maka
dinyatakan terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dengan
menggunakan uji Glejser pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 10. Uji Heteroskedastisitas


Variabel Sig. Kriteria Keterangan
Pemeriksaan 0,878 p > 0,05 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Kepatuhan 0,832 p > 0,05 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Sumber: Data diolah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

57

Tabel di atas menunjukkan bahwa variabel pemeriksaan pajak dan ke-


patuhan wajib pajak masing-masing memiliki signifikansi 0,878 dan 0,832 yang
telah memenuhi kriteria p value lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dinyatakan
bahwa pada model regresi penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas.

3. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk memenuhi persyaratan analisis regresi
berganda yaitu untuk mengetahui apakah hubungan antara variabel bebas terjadi
multikolinieritas atau tidak. Pada penelitian ini, uji multikolinieritas yang di-
gunakan untuk menguji model regresi adalah dengan mengamati nilai Variance
Inflation Factor (VIF) dan Tolerance.

Tabel 11. Hasil Uji Multikolinieritas


Variabel Tolerance VIF Keterangan
Pemeriksaan 0,977 1,024 Tidak terjadi multikolinieritas
Kepatuhan 0,977 1,024 Tidak terjadi multikolinieritas

Sumber: Data diolah

Kriteria yang digunakan dalam mengamati nilai VIF dan Tolerance


adalahjika nilai VIF lebih kecil dari 10 dan angka Tolerance di atas 0,1 maka
model regresi diindikasikan tidak terdapat multikolinieritas.
Ringkasan hasil uji multikolinieritas di atas menunjukkan nilai tolerance
variabel pemeriksaan sebesar 0,977 > 0,1 dan nilai VIF sebesar 1,024 < 10 maka
tidak terjadi masalah multikolinieritas. Nilai tolerance variabel kepatuhan sebesar
0,977 > 0,1 dan nilai VIF 1,024 < 10 juga menunjukkan tidak ada masalah
multikolinieritas pada variabel ini.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

58

4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
linear terdapat korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan
kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya), jika terjadi korelasi maka
dikatakan terdapat masalah autokorelasi. Hal ini sering ditemukan pada data runtut
waktu (time series) dan relatif jarang ditemukan pada data cross section.
Pada penelitian ini uji autokorelasi yang digunakan adalah uji Durbin-
Watson. Kriteria uji ini adalah apabila dalam pengujian statistik diperoleh nilai
DW di bawah -2 maka dapat dikatakan terdapat autokorelasi positif, sedangkan
nilai DW di atas +2 mengindikasikan terdapat autokorelasi negatif. Apabila nilai
DW berkisar di antara -2 dan +2 dikatakan tidak terdapat autokorelasi. Hasil uji
autokorelasi penelitian ini disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 12. Hasil Uji Autokorelasi

Variabel DW Kriteria Keterangan


Pemeriksaan
1,983 -2 < 1,983 < 2 Tidak terjadi autokorelasi
Kepatuhan
Sumber: Data diolah

Tabel di atas menunjukkan nilai Durbin-Watson sebesar 1,983 berada di


antara -2 dan +2 yang merupakan kriteria pengujian uji autokorelasi, sehingga
dapat dikatakan bahwa tidak ada masalah autokorelasi baik positif maupun
negatif.

C. Pengujian Hipotesis
Analisis ini digunakan untuk menguji variabel independensecara bersama-
sama terhadap variabel dependen. Analisis regresi ganda digunakan peneliti apabila
peneliti bermaksud untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel
dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

59

dimanipulasi (dinaikturunkan nilainya). Berikut ini merupakan persamaan regresi


pada penelitian ini:

Penerimaan = a + b1Pemeriksaan + b2Kepatuhan

Pengujian regresi berganda dilakukan dengan menggunakan program SPSS


versi 18. Hasil analisis yang diperoleh disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 13. Hasil Uji Regresi Berganda

Variabel Koefisien t Sig.


Konstanta 1,921E9 2,882 0,007

Pemeriksaan -1,295E8 -0,410 0,685

Kepatuhan 1,792E7 3,550 0,001

Sumber: Data diolah

Analisis regresi di atas menghasilkan suatu persamaan model regresi ber-


ganda dalam penelitian sebagai berikut ini:
Penerimaan = 1,921E9 + (- 1,295E8 Pemeriksaan) + 1,792E7 Kepatuhan

Berdasarkan persamaan di atas, terdapat koefisien yang dapat dijelaskan


sebagai berikut ini:
a. Koefisien variabel pemeriksaan pajak bernilai negatif yaitu -1,295E8 dengan
nilai signifikansi 0,685 atau lebih besar dari alpha yang ditentukan yakni
sebesar 0,05. Artinya adalah variabel pemeriksaan pajak tidak berpengaruh
signifikan terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Badan di Kantor Pe-
layanan Pajak Pratama Surakarta.
b. Koefisien variabel kepatuhan Wajib Pajak bernilai positif sebesar 1,792E7
dengan nilai signifikansi 0,001 atau lebih kecil dari alpha yang ditentukan
yakni sebesar 0,05. Hal ini berarti variabel kepatuhan Wajib Pajak ber-
pengaruh positif terhadap peningkatan penerimaan Pajak Penghasilan Badan
di Kantor Pelayanan Pajakcommit
PratamatoSurakarta.
user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

60

1. Pengujian Koefisien Regresi Simultan (Uji F)


Pengujian ini untuk mengetahui apakah model regresi yang digunakan
layak (fit) untuk melakukan analisis hipotesis dalam penelitian. Uji ini digunakan
untuk mengetahui apakah suatu variabel independen secara bersama-sama ber-
pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
Kriteria pengujian ini adalah dengan melihat probability value (sig),
apabila diperoleh signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa
model regresi telah layak (fit) seluruh variabel independen yakni pemeriksaan
pajak dan kepatuhan Wajib Pajak secara simultan berpengaruh terhadap variabel
dependen yakni penerimaan Pajak Penghasilan Badan, namun sebaliknya apabila
diperoleh signifikansi lebih besar dari 0,05 maka model regresi dinyatakan tidak
layak (fit) untuk digunakan dalam pengujian hipotesis. Hasil pengujian koefisien
regresi simultan (Uji F) disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 14. Hasil Uji F

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


1 Regression 9,730E19 2 4,865E19 6,310 0,005a
Residual 2,544E20 33 7,710E18
Total 3,517E20 35
a. Predictors: (Constant), Kepatuhan, Pemeriksaan
b. Dependent Variable: Penerimaan
Sumber: Data diolah

Hasil Uji F di atas menunjukkan nilai Sig. sebesar 0,005 atau lebih kecil
dari tingkat signifikansi penelitian yakni sebesar 0,05. Hal ini berarti bahwa model
regresi telah layak (fit) untuk digunakan dalam pengujian hipotesis penelitian.

2. Pengujian Signifikansi Regresi Parsial (Uji t)


Pengujian Signifikansi Regresi Parsial (Uji t) ini digunakan untuk
mengetahui pengaruh variabel-variabel independen secara parsial terhadap variabel
commit to user
dependen. Derajat signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Apabila nilai signifikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

61

lebih kecil dari derajat kepercayaan maka hipotesis yang menyatakan bahwa suatu
variabel independen secara parsial mempengaruhi variabel dependen dapat diterima.
Kriteriapengujianiniadalahdengan melihat probability value (sig), apabila
diperoleh signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa variabel
independen berpengaruh terhadap variabel dependen sehingga hipotesis penelitian
dapat diterima atau didukung oleh data penelitian, namun sebaliknya apabila
diperoleh signifikansi lebih besar dari 0,05 maka dinyatakan bahwa variabel
independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen sehingga hipotesis
penelitian ditolak atau tidak didukung oleh data penelitian. Hasil pengujian
signifikansi regresi parsial (Uji t) disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 15. Hasil Uji t

Variabel Koefisien t Sig.


Konstanta 1,921E9 2,882 0,007

Pemeriksaan -1,295E8 -0,410 0,685


Kepatuhan 1,792E7 3,550 0,001

Sumber: Data diolah

Hasil uji signifikansi regresi parsial (Uji t) di atas memperlihatkan nilai


signifikansi masing-masing variabel independen. Variabel pemeriksaan pajak
menunjukkan signifikansi 0,685 lebih besar dari alpha sebesar 0,05 maka
indikasinya adalah secara statistik variabel tersebut tidak berpengaruh secara
parsial terhadap variabel dependen yakni penerimaan Pajak Penghasilan Badan.
Nilai signifikansi pada variabel kepatuhan Wajib Pajak sebesar 0,001 menunjuk-
kan adanya pengaruh terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Badan.
Pada tabel tersebut dapat dilihat pula tanda koefisien regresi untuk
variabel kepatuhan Wajib Pajak adalah positif yang artinya semakin tinggi
kepatuhan Wajib Pajak akan berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak,
dengan kata lain apabila kepatuhan wajib pajak meningkat maka akan terjadi
peningkatan penerimaan Pajak Penghasilan Badan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

62

3. Pengujian Koefisien Determinasi (R2)


Koefisien determinasi menyatakan persentase total variasi variabel terikat
yang dapat diterangkan oleh variabel bebas pada suatu model regresi. Apabila nilai
koefisien determinasi mendekati 1, maka ini menunjukkan besarnya variasi dari
variabel terikat yang mampu dijelaskan oleh variabel bebas.
Hasil pengujian analisis regresi berganda menunjukkan nilai koefisien
determinasi (R2) bernilai positif sebesar 0,273 (terlampir), sehingga terdapat
27,3% variasi dari variabel terikat yakni Penerimaan Pajak Penghasilan Badan
yang dapat dijelaskan oleh variabel pemeriksaan pajak dan kepatuhan wajib pajak
sebagai variabel bebas pada penelitian ini, sedangkan sisanya dijelaskan oleh
variabel lain di luar model penelitian.

D. Pembahasan Hasil Analisis Data


Berdasarkan data penerimaan Pajak Penghasilan Badan yang diperoleh dari
KPP Pratama Surakarta menunjukkan penurunan pada tahun 2011 dan kenaikan pada
tahun 2012. Hal ini disebabkan adanya variabel-variabel yang mempengaruhi
penerimaan pajak. Pada penelitian ini variabel independen yang digunakan adalah
Pemeriksaan Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak, sedangkan Penerimaan Pajak Peng-
hasilan Badan sebagai variabel dependen. Hasil pengujian memperlihatkan pengaruh
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen sehingga dapat
digunakan untuk membuktikan hipotesis penelitian.
Model regresi menunjukkan nilai konstanta sebesar 1,921E9 yang meng-
indikasikan apabila pemeriksaan pajak dan kepatuhan wajib pajak tidak mengalami
perubahan atau sama dengan nol, maka penerimaan Pajak Penghasilan Badan akan
sebesar Rp1,921 miliar. Hal ini mungkin terjadi karena masih terdapat faktor-faktor
lain di luar variabel penelitian yang dapat meningkatkan penerimaan Pajak Peng-
hasilan Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

63

Secara rinci, ulasan kaitan antar variabel penelitian sebagai berikut:

1. Pengaruh pemeriksaan pajak terhadap penerimaan Pajak Penghasilan


Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Surakarta periode 2010-2012

Pemeriksaan pajak merupakan serangkaian kegiatan dalam mengumpul-


kan data sampai mengolah data secara objektif berdasarkan suatu standar pe-
meriksaan sebagai upaya pengawasan kepatuhan wajib pajak dalam pemenuhan
kewajiban perpajakan sekaligus sebagai bentuk pelaksanaan undang-undang
perpajakan. Kamila (2010) mengatakan semakin tinggi frekuensi pemeriksaan
pajak oleh petugas pajak akan semakin tinggi pula probabilitas peningkatan
penerimaan pajak negara. Artinya tinggi rendahnya pemeriksaan pajak yang
dilakukan turut mempengaruhi tinggi rendahnya penerimaan pajak penghasilan di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama.
Data penelitian menunjukkan jumlah Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang
diterbitkan setiap bulan masih relatif sedikit yaitu maksimal lima SKP dan terdapat
bulan-bulan tertentu yang tidak ada penerbitan SKP sama sekali atau nol SKP.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Pemeriksaan Pajak memiliki t
hitung -0,410 pada signifikansi 0,685>0,05 dengan nilai koefisien regresi negatif,
artinya data yang digunakan tidak berhasil membuktikan pengaruh pemeriksaan
pajak terhadap penerimaan Pajak Penghasilan. Menurut Nachrowi (2005), tidak
signifikannya suatu variabel bebas berarti pengaruhnya tidak besar terhadap
variabel terikat, meskipun demikian pengaruhnya tetap ada. Kenyataan di
lapangan menunjukkan sekecil apapun peran pemeriksaan pajak, akan tetap
menentukan besarnya penerimaan Pajak Penghasilan Badan karena ada keharusan
bagi Wajib Pajak yang diperiksa untuk memenuhi kewajibannya. Jadi, hasil
penelitian secara statistik yang menyatakan bahwa variabel pemeriksaan pajak
tidak berpengaruh signifikan telah sesuai dengan kenyataan yaitu jumlah SKP
terbit masih relatif sedikit sehingga tidak besar pengaruhnya terhadap penerimaan
Pajak Penghasilan Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta. Dengan
demikian dapat diputuskan bahwa H1 tidak dapat diterima, artinya pemeriksaan
pajak tidak berpengaruh terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di Kantor
commit to user
Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

64

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Ratna Sari dan
Afriyanti (2011) yang membuktikan bahwa pemeriksaan pajak berpengaruh positif
dan signifikan terhadap penerimaan pajak, namun sejalan dengan hasil penelitian
Suhendra (2010) yang menyimpulkan bahwa tidak signifikannya pengaruh
pemeriksaan pajak terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di Kantor Pelayanan
Pajak di wilayah Jakarta dikarenakan masih rendahnya pemeriksaan pajak yang
dilakukan aparat perpajakan.

2. Pengaruh positif kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan Pajak


Penghasilan Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Surakarta periode 2010-
2012
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kepatuhan Wajib Pajak
memiliki t hitung 3,550 pada signifikansi 0,001. Nilai t hitung (3,550) > t tabel
(1,692) dan nilai sig. lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau 0,001< 0,05
sehingga dapat diartikan bahwa kepatuhan Wajib Pajak secara statistik ber-
pengaruh signifikan terhadap variabel penerimaan Pajak Penghasilan Badan.
Koefisien regresi pada variabel kepatuhan Wajib Pajak bernilai positif, ini berarti
semakin tinggi kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan-
nya, maka akan diikuti dengan peningkatan penerimaan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta. Hal ini membuktikan
bahwa H2 pada penelitian ini diterima, artinya terdapat pengaruh positif kepatuhan
Wajib Pajak terhadap pe-nerimaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan di KPP
Pratama Surakarta periode 2010-2012.
Kepatuhan wajib pajak merupakan kesediaan wajib pajak secara suka
rela dalam memenuhi kewajiban perpajakannya tanpa perlu melewati pemeriksa-
an, investigasi, peringatan atau ancaman dalam penerapan sanksi atau denda. Pajak
yang tidak memiliki kontraprestasi langsung menjadikan wajib pajak tidak suka
rela patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, namun kepatuhan wajib
pajak dapat terwujud apabila wajib pajak tidak menjumpai kesulitan dalam
upayanya membayar pajak seperti tata cara penghitungan pajak, pembayaran
pajak, dan penyampaian SPT. Apabila kesulitan-kesulitan tersebut dapat diatasi,
commit towajib
maka akan diiringi dengan kepatuhan user pajak yang meningkat dan ber-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

65

pengaruh pada peningkatan penerimaan Pajak Penghasilan Badan di Kantor


Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.
Hasil ini sekaligus mendukung hasil penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Suhendra (2010), Kamila (2010), Ratna Sari dan Afriyanti (2011), Sungkawa
(2011), dan Shahab (2012) yang menyimpulkan terdapat pengaruh positif ke-
patuhan Wajib Pajak terhadap penerimaan Pajak Penghasilan. Suhendra (2010)
menyatakan pengaruh tingkat kepatuhan wajib pajak badan terhadap penerimaan
pajak penghasilan badan pada KPP dikarenakan semakin bertambahnya penge-
tahuan wajib pajak terutama wajib pajak badan yang mengerti dan memahami
sistem perpajakan di Indonesia sehingga akan berdampak positif pada perilaku
wajib pajak terhadap kesadaran dan kepatuhan dalam hal menghitung dan
membayar sendiri utang pajak yang terutang, serta menyampaikan SPT Tahunan
PPh Badan tepat pada waktunya sehingga akan signifikan positif terhadap
penerimaan pajak.

3. Pengaruh positif pemeriksaan pajak dan kepatuhan Wajib Pajak secara


bersama-sama terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan
di KPP Pratama Surakarta periode 2010-2012
Kepatuhan Wajib Pajak merupakan faktor penting dalam penerapan self
assessment system, yang mana wajib pajak diberi kewenangan dalam menghitung,
melaporkan, serta menyetorkan pajaknya. Kewenangan seperti ini perlu diawasi
karena pada umumnya tidak ada orang yang rela penghasilannya dikenai pajak.
Pengawasan terhadap wajib pajak agar tetap mematuhi peraturan perpajakan ini
salah satunya dilakukan melalui pemeriksaan pajak.
Pengujian pengaruh variabel independen yakni pemeriksaan pajak dan
kepatuhan Wajib Pajak melalui uji F menghasilkan nilai F hitung sebesar 6,310
dengan nilai probabilitas (sig) = 0,005. Nilai F hitung (6,310) > F tabel (3,28) dan
nilai sig. lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau 0,005 < 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa secara simultan kedua variabel independen, yakni pemeriksa-
an pajak dan kepatuhan wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen yakni penerimaan Pajak Penghasilan Badan di Kantor Pelayanan Pajak
commit to user
Pratama Surakarta. Hal ini membuktikan bahwa H3 pada penelitian ini diterima,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

66

artinya terdapat pengaruh positif pemeriksaan pajak dan kepatuhan Wajib Pajak
secara bersama-sama terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan
di KPP Pratama Surakarta periode 2010-2012. Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratna Sari dan Afriyanti (2011) yang
menyimpulkan kepatuhan Wajib Pajak dan pe-meriksaan pajak secara simultan
berpengaruh signifikan di KPP Pratama Denpasar Timur.
Berdasarkan uji koefisien determinasi yang dilakukan, variabel bebas
pemeriksaan pajak dan kepatuhan wajib pajak memiliki peranan sebesar 27,3%
terhadap variabel terikat yakni penerimaan Pajak Penghasilan Badan di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Surakarta, sedangkan 73,7% diterangkan oleh variabel
lain di luar model penelitian. Variabel lain yang mungkin mempengaruhi
penerimaan pajak menurut Siti Resmi dalam Yeni (2013) antara lain: kejelasan
dan kepastian peraturan perundang-undangan dalam bidang perpajakan, tingkat
intelektualitas masyarakat, kualitas fiskus, dan sistem administrasi perpajakan
yang tepat.

E. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, di antaranya dapat disebutkan
sebagai berikut ini:
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada satu Kantor Pelayanan Pajak sehingga tidak
dapat melihat perbandingan dengan Kantor Pelayanan Pajak lain di satu wilayah
yang sama.
2. Data time series yang digunakan terbatas pada rentang waktu tiga tahun saja.
3. Variabel yang diteliti hanya mencakup dua variabel bebas yakni Pemeriksaan
pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak, sehingga dapat dimungkinkan untuk pe-nelitian
mendatang dapat menambah variabel yang diteliti.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai