Anda di halaman 1dari 15

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Intansi Magang

3.1.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jambi Pelayangan

KPP Pratama Jambi Pelayangan dibentuk bedasarkan Peraturan

Kementerian Keuangan Indonesia Nomor 210/PMK.01/2017 tanggal 31 Agustus

2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor

234/PMK.01/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat

Jenderal Pajak dan mulai beroperasi pada tanggal 01 Oktober 2018 sesuai dengan

Keputusan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor

210/PMK.01/2017 tanggal 01 Oktober 2018 tentang Penerapan Organisasi dan

Saat Mulai Beroperasinya Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera

Barat dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jambi, serta Kantor

Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor Penyuluhan Pelayanan dan Konsultasi

Perpajakan di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera

Barat, dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jambi.

KPP Pratama Jambi Pelayangan beralamat di Jalan Arif Rahman Hakim

No.9, Simpang IV Sipin, Telanaipura, Kota Jambi, Jambi 36361. Sebelumnya

semua kegiatan berada di Kantor Pelayanan Pajak Telanaipura, Kota Jambi. KPP

Pratama Jambi Pelayangan ini menangani administrasi PBB, BPHTB ,PPN

,PPnBM dan PTLL yang wilayah kerjanya meliputi Kabupaten Batanghari,

Kecamatan Jelutung, Kecamatan Jambi Selatan, Kecamatan Jambi Timur,

Kecamatan Paal Merah, Kecamatan Pelayangan, dan Kecamatan Danau Teluk

31
32

sedangkan untuk administrasi PBB, BPHTB, PPh, PPN, PPnBM dan PTLL untuk

wilayah Kabupaten Muaro Jambi, Kecamatan Pasar Jambi, Kecamatan

Telanaipura, Kecamatan Kota Baru, Kecamatan Alam Barajo, dan Kecamatan

Danau Sipin, masuk wilayah kerja KPP Pratama Jambi Telanaipura.

Sehubungan dengan modernisasi Direktorat Jenderal Pajak yang diikuti

dengan reorganisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak Departemen

Keuangan Republik Indonesia, dimana bertujuan untuk menggabungkan fungsi

kerja instansi vertikal di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yaitu KPP, KPPBB,

Karikpa serta KP4 menjadi KPP Pratama dan KP2KP, maka dibentuk KPP

Pratama Jambi Pelayangan yang merupakan pecahan dari KPP Pratama Jambi,

yang menangani administrasi perpajakan yang meliputi PPh, PPN, PPnBM,

PTLL, PBB dan BPHTB.

Wilayah kerja KPP Pratama Jambi Pelayangan meliputi Kabupaten

Batanghari yang terletak antara 102°30’ – 104°30’ Bujur Timur dan 1°15’ – 2°2’

Lintang Selatan, dengan ketinggian antara 11 sampai dengan 500 meter di atas

permukaan laut. Wilayah Kabupaten Batanghari dibatasi oleh Kabupaten Tanjung

Jabung Barat dan Kabupaten Tebo di sebelah utara, Kabupaten Muaro jambi di

sebelah timur, Kabupaten Musi Banyuasin di sebelah selatan, dan Kabupaten

Sarolangun di sebelah barat. Luas Kabupaten Batanghari adalah 518.035 Ha yang

sebagian besar wilayah berada pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Batang

Hari dan Sungai Batang Tembesi serta rawa-rawa yang sepanjang tahun tergenang

air. Dan sebagaian lagi wilayah kerjanyadi beberapa kecamatan yang ada di Kota

Jambi seperti yang disebutkan sebelumnya.


33

3.1.2 Tugas Pokok Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jambi Pelayangan

KPP Pratama Jambi Pelayangan memiliki tugas pokok yaitu

melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak dibidang

Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang

Mewah, dan Pajak Tidak Langsung lainnya dalam wilayah wewenangnya

berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

3.1.3 Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jambi Pelayangan

Dalam melaksanakan tugasnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jambi

Pelayangan mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Pengumpulan, Pencarian dan Pengolahan data, Pengamatan potensi

perpajakan, Penyajian informasi perpajakan, Pendataan objek dan subjek

pajak;

2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan;

3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, Penerimaan dan

Pengolahan Surat;

4. Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya;

5. Penyuluhan perpajakan;

6. Pelayanan perpajakan;

7. Pelaksanaan pendaftaran WajibPajak;

8. Pelaksanaan ekstensifikasi;

9. Pengurangan sanksi pajak.

10. Pelaksanaan pemeriksaan pajak;

11. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak;


34

12. Pelaksanaan konsultasi perpajakan;

13. Pembetulan ketetapan pajak;

14. Pelaksanaan administrasi kantor.

3.1.4 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jambi

Pelayangan

Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian

serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan

kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi menggambarkan

dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan dan bagaimana hubungan aktivitas dan

fungsi dibatasi. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jambi

Pelayangan sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor : PMK

206.02/PMK.01/2014 yang mulai berlaku per 31 Maret 2015 adalah sebagai

berikut.

Gambar 3.1 Struktur Organisasi KPP Jambi Pelayangan


35

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

206.2/PMK.01/2014 tanggal 17 Oktober 2014 Tentang Perubahan atas Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 167/PMK.01/2012 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja

Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak. Struktur Kantor Pelayanan Pajak

Pratama meliputi:

1. Kepala Kantor, mengelola pelaksana penyuluhan, pelayanan dan

pengawasan Wajib Pajak di bidang perpajakan di wilayah KPP Pratama

Jambi pelayangan meliputi Kabupaten Batanghari.

2. Sub Bagian Umum, dipimpin oleh Kepala Sub Bagian Umum,

melaksanakan tugas pelayanan kesekretariatan dengan cara mengatur

kegiatan tatausaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta

perlengkapan untuk menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan

Pajak.

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI), dipimpin oleh Kepala Seksi

Pelayanan Melaksanakan pengumpulan, pengolahan data, penyajian

informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, pelayanan

dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-filing serta

penyiapan laporan kinerja.

4. Seksi Pelayanan, dipimpin oleh Kepala Seksi Pelayanan melaksanakan

penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian

dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat

pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan,

pelaksanaan registrasi wajib pajak, dan kerjasama perpajakan sesuai

ketentuan yang berlaku.


36

5. Seksi Penagihan, dipimpin oleh Kepala Seksi Penagihan, melaksanakan

urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan

pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta

penyimpanan dokumen-dokumen penagihan sesuai ketentuan yang

berlaku.

6. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal, dipimpin oleh Kepala

Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal, melaksanakan penyusunan rencana

pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan

dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi

pemeriksaan perpajakan lainnya.

7. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan, dipimpin oleh Kepala Seksi

Ekstensifikasi Perpajakan, melaksanakan pengamatan potensi

perpajakan, pencarian data dari pihak ketiga, pendataan obyek dan

subyek pajak, penilaian obyek pajak dalam rangka ekstensifikasi

perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I (Waskon I), dipimpin oleh Seksi

Pengawasan dan Konsultasi mempunyai tugas melakukan proses

penyelesaian permohonan Wajib Pajak, usulan pembetulan ketetapan

pajak, bimbingan dan konsultasi teknis perpajakan kepada Wajib Pajak,

serta usulan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.

9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, dan IV (Waskon I, II, III, dan

IV), dipimpin oleh Seksi Pengawasan dan Konsultasi, melaksanakan

pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak,

bimbingan/himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis


37

perpajakan, penyusunan profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak,

rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan

melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku.

3.1.5 Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jambi Pelayangan

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Pratama Jambi Pelayangan Mengemban visi dan misi Direktorat Jenderal Pajak

adalah:

A. Visi Direktorat Jenderal Pajak

Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi

perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan

integritas dan profesionalisme yang tinggi.

B. Misi Direktorat Jenderal Pajak

Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-Undang

Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang

efektif dan efisien.

Nilai Direktorat Jenderal Pajak yaitu:

a. Integritas

Menjalankan tugas dan pekerjaan dengan selalu memegang teguh

kode etik dan prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan

bertindak jujur, konsisten, dan menepati janji.


38

b. Professionalisme

Memiliki kompetensi di bidang profesi dan menjalankan tugas dan

pekerjaan sesuai dengan kompetensi, kewenangan, serta norma-

norma profesi, etika dan sosial.

c. Inovasi

Memiliki pemikiran yang bersifat terobosan dan/atau alternatif

pemecahan masalah yang kreatif, dengan memperhatikan aturan dan

norma yang berlaku.

d. Teamwork

Memiliki kemampuan untuk bekerjasama dengan orang/pihak lain,

serta membangun network untuk menunjang tugas dan pekerjaan.

3.2 Kepatuhan Wajib Pajak UMKM berdasarkan PP No. 23 Tahun 2018

di Kantor Pelayanan Pajak Jambi Pelayangan

Kepatuhan Wajib Pajak dilihat dari bagaimana kesadaran dari Wajib

Pajak. Kesadaran adalah kemauan disertai dengan tindakan dari refleksi terhadap

kenyataan. Kesadaran merupakan suatu proses belajar dari pengalaman dan

pengumpulan informasi yang diterima untuk mendapatkan keyakinan diri yang

mendorong dilakukannya suatu tindakan. Kesadaran wajib pajak adalah suatu

upaya atau tindakan yang disertai dengan kemauan dan dorongan dari diri sendiri

dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan peraturan yang

berlaku.

Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh yang artinya (KBBI); suka

menuruti perintah, taat pada pemerintah atau aturan, berdisiplin. Sedangkan

kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk atau patuh pada ajaran atau
39

aturan. Kepatuhan Wajib Pajak merupakan bentuk kesadaran Wajib Pajak dalam

melaksanakan kewajiban perpajakan. Kesadaran Wajib Pajak merupakan

indikator penentu yang mempengaruhi penerimaan negara terutama dalam sistem

pemungutannya yang memberi tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk

menghitung, membayar dan melapor pajak terutang.

Menurut Ika Fransisca (2011), kepatuhan dibagi menjadi dua kategori,

yaitu : (1) kepatuhan administratif (administrative compliance); dan (2) kepatuhan

teknis (technical compliance), Kepatuhan administratif mencakup kepatuhan

pelaporan dan kepatuhan prosedural. Sedangkan kepatuhan teknis mencakup

kepatuhan dalam perhitungan jumlah pajak yang akan dibayar oleh Wajib Pajak.

Berdasarkan definisi kepatuhan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepatuhan

administratif adalah kepatuhan formal, yakni kepatuhan yang terkait dengan

ketentuan umum dan tatacara perpajakan. Sedangkan kepatuhan teknis adalah

kepatuhan material, yakni kepatuhan yang terkait dengan kebenaran pengisian

SPT dalam menentukan jumlah pajak.


40

Kepatuhan wajib pajak UMKM dapat diketahui dengan perbandingan

antara Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2018 dan Peraturan Pemerintah No. 46

Tahun 2013.

Tabel 3.1 Perbandingan PP 23 Tahun 2018 dan PP 46 Tahun 2013 pada

tahun 2018

Jumlah Jumlah Wajib Jumlah Wajib Jumlah Wajib


Wajib Pajak Pajak lapor Pajak terdaftar Pajak lapor
terdaftar berdasarkan berdasarkan berdasarkan
berdasarkan PP 46 tahun PP 23 tahun PP 23 tahun
PP 46 tahun 2013 2018 (Juli- 2018 (Juli-
2013 (Januari-Juni) Desember) Desember)
(Januari-
Juni)
4273 2802 5101 2869

Sumber Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Jambi


Pelayangan

Berdasarkan tabel 3.1 diatas, kolom pertama, Jumlah Wajib Pajak terdaftar

pada tahun 2018 (Januari-Juni) dengan Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2013

sebanyak 4.273, dan Jumlah Wajib Pajak yang lapor sebanyak 2.802, untuk

perbandingan antara jumlah Wajib Pajak lapor dengan Wajib Pajak terdaftar

persentasenya sebesar 65,57%.

Pada kolom ketiga, Jumlah Wajib Pajak terdaftar tahun 2018 (Juli –

Desember) berdasarkan Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2018 sebanyak 5.101,

dengan Wajib Pajak yang lapor berjumlah 2.869, dan persentase perbandingannya

sebesar 56,24%.
41

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat pencapaian dari Peraturan

Pemerintah No.23 Tahun 2018 yang baru berjalan satu tahun ini dapat menarik

Wajib Pajak karena pada Juli-Desember 2018 adanya peningkatan Wajib Pajak

terdaftar, hal ini seperti yang dipaparkan pada bab-bab sebelumnya dikarenakan

adanya penurunan tarif, namun dilihat dari persentase perbandingan untuk Wajib

Pajak lapor berdasarkan Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2018 masih kecil

dibandingkan Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2013. tentunya hal ini juga

menjadi tantangan bagi seluruh elemen di ruang lingkup perpajakan agar Wajib

Pajak yang terdaftar dapat melaksanakan kewajiban dalam melaporkan pajaknya.

Mengulas lebih lanjut kepatuhan Wajib Pajak berdasarkan Peraturan

Pemerintah No.23 Tahun 2018 dapat dilakukan perbandingan antara Wajib Pajak

terdaftar dan Wajib Pajak lapor tahun 2019.

Tabel 3.2 Jumlah Wajib Pajak UMKM terdaftar dan Jumlah Wajib

Pajak UMKM lapor berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 23/2018 pada

tahun 2019 di KPP Pratama Jambi Pelayangan

Jumlah Wajib Pajak terdaftar orang Jumlah Wajib Pajak lapor orang
pribadi dan badan yang omzetnya pribadi dan badan yang omzetnya
>4,8 M (UMKM) >4,8 M (UMKM)
6125 4784

Sumber Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Jambi


Pelayangan 2019

Tabel 3.2 diatas merupakan tabel perbandingan antara jumlah Wajib Pajak

terdaftar orang pribadi dan badan yang omzetnya dibawah 4,8 Milyar (UMKM)

dengan jumlah Wajib Pajak lapor orang pribadi dan badan yang omzetnya
42

dibawah 4,8 Milyar (UMKM) pada tahun 2019. Dari tabel tersebut diketahui pada

tahun 2019 terdapat 6.125 Wajib Pajak UMKM yang terdaftar di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Jambi Pelayangan sedangkan untuk Wajib Pajak yang

lapor terdapat 4.784, artinya masih ada 1.341 Wajib Pajak yang tidak patuh atas

kewajibannya dalam melaporkan pajak, untuk perbandingan antara jumlah Wajib

Pajak lapor dengan Wajib Pajak terdaftar persentasenya sebesar 78,10%.

Berdasarkan persentase mulai berlakunya Peraturan Pemerintah No.23

Tahun 2018 hingga 2019, selalu mengalami peningkatan, baik dari Wajib Pajak

Terdaftar hingga Wajib Pajak lapor, Pada tahun 2018 (Juli-Desember) persentase

perbandingannya 56,24%, dan pada tahun 2019 persentasenya naik menjadi

78,10%, Pencapaian ini tentunya menunjukkan bahwa Peraturan Pemerintah yang

menurunkan tarif UMKM menjadi 0,5% berlaku positif bagi kepatuhan Wajib

Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jambi Pelayangan, dan diharapkan juga

Negara Indonesia.

Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2018 yang tarifnya 0,5% merupakan

bagian dari sebuah strategi pajak yang bertujuan agar Wajib Pajak UMKM mau

menjalankan kewajiban perpajakannya, Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2018

akan memberikan pilihan kepada UMKM, menggunakan PPh final atau

menggunakan ketentuan umum. Pilihan ini disediakan supaya UMKM bisa

memenuhi kewajiban perpajakan sesuai dengan karakteristik usahanya. Adapun

subjek peraturan itu sendiri akan mencakup semua bentuk UMKM yang meliputi

perseroan terbatas (PT), persekutuan komanditer (CV), maupun orang pribadi.

Selain itu adanya batas waktu dalam penggunaan tarif 0,5% ini, hal tersebut
43

ditujukan pemerintah untuk mendorong UMKM belajar menerapkan standar

pembukuan dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam usahanya sehingga bisa

menerapkan ketentuan PPh yang berlaku secara umum setelah jangka waktu

berakhir. Dalam hal ini, Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2018 tentunya sangat

disambut positif oleh para pelaku UMKM khususnya di wilayah Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Jambi Pelayangan dan kebijakan ini tentunya

memperluas basis pajak dan meningkatkan tax ratio dengan bertambahnya jumlah

Wajib Pajak UMKM.

3.3 Kendala dan upaya dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak

UMKM di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jambi

Pelayangan

3.3.1 Kendala yang dihadapi oleh KPP Pratama Jambi Pelayangan

Adapun kendala yang dihadapi oleh KPP Pratama Jambi Pelayangan

didalam upaya meningkatkan kepatuhan dari Wajib Pajak UMKM ialah dapat

berupa pendataan, data yang didaftarkan atau data yang terdaftar oleh Wajib Pajak

UMKM pada KPP tidak valid atau tidak benar, karena ada Wajib Pajak yang

mendaftarkan alamat dari usahanya tersebut tidak sesuai dengan tempat usahanya

yang sebenarnya, dan pada pelaporannya juga Wajib Pajak UMKM tidak

melaporkan dengan penghasilan yang sebenarnya dalam hal ini Wajib Pajak

UMKM menghindari membayar pajak penghasilannya dengan jumlah yang besar.

Sehingga ditemukan Wajib Pajak yang melakukan kewajiban perpajakannya tidak

melaporkan sesuai dengan jumlah omzet atau penghasilan dari usahanya tersebut,

hal ini tentunya bisa berdampak pada kepatuhan Wajib Pajak, selain itu

pemberlakuan Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2018 ini banyak Wajib Pajak
44

merasa bahwa setiap regulasi peraturan dianggap akan menyulitkan, sehingga

banyak Wajib Pajak yang lalai akan kepatuhan dan kewajiban perpajakannya.

3.3.2 Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak UMKM di KPP

Pratama Jambi Pelayangan.

Pada bagian ini dijelaskan tentang bagaimana upaya yang dilakukan oleh

pihak KPP Pratama Jambi Pelayangan dalam meningkatkan kepatuhan Wajib

Pajak didalam melaksananakan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak

UMKM yang terdaftar di KPP Pratama Jambi Pelayangan. Berikut upaya yang

dilakukan oleh KPP Pratama Jambi Pelayangan antara lain:

1. Melakukan kunjungan kelapangan untuk memperoleh informasi

usaha apa yang dijalankan oleh Wajib Pajak UMKM tersebut

karena terkadang Wajib Pajak tersebut tidak melaporkan usahanya

tidak sesuai dengan yang sebenarnya atau kenyataannya.

2. Menghimbau Wajib Pajak UMKM dalam melakukan pembayaran

dan pelaporan pajaknya supaya Wajib Pajak tersebut patuh dalam

pemenuhan kewajiban perpajakannya.

3. Mengawasi pembayaran masa Wajib Pajak UMKM, apakah sudah

membayar atau melapor atas utang pajaknya karena hal tersebut

dapat mempermudah pihak KPP Pratama Jambi Pelayangan dalam

melakukan pendataan.

4. Melakukan pendataan oleh Fiskus apakah Wajib Pajak tersebut

sudah mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau belum

dan data Wajib Pajak yang sudah melakukan kewajiban perpajakan


45

dilihat dari data yang dimiliki oleh pihak KPP Pratama Jambi

Pelayangan.

5. Membandingkan omzet usaha sejenis dengan omzet Wajib Pajak

UMKM tersebut.

6. Menganalisa SPT Tahunan yang dilaporkan oleh Wajib Pajak

UMKM tersebut apakah sudah benar atau tidak dan sudah sesuai

dengan kenyataannya.

7. Melakukan sosialisasi di berbagai wilayah kerja Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Jambi Pelayangan, selain itu mempublikasikan

Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2018 ini melalui akun resmi

media sosial Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jambi Pelayangan.

Anda mungkin juga menyukai