Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ETIKA EKOMOMI ISLAM

“Etika Distribusi Islam”

Disusun oleh kelompok 4 :


Moh labib nur amin 215120095
Syarif hidayatullah 215120102
Nur fuadi 215120107
Zainal andrean 215120120
Marwah tunisa 215120112
Fifi yanti 215120111
Hairuan nisah 215120094
Amanda 215120110

Dosen pengampu :
Moh Anwar Zainuddin, S.EI. M.E.Sy
Dian Eka Rizkiani, S.E. M.E

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) DATOKARAMA PALU
2022/2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT., yang Maha mengetahui dan Maha melihat
hamba-hambanya. Alhamdulillah karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah “Akuntansi Syariah” ini. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Allah
Muhammad SAW. Yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti. Adapun
maksud dan tujuan kami disini yaitu menyajikan beberapa hal yang menjadi
materi dari makalah kami yang membahas mengenai “Etika Distribusi Islam”
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Moh Anwar Zainuddin,
S.EI. M.E.Sy selaku Dosen Mata Kuliah etika ekonomi islam yang telah
mempercayakan tugas ini kepada kami. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah berpartisipasi menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa didalam makalah kami ini masih banyak
kekurangan, kami mengharapkan kritik dan saran demi menyempurnakan makalah
kami agar lebih baik dan dapat berguna semaksimal mungkin. Demikian, Semoga
makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1


A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3


A. Pengertian distribusi........................................................................... 3
B. Perbedaan distribusi islam dan barat.................................................. 5

BAB 3 PENUTUP........................................................................................... 8
A. Kesimpulan ........................................................................................ 8
B. Saran .................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang distribusi, tidak akan terlepas dari konsep pemenuhan kebutuhan
dan kepuasan. Kegiatan distribusi pada dasarnya memang ditujukan untuk terpenuhinya
kebutuhan. Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam pemenuhan kebutuhannya, manusia
sangat memperhatikan unsur kepuasan. Seringkali dalam kehidupan ini, atas nama
pemenuhan kebutuhan, manusia selalu dikelilingi oleh hal-hal yang seringkali harta yang
ia kuasai, diklaim sebagai miliknya (owner). Keluarga, rumah, pekerjaan, panca indera,
harta, ilmu pengetahuan, keahlian dan lain sebagainya, semua itu ia sebut sebagai
miliknya. Tapi benarkah itu semua milik manusia? Memang manusia memiliki berbagai
perangkat keduniaan, semisal surat-surat resmi yang bisa menjadi bukti bahwa keluarga,
pekerjaan, tanah itu adalah miliknya sehingga ia memperlakukannya sesuai dengan selera
dan nafsu duniawinya, bukan disesuaikan dengan keinginan sang pemilik mutlak, yaitu
Allah SWT.
Dalam pandangan ekonomi Islam manusia adalah pemilik nisbi terhadap harta
yang dikuasainya. Pemilik mutlak dari segala sesuatu hanyalah Allah SWT. Harta
bukanlah satu-satunya jalan guna mewujudkan kebahagiaan dalam kehidupan. Memang
tidak salah jika dikatakan bahwa kebahagiaan tidak selalu identik dengan harta. Tetapi
jelaslah salah jika seorang manusia enggan bahkan tidak mau berusaha untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Karena hal ini erat kaitannya dengan kelangsungan hidupnya di
dunia ini. Manusia diutus di dunia ini untuk mengemban amanah suci, sebagai khalifah.
Tentunya hal ini memerlukan bekal yang cukup guna kelangsungan hidup. Baik
kebutuhan yang bersifat materi dan non-materi. Bila kebutuhan tercukupi, tentunya akan
ada rasa tenang dalam beribadah kepada Sang Pencipta dalam menjalankan visi dan
misinya sebagai khalifah di muka bumi.
Memang benar bahwa manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan di dalam
hidupnya. Hal ini merupakan dorongan fitrah manusia yang mutlak dan tidak dapat
dipisahkan dari diri setiap manusia. Kebutuhan hidup manusia, menurut Maslow, dapat
digolongkan dari tingkan sederhana hanya untuk sekedar bertahan hidup (basic need)

1
hingga pada tingkat kemewahan yang digunakan untuk aktualisasi diri (self
actualisation).1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka kami perlu merumuskan masalah
masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini, diantaranya :
1. Apa pengertian distribusi?
2. Apa Perbedaan distribusi islam dan barat?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, makan tujuan dari penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian distribusi?
2. Untuk mengetahui perbedaan distribusi islam dan barat?

1
Shaun Tyson dan Tony Jackson, Perilaku Organisasi (The Essence Of Organizational
Behavior)terj. Deddy Jacobus dan Dwi Prabantini, (Yogyakarta: Andi, 2000) h. 20-21.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Distribusi
Dalam kamus besar bahasa indonesia, Secara bahasa distribusi bermakna
penyaluran, pembagian, pengiriman barang-barang kepada orang banyak atau ke
beberapa tempat.2
Distribusi adalah salah satu aspek dari perantara pemasaran. Distribusi juga
dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan
mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen,
sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (jenis, jumlah, harga,
tempat, dan saat dibutuhkan). Seorang atau sebuah perusahaan distributor adalah
perantara yang menyalurkan produk dari pabrikan (manufacturer) ke pengecer
(retailer). Setelah suatu produk dihasilkan oleh pabrik, produk tersebut
dikirimkan (dan biasanya juga sekaligus dijual) ke suatu distributor. Distributor
tersebut kemudian menjual produk tersebut ke pengecer atau pelanggan.3
Dalam usaha untuk memperlancar arus barang atau jasa dari produsen dan
konsumen, maka faktor penting yang tidak boleh diabaikan adalah memilih secara
tepat saluran distribusi (channel of distribusion). Yang akan digunakan dalam
rangka usaha distribusi barang-barang atau jasa-jasa dari produsen ke konsumen.
Mengingat bahwa penggunaan istilah saluran distribusi kadang-kadang disebut
sebagai saluran pemasaran atau saluran perdagangan, maka defenisi atau arti dari
saluran distribusi/saluran perdagangan sering diartikan dalam pengertian sempit
dan luas tergantung dari kacamata penulis itu menilainya.4
Untuk itu perlu halnya pemahaman tentang saluran distribusi yang tepat
dalam sebuah usaha. Saluran distribusi adalah saluran yang digunakan oleh
produsen untuk menyalurkan produk sampai ke konsumen atau sebagai aktivitas
perusahaan yang mengupayakan agar produk sampai ketangan konsumen.5

2
Kamus Besar Bahasa Indonesia
3
https://id.wikipedia.org/wiki/Distribusi_%28bisnis%29 diakses pada tanggal 24 juli
4
Abdul Aziz, Ekonomi Islam Analisis Mikro Dan Makro, (Yogyakarta: Graha Ilmu
2008), h. 86.
5
M. Fuad, Pengantar Bisnis,(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 129.

3
Dalam perekonomian modern saat ini, distribusi merupakan sektor yang
terpenting dalam aktivitas perekonomian, baik distribusi pendapatan maupun
distribusi kekayaan melalui kegiatan-kegiatan ekonomi ataupun kegiatan sosial.
Distribusi merupakan kajian penting dan menempati posisi strategis dalam teori
ekonomi mikro baik dalam sistem ekonomi Islam maupun konvensional sebab
pembahasan distribusi ini tidak hanya berkaitan dengan aspek ekonomi belaka
tetapi juga aspek sosial dan politik sehinga menjadi perhatian pemikiran ekonomi
Islam dan konvensional sampai saat ini.6
Defenisi distribusi memang tidak dijelaskan secara rinci dalam al-qur’an
maupun al-hadits, dalam distribusi Islam memberikan norma etis bagaimana
seharusnya umat Islam untuk bersikap dermawan, jadi kegiatan distribusi dalam
Islam. Adapun makna distribusi dalam ekonomi Islam maka jauh lebih luas lagi,
yaitu mencakup pengaturan kepemilikan unsur-unsur produksi dan sumber-
sumber kekayaan. Di mana Islam memperbolehkan kepemilikan umum dan
kepemilikan khusus, meletakkan bagi masing-masing dari keduanya kaidah-
kaidah untuk warisan, hibah, wasiat. Sebagaimana ekonomi Islam juga politik
dalam distribusi pemasukan, baik antara unsur-unsur produksi maupun individu
masyarakat dan kelompok-kelompoknya, disamping pengembalian distribusi
dalam sistem jaminan sosial yang disampaikan dalam ajaran Islam.7Ada tiga
istilah yang sering digunakan dalam pembahasan pada rantai distribusi yaitu:
1. Distribusi langsung, Dimana barang dipindahkan langsung dari produsen
ketoko pelanggan. Contohnya: penjual bakso keliling, nelayan menjual hasil
tangkapannya langsung kepada konsumen, Peternak menjual hasil telur dan
daging ternaknya langsung kepada konsumen.
2. Distribusi primer, yaitu perpindahan barang dari produsen kegedung
perantara. Contohnya hasil produksi pakaian dijual kepada konsumen
melalui toko- toko milik pabrik pakaian itu sendiri

6
Idri, Hadis Ekonomi, ekonomi dalam persfektif hadis nabi, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2015), h. 127.
7
Jaribah Bin Ahmad Al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar Al-Khathab (Jakarta: Pustaka Al
Kautsar Group 2006), Cet Ke 1, h. 212

4
3. Distribusi sekunder, yaitu perpindahan barang dari gudang perantara
ketoko pelanggan.8 Contohnya Distribusi pada pupuk dilakukan dengan
cara distribusi tidak langsung. Produsen pupuk menggunakan perantara
(distributor dan agen) untuk menyalurkan pupuk agar sampai pada
konsumen (petani). Dapat dilihat pada Gambar bahwa distribusi pupuk
dari gudang Gresik dikirim ke konsumen melalui gudang penyangga,
distributor, dan kios/agen (PT Petrokimia Gresik, 2012).9
B. Perbedaan Distribusi Islam Dan Barat
perbedaan distribusi dalam islam dan distribusi barat yaitu:
1. Distribusi barat ( ekonomi kapitalis)
Berkenaan dengan teori distribusi dalam sistem ekonomi pasar (kapitalis)
dilakukan dengan cara memberikan kebebasan memiliki dan kebebasan berusaha
bagi semua individu masyarakat, sehingga setiap individu masyarakat bebas
memperoleh kekayaan sejumlah yang ia mampu dan sesuai dengan faktor
produksi yang dimilikinya dengan tidak memperhatikan apakah pendistribusian
tersebut adil dan merata dirasakan oleh semua individu masyarakat atau hanya
dirasakan segelintir orang saja. Teori yang diterapkan sistem ekonomi pasar
(kapitalis) ini termasuk dzalim dalam pandangan ekonomi Islam sebab teori ini
berimplikasi pada penumpukan harta kekayaan pada sebagian kecil pihak saja.Hal
ini berbeda dengan sistem ekonomi Islam, yang sangat melindungi kepentingan
setiap warganya, baik yang kaya maupun yang miskin dengan memberikan
tanggung jawab moral terhadap si kaya untuk memperhatikan si miskin. Dalam al-
Qur'an disebutkan keadilan adalah tujuan universal yang ingin dicapai dalam
keseimbangan yang sempurna.10
Upaya untuk merealisasikan kesejahteraan dan keadilan distributif tidak
dapat bertumpu pada mekanisme pasar saja. Karena mekanisme pasar yang
mendasarkan pada sistem harga atas dasar hukum permintaan dan penawaran

8
Sopiah dan Syihabudhin, Manajemen Bisnis Ritel (Yogyakarta CV Andi Offset 2008),
h. 128
9
Fauziatul munawarah, optimasi distribusi pupuk menggunakan evolution strategies, h.
91
10
Masyhuri. 2005. "Peran Pemerintah Dalam Perspektif Ekonomi Islam", dalam Kebijakan
Ekonomi Dalam Islam. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

5
tidak dapat menyelesaikan dengan baik penyediaan barang publik, eksternalitas,
keadilan, pemerataan distribusi pendapatan dan kekayaan. Dalam realitas, pasar
juga tidak dapat beroperasi secara optimal karena tidak terpenuhinya syarat-
syarat pasar yang kompetitif, seperti informasi asimetri, hambatan perdagangan
monopoli, penyimpangan distribusi, dan lain-lain. Untuk itu, diperlukan
adanya peran pemerintah dan masyarakat untuk bersama-sama mewujudkan
kesejahteraan Pemerintah berperan secara aktif dalam sistem distribusi ekonomi di
dalam mekanisme pasar Islami yang bukan hanya bersifat temporer dan minor,
tetapi pemerintah mengambil peran yang besar dan penting. Pemerintah bukan
hanya bertindak sebagai 'wasit' atas permainan pasar (al-muhtasib) saja, tetapi ia
akan berperan aktif bersama-sama pelaku-pelaku pasar yang lain. Pemerintah
akan bertindak sebagai perencana, pengawas, produsen sekaligus konsumen bagi
aktivitas pasar.
2. Distribusi dalam islam
Upaya untuk merealisasikan kesejahteraan dan keadilan distributif tidak
dapat bertumpu pada mekanisme pasar saja. Karena mekanisme pasar yang
mendasarkan pada sistem harga atas dasar hukum permintaan dan penawaran
tidak dapat menyelesaikan dengan baik penyediaan barang publik, eksternalitas,
keadilan, pemerataan distribusi pendapatan dan kekayaan. Dalam realitas, pasar
juga tidak dapat beroperasi secara optimal karena tidak terpenuhinya syarat-
syarat pasar yang kompetitif, seperti informasi asimetri, hambatan perdagangan,
monopoli, penyimpangan distribusi, dan lain-lain. Untuk itu, diperlukan
adanya peran pemerintah dan masyarakat untuk bersama-sama mewujudkan
kesejahteraan.
Pemerintah berperan secara aktif dalam sistem distribusi ekonomi di dalam
mekanisme pasar Islami yang bukan hanya bersifat temporer dan minor, tetapi
pemerintah mengambil peran yang besar dan penting. Pemerintah bukan hanya
bertindak sebagai 'wasit' atas permainan pasar (al-muhtasib) saja, tetapi ia akan
berperan aktif bersama-sama pelaku-pelaku pasar yang lain. Pemerintah akan
bertindak sebagai perencana, pengawas, produsen sekaligus konsumen bagi
aktivitas pasar.

6
Mekanisme sistem distribusi ekonomi Islam dapat dibagi menjadi dua (2)
yaitu mekanisme ekonomi dan mekanisme non-ekonomi. Mekanisme ekonomi
meliputi aktivitas ekonomi yang bersifat produktif, berupa berbagai kegiatan
pengembangan harta dalam akad-akad mu'amalah, seperti membuka kesempatan
seluas-luasnya bagi berlangsungnya sebab-sebab kepemilikan individu dan
pengembangan harta melalui investasi, larangan menimbun harta, mengatasi
peredaran dan pemusatan kekayaan di segelintir golongan, larangan kegiatan
monopoli, dan berbagai penipuan dan larangan judi, riba, korupsi dan pemberian
suap.11

11
Misanam, Munrokhim, dkk. 2008. Ekonomi Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sistem ekonomi konvensional lebih mementingkan keuntungan pribadi dan
mengambil keuntungan sebanyak- banyaknya tampa memikirkan keadaan orang
lain. Sistem ekonomi Islam menawarkan sistem penditribusian ekonomi yang
mengedepankan nilai kebebasan dalam bertindak dan berbuat dengan
dilandasi oleh ajaran agama serta nilai keadilan dalam kepemilikan yang
disandarkan pada dua sendi, yaitu kebebasan dan keadilan. Sistem distribusi ini
menawarkan mekanisme dalam sistem distribusi ekonomi yang islami, yaitu
mekanisme ekonomi dan mekanisme non-ekonomi, dengan melibatkan adanya
peran pemerintah dalam aktivitas ekonomi produktif dan non-produktif,
sehingga dapat mewujudkan keadilan distribusi.
B. SARAN
Demikianlah Makalah ini kami susun, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca. Kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang dapat membangun
kami untuk perbaikan penyusunan makalah ini. Apabila terdapat ada suatu
kesalahan baik dalam pembahasan atau dalam segi penulisan kami mohon para
pembaca dapat mema’afkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah
yang tak luput dari salah khilaf, Alfa dan lupa.

8
DAFTAR PUSTAKA

Al-Haritsi, Jaribah Bin Ahmad, Fikih Ekonomi Umar Al-Khathab (Jakarta:


Pustaka Al Kautsar Group 2006, Cet Ke 1.

Aziz, Abdul, Ekonomi Islam Analisis Mikro Dan Makro, Yogyakarta: Graha Ilmu
2008.

https://id.wikipedia.org/wiki/Distribusi_%28bisnis%29 diakses pada tanggal 24


juli

Idri, Hadis Ekonomi, ekonomi dalam persfektif hadis nabi, Jakarta: Prenadamedia
Group, 2015
.
Kamus Besar Bahasa Indonesia

M. Fuad, Pengantar Bisnis,(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006.

Masyhuri. 2005. "Peran Pemerintah Dalam Perspektif Ekonomi Islam",


dalam Kebijakan Ekonomi Dalam Islam. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Misanam, Munrokhim, dkk. 2008. Ekonomi Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada.

Munawarah, Fauziatul, optimasi distribusi pupuk menggunakan evolution


strategies.

Sopiah dan Syihabudhin, Manajemen Bisnis Ritel Yogyakarta CV Andi Offset


2008.

Tyson, Shaun dan Tony Jackson, Perilaku Organisasi (The Essence Of


Organizational Behavior)terj. Deddy Jacobus dan Dwi Prabantini,
Yogyakarta: Andi, 2000.

Anda mungkin juga menyukai