Anda di halaman 1dari 19

KEADILAN EKONOMI

DALAM BINGKAI FILSAFAT HUKUM EKONOMI SYARI’AH

Oleh :
Ahmad Satiri
NIM 3210130023

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2021 M/1443 M
KEADILAN EKONOMI
DALAM BINGKAI FILSAFAT HUKUM EKONOMI SYARI’AH

Oleh : Ahmad Satiri


Sekolah Pasca Sarjana UIN Sunan Gunung Djati – Bandung
email : asatiri77@gmail.com

‫اﻟﻤﻠﺨﺺ‬
‫ ﺑﻤﺎ ﻓﻲ ذﻟﻚ‬، ‫ﯾﺮﻛﺰ اﻹﺳﻼم ﺑﺸﻜﻞ ﻛﺒﯿﺮ ﻋﻠﻰ أﻣﺘﮫ ﻟﺘﻜﻮن ﻗﺎدرة ﻋﻠﻰ إﻋﻼء اﻟﻌﺪل ﻓﻲ ﻣﺨﺘﻠﻒ ﻣﺠﺎﻻت اﻟﺤﯿﺎة وﺟﻮاﻧﺒﮭﺎ‬
‫ إن اﻟﻜﯿﻔﯿﺔ اﻟﺘﻲ ﯾﻨﻈﻢ ﺑﮭﺎ اﻹﺳﻼم ﻧﻤﻂ اﻹﻧﺘﺎج واﻟﺘﻮزﯾﻊ واﻻﺳﺘﮭﻼك ﻣﮭﻤﺔ ﻟﻠﻐﺎﯾﺔ ﺑﺤﯿﺚ ﯾﺘﻢ اﻟﻘﯿﺎم ﺑﮭﺎ‬.‫اﻟﻤﺠﺎل اﻻﻗﺘﺼﺎدي‬
‫ ﯾﻌﺘﺒﺮ ھﺬا اﻷﺳﻠﻮب اﻟﺒﺤﺜﻲ ﻧﻮﻋﯿًﺎ ﺣﯿﺚ اﻟﻤﺼﺪر اﻟﺮﺋﯿﺴﻲ ھﻮ اﻟﻘﺮآن واﻟﻤﺼﺎدر اﻟﺜﺎﻧﻮﯾﺔ ھﻲ اﻟﻜﺘﺐ‬.‫ﺑﺸﻜﻞ ﻋﺎدل‬
‫ ﯾﻤﻜﻦ اﻟﻘﻮل أن ﺗﺄﻛﯿﺪ اﻟﻘﺮآن ﻋﻠﻰ أھﻤﯿﺔ اﻟﻌﺪاﻟﺔ ﻓﻲ ﺟﻮاﻧﺒﮭﺎ‬، ‫ ﻋﻼوة ﻋﻠﻰ ذﻟﻚ‬.‫واﻟﻤﺠﻼت اﻟﻤﺘﻌﻠﻘﺔ ﺑﻤﻮﺿﻮع اﻟﺒﺤﺚ‬
‫ واﻟﺬي ﯾﺸﺎر إﻟﯿﮫ ﻏﺎﻟﺒًﺎ ﺑﺎﺳﻢ اﻻﻗﺘﺼﺎد ﯾﺆﻛﺪ أن اﻟﻌﺪاﻟﺔ ﻓﻲ‬- ‫ ﺑﻤﺎ ﻓﻲ ذﻟﻚ أﯾﻀًﺎ ﻓﻲ ﻣﺠﺎل اﻟﻤﻌﺎﻣﻠﺔ اﻟﻤﺎﻟﯿﺔ‬- ‫اﻟﻤﺨﺘﻠﻔﺔ‬
‫ اﻟﺘﻮﺟﮫ إﻟﻰ اﻟﻔﻼح‬.. ‫ ﻓﻲ اﻟﺘﻌﺎﻟﯿﻢ اﻹﺳﻼﻣﯿﺔ ﺑﺤﯿﺚ ﯾﻤﻜﻦ ﺗﻮﻗﻊ ﺣﯿﺎة ﻣﺰدھﺮة‬.‫ﺟﻮھﺮھﺎ ﻓﻲ اﻟﻤﺠﺎل اﻻﻗﺘﺼﺎدي ھﻲ أﻣﺮ ﻣﮭﻢ‬
(.‫)اﻟﻨﺠﺎح ﻓﻲ اﻟﺪﻧﯿﺎ و اﻵﺧﺮة‬

Abstrak
Islam sangat menekankan ummatnya untuk dapat menegakkan keadilan dalam
berbagai hal dan aspek kehidupan termasuk pula dalam bidang ekonomi. Bagaimana Islam
mengatur pola Produksi, distribusi dan konsumsi menjadi hal yang sangat penting untuk
dilakukan secara adil. Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan sumber utama adalah
al Quran dan sumber data sekunder adalah buku dan jurnal jurnal yang berhubungan
dengan pokok penelitian. Selanjutnya dapat dinyatakan bahwa Penegasan al Qur’an
tentang pentingnya menegakkan keadilan dalam berbagai aspeknya – termasuk pula dalam
bidang muamalah maliyah- yang sering disebut dengan iqtishodiyah menegaskan bahwa
secara mendasar keadilan dalam bidang ekonomi merupakan hal yang penting dalam
ajaran Islam sehingga dapat diharapkan kehidupan yang sejahtera dengan orientasi pada
falah (kesuksesan dunia akhirat).
Kata Kunci : filsafat, keadilan, ekonomi syariah

Abstract
Islam places great emphasis on its ummah to be able to uphold justice in various
matters and aspects of life, including in the economic field. How Islam regulates the
pattern of production, distribution and consumption is very important to be done fairly.
This research method is qualitative with the main source is al Qoran and secondary
sources are books and journals related to the subject of research. Furthermore, it can be
stated that the al Qur'an's affirmates the importance of justice in its various aspects –
including in the field of muamalah maliyah – which is often referred to as iqtishodiyah

~1~
emphasizes that fundamentally justice in the economic field is an important thing in
Islamic teachings so that a prosperous life can be expected. orientation to falah (success
now and the hereafter)

Keywords; philosophy, justice, sharia economy

A. Pendahuluan
Ekonomi merupakan salah satu sendi dalam menegakkan kehidupan masyarakat
berbangsa dan bernegara. Kepastian akan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan hidup
dalam menjaga keberlangsungan hidup merupakan kebutuhan dasar dalam hidup
bermasyarakat. Kajian mengenai konsep keadilan dalam kehidupan bermasyarakat dari
waktu kewaktu terus berkembang dan semakin komprehensif sejalan dengan
perkembangan kehidupan dan pemikiran dakam masyarakat.
Islam sebagai agama yang mengatur secara komprehensif kehidupan umat manusia
telah pula berbicara mengenai bagaimana manusia mengembangkan dan mengelola
kehidupan ekonomi, berbagai ayat yang menggagas mengenai keadilan terdapat dalam
beberapa ayat alqur’an diantaranya surat Annisa ayat 135, al Maidah, al Maidah ayat 42,
ayat 8, al A’raf ayat 29, dan An Nahl ayat 90.
Wacana keadilan amat sering didiskusikan dalam Al Quran dalam berbagai
konteks. Kata adil dinyatakan sekitar 28 kali didalam Al-Qur'an, sedangkan al Qisth
dinyatakan sebanyak 25 tempat dalam format kata kerja (fi'il) dan format kata benda (isim),
sedangkan kata alwazn adalah kata kerja (fi'il) dan kata benda (isim) dinyatakan 20 kali
dalam Al-Qur'an. Kemudian Kata alhukm dengan banyak variasinya telah dinyatakan lebh
kurang 150 kali. 1
Kompleksitas perkembangan ekonomi saat ini sangat pesat dan memerlukan
pemikiran komprehensif bagaimana Islam mengafirmasi keadilan dalam memberikan
petunjuk mengenai keadilan dalam menjalankan kehidupan termasuk mengenai aspek
ekonomi.
Hadirnya Ekonomi Islam (baca ekonomi syariah) sebagai salah satu pilar dalam
kehidupan bernegara saat ini telah dirasakan manfaat dan perannya. Perkembangan
institusi bisnis yang menyatakan sesuai dengan Hukum Islam pada saat ini sangat didorong
1
Agus Romdlon Saputra, Konsep Keadilan Menurut Al-Qur’an dan Para Filosof, artikel, ttp, tth

~2~
2
oleh pemerintah , disisi lain perkembangan institusi tersebut dirasakan lambat
dibandingkan target dan harapan perkembangannya di tengah kumulasi mayoritas muslim
di Indonesia.
Hal ini memberikan pertanyaan apakah ekonomi Islam dirasa kurang adil atau ada
hal lain yang menyebabkan kondisi seperti itu terjadi. Dengan demikian menjadi penting
untuk memberikan gambaran yang utuh dan komprehensif terkait dengan keadilan dalam
hal ekonomi menurut pandangan ajaran Islam.
Untuk membahas persoalan tersebut penulis menggunakan metode analisa kualitatif
dengan sumber sumber pustaka yang berasal dari kajian al Qur’an dan sunnah.
Suryani menyimpulkan bahwa konsep keadilan sosial ekonomi dalam konsepsi
Islam secara fundamental berbeda dengan konsep keadilan menurut ajaran kapitalisme dan
sosialisme. Keadilan sosial ekonomi dari sudut pandang Islam, selain dari aspek komitmen
spiritual, juga didasarkan pada pengertian universal persaudaraan antar manusia. 3
Wing Redy Prayuda menegaskan dalam membahas keadilan ekonomi dalam
perspektif hukum Islam dengan menyatakan bahwa Ekonomi Islam menyeimbangkan
antara agama dan negara, religiusitas dan ilmu pengetahuan, material dan spiritual, hak
(hukuk) dan kewajiban (wajibat) dan memberikan kehendak bebas yang terkendali, tanpa
mengurangi kepentingan umum, dan dibatasi oleh ketentuan Syariah. Ekonomi Islam hadir
untuk mendinginkan ekonomi global. 4
Keadilan ekonomi merupakan cita ideal yang menjadi harapan setiap orang.
Keinginan untuk dapat hidup layak dan terpenuhinya semua kebutuhan hidup menjadi
harapan utama setiap orang. Kemampuan untuk mempunyai daya beli yang memadai dan
akses terhadap ekonomi, menjadi problem utama dalam berbagai konsep ekonomi, baik
sosialis, kapitalis dan juga dalam konsep ekonomi Islam.

2
Dalam upaya mengarusutamakan pembangunan di bidang ekonomi nasional dan mendorong
percepatan pembangunan di sektor keuangan syariah, pemerintah secara khusus mencanangkan pada tanggal
8 November 2016 untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi implementasi rencana pembangunan nasional
di bidang keuangan dan ekonomi. Selain itu, sejak diundangkan pada 10 Februari 2020, pemerintah telah
memanggil Komisi Negara Keuangan Syariah, Komisi Ekonomi dan Keuangan Negara Syariah, yang
bertujuan untuk meningkatkan pengembangan Ekonomi dan Ekosistem Keuangan Syariah untuk mendukung
pembangunan ekonomi nasional. ke.. https://knks.go.id/about, diakses pada 20 September 2021
3
Suryani, Keadilan Ekonomi dalam Perspektif Ekonomi Syariah Sebuah Tinjauan Teori,Jurnal
Maksimum ,Vol2 No.1, 2011.
4
Wing Redy Prayuda, Keadilan ekonomi dalam Perspektif Hukum Islam, Jurnal Al Mustasyfa, Vol.2
No.1 2017.

~3~
Dengan demikian menjadi penting dan layak untuk melakukan kajian secara
mendasar mengenai deskripsi keadilan dalam falsafah ekonomi Islam sebagai pengayaan
khasanah dalam menjalankan perkehidupan saat ini.

B. Definisi Keadilan Ekonomi

Keadilan ekonomi terdiri dari dua kata, yaitu keadilan dan ekonomi. Keadilan
merupakan turunan dari istilah ‘adil. Keadilan pada dasarnya berasal dari bahasa Arab
‫ﻋﺪاﻟﺔ‬, yang berarti kenetralan, kejujuran, integritas dan ketulusan. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, ‘adil diartikan sebagai kewajaran dan keadilan; kewajaran, sepatutnya;
keterpaksaan. Pada saat yang sama, kata keadilan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
diartikan sebagai hal-hal yang adil (perilaku, perlakuan, dan lain lain). Pada saat yang
sama, istilah ekonomi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai “ilmu,
peraturan-peraturan dasar tentang produksi, distribusi dan penggunaan barang-barang
dagangan dan kekayaan (seperti keuangan, industri dan perdagangan); penggunaan uang
yang berharga, energi, waktu, dan lain lain; kehidupan ekonomi (suatu negara).5
Beberapa definisi lain yang dapat diutarakan mengenai Keadilan adalah kondisi
ideal moral untuk kebenaran sesuatu, apakah itu melibatkan objek atau orang.6 Aristoteles
mendefinisikan keadilan dengan : “Perilaku antara memberi terlalu banyak dan terlalu
sedikit dapat diartikan sebagai memberi seseorang sesuatu sebagaimana seharusnya
diberikan. Thomas Hobbes mengungkapkan bahwa keadilan adalah suatu tindakan yang
tergolong adil jika didasarkan pada kesepakatan yang disepakati. Plato mengemukakan
bahwa keadilan adalah sesuatu di luar kemampuan orang biasa, dan keadilan hanya
termasuk dalam undang-undang dan peraturan perundang-undangan yang dirumuskan oleh
para ahli. 7
Ar-Razi menjelaskan – sebagaimana dikutip Agus Romdlon Saputra-, Filsuf
terkenal memberikan contoh yang jelas tentang bagaimana mereka juga berjuang untuk
menentukan standar keadilan, yang diwujudkan dalam bentuk kebajikan tertinggi, seperti
kesederhanaan, kasih sayang, kebajikan universal, dan berjuang untuk kepentingan semua.
5
Ibid, hlm 378.
6
https://id.wikipedia.org/wiki/Keadilan, diakses pada 20 September 2021
7
Ibid.,

~4~
Bagi ar-Razi, keadilan adalah keadilan etis, sebagai pernyataan yang hanya bersumber dari
akal, sama dengan keutamaan Allah SWT atau keutamaan wahyu Ilahi.8.
Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keadilan ekonomi adalah
kondisi ideal yang memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk melaksanakan
kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi tanpa ada pihak yang saling menzholimi. Zalim
diartikan sebagai tindakan yang melampaui batas kebenaran dan cenderung palsu. Selain
itu, M. Dawam Raharjo yang dikutip oleh Indra Saleh Husni dalam bukunya “Ensiklopedia
Al-Qur’an” menjelaskan bahwa istilah Zalim adalah aspek kekafiran atau kekafiran Atau
dimensi.Dalam bahasa Indonesia, kata tiran atau Zalim memiliki arti tertentu. Zalim sama
dengan kejam, yaitu perilaku yang tidak manusiawi. 9

C. Definisi Ekonomi Syari’ah

Terdapat beberapa diskursus mengenai nomenklatur ekonomi yang bersumber


pada ajaran Islam, apakah dinamai dengan ekonomi syari’ah atau ekonomi Islam. Sejarah
yang panjang tentang upaya membumikan ekonomi berdasarkan ajaran Islam telah tercatat
sebagai perjuangan ummat Islam Indonesia. Dalam artikel ini yang dimakud dengan
ekonomi syariah adalah sama dengan ekonom Islam dalam sebutan yang lain.
Berbagai pendapat yang mengungkapkan definisi (pengertian) mengenai
ekonomi Islam. Diantaranya adalah Muhammad Abduh al-Arabi mendefinisikan ekonomi
Islam sebagai kumpulan prinsip-prinsip ekonomi umum yang disarikan dari Al-Qur'an dan
Sunnah, yang merupakan arsitektur ekonomi yang dibangun di atas fondasi ini, dengan
lingkungan dan waktu yang berbeda..10
Dalam Islam kajian mengenai ekonomi dikenal dengan istilah iqtishadiyah.
Dalam Al-Qur’an terminologi ekonomi tidak banyak dijumpai. Akan tetapi, dengan
terminologi bisnis (tijarah), istilah ini sangat beragam, sebagaimana dijumpai dalam surat

8
Agus Romdlon Saputra, Konsep Keadilan.,ttp
9
Indra Soleh Husni, Konsep Keadilan Ekonomi Islam dalam sistem ekonomi, sebuah kajian
konsepsional, Islamic Economic Jurnal, Vol. 6, No. 1 Juni 2020, hlm 57-60
10
Ahmad Muhammad al-’Assal dan Fathi Ahmad Abdul Karim, Sistem, Prinsip, dan Tujuan Ekonomi
Islam, Terj. Imam Saefudin (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hlm. 17.

~5~
al-Baqarah (2) ayat 282 yang banyak mengandung petunjuk megenai masalah hukum
ekonomi.
M. Umer Chapra sebagaimana dikutip Nurul Huda mendefinisikan ekonomi
Islam dengan: “Islamic economics was defined as that branch of knowledge which helps
realize human well-being through an allocation and distribution of scarce resources that is
in confirmity with Islamic teaching without unduly curbing individual freedom or creating
continued macro economic and ecological imbalances.11
Kursyid Ahmad sebagaimana dikutip Nurul Huda, mendefinisikan ekonomi
syari’âh, sebagai “is a systematic effort to thy to understand the economic’s problem and
man’s behaviour in relation to that problem from an Islamic perspective”.12
MA. Mannan sebagaimana dikutip Nurul Huda menjelaskanekonomi Islam
dengan: “Islamic economics is a social science which studies the economics problems of a
people imbued with the values of Islam”13
Dari beberapa paparan diatas dapat dinyatakan bahwa ekonomi syariah adalah
kegiatan dalam bidang ekonomi yang bersumber dari ajaran Islam, baik dalam konteks
ekonomi sebagai ilmu pengetahuan dan ekonomi sebagai kegiatan sosial kemasyarakatan
yang bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan hidup di dunia dan akhirat.
Setidaknya, Ada tiga prinsip yang menjadi dasar pemahaman filosofi ekonomi
syariah. Pertama, segala sesuatu yang ada di alam semesta ini Allah SWT adalah sang
pemilik hakiki. Manusia hanya sebagai khalifah yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk
mentasharrufkan hartanya. Sehingga semua harus taat kepada Allah, Sang Pencipta dan
Pemilik, sebagaimana tertuang dalam QS Al-Najm ayat 31. Melakukan aktifitas ekonomi
dengan maksud hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Ketiga, keyakinan hari kiamat
merupakan prinsip penting dari sistem ekonomi syariah. Keyakinan ini mengontrol
perilaku manusia. Karena ia tahu bahwa segala perbuatannya kelak akan dimintai
pertanggungjawaban oleh Allah SWT.14

11
Nurul Huda et.al, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis. (Kencana: Jakarta, 2008), hlm. 2
12
Ibid.,
13
Ibid.,
14
MN Harisudin, Ekonomi Shariah Dan Ketidakadilan Kapitalisme Global, ISLAMICA, Vol. 5, No.
2, Maret 2011, h. 240-242

~6~
Sedangkan an Nabhani, dalam bukunya An-Nizam Al-Iqtishadi Fi Al-Islami,
menyatakan bahwa sistem ekonomi Islam didasarkan pada tiga prinsip utama: konsep
kepemilikan, penggunaan kepemilikan, dan distribusi kekayaan di antara orang-orang. itu
didirikan.
M. Quraish Shihab menekankan bahwa Al-Qur'an menggambarkan kegiatan
ekonomi. Muslim, seperti konsep kehidupan lainnya, harus mematuhi empat prinsip utama:
pertama tauhid, keseimbangan kedua, kehendak bebas ketiga, dan tanggung jawab
keempat.15
Sedangkan Tujuan sistem ekonomi Islam dengan konsep utama adalah untuk
mencapai tauhid yang bersumber dari Al-Qur'an dan As-Sunnah, yaitu pertama-tama
memenuhi kebutuhan dasar manusia dari semua sektor kebutuhan, termasuk pangan,
sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan. Kedua, memastikan bahwa setiap orang
memiliki kesempatan yang sama. Ketiga, menghindari penumpukan kekayaan pada
segelintir orang, dan meminimalkan ketimpangan kekayaan sosial dan distribusi
pendapatan. Keempat, memungkinkan setiap orang untuk menentukan kebebasan untuk
mematuhi nilai-nilai moral. Kelima, memberikan kepastian bagi stabilitas dan
pertumbuhan ekonomi (economic growth).16
Secara singkat dapat dikatakan bahwa Islam memiliki konsep sistem ekonomi
yang secara fundamental berbeda dengan sistem ekonomi lainnya (kapitalisme dan
sosialisme). Akar ideologi Islam dan hukum Islam mewujudkan pandangan dunia, strategi
dan tujuan (maqashidu ash syariah) yang berbeda dari sistem sekuler yang menguasai
dunia saat ini. Tujuan yang diinginkan oleh Islam pada dasarnya tidak penting. Hal ini
didasarkan pada konsep Islam kebahagiaan manusia (falah) dan kehidupan yang baik
(hayatan thayyibah), menekankan persaudaraan (ukhuwah), keadilan sosial dan ekonomi
dan memenuhi kebutuhan spiritual keyakinan beragama manusia. 17
Husaini (2002), Juga dikutip oleh Ma’moun Momin yang menjelaskan bahwa
dari segi epistemologis, ekonomi Islam dapat dibedakan menjadi dua bidang yang berbeda,

15
M. Quraisy Shihab, Wawasan Al-Qur’an, 409
16
M. Nur Rianto al-Arif, Lembaga Keuangan Syariah: Suatu Kajian Teoretis Praktis (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2012),hlm 17
17
Desi Rahmiyanti,dkk, Implementasi Keadilan dalam pembangunan ekonomi Islam, Albuhuts,
Jurnal, Vol 14 No 2, 2018. Hlm 58-59.

~7~
yaitu ekonomi Islam sebagai konsep normatif dan ekonomi Islam sebagai konsep positif.
Ekonomi Islam dalam pengertian normatif adalah ilmu ekonomi Islam yang memberikan
pembelajaran tentang hukum-hukum Syariah Islam yang berkaitan dengan aspek harta
(maal). Pada saat yang sama, ekonomi Islam dalam konsep normatif membahas tiga
masalah utama, yaitu: (a) masalah kepemilikan (ownership), (b) masalah hak pakai (prinsip
kepemilikan), (c) masalah distribusi kekayaan atas masyarakat. (distribusi) kekayaan di
antara orang-orang. Ekonomi Islam normatif ini menurut Nabhani (1990) mengacu pada
hal-hal di atas sebagai Sistem Ekonomi Islam (Economic System in Islam)..18
Kedua, Kajian ekonomi Islam positif adalah ilmu ekonomi Islam yang membahas
konsep-konsep Islam yang berkaitan dengan masalah harta (almal), terutama konsep yang
berkaitan dengan produksi barang dan jasa. Dalam ekonomi Islam aktif, berbagai metode
(uslub) dan fasilitas (wasilah) dipelajari, yang digunakan dalam produksi dan pemrosesan
barang (maal) dan jasa (services). Dalam hal ini sebenarnya adalah kesimpulan pemikiran
yang universal, karena didasarkan pada pengalaman (expertise) dan fakta empiris (nyata),
dan melalui induksi (istiqra') fakta-fakta nyata (empiris) sebagian dirangkum sebagai
aturan atau konsep umum. An-Nabhany menyebut aspek ekonomi positif tersebut sebagai
ekonomi Islam (al-'ilmu al-Iqtishadi fi al-Islami).19
Muhammad Arif Zakaullah memberikan nuansa lain dalam menyimpulkan aspek
filosofis sebagai landasan nilai ekonoomi Islam yaitu : Tauhid, sebagai pernyataan
kesatuan dan kedaulatan Allah SWT. Rububiyah, sebagai pernyataan Pengaturan Ilahi
untuk memberi makan dan mengarahkan hal-hal menuju kesempurnaannya. Khilafah:
Peran ummat manusia sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi. Takziyah sebagai
ungkapan pemurnian ditambah pertumbuhan. Pertanggungjawaban di hari pembalasan dan
implikasinya bagi kehidupan di dunia saat ini dan akhirat kelak.20

C. Keadilan Dalam Filsafat Hukum Ekonomi Syariah

18
Makmun Mu’min, Analisis Pemikiran Afzalur Rahman Tentang Aspek Epistemologi Ekonomi
Islam, Jurnal Iqtishadia, Vol. 8, No. 2, September 2015, hlm. 241-242
19
Ibid.,
20
Azharsyah Ibrahim, et.al, Pengantar Ekonomi Islam, (Jakarta : Departemen ekonomi dan Keuangan
Syariah Bank Indonesia, 2021)

~8~
Ekonomi Syariah sebagai wujud nyata dari pemahaman ummat Islam dalam
melaksanakan aktivitas ekonomi dalam kehidupan sehari hari, sudah barang tentu tidak
terlepas dari petunjuk dan tuntunan al Qur’an sebagai pedoman yang pertama dan paling
utama dalam agama Islam. Keadilan merupakan suatu ketentuan yang diwajibkan oleh
Allah SWT untuk setiap manusia di dunia ini tanpa terkecuali.
Minimal, Ekonomi Islam memiliki tiga prinsip filosofis. Pertama, segala sesuatu
pada dunia ini hanya milik Allah SWT. Manusia adalah khalifah yang diamanahkan oleh
Allah SWT untuk memanfaatkan harta Allah. Semoga semua taat dan taat kepada Allah
Sang Pencipta dan pemiliknya (Al Malik) sebagaimana tertuang dalam (QS. An-Najm: 31).
Kedua, untuk dapat mengemban misi Allah SWT sebagai khalifah (perwakilan) di muka
bumi ini, manusia berniat untuk beribadah kepada Allah SWT dan saling tolong-menolong
dalam melakukan kegiatan ekonomi. Ketiga, percaya pada Hari Penghakiman, ajaran
penting dari sistem ekonomi Syariah. Untuk itu, memahami dasar-dasar ekonomi syariah
memerlukan pemahaman dan pemikiran yang komprehensif berdasarkan Al-Qur'an dan
As-Sunnah..
M. Quraisy Shihab yang dikutip Wing Redy Prayuda menjelaskan, setidaknya ada
empat makna. Pertama. definisi ini sangat umum dalam Al-Qur'an. Kata ‫ ﻋﺪل‬yang memiliki
arti yang sama (persamaan) dalam klausa-klausa tersebut, berarti persamaan hak. Al-
Qur'an menyatakan bahwa ketika Anda memutuskan hukum di antara orang-orang, Anda
harus memutuskannya dengan adil. 21
Kedua, al‘adl dengan makna seimbang, Al-Qur’an menyatakan, (Allah SWT)
yang telah menciptakan kamu kemudian menyempurnakan penciptaanmu dan menjadikan
(susunan jasad)-mu menjadi seimbang. 22
Ketiga, al’adl dengan makna perhatian terhadap hak-hak personal (individu) dan
memberikan hak- hak tersebut kepada setiap pemiliknya. Al-Qur’an menyebutkan bahwa
“Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil walaupun dia adalah
kerabat(mu)”.23
Keempat, al'adl dengan makna karena Allah SWT. Keadilan Allah SWT pada
dasarnya adalah rahmat dan kebaikan-Nya. Selama makhluk itu bisa mencapainya, itu
21
Wing Redy Prayuda, Keadilan ekonomi, hlm 47-48.
22
Ibid
23
Ibid

~9~
tidak akan menghalangi Anda untuk mendapatkan rahmat Allah SWT. Allah SWT berhak
atas segala sesuatu yang ada di langit dan bumi, tetapi segala sesuatu yang ada tidak ada
hubungannya dengan-Nya. Dalam pengertian ini, kita perlu memahami isi dari QS Ali
Imran (3), ayat 18, yang menunjukkan bahwa Allah adalah SWT sebagai qaiman bil qisthi
(orang yang menegakkan keadilan).24
Beberapa ayat Al Quran yang membahas mengenai keadilan dapat diuraikan
sebagai berikut :
Pertama QS Annisa ayat 135 :
‫ﱠاﻣِﯿﻦَ ﺑ ِﺎﻟْﻘ ِﺴْﻂِ ﺷُ ﮭ َﺪَاءَ ِ ﱠ ِ وَ ﻟ َﻮْ ﻋَﻠ َﻰ أ َﻧْﻔ ُﺴِ ﻜُﻢْ أ َِو اﻟْﻮَ اﻟ ِ َﺪﯾ ِْﻦ وَ اﻷﻗْﺮَ ﺑ ِﯿﻦَ إنْ ِ ﯾ َﻜُﻦْ ﻏَﻨ ِﯿّ ًﺎ‬
‫ﯾ َﺎ أ َ ﯾﱡﮭ َﺎ اﻟ ﱠﺬِ ﯾﻦَ آﻣَ ﻨ ُﻮا ﻛُﻮﻧ َُﻮاﻮ ﻗ‬
َ‫ﻘأ َوِْﯿﺮً اﻓ َﻓ َﺎ ﱠ ُ أ َوْ ﻟ َﻰ ﺑ ِﮭِﻤَ ﺎ ﻓ َﻼ ﺗ َﺘ ﱠﺒ ِ ﻌُﻮا ْاﻟﮭ َﻮَ ى أ َنْ ﺗ َﻌْﺪِﻟ ُﻮا وَ إ ِنْ ﺗَﻠْﻮُوا أ َوْ ﺗ ُﻌْﺮِﺿُا ﻮﻓ َﺈ ِنﱠ ﱠﷲ َ ﻛَﺎنَ ﺑ ِﻤَ ﺎ ﺗ َﻌْﻤَ ﻠ ُﻮن‬
(١٣٥) ‫ﺧَ ﺒ ِﯿﺮً ا‬

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu kaum yang benar-benar penegak
keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu
bapak dan karib kerabatmu. jika ia kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau
enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui
segala apa yang kamu kerjakan.

Kedua, QS Al Maidah ayat 42,

‫ك َﺷ ْﯿﺌ ًﺎ‬ َ ‫ﻛﱠﺎﻟ َ ُﻮنَ ﻟ ِﻠﺴﱡﺤْ ﺖِ ﻓ َﺈ ِنْ ﺟَﺎءُو‬


َ ‫ك ﻓ َﺎﺣْ ﻜُﻢْ ﺑ َ ْﯿﻨَﮭُﻢْ أ َوْ أ َﻋْﺮِضْ ﻋَﻨْ ﮭُﻢْ وَ إ ِنْ ﺗ ُ ْﻌﺮِضْ ﻋَﻨْﮭُﻢْ ﻓ َﻠ َﻦْ ﯾ َﻀُﺮﱡ و‬ ‫ﺳَﻤﱠﺎﻋُﻮنَ ﻟ ِْﻠﻜَﺬِبِ أ‬
(٤٢) َ‫وَ إ ِنْ ﺣَ ﻜَﻤْﺖَ ﻓ َﺎﺣْ ﻜُﻢْ ﺑ َ ْﯿﻨَﮭُﻢْ ﺑ ِﺎﻟْﻘ ِﺴْﻂِ إ ِنﱠ ﱠﷲ َ ﯾُﺤِ ﺐﱡ اﻟْﻤُﻘْﺴِ ﻄِ ﯿﻦ‬

Artinya : mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak
memakan yang haram. jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk
meminta putusan), Maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka, atau
berpalinglah dari mereka; jika kamu berpaling dari mereka Maka mereka tidak
akan memberi mudharat kepadamu sedikitpun. dan jika kamu memutuskan

24
Ibid

~ 10 ~
perkara mereka, Maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka dengan adil,
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.

Ketiga QS al Maidah ayat 8,

َ‫ﻻ ﺗَﻌْﺪِﻟ ُﻮا اﻋْﺪِﻟ ُﻮا ھ ُﻮ‬


َ ‫ﯾ َﺎ أ َ ﯾﱡﮭ َﺎ اﻟ ﱠﺬِﻦَﯾ آﻣَ ﻨ ُﻮا ﻛُﻮﻧ ُﻮا ﻗ َﻮﱠاﻣِﯿﻦَ ِ ﱠ ِ ﺷُ ﮭ َﺪَاءَ ﺑ ِﺎﻟْﻘ ِﺴْﻂِ وَ ﻻ ﯾ َﺠْ ﺮِﻣَ ﻨ ﱠﻜُﻢْ َﺷﻨ َﺂنُ ﻗ َﻮْ مٍ ﻋَﻠ َﻰ أ‬
(٨) َ‫أ َﻗْﺮَ بُﻠﺘ ﱠﻘْﻮَﻟ ِى وَ اﺗ ﱠﻘ ُﻮا ﱠﷲ َ إ ِنﱠ ﱠﷲ َ ﺧَ ﺒ ِﯿ ٌﺮ ﺑ ِﻤَ ﺎ ﺗ َﻌْﻤَ ﻠ ُﻮن‬

Artinya :Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan.

Ke empat QS al A’raf ayat 29,

ْ‫ﻗ ُﻞْ أ َﻣَﺮَ رَ ﺑ ﱢﻲ ﺑ ِْﺎﻟﻘ ِﺴْﻂِ وَ أ َ ﻗ ِﯿﻤُﻮا وُ ﺟُﻮھ َﻜُﻢْ ﻋِ ﻨْ َﺪ ﻛُ ﱢﻞ ﻣَ ﺴْﺠِ ٍﺪ وَ ادْ ﻋُﻮه ُ ﻣُﺨْ ﻠ ِﺼِ ﯿﻦَ ﻟ َﮫ ُ اﻟﺪﱢﯾﻦَ ﻛَﻤَ ﺎ ﺑ َﺪَأ َﻛُﻢ‬
(٢٩) َ‫ﺗَﻌُﻮدُون‬

Artinya Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". dan (katakanlah):


"Luruskanlah muka (diri)mu di Setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan
mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. sebagaimana Dia telah menciptakan
kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepadaNya)".

Ke lima QS An Nahl ayat 90

‫َﻐْﻲ ﯾ َﻌِﻈ ُﻜُﻢْ ﻟ َﻌَﻠ ﱠﻜُ ْﻢ‬


ِ ‫َﺎن وَ إ ِ ﯾﺘ َﺎءِ ذِي اﻟْﻘ ُﺮْ ﺑ َﻰ وَ ﯾ َﻨْ ﮭ َﻰ ﻋ َِﻦ ْاﻟﻔ َﺤْ ﺸَﺎءِ وَ اﻟْﻤُﻨْ ﻜ َِﺮ وَ ْاﻟﺒ‬
ِ ‫إ ِنﱠ ﱠﷲ َ ﯾ َﺄ ْﻣُ ُﺮ ﺑ ِﺎﻟْﻌَ ﺪْلِ وَ اﻹﺣْ ﺴ‬
(٩٠) َ‫ﺗ َﺬَﻛﱠ ﺮُون‬
Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran.

~ 11 ~
Dari beberapa ayat tersebut al Qur’an menyebut konteks keadilan dengan kata
ِ‫ ﻗ ِﺴْﻂ‬dan ‫ َﻋﺪْل‬. Kata-kata utama ini diungkapkan dengan berbagai bentuk perubahannya
(derivasi) dalam al-Qur’an. Dari beberapa varian tersebut terdapat bentuk kata kerja (fi’il)
seperti dari kata ‫اﻟﻌﺪل‬, ‘‫ﻋﺪاﻟﺔ‬, ‘‫ﻋﺪل‬, ‫ﺗﻌﺪل‬, ‫ﯾﻌﺪﻟﻮن‬, ‫ اﻋﺪﻟﻮ‬dan ‫اءﻋﺪﻟﻮ‬. Arti dari semua kata dasar
tersebut ialah berlaku adil, berbuat adil dan bertindak adil. Sedangkan kata bendanya
(mashdar) adalah ‫ اﻟﻌﺪل‬yang mempunyai arti adil atau keadilan. Kemudian dalam bentuk
kata kerjanya (fi’il), kata ‫ اﻟﻘﺼﻂ‬ialah ‫ ﺗﻘﺼﻄﻮ‬dan ‫ أﻗﺴﻄﻮا‬yang berarti “kamu berlaku adil” dan
“berlaku adilah kamu”. Format kata benda dari ‫ اﻟﻘﺼﻂ‬maknanya adalah adil atau dengan
adil. Seluruh kata kunci tersebut mempunyai arti “sama, setara, seimbang dan memberikan
perhatian terhadap hak-hak orang lain serta berlaku jujur”. Secara fisik Implementasi arti
semua itu terhadap individu manusia, artinya “keseimbangan susunan jasmani, dalam
kaitannya dengan keluarga yaitu pensikapan dan perhatian seimbang bagi setiap
anggotanya, tingkah laku dalam aktifitas muamalah, mengadili perselisihan atau sengketa”.
Pada pokoknya keadilan itu berlaku pada setiap aspek yang berkaitan dengan personal
sebagai pribadi, keluarga dan komunitas sosial (muamalah, dalam bergaul dan kehidupan
bernegara)25.
Penegasan al Qur’an tentang urgensitas keadilan pada bermacam-macam aspek –
termasuk pula dalam bidang muamalah maliyah- yang sering disebut dengan iqtishodiyah
menegaskan bahwa secara mendasar keadilan dalam bidang ekonomi merupakan suatu
yang penting menurut ajaran agama Islam.
Pentingnya keadilan dalam ekonomi dapat ditegaskan diantaranya dalam surat
Surat an-Nisa ayat 29, menegaskan larangan memakan harta orang lain dengan cara yang
bathil dan musti dilakukan melalui jalan perniagaan yang didasari atas keridloan.
Penegasan al Quran mengenai keadilan dalam ekonomi juga ditegaskan mengenai
larangan transaksi yang bersifat ribawi sebagaimana dinyatakan dalam beberapa ayat, yaitu
QS Ar-Rum ayat 39, QS Al-Baqarah ayat 278-280, QS Ali Imran ayat 130, QS An-Nisa
ayat 160-161, dan QS Al-Baqarah ayat 276, sebagai salah satu transaksi yang bersifat
menzholimi, pihak yang mempunyai modal memberikan pinjaman yang memberikan

25
Agus Romdlon Saputra, Konsep Keadilan ttp..tth

~ 12 ~
keuntungan pasti tanpa melihat kondisi usaha dan keuangan debitur, apakah dalam
keadaan untung, rugi, leluasa atau kesulitan.
Sebagai bentuk affirmasi keadilan dalam pendistribusian pendapatan, al Qur’an
memberikan kewajiban zakat infak dan shodaqoh sebagai sifat philantropi Islam yang
sangat ditekankan al Qur’an. Ketegasan mengengenai keadilan dalam distribusi
pendapatan dalam kasus pembagian fay (harta rampasan perang) sebagai pemerataan
pendistribusian pendapatan sebagaimana dinyatakan dalam surat al Hasyr ayat 7.
Afzalurrahman memandang keadilan sebagai salah satu dari 10 pilar ekonomi
Islam, yaitu tauhid pertama, keadilan kedua, kepemimpinan ketiga, persaudaraan keempat,
pekerjaan kelima dan produktivitas keenam, properti ketujuh, kebebasan kedelapan dan
tanggung jawab kesembilan, jaminan sosial dan kenabian kesepuluh. Keadilan merupakan
pilar utama kehidupan yang pertama dibangun oleh Nabi Muhammad SAW. Pemerataan
berlaku untuk semua aspek kehidupan manusia, termasuk keadilan ekonomi dan
penghapusan perbedaan pendapatan (income). Islam berupaya mewujudkan kehidupan
yang berkeadilan dalam berbagai aspek, baik sosial, ekonomi, politik dan agama,
sebagaimana ditegaskan oleh berbagai argumentasi yang terkandung dalam ajaranAl-
Qur'an dan tuntunan As-Sunnah.26
Dalam hal perintah untuk mewujudkan Keadilan dalam ekonomi memberikan
larangan melakukan perjudian (maysir) sebagaimana dinyatakan dalam QS Al Maidah
ayat 90 juga QS Al Baqarah 219. Karena perjudian merupakan salah satu cara pengalihan
kepemilikan dengan unsur untung – untungan tidak disertai usaha-usaha yang halal.
Sebagai solusi dalam mewujudkan keadilan dibidang ekonomi baik dalam aspek
produksi, distribusi dan konsumsi, Islam telah mengajarkan beberapa aktivitas yang
bersifat komersil (tijari) berbentuak jual beli, kemitraan ( syirkah) dan sewa (ijarah) serta
yang bersifat nirlaba ( tabarru’). Seperti hibah, wakalah, kafalah dan lainnya.
Dalam aspek distribusi ekonomi, Islam melarang terjadinya penimbunan (ihtikar)
sebagai salah satu kegiatan yang dilarang, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

26
Makmun Mu’min, Analisis Pemikiran Afzalur Rahman.... hlm 243

~ 13 ~
Artinya :
Dari Sa’id bin Musayyab dari Ma’mar bin Abdullah dari Rasulullah SAW
bersabda: “ orang yang melakukan penimbunan adalah orang yang bersalah” (HR.
Muslim).
Penimbunan (ihtikar) adalah salah satu cara membatasi akses orang lain terhadap
komoditas yang dibutuhkan sehingga menimbulkan ketidakseimbangan non alamiah
terhadap permintaan dan penawaran. Karenanya perilaku tersebut sangat dilarang dalam
Islam.
Pelarangan riba dalam ekonomi syariah merupakan salah satu wujud menegakkan
keadilan, riba dalam berbagai bentuknya telah memposisikan uang sebagai sesuatu yang
selalu memperoleh keuntungan, dengan membungakan uang menutup celah keadilan
dimana dalam setiap usaha selalu menghasilkan tiga kemungkinan, yaitu untung, rugi dan
impas. Riba memastikan bahwa pemberi riba harus untung sementara usaha yang
dilaksanakan oleh pihak yang berhutang belum pasti untung, hal ini menimbulkan
ketidakadilan dalam ekonomi sehingga ekonomi syariah memberikan jalan keluar berupa
sistem bagi hasil dalam operasional perbankan. Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi
syariah sangat menekankan terwujudnya keadilan.
Salah satu benchmark dalam menegakkan keadilan di bidang ekonomi dapat
dilihat adalah ketika masa kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz. Pada masanya, beliau
sangat serius dalam mendukung keadilan. Sebagai bukti integritasnya dalam mendukung
keadilan, Khalifah Umar bin Abdul Aziz telah diperlakukan sewenang-wenang oleh
mantan penguasa, menghabiskan semua harta Baitul Mal dalam kengerian Irak.Saya telah
membayar kompensasi kepada orang-orang (zholim). Itu tidak cukup, jadi beliau
mengambilnya dari kekayaan Baiturmal di Negri Syam. Pada masa kekhalifahan Umar bin
Abdul Aziz banyak kebijakan yang dilaksanakan berdasarkan keadilan, namun kebijakan
tersebut merupakan kebijakan yang sangat bermanfaat bagi rakyat pada masanya, terutama
dengan mengubah keadaan Baitulmal (perbendaharaan negara) yang berdampak besar bagi
kesejahteraan. Tempat untuk mengelola aset penduduk. Hal ini karena suatu negara tidak

~ 14 ~
dapat mencapai kemakmuran dan keadilan kecuali kebijakan dan peraturan ditegakkan
secara tegas dan jelas.27
Kebijakan Khalifah Umar Ibn Abdul Aziz juga mengejutkan, adalah beliau
mampu mendistribusikan dan menempatkan uang Baitul Mal berdasarkan bagian dan
haknya di setiap ashnaf. Tidak ada yang bercampur satu sama lain. Khalifah Umar bin
Abdul Aziz juga merumuskan kebijakan dengan menitikberatkan pada tindak lanjut dari
setiap tindakan yang dilakukan. Pengawasan dan perawatan semua bantuan pemerintah
benar-benar dilaksanakan. Juga periksa dan periksa kembali untuk memastikan apakah
sudah sampai ke pihak yang berhak. Ini termasuk menghitung semua orang yang berhak
atas bantuan sehingga dipastikan semua memperoleh haknya. 28
Pada akhirnya keadilan dan kesejahteraan akan terwujud bagi semua orang secara
merata. Hingga pemerintah dapat menggunakan perbendaharaan negara untuk
pengembangan proyek pembangunan kesejahteraan masyarakat. Dimanapun mereka
berada di wilayah kedaulatan Islam, setiap penduduk dapat merasakan kondisi dan keadaan
yang aman. Hampir setiap warga negara telah menjadi kaya. Pada saat itu, tidak ada lagi
orang miskin yang berhak atas Zakat dan sedekah. Kondisi ini membuat orang kaya sulit
mencari orang yang mau menerima zakat dan sedekah dan harus memenuhi kewajibannya.
Saat itulah umat Islam mengalami masa kejayaannya. Tidak ada kemiskinan yang
ditemukan. Para pemberi zakat dan shadaqah bingung mau kemana. Karena tidak ada yang
mau menerima. 29

Penutup
Keadilan merupakan karakter utama yang hendak dibangun oleh Islam dalam
menjalankan kehidupan sosial kemasyarakatan sebagaimana ditegaskan dalam beberapa
ayat al Quran. Keadilan dalam bidang ekonomi merupakan suatu wujud dari sifat
ketuhanan yang maha adil (al’adlu). Keadilan dalam ekonomi Islam merupakan kondisi
ideal yang memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk melaksanakan kegiatan

27
Firdaus, A., N. Kepemimpinan Khalifah Umar Ibn Abdul Aziz. (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1988).
hlm. 169
28
Nurani Puspa Ningrum, Terobosan dan Perubahan Kebijakan Ekonomi pada Masa Pemerintahan
Umar bin Abdul Aziz dalam Mewujudkan Kesejahteraan Sosial, Jurnal At-Tahdzib : Jurnal Studi Islam dan
Mu’amalah Volume 8 Nomor 1 Tahun 2020, hlm 21-22
29
Ibid.,

~ 15 ~
produksi, distribusi dan konsumsi tanpa ada pihak yang saling menzholimi. Implementasi
konsep keadilan dalam sistem ekonomi Islam ialah tidak diinginkannya ketimpangan
ekonomi atau ketidakmerataan ekonomi antara satu orang dengan orang lainnya, dari satu
daerah dengan daerah lainnya.
Sebagai wujud nyata dari pentingnya menegakkan keadilan dalam bingkai ekonomi
syariah, al Quran melarang transaksi ribawi, dan transaksi yang bersifat maysir, gharar
serta bathil.
Al Quran mendorong terwujudnya keadilan tidak hanya yang bersifat produktif,
bahkan pula dalam hal yang bersifat distributif seperti zakat, infak shodaqoh dan
kewarisan.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Anwar, Sistem Ekonomi Islam: Suatu Pendekatan Filsafat, Nilai-Nilai Dasar, dan
Instrumental. Al-Iqtishad: Vol. IV, No. 1. 2012
Ah.Shibghaullah Mujadidi, Ekonomi Islam Suatu Pengantar, (Pamekasan : Duta Media
Publishing), 2020
Ahamd Dahlan M.Si,Dr, Pengantar Ekonomi Islam, Kajian Teologis, Epistemologis dan
empiris (Jakarta : Prenada Media), 2019
Ahmad, Khursid, Pembangunan Ekonomi dalam Perspektif Islam, dalam Etika Ekonomi
Politik. (Jakarta: Risalah Gusti). (1997)
Ali, Muhammad, Ash Shalabi, Biografi Umar bin Abdul Aziz. (Jakarta: Beirut Publishing).
2014.
Al-jawi, M.Shiddiq. Kejayaan Ekonomi Pada Masa Khilafah Islamiyah. (2010).
Almizan.. Pembangunan Ekonomi Dalam Perspektif Ekonomi Islam. Maqdis : Jurnal
Kajian Ekonomi Islam -Volume 1, Nomor 2.2016
Amalia, Euis. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, dari Masa Klasik Hingga Kontemporer.
(Jakarta: Pustaka Asatrus). 2005.
Ash Shallabi, Ali, Muhammad, Umar bin Abdul Aziz Khalifah Pembaru dari Bani
Umayyah, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar), cet. 2, 2011.

~ 16 ~
Ash Shallabi, Ali, Muhammad. Khalifah ar-Rasidu wal Muslihu al Kabir. (Jakarta: Beirut
Darul Ma’arif). 2007.
Azharsyah Ibrahim, et.al, Pengantar Ekonomi Islam, (Jakarta : Departemen ekonomi dan
keuengan syariah Bank Indonesia, 2021)
Beik, Irfan Syauqi. Ekonomi Pembangunan Syariah. (Jakarta: Raja Grafindo Persada).
2016
Didi suardi,et.al, Pengantar ekonomi Islam, (Surabaya : Jakad Media Publishing), 2020
Faizi. Herfi, Ghulam. Umar bin Abdul Aziz 29 Bulan Mengubah Dunia. (Jakarta: Gema
Insani Press). 2012
Fatah, Abdul, Rohadi. Meniti Jalan Kearifan Politik Umar bin Abdul Aziz, Perjuangan
Idealism Politik Islam Dalam Praktik. (Jakarta : PT. Logos Wacana Ilmu), cet 1,
2003.
Firdaus, A., N. Kepemimpinan Khalifah Umar Ibn Abdul Aziz. (Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya), 1988
Gilson, D and Perot, C. It’s the Inequality, Stupid, Mother Jones Special Report:
Plutocracy Now, March-April 2011 issue. Data for chart taken from.
Indra Soleh Husni, KonsepKeadilan Ekonomi Islam dalam sistem ekonomi, sebuah kajian
konsepsional, Islamic Economic Jurnal, Vol. 6, No. 1 Juni 2020
Kholil, Imadudin. Umar bin Abdul Aziz : Perombakan Wajah Pemerintahan Islam. (Solo:
Pustaka Mandiri).1992
Lalatul Qadariyah SEI.,MEI., Buku Ajar Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam,
(Pamekasan;Duta Media), 2018.
M.Umer Chapra, Sistem Moneter Islam, terj (Jakarta :Gema Insani Press)2000
Makmun Mu’min, Analisis Pemikiran Afzalur Rahman Tentang Aspek Epistemologi
Ekonomi Islam, Jurnal Iqtishadia, Vol. 8, No. 2, September 2015
Mashur S.E.I., Filsafat Ekonomi Islam, (Klaten : Lakeisha), 2020
Mohammad Bashri Asyari.,Lc.,M.A.,M.Phil, Ekonomi Islam Perspektif Tafsir (Pamekasan
: Duta Media Publishing), 2020
Natadipurba, Chandra, Ekonomi Islam (Bandung: PT Mobidelta Indonesia) 2016.

~ 17 ~
Nurani Puspa Ningrum, Terobosan dan Perubahan Kebijakan Ekonomi pada Masa Pemerintahan
Umar bin Abdul Aziz dalam Mewujudkan Kesejahteraan Sosial, Jurnal At-Tahdzib : Jurnal
Studi Islam dan Mu’amalah Volume 8 Nomor 1 Tahun 2020
Suaidi,SHI M.Si, Ekonomi Islam dalam Al Qur’an (Pamekasan : Duta Media), 2019
Suryani, Keadilan Ekonomi dalam Perspektif Ekonomi Syariah: Sebuah Tinjauan Teori,
ttp tth.

~ 18 ~

Anda mungkin juga menyukai