Anda di halaman 1dari 18

AYAT DAN HADITS TENTANG INFAQ DAN SHADAQAH

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Ayat dan
Syarah Hadits Ekonomi

Disusun Oleh:
Kelompok 3
Nama : Riyandi Saputra (4012021046)
Yusrifaldi Berutu (4012021018)
Prodi : Perbankan Syari’ah (PBS)
Semester/Unit : III/2
Dosen Pengampu : Tajul Munir, M. Ag

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) LANGSA
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadiran Allah SWT


yang sampai saat ini masih memberi kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga
kami diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah ini tentang “Ayat
dan Hadits tentang Infaq dan Shadaqah”. Kami juga mengucapkan terima kasih
yang sebanyak-banyaknya untuk Bapak Tajul Munir, M. Ag selaku dosen mata
kuliah Tafsir Ayat dan Syarah yang telah menyerahkan kepercayaan kepada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami sungguh-sungguh berharap sekali makalah ini bisa berguna pada
tujuan untuk meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan tentang pengertian
infaq, pengertian shadaqah, serta ayat dan hadits tentang infaq dan shadaqah, dll.
Kami juga sadar bahwa pada makalah ini tetap ditemukan banyak kekurangan
serta jauh dari kesempurnaan.
Dengan demikian, Kami benar-benar menanti adanya kritik dan saran
untuk perbaikan makalah yang hendak kami tulis dimasa yang selanjutnya,
menyadari tidak ada suatu hal yang sempurna tanpa disertai saran yang
konstruktif. Kami berharap makalah sederhana ini bisa dimengerti oleh setiap
pihak terutama untuk para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya
jika ada perkataan yang tidak berkenan di hati.

Langsa, 16 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ i


DAFTAR ISI ................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 1
C. Tujuan Masalah ............................................................................ 1
KONSEP DASAR ................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 4
A. Infaq ................................................................................ 4
B. Shadaqah ................................................................................ 7
C. Manfaat Infaq dan Shadaqah ........................................................ 11
D. Hikmah Infaq dan Shadaqah ......................................................... 13
BAB III PENUTUP ................................................................................ 14
A. Kesimpulan ................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada dasarnya, pengaturan urusan kehidupan dan hubungan sosial manusia
tidak akan benar, menurut timbangan keadilan Allah dan logika manusia, apabila
tidak disertai dengan akidah yang benar, etika yang kukuh dan prinsip-prinsip
serta hukum-hukum yang komprehensif yang dapat mengatur seseorang, baik
dalam keadaan tersembunyi maupun terang-terangan, keluarga dan masyarakat
luas yang teratur dibawah kekuasaan negara.
Dalam kita berhubungan sosial dengan manusia, ada salah satu ibadah
yang memang erat hubungannya dengan manusia sekaligus berhubungan dengan
Allah SWT. Ibadah tersebut adalah infaq dan shadaqah. Infaq dan shadaqah
merupakan salah satu topic selalu menarik untuk dikaji dan didiskusikan. Karena
Infaq dan shadaqah dalam peranannya memberikan kontribusi yang signifikan
dalam pengentasan kemiskinan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan infaq?
2. Apakah yang dimaksud dengan shadaqah?
3. Apa sajakah manfaat infaq dan shadaqah?
4. Apa sajakah hikmah infaq dan shadaqah?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan infaq
2. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan shadaqah
3. Untuk mengetahui apa sajakah manfaat infaq dan shadaqah
4. Untuk mengetahui apa sajakah hikmah infaq dan shadaqah

1
KONSEP DASAR

Dalam Islam, hukum infaq dan shadaqah adalah sunnah atau dianjurkan
pengerjannya. Keduanya adalah ibadah sosial (hablum minannas) untuk
membantu sesama. Berikut ini pengertian dan dalil infaq serta sedekah dalam
hadis dan Al-Quran.
Infaq dan shadaqah memiliki kemiripan, sebenarnya keduanya adalah
ibadah yang berbeda. Islam menganjurkan keduanya serta ada janji pahala besar
di sisi Allah SWT orang-orang yang mengerjakannya.
Pertama, pengertian Infaq adalah sumbangan dalam bentuk harta untuk
kemaslahatan umat. Dalil anjuran infaq tertera dalam surah Al-Baqarah Ayat 267
sebagai berikut:
‫ض ۖ َو ََل ت َيَ َّم ُموا‬ ِ ‫س ْبت ُ ْم َو ِم َّما أ َ ْخ َرجْ نَا لَكُ ْم ِمنَ ْاْل َ ْر‬
َ ‫ت َما َك‬ ِ ‫ط ِيبَا‬َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا أ َ ْن ِفقُوا ِم ْن‬
‫ي َح ِميد‬ٌّ ِ‫غن‬ َ َّ ‫علَ ُموا أ َ َّن‬
َ ‫َّللا‬ ْ ‫ضوا فِي ِه ۚ َوا‬ ُ ‫آخذِي ِه ِإ ََّل أ َ ْن ت ُ ْغ ِم‬ َ ‫ْال َخ ِب‬
ِ ‫يث ِم ْنهُ ت ُ ْن ِفقُونَ َولَ ْست ُ ْم ِب‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, berinfaklah [di jalan Allah]
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk
lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan
ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (Q.S. Al-Baqarah: 267).
Cakupan infaq adalah segala bentuk pemberian harta, termasuk juga
shadaqah harta dan juga zakat.
Kedua, shadaqah artinya benar dalam bahasa Arab. Dalam hal ini, sedekah
dilakukan sebagai bentuk kebenaran dan kejujuran dalam beriman kepada Allah
SWT. Shadaqah tidak harus dalam bentuk harta. Shadaqah dapat diberikan dalam
bentuk perbuatan lainnya, misalnya: dengan senyuman, tenaga (membantu orang
lain), dan sebagainya.
Kesimpulannya, shadaqah ditunaikan dalam bentuk materi dan non-materi.
Berdasarkan penjelasan di atas, cakupan shadaqah lebih luas daripada infaq.
Sebab, infaq harus dalam bentuk harta, sedangkan shadaqah tidak harus berbentuk
materi. Selain itu, infaq juga harus diberikan kepada manusia, sedangkan

2
shadaqah juga dapat diberikan kepada hewan peliharaan, mengasihi binatang,
menanam pohon, dan sebagainya. Hal itu tergambar dalam sabda Nabi
Muhammad SAW: “Pada setiap sedekah terhadap mahluk yang memiliki hati
(jantung) yang basah (hidup) akan dapatkan pahala kebaikan. Seorang muslim
yang menanam tanaman atau tumbuh-tumbuhan yang kemudian dimakan oleh
burung-burung, manusia, atau binatang, maka baginya sebagai sedekah.” (H.R.
Bukhari dan Muslim).

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Infaq
1. Pengertian Infaq
Kata Infaq berasal dari Bahasa Arab yaitu “infaq” menurut bahasa yaitu
membelanjakan atau menafkahkan. Sedangkan menurut istilah Agama Islam infaq
berarti menafkahkan atau membelanjakan sebagian harta benda yang dimiliki di
jalan yang diridhoi Allah SWT. Contohnya menginfakkan hartanya untuk
pembangunan masjid, musalla, madrasah, untuk dakwah Islam, dan sebagainya.
Dengan demikian, yang disebut infaq apabila membelanjakan harta untuk
kepentingan agama. Infaq adalah perbuatan yang mulia dan diperintahkan Allah
SWT untuk dilaksanakan oleh seluruh umat manusia. 1
Infaq dalam Al Qur’an mempunyai beberapa pengertian. Dalam arti luas
dimaksudkan untuk mendayagunakan seluruh harta dengan dasar iman untuk fi
sabilillah. Dalam arti lainnya adalah membelanjakan atau mempergunakan harta
dari sisa keperluan. Konotasi yang pertama mengimplikasikan adanya mobilitas
dana umat pada saat tertentu. Namun, pelaksanaannya lebih ditentukan dengan
kadar keimanan individu, berbeda dengan tuntutan zakat yang pelaksanaannya
harus diambil oleh petugas tertentu. Dalam pengertian yang kedua memiliki
konotasi pemberian harta pada pihak lain secara sukarela. 2
Tujuan yang hendak dicapai dari infaq adalah mengatasi kebutuhan dasar
kelompok lemah atau yang membutuhkan, untuk mencapai tatanan kehidupan
berdasarkan pada keadilan dan kemanusiaan. 3
Selain itu, infaq di sisi lain berarti nilai ibadah untuk sarana mendekatkan
diri kepada Allah swt, karena sesungguhnya perintah berinfaq sendiri terdapat di
dalam ayat Al Qur’an dan diperintahkan langsung oleh Allah SWT.

1
M. Yasin, “Fiqih: Buku Siswa”, (Bandung: Direktorat Pendidikan Madrasah, 2014), hal.
30
2
Subki Risysa, “Zakat Pengentasan Kemiskinan”, (Jakarta: PP. Laziz NU, 2009), hal. 35
3
Atik Abidah, “Zakat Filantropi dalam Islam”, (Ponorogo: Tim Stain Ponorogo Press,
2011), hal. 18

4
2. Dasar Hukum Infaq
a. Al-Qur’an (Q.S. Ali-Imran: 92)
‫ع ِليم‬ َ َّ ‫يءٍ فَإ ِ َّن‬
َ ‫َّللا ِب ِه‬ َ ‫لَ ْن تَنَالُوا ْال ِب َّر َحت َّ ٰى ت ُ ْن ِفقُوا ِم َّما ت ُ ِحبُّونَ ۚ َو َما ت ُ ْن ِفقُوا ِم ْن‬
ْ ‫ش‬
Artinya: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kabajikan (yang
sempurna), sebelum kamu manafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan
apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”.
Tafsirnya: Kalian wahai orang-orang mukmin tidak akan mendapatkan
pahala dan kedudukan orang-orang yang baik, sebelum kalian menginfaqkan
sebagian harta yang kalian cintai di jalan Allah. Dan apapun yang kalian infaqkan,
sedikit maupun banyak, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui niat dan amal
perbuatan kalian. Dan Dia akan membalas setiap orang sesuai dengan amalnya
masing-masing.
b. Hadits (HR. Bukhari)
Infaq bukan hanya diwajibkan untuk orang yang kaya. Orang miskin pun
bila punya kelebihan hendaknya juga berinfaq. Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah
SAW bersabda:
‫ارتِ َها َولَ ْو فِ ْرسِنَ شَا ٍة‬ ِ ‫سا َء ا َ ْل ُم ْس ِل َما‬
َ ‫ت ! ََل تَحْ ِق َر َّن َج‬
َ ‫ارة ِل َج‬ َ ِ‫يَا ن‬
“Wahai kaum muslimat, janganlah sekali-kali seorang wanita
meremehkan pemberian tetangganya walaupun hanya berupa ujung kaki
kambing.” (HR al-Bukhari)
Orang yang berinfaq pada hakikatnya dia berbuat baik untuk dirinya
sendiri, sekalipun hartanya secara lahir pindah kepada orang lain. Demikian pula
sebaliknya, orang yang bakhil pada dasarnya dia merugikan dirinya sendiri karena
harta apabila tidak diinfaqkan fi sabilillah akan dibelanjakan kepada hal yang sia-
sia dan hal yang haram.
3. Jenis-Jenis Infaq
a. Infaq Wajib terdiri atas zakat dan nazar,yang bentuk dan jumlah
pemberiannya telah ditentukan. Nazar adalah adalah sumpah atau janji
untuk melakukan sesuatu dimasa yang akan datang. Menurut Qardhawi,
nadzar itu adalah sesuatu yang makruh. Namun demikian, apabila telah
diucapkan, maka harus dilakukan sepanjang hal itu untuk mendekatkan

5
diri kepada Allah SWT. Seseorang yang bernazar: Jika saya lulus ujian,
maka saya akan memberikan Rp 500.000 kepada fakir miskin, wajib
melaksanakan nazarnya seperti yang telah dia ucapkan. Jika hal tersebut
tidak dilakukan, maka dia akan terkena denda/kafarat.
b. Infak sunah: Infaq yang dilakukan seorang muslim untuk mencari rida
Allah, bisa dilakukan dengan berbagai cara dan bentuk. Misalnya memberi
makanan bagi orang terkena bencana. 4
4. Ketentuan dalam Berinfaq
Dalam Al-quran terdapat beberapa ketentuan yang harus dilakukan dalam
berinfaq, diataranya adalah sebagai berikut:
a. Harus didahulukan kepada orang-orang yang memiliki hubungan terdekat
dengan orang yang berinfaq. Misalnya: kedua orang tua, kerabat dekat,
dan seterusnya.
b. Setelah itu kepada anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang yang
sedang dalam perjalanan.
5. Syarat Infaq
a. Orang yang memiliki harta berlebih;
b. Ikhlas karena Allah SWT;
c. Tidak menyebut nyebut infaq yang telah diperbuat; dan
d. Tidak menyakiti orang yang menerimanya.
6. Rukun Infaq
a. Orang yang memberi infaq;
b. Orang yang menerima infaq;
c. Barang yang diinfaqkan milik sendiri da nada manfaatnya; dan
d. Ada pernyataan antara pemberi dan penerima infaq.
7. Hal yang harus diperhatikan dalam berinfaq
a. Diharamkannya mengungkit-ungkit pemberian, dan menyakiti hati orang
yang diberikan shadaqah atau infaq kepadanya, yang mana hal ini dapat
menghapuskan pahala berinfaq tersebut.

4
Sri Nurhayati, “Akuntansi Syariah di Indonesia”, (Jakarta: Salemba Empat, 2014), hal.
269

6
b. Diharamkannya riya’ (ingin dilihat oleh orang) dalam beramal shaleh, ini
dapat juga menghapus pahala ibadah.
c. Bahwasanya tidak dianggap infaq kecuali dari harta milik sendiri bukan
harta milik orang lain, maka tidak akan diterima dan tidak mendapat
pahala, kecuali dengan izin pemiliknya.
d. Dengan niat mencari keridhaan Allah swt semata.

B. Shadaqah
1. Pengertian Shadaqah
Shadaqah secara bahasa berasal dari kata shadaqa, yashduqu,shadaqatan
yang berarti pembenaran. Secara istilah adalah mengeluarkan harta di jalan allah
sebagai pembenaran terhadap ajaranajaran allah.5 Shadaqah berasal dari kata
sidqun yang berarti benar dalam hubungannya dengan antara perkataan, keyaknan
dan perbuatan. Zakat juga di sebut shadaqah karena salah satu tujuan dari zakat
adalah mendekatkan diri pada Allah swt sebagai implementasi dari keyakinan
terhadap tuhan. Dengan demikian zakat merupakan shadaqah wajib yang
diwajibkan bagi orang muslim yang mempunyai harta satu nisab. 6
Shadaqah akan menambah harta seseorang karena berkah, terhindah dari
kerugian, digantikan dengan yang lebih baik dan lebih bermanfaat.7 Shadaqah
dibolehkan pada setiap waktu dan disunnahkan berdasarkan Al-Qur’an dan As-
Sunnah.8
Shadaqah bukan merupakan suatu kewajiban. Sifatnya sukarela dan tidak
terikat pada syarat-syarat tertentu dalam pengeluarannya, baik mengenai jumlah,
waktu dan kadarnya. Setiap bershadaqah dikeluarkan dengan perasaan ikhlas
tanpa motivasi atau niat untu di puji atau memberi malu penerima Shadaqah itu.
Shadaqah yang diberikan dengan motivasi atau nia untuk dipuji atau memberi
malu penerimanya, tidak akan memperoleh pahala dari Allah SWT.

5
Hasbiyallah, “Fiqh dan Ushul Fiqh”, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017), hal. 246
6
Ilfi Nur Diana, “Hadis-Hadis Ekonomi”, (Malang: UIN-Maliki Press, 2008), hal. 79
7
Adnan Ath-Tharsyah, “Anda dan Harta”, (Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2004), hal. 111
8
Rahmat Syafei, “Fiqih Muamalah”, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hal. 249

7
Shadaqah merupakan pemberian dari seorang muslim secara sukarela
tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu, atau suatu pemberian yang
dilakukan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridha Allah swt dan
pahala semata. Berdasarkan pengertian tersebut, infaq termasuk dalam katagori
Shadaqah. 9
Beberapa hal yang dapat membatalkan Shadaqah yaitu al-man
(mengungkit-ungkit), al-aza (menyakiti) melakukan Shadaqah, namun dengan
Shadaqah ia menyakiti orang yang menerimanya, dan ria (memperlihatkan)
memamerkan kepada orang lain bahwa ia ber Shadaqah.
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa shadaqah memiliki
cakupan objek yang lebih umum dan lebih luas dibandingkan dengan objek infaq,
bahkan zakat yang hanya terbatas pada harta benda-kekayaan, khususnya uang.
Sedangkan shadaqah disamping meliputi harta termasuk uang, juga bisa meliputi
hal-hal yang bersifat nonharta, misanya tutur kata yang baik, senyuman yang
tulus, dan yang lainnya bisa digolongkan ke dalam shadaqah.
2. Dasar Hukum Shadaqah
a. Al-Qur’an (Q.S. An-Nisa: 114)
Ayat ini menyatakan bahwa pahala yang diraih jika melaksanakan
shodaqoh sangat besar dan melimpah.
‫اس ۚ َو َمن َي ْف َع ْل‬ ٰ ْ ‫ير ِمن نَّجْ و ٰى ُهم إ ََّل م ْن أَمر بصدَقَ ٍة أ َ ْو م ْع ُروفٍ أ َ ْو إ‬ٍ ِ‫ََّل َخي َْر فِى َكث‬
ٍ ٍۭ َ‫صل‬
ِ َّ‫ح َبيْنَ ٱلن‬ ِ َ َ ِ َ َ َ ِ ْ َ
‫ع ِظي ًما‬ ً َ ‫ف نُؤْ ِتي ِه أ‬
َ ‫جْرا‬ َ َ‫ٱَّلل ف‬
َ ‫س ْو‬ ِ َّ ‫ت‬ َ ‫ٰذَلِكَ ٱ ْب ِتغَا ٓ َء َم ْر‬
ِ ‫ضا‬
Artinya: “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka,
kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah,
atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan
barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak
Kami memberi kepadanya pahala yang besar”.
Tafsirnya: Tidak ada manfaat dalam kebanyakan ucapan-ucapan manusia
dengan berbisik-bisik diantara mereka, kecuali ucapan itu adalah perkataan yang
mengajak untuk berbagi kebaikan dalam bentuk shadaqah, atau kata-kata yang

Ruslan Abdul Ghofur Noor, “Konsep Distribusi dalam Ekonomi Islam”, (Yogyakarta:
9

Pustaka Pelajar, 2013), hal. 121

8
baik, atau mendamaikan antara manusia. Dan barangsiapa yang melakukan hal-hal
tersebut demi mencari ridha Allah lagi mengharap pahala-Nya, maka Kami akan
memberikan kepadanya pahala yang besar lagi luas.
b. Hadits (HR. Bukhari)
‫سلَّ َم فَقَا َل يَا َرسُو َل‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ ‫ع ْنهُ قَا َل َجا َء َر ُجل إِلَى النَّبِي‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫َحدَّثَنَا أَبُو ه َُري َْرة َ َر‬
‫ص ِحيح ش َِحيح ت َْخشَى ْالفَ ْق َر َوت َأ ْ ُم ُل ْال ِغنَى َو ََل‬ َ َ‫صدَّقَ َوأ َ ْنت‬َ َ ‫جْرا قَا َل أ َ ْن ت‬
ً َ ‫صدَقَ ِة أ َ ْعظَ ُم أ‬
َّ ‫ي ال‬ُّ َ ‫َّللا أ‬
ِ َّ
‫وم قُ ْلتَ ِلفُ ََل ٍن َكذَا َو ِلفُ ََل ٍن َكذَا َوقَدْ َكانَ ِلفُ ََل ٍن‬
َ ُ‫َت ْال ُح ْلق‬
ْ ‫ت ُ ْم ِه ُل َحتَّى إِذَا بَلَغ‬
Abu Hurairah ra berkata: “Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah
SAW dan berkata: "Wahai Rasulullah, shadaqah apakah yang paling besar
pahalanya?”. Beliau menjawab: “Kamu bershadaqah ketika kamu dalam
keadaan sehat dan kikir, takut menjadi faqir, dan berangan-angan jadi orang
kaya. Maka janganlah kamu menunda-nundanya hingga tiba ketika nyawamu
berada di tenggorakanmu. Lalu kamu berkata, si fulan begini (punya ini) dan si
fulan begini. Padahal harta itu milik si fulan.” (HR. Bukhari)
Shadaqah merupakan sumbangan yang termotivasi secara sepenuhnya dari
keinginan pribadi. 10 Shadaqah disunanahkan bagi siapa saja yang mempunyai
harta sekalipun tidak satu nisab, dan Shadaqah dikeluarkan harus sesuai
kemampuan. Shadaqah adalah sesuatu yang diberikan dengan tujuan mendekatkan
diri pada Allah.
3. Jenis-Jenis Shadaqah
Shadaqah sendiri memiliki pengertian yang luas, di mana terbagi menjadi
2 (dua) yang bersifat materil dan fisik (tangible) serta yang bersifat non fisik
(intangible). 11 Shadaqah tangible terbagi menjadi fardhul wajib dan sunnah:
a. Fardhu a’in/wajib, terdiri dari:
1) Fardhu ain/diri adalah zakat yang terdiri dari zakat fitrah (zakat yang
diperuntukkan atas diri atau jiwa) dan zakat maal (zakat yang berlaku
atas harta manusia).
2) Fardhu kifayah ialah infaq.
10
Muhammad, “Paradigma, Metodelogi dan Aplikasi Ekonomi Syariah”, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2008), hal. 153
11
Elsi Kartika Sari, “Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf”, (Jakarta: PT Grasindo, 2006),
hal. 4

9
b. Sunnah adalah shadaqah
Shadaqah yang intangible:
1) Tasbih, tasmid, tahlil dan takbir.
2) Senyum, tenaga untuk bekerja, membuang duri dari jalan, dan lain-
lain.
3) Menolong atau membantu orang yang kesusahan dan memerlukan
bantuan.
4) Menyuruh kepada kebaikan atau kebijakan (berbuat makruf).
5) Menahan diri dari kejahatan atau merusak.
4. Orang yang Berhak Menerima Shadaqah
Diantara orang-orang yang berhak menerima shadaqah adalah:
a. Orang-orang yang sholeh atau orang-orang yang ahli dalam kebaikan.
b. Orang yang paling dekat.
c. Orang yang sangat membutuhkan.
d. Orang kaya, keturunan Bani Hasyim, orang kafir, dan orang fasik. Orang
kaya dibolehkan menerima sedekah walaupun dari keluarganya, begitu
pula keturunan Bani Hasyim. Hanya saja mereka tidak boleh menrima
zakat.
e. Shadaqah kepada jenazah. Dibolehkan memberikan Shadaqah kepada
jenazah, seperti memberikan pahala Shadaqah pemberian makan,
minumam, dan pakaian. Juga diperbolehkan memeberikan Shadaqah
dengan doa menurut ijma’ ulama.
5. Syarat dan Rukun Shadaqah
a. Yang memberi (pemberi)
Syaratnya: orang yang berhak mengeluarkan hartanya dan memiliki
barang yang di berikan, maka anak kecil, orang gila tidak sah memberikan
harta bendanya.
b. Yang di beri (penerima)
Syaratnya: berhak memiliki, tidak sah kepada anak yang dalam
kandungan ibunya dan kepada binatang, karena keduanya tidak dapat
memiliki.

10
c. Ijab Kabul (serah terima)
Seperti kata pemberi, “Saya berikan ini kepada engkau”. Jawab penerima,
“Saya terima”. Kecuali sesuatu yang menurut kebiasaan memang tidak
dengan ijab kabul. Seperti bapak memberikan pakaian kepada anak yang
masih kecil.
d. Syarat barang yang di berikan
1) barang yang bisa di jual;
2) barang yang bisa diambil manfaatnya; dan
3) kalau berupa ucapan harus yang baik.

C. Manfaat Infaq dan Shadaqah


1. Manfaat Infaq
a. Pembuka Pintu Rezeki
Meskipun dalam infaq ada uang yang dikeluarkan, nyatanya tidak akan
membuat rezeki kita surut. Justru Allah akan membukakan pintu rezeki
kepada orang yang mau berinfaq, agar pemberi infaq lebih semangat dalam
berinfaq.
b. Di lipatgandakan oleh Allah
Salah satu manfaat lain infaq adalah dapat melipatgandakan rezeki,
karena Allah berfirman demikian di dalam Al Quran. Dengan mengetahui
manfaat ini, sudah saatnya kita semangat dalam menafkahkan harta di jalan
Allah melalui infaq.
c. Allah Mengganti Harta yang Dikeluarkan
Mengeluarkan harta untuk infaq tak akan membuat seseorang menjadi
miskin, justru ia akan menjadi semakin kaya.
d. Menaungi di Hari Kiamat
Allah telah menjanjikan kepada umat Islam bahwasanya barang siapa
yang selalu berbuat kebajikan salah satunya dengan membantu orang lain,
maka Allah akan memudahkan urusan-urusan orang tersebut.
Selain menambah harta, infaq juga dapat memberi pertolongan di hari
kiamat. Di hari kiamat, tidak ada manusia yang bisa menyelamatkan

11
sesamanya, karena semua manusia akan hancur diterjang dahsyatnya
kerusakan alam semesta. Namun, bagi orang yang gemar berinfaq ia akan
mendapat pertolongan oleh Allah melalui harta yang dikeluarkannya itu.
e. Membantu Meringankan Beban Orang Lain
Salah satu manfaat dari infaq adalah membantu sesama yang
membutuhkan. Dengan kata lain, orang-orang yang punya beban dapat
terbantu dengan adanya harta yang diinfakkan. Hal ini sama dengan sikap
gotong-royong untuk membuat suatu pekerjaan menjadi ringan, dalam hal ini
adalah meringankan beban orang lain.
f. Menumbuhkan Sikap Kepedulian
Peduli terhadap sesama merupakan sikap yang sangat disukai oleh
Allah, karena dengan sikap ini suatu hamba bisa mendekatkan diri kepada
Allah sekaligus menumbuhkan rasa kasih sayang sesama manusia. Islam
adalah agama perdamaian, maka dengan adanya sikap saling peduli antar
sesama perdamaian dapat dicapai. Inilah salah satu manfaat bersedekah atau
infaq, karena melalui infaq kita dapat merasakan kesusahan orang lain
sehingga dapat menumbuhkan kepedulian.
g. Menyucikan Jiwa dan Harta
Infaq dapat membersihkan jiwa dari sifat kikir dan tamak yang dapat
membuat hati menjadi kotor. Selain itu, dengan infaq kita juga bisa
menghindari sifat cinta dunia. Harta juga menjadi bersih karena hak orang-
orang yang membutuhkan sudah dipenuhi.
h. Bentuk Rasa Syukur
Banyaknya nikmat yang telah Allah berikan kepada kita bisa disyukuri
salah satunya dengan cara berinfaq menggunakan harta atau sesuatu yang sah
dijadikan barang infaq. Sesungguhnya orang-orang yang senantiasa bersyukur
akan ditambah nikmatnya oleh Allah SWT.
2. Manfaat Shadaqah
a. Shadaqah ialah penyuci dan pembersih.
b. Shadaqah ialah bentuk ketundukan kepada perintah Allah dan Rasul-Nya.
c. Orang mukmin berada dalam naungan shadaqahnya pada hari kiamat.

12
d. Shadaqah menghindarkan musibah dan menjauhkan kematian yang buruk.
e. Shadaqah ialah tanda dan bukti nyata keimanan yang benar.
f. Shadaqah ialah penebus bagi seorang muslim dari belenggu yang
mengikatnya.
g. Allah memberi ganti yang bershadaqah.
h. Pahala shadaqah tak terputus meskipun setelah penyedekah meninggal.
i. Shadaqah menghapus kesalahan.

D. Hikmah Infaq dan Shadaqah


Secara umum tujuan infaq dan shadaqah adalah untuk meningkatkan taraf
hidup dan mengangkat martabat manusia dari kemiskinan, sehingga di dalamnya
mengandung banyak hikmah, baik bagi orang yang mengeluarkan maupun bagi
orang yang menerimanya. Adapun hikmahnya adalah sebagai berikut:
1. Hikmah bagi orang yang mengeluarkan:
a. Sebagai ungkapan rasa syukur seseorang kepada Allah SWT. atas segala
limpahan nikmat dan rahmat yang diberikan kepadanya.
b. Dapat membersihkan diri dan harta, menjaga dan memelihara harta dari
incaran mata dan tangan para pendosa dan pencuri.
c. Memberikan motivasi untuk bekerja keras agar dapat sederajat dengan
orang lain.
d. Akan memperoleh pahala yang besar.
e. Menyucikan jiwa dari penyakit kikir dan bakhil.
2. Hikmah bagi orang yang menerimanya:
a. Dapat merasakan dan menikmati harta yang dimiliki oleh orang kaya.
b. Menghilangkan perasaan hasud, iri, dan dengki.
c. Dapat meringankan beban yang harus ditanggungnya.
d. Dapat tertolong kesulitan dan kesusahannya.
3. Hikmah bagi masyarakat:
a. Dapat menolong orang yang lemah dan susah.
b. Jurang pemisah antara si kaya dengan si miskin makin diperkacil.
c. Mendidik masyarakat untuk berjiwa dan memiliki kepedulian sosial.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Infaq adalah perbuatan yang mulia dan diperintahkan Allah SWT untuk
dilaksanakan oleh seluruh umat manusia. Shadaqah merupakan pemberian dari
seorang muslim secara sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu,
atau suatu pemberian yang dilakukan oleh seseorang sebagai kebajikan yang
mengharap ridha Allah swt dan pahala semata.
Adapun manfaat infaq, yaitu: Pembuka Pintu Rezeki, di lipatgandakan
oleh Allah, Allah Mengganti Harta yang Dikeluarkan, dll. Adapun manfaat
shadaqah, yaitu: shadaqah ialah penyuci dan pembersih, shadaqah ialah bentuk
ketundukan kepada perintah Allah dan Rasul-Nya, orang mukmin berada dalam
naungan shadaqahnya pada hari kiamat,dll.
Secara umum tujuan infaq dan shadaqah adalah untuk meningkatkan taraf
hidup dan mengangkat martabat manusia dari kemiskinan, sehingga di dalamnya
mengandung banyak hikmah, baik bagi orang yang mengeluarkan maupun bagi
orang yang menerimanya. Adapun hikmahnya adalah sebagai berikut: hikmah
bagi orang yang mengeluarkan, hikmah bagi orang yang menerimanya, dan
hikmah bagi masyarakat.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abidah, Atik. 2011. “Zakat Filantropi dalam Islam”. Ponorogo: Tim Stain
Ponorogo Press
Ath-Tharsyah, Adnan. 2004. “Anda dan Harta”. Jakarta: Pustaka Al-Kausar
Diana, Ilfi Nur. 2008. “Hadis-Hadis Ekonomi”. Malang: UIN-Maliki Press
Hasbiyallah. 2017. “Fiqh dan Ushul Fiqh”. Bandung: Remaja Rosdakarya
Muhammad. 2008. “Paradigma, Metodelogi dan Aplikasi Ekonomi Syariah”.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Nurhayati, Sri. 2014. “Akuntansi Syariah di Indonesia”. Jakarta: Salemba Empat
Noor, Ruslan Abdul Ghofur. 2013. “Konsep Distribusi dalam Ekonomi Islam”.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Risysa, Subki. 2009. “Zakat Pengentasan Kemiskinan”. Jakarta: PP. Laziz NU
Sari, Elsi Kartika. 2006. “Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf”. Jakarta: PT
Grasindo
Syafei, Rahmat. 2001. “Fiqih Muamalah”. Bandung: Pustaka Setia
Yasin, M. 2014. “Fiqih: Buku Siswa”. Bandung: Direktorat Pendidikan Madrasah

15

Anda mungkin juga menyukai