Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

AL-QU’AN DAN HADIST

HADIST TENTANG SHODAQOH

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Abdul Wadud Nafis,LC.,M.EI.

KELOMPOK D

No. NIM NAMA


1 170810102042 Vellya Shandra Dwi Fittri Anggraeni
2 170810102051 Al Titho Aprilianto Prasidiq
3 170810102074 Ahmad Roby Ainun Naim
4 170810102086 Nur Lailatul Latifah

KELAS A

EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JEMBER

TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Hadist Tentang Shodaqoh” tepat pada
waktunya. Penulisan makalah ini merupakan tugas yang diberikan dalam mata kuliah Al-Quran
dan Hadist Ekonomi.
Kami merasa masih banyak kekurangan baik dalam teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak demi penyempurnaan penulisan makalah ini.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak
yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini, khususnya kepada dosen yang
telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
ini.

Akhir kata, kami berharap semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
maupun rekan-rekan, sehingga dapat menambah pengetahuan kita bersama.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jember, 21 September 2018

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................2
BAB 1.........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................................5
1.3 Tujuan Masalah...............................................................................................................................5
BAB 2.........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
2.1 Pengertian Shodaqoh.......................................................................................................................6
2.2 Sejarah dan Dasar Hukum Shodaqoh............................................................................................7
2.3 Bentuk-bentuk Shodaqoh................................................................................................................9
2.4 Penerima Sedekah.........................................................................................................................10
2.5 Waktu Sedekah..............................................................................................................................13
2.6 Keutamaan Shodaqoh...................................................................................................................15
2.7 Adab-adab sedekah........................................................................................................................16
2.8 Hal-hal yang membatalkan sedekah............................................................................................18
BAB 3.......................................................................................................................................................21
PENUTUP................................................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................22

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam merupakan agama rahmatan lil ‘alamiin yang dengan kedatangannya ke muka bumi ini
membawa segudang petunjuk serta solusi bagi dilematika kehidupan manusia. Namun
sayang, fakta yang terjadi hari ini justru sebaliknya. Islam tidak lagi menjadi the way of live
bagi manusia, sehingga petunjuk itu tinggallah petunjuk yang sekedar diketahui tanpa ada
penerapan yang nyata.

Maka tidak salah jika kemudian menimbulkan akibat yang meresahkan hidup manusia itu
sendiri. Kemiskinan dan kesenjangan sosial merebak kemana-mana, semakin tertindasnya si
miskin dan semakin sejahteranya si kaya. Padahal jelas, hal itu tidak diperkenankan di dalam
islam.

Tidak hanya itu, permasalahan ekonomi utamanya krisis ekonomi menjadi polemik yang tak
berkesudahan. Pasalnya, semakin hari masyarakat meresa uang tidak lagi ada nilainya untuk
memenuhi kebutuhan. Uang tidak cukup hanya sebagai alat tukar, melainkan bereinkarnasi
menjadi komoditas yang merajai manusia.

Akhirnya perlahan manusia hidup tidak lagi sebagai fitrahnya, yaitu beribadah kepada Allah
Subhanahuwata’alah melainkan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Ambisi tersebut
yang kemudian membuat umat manusia tidak lagi peduli terhadap sesama bahkan menjadi
semakin kikir dan bakhil untuk menginfakkan sebagian dari hartanya.
Padahal Allah telah berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 261:

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di


jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-
tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.
Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

4
Dalam ayat tersebut Allah menjanjikan secara gamblang pahala bagi orang yang membelanjakan
hartanya dijalan Allah, serta Allah kembali meyakinkan bahwa Allah memeiliki karunia yang
begitu luas untuk hambanya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Shodaqoh atau Sedekah?
2. Bagaimana sejarah dan dasar hukum Shodaqoh?
3. Apa saja bentuk-bentuk Shodaqoh?
4. Siapa saja orang yang berhak menerima Shodaqoh?
5. Kapan waktu untuk bershodaqoh?
6. Apa keutamaan Shodaqoh?
7. Bagaimana adab-adab dalam bershodaqoh?
8. Apa saja hal-hal yang dapat membatalkan Shodaqoh?

1.3 Tujuan Masalah


1. Mengetahui pengertian Shodaqoh
2. Mengetahui sejarah dan dasar hukum Shodaqoh
3. Mengetahui bentuk-bentuk Shodaqoh
4. Mengetahui siapa saja orang yang berhak menerima Shodaqoh
5. Mengetahui waktu yang tepat untuk bershodaqoh
6. Mengetahui keutamaan shodaqoh
7. Mengetahui adab-adab bershodaqoh
8. Mengetahui hal-hal yang membatalkan shodaqoh

5
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Shodaqoh


Shodaqoh berasal dari bahasa arab yang di dalam bahasa indonesia diartikan dengan sedekah
yaitu suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan
sukarela tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu dan jumlah tertentu. Shodaqoh juga berarti suatu
pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridha Allah SWT
dan pahala semata. Shodaqoh berasal dari kata shiddiq yang berarti benar. Maka shodaqoh secara
bahasa adalah sesuatu yang diberikan dengan tujuan mendekatkan diri pada Allah SWT1. Adapun
menurut terminologi syari’at, pengertian dan hukum shodaqoh sama dengan infak. Akan tetapi,
sedekah mencakup arti yang lebih luas dan menyangkut hal-hal yang bersifat nonmaterial2.

Menurut Sayyid Sabiq, shodaqoh tidak terbatas pada satu jenis tertentu dari amal-amal
kebjikan, tetapi prinsipnya adalah bahwa setiap kebajikan itu berarti shodaqoh. Dalam hadist-
hadist Nabi SAW, kata shodaqoh mempunyai makna yang lebih luas dari pada sekedar menolong
orang lain dengan uang atau barang. Setiap perbuatan kebajikan adalah shodaqoh, baik yang
berupa harta, tenaga maupun pikiran3. Perintah untuk bershodaqoh banyak tercantum dalam Al-
Qur’an dan Hadist. Sebagaimana tersebut di bawah ini :

Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 114 :

Artinya :

Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang
yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian

1
Abdus Sami, “Dampak Shadaqah Pada Keberlangsungan Usaha” JESTT Vol.1 No.3, Maret 2014, hal 209.

2
Beni, Skripsi : “Sedekah Dalam Perspektif Hadist”(Jakarta:UIN Syarif Hidayatullah, 2014),Hal.14.

3
Mardiah Ratnasari : “Konsep Sedekah Dalam Perspektif Pendidikan Islam”(Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga,2013),
Hal 64.

6
di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah,
maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.

2.2 Sejarah dan Dasar Hukum Shodaqoh


Shodaqoh yang bersifat sukarela pertama kali ditetapkan di Mekah dengan nama zakat.
Kemudian di Madinah diperkenalkan dengan istilah shodaqoh. Pijakan disyariatkan dan
dianjurkan shodaqoh dapat ditemukan dalam beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadist. Berikut ini
sebagian dasar dari diisyaratkannya dan dianjurkannya sedekah dari Al-Qur’an dan Hadist :

Al-Anbiya’ (21) : 73

Artinya :

Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan
perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan
sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah.

Al-Mujadalah (58) : 12

Artinya :

7
Hai orang-orang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul
hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum pembicaraan itu. Yang
demikian itu lebih baik bagimu dan lebih bersih; jika kamu tidak memperoleh (yang akan
disedekahkan) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Al-Mu’minun ayat 4

‫نف اَ عع ل ل وُ نن لع ل ززززنك اَ عة له مم نوُ اَ زلززعذ يِ نن‬

Artinya :

dan orang-orang yang menunaikan zakat,

Dari beberapa ayat tersebut, secara jelas bahwa anjuran sedekah sudah Allah SWT berikan
kepada kaum muslimin sejak di Mekah dengan istilah zakat. Buktinya beberapa ayat di atas
merupakan salah satu surah Makkiyah, yang mana salah satu pokok-pokok kandungannya yaitu
bagi yang memiliki harta benda diperintahkan supaya mau mengeluarkan zakat dan
menyampaikannya kepada orang-orang yang berhak menerimanya, sebab dengan zakat tersebut
menolong saudara-saudaranya yang kekurangan dan kesukaran. Dan dengan zakat pula akan
dapat menentramkan masyarakat serta berani berkorban untuk membela agama. Dan perintah
zakat ini ditanggapi positif oleh umat Islam ketika itu, sehingga tidak sedikit dari para sahabat
Nabi yang ikhlas mengeluarkan hartanya, demi mengharap ridha Allah SWT. Apalagi ketika itu,
praktek riba sudah banyak berkembang di masyarakat Mekah. Sehingga zakat adalah solusi
terbaik untuk mengatasi kekurangan dan kesukaran hidup.

Selain Al-Quran, di dalam Hadist juga perintah untuk bershodaqoh.

Diriwayatkan dari Abu Hurairoh R.A. ia berkata : seseorang datang menemui Rasulullah SAW
dan bertanya, “wahai Rasulullah, shodaqoh yang bagaimanakah yang paling besar pahalanya?”
beliau bersabda :

‫ للففلننن نكنذاَ نوللففلننن نكنذاَ نوقندد نكاَنن‬:‫ت‬ ‫ نولن تفدملهدل نحتتىَّ إلنذاَ بنلننغ ل‬,َّ‫شىَّ اَلفندقنر نتأَفمفل اَللغننى‬
‫ قفدل ن‬,ْ‫ت اَدلفحدلقفدوم‬ ‫ص تندخ ن‬
‫صلحديصح نحلردي ص‬ ‫ق نواَدن ن‬
‫ت ن‬ ‫أندن ت ن‬
‫صتد ن‬
‫للففلننن‬

"Engkau berShodaqoh dalam keadaan sehat, amat membutuhkannya, khawatir miskin, dan
berangan-angan menjadi kaya. janganlah menunda-nunda (Shodaqoh) sehinggga jika ajal telah
sampai ke kerongkongan engkau berkata, 'untuk si fulan sekian, untuk si fulan sekian.' padahal
memang harta itu untuk si fulan."

8
Dari Abu Hurairah r.a. katanya : Sabda Rasulullah SAW : Setiap persendian manusia mempunyai
kewajiban bersedekah setiap hari ketika matahari terbit. Engkau berlaku adil antara dua orang
adalah sedekah. Engkau membantu seseorang dengan cara mengangkatnya naik ke atas
kendaraannya atau engkau angkatkan barang-barangnya ke atas kendaraan adalah sedekah. Kata-
kata yang baik adalah sedekah. Setiap langkah menuju shalat adalah sedekah. Dan
menyingkirkan duri dari jalan adalah sedekah.(HR. Muslim).

2.3 Bentuk-bentuk Shodaqoh


Sedekah dalam konsep Islam mempunyai arti yang luas, tidak hanya terbatas pada pemberian
sesuatu yang sifatnya materil kepada orang-orang miskin, tetapi lebih dari itu, sedekah
mencakup perbuatan kebaikan, baik bersifat fisik, maupun nonfisik. Bentuk-bentuk sedekah
dalam ajaran Islam dapat dilihat pada beberapa hadis Nabi Muhammad Saw.

Diantara bentuk-bentuk sedekah berdasarkan hadits-hadits Nabi Saw :

1. Memberikan sesuatu dalam bentuk materi kepada orang miskin.


2. Bekerja dengan dua tangannya hingga memberi manfaat untuk dirinya, membantu orang
yang membutuhkan pertolongan, melakukan perbuatan baik, dan menahan dari diri dari
keburukan.
3. Mendamaikan dua orang yang berselisih dengan adil, menyingkirkan rintangan atau duri
dari jalan, dan melangkahkan kaki untuk mengerjakan shalat.
4. Membaca tasbih, tahlil, tahmid, takbir, dan istighfar.
5. Menyuruh berbuat baik, mencegah yang jahat, mengajari orang hingga mengerti, dan
mencampuri istri.
6. Mengucapkan perkataan yang baik.
7. Memberi pinjaman atau hutang.
8. Setiap berbuat kebajikan, salah satunya yaitu memberikan senyuman kepada orang lain.

9
2.4 Penerima Sedekah
Sedekah dianjurkan kepada setiap orang yang beriman, baik miskin maupun kaya, baik
orang yang kuat maupun orang lemah, baik laki-laki maupun perempuan, baik yang muda
maupun yang tua, baik yang lapang rezekinya maupun yang sempit, baik yang bakhil maupun
yang dermawan.4

Dari segi penerima, sedekah dapat diterima siapa saja dengan skala prioritas sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan penerima sedekah, karena tidak ada batasan yang mengatur
didalamnya. Akan tetapi, orang yang paling layak menerima sedekah seseorang adalah anaknya,
keluarga, dan kerabatnya. Tidak boleh ia bersedekah kepada orang lain, jika yang akan
disedekahkan itu diperlukannya sebagai nafkah hidup dirinya dan keluarganya.

1. Rasulullah Saw bersabda,

‫قال النبي صلى اا عليه وسلم اليد العليا خير من اليد السفلى وابدأ بمن تعول وخير الصدقة عن ظهر‬

‫غنى ومن يستعفف يعفه اا ومن يستغن يغنه اا‬.

“Nabi Saw bersabda: Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang dibawah. Dan
berilah lebih dahulu kepada orang-orang yang engkau belanjai. Dan sebaik-baik sedekah ialah
sedekah yang sesudah kita berikan, masih ada sisa yang cukup bagi kita. Barang siapa
memelihara diri dari yang haram dan meminta-minta, niscaya Allah menjadikannya orang yang
terpelihara. Dan barang siapa memohon kepada Allah supaya diberi kecukupan, niscaya Allah
memberinya kecukupan.” (HR al-Bukhari)5

2. Rasulullah Saw bersabda,

‫قال رسول اا صلى اا عليه وسلم كفى بالمرء إثما أن يحبس عمن يملك قوته‬.

“Cukup besarlah dosa seseorang jika ia menyia-nyiakan tanggungannya.”

(HR Muslim dan Abu Daud)6


4
Reza Pahlevi Dalimunthe, 100 Kesalahan dalam Sedekah (Jakarta: PT AgroMedia

Pustaka, 2010), h. 13.

5
Al-Zabidi, Ringkasan Shahih al-Bukhari, h. 290.

6
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, h. 18.

10
3. Rasulullah Saw bersabda,

‫قال رسول اا صلى اا عليه وسلم أفضل الصدقة الصدقة على ذي الرحم الكاشح‬.

“Sedekah yang paling utama ialah sedekah kepada kaum kerabat yang memendam rasa
permusuhan.” (HR al-Thabrani dan al-Hakim yang menyatakan kesahihannya)7

4. Rasulullah Saw bersabda,

‫ جهد المقل و ابدأ بمن‬:‫ اي الصدقة أفضل؟ قال‬:‫ قيل يا رسول اا‬: ‫عن أبي هريرة رضي اا عنه قال‬

‫ اخرجه احمد وابوداود وصححه ابن خزيمة و ابن حبان والحاكم‬.‫تعول‬.

“Abu Hurairah r.a. berkata, “Pernah ditanyakan kepada Rasulullah Saw,‘Wahai Rasulullah,
sedekah apakah yang paling utama itu? ‘Beliau menjawab,‘ialah sedekah untuk orang yang
dalam kesusahan dan selalu kekurangan. Dan dahulukan orang yang banyak
tanggungannya.”(HR. Abu Daud dan disahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan al-
Hakim)8

5. Rasulullah Saw bersabda,

‫تصدقوا فقال رجل يا رسول اا عندي دينار قال تصدق به على نفسك قال عندي آخر قال تصدق‬

‫به على ولدك قال عندي آخر فقال تصدق به على خادمك قال عندي آخر قال أنت أبصربه‬.

“Bersedekahlah kalian!” Seorang lelaki bertanya, “Wahai Rasulullah, aku mempunyai satu
dinar.” Beliau menjawab, “Sedekahkanlah ia untuk dirimu sendiri.” Lelaki itu berkata, “Aku
mempunyai satu dinar lainnya.” Beliau bersabda, ‘Sedekahkanlah ia untuk anakmu.” Lelaki itu
berkata, ‘Aku mempunyai yang lainnya. Beliau bersabda, ‘Sedekahkanlah ia untuk pelayanmu.”
‘Lelaki itu berkata,‘Aku mempunyai yang lainnya lagi. Beliau bersabda, “Engkau lebih
mengetahuinya.” (HR Abu Daud dan al-Nasa’i serta dinilai sahih oleh Ibnu Hibban dan Imam al-
Hakim)9
7
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, h. 18-19.

8
23Ahmad Muhammad Yusuf, Himpunan Dalil dalam al-Qur’an dan Hadis, Jilid 3 (Jakarta:

PT Segoro Madu Pustaka, 2008), h. 307.

9
24Abbas al-Maliki Hasan Sulaiman al-Nuri, Penjelasan Hukum-hukum Syari’at Islam, h. 1049.

11
6. Rasulullah Saw bersabda,

‫هلل وابدأ بمن تعول‬،‫ » جهد المقل‬: ‫هلل أي الصدقة أفضل؟ قال‬،‫يا رسول اا‬.

“Wahai Rasulullah Saw, sedekah apa yang paling utama? Rasulullah SAW menjawab, ‘Sedekah
dari hasil usaha keras orang yang pas-pasan, dan mulailah dengan orang yang menjadi tanggung
jawabmu.” (HR Abu Daud dan Ibnu Khuzaimah)10

7. Rasulullah Saw bersabda,

‫إذا كان أحدكم فقيرا فليبدأ بنفسه وإن كان فضل فعلى عياله وإن كان فضل فعلى قرابته أو قال‬:

‫على ذي رحمه وإن كان فضل فها هنا وها هنا‬.

“Jika salah seorang diantaramu miskin, hendaknya dimulai dengan dirinya. Dan jika dalam itu
ada kelebihan, barulah diberikan untuk keluarganya. Lalu apabila ada kelebihan lagi, maka untuk
kerabatnya,”atau sabdanya, “untuk yang ada hubungan kekeluargaan dengannya. Kemudian
apabila masih ada kelebihan, barulah untuk ini dan itu. (HR Ahmad dan Muslim)11

Dari hadis-hadis di atas, bisa disimpulkan bahwa diantara penerima sedekah yang dianjurkan,
yaitu: anak dan keluarga, kerabat yang mahram dan bukan mahram, tetangga, delapan golongan,
anak yatim, janda, anak-anak berprestasi yang kekurangan biaya melanjutkan sekolah, dan
membangun fasilitas yang bermanfaat untuk umum, seperti sarana ibadah, pendidikan,
kesehatan, dan lain- lain selama tidak melanggar syari’at.12

Dari segi yang disedekahkan, sedekah yang diberikan tidak terbatas pada harta secara fisik,
perkataan yang baik, tenaga, memberi maaf kepada orang lain, memberi pertolongan kepada
yang membutuhkan baik materi atau sumbangsih ide atau pikiran, mengasih solusi masalah,
melainkan mencakup semua kebaikan.13
10
M. Nashiruddin al-Albani, Shahih al-Targhib wa al-Tarhib, Jilid 2. Penerjemah Izzudin

Karimi dkk. (Jakarta: Pustaka Sahifa, 2007 ), h. 272.

11
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, h. 18.

12
Ahmad Gaus AF, Filantropi dalam Masyarakat Islam (Jakarta: PT Elex Media

Komputindo, 2008), h. 21.

13
Reza Pahlevi Dalimunthe, 100 Kesalahan dalam Sedekah, h. 16.

12
Selain itu juga, sedekah lebih utama diberikan kepada musuh untuk meredakan ketegangan, dan
kepada aktivis sosial yang benar-benar membutuhkan.

2.5 Waktu Sedekah


Waktu bersedekah bebas kapan saja dan dimana saja. Namun, ada keadaan-keadaan tertentu dari
manusia yang menjadi waktu primer untuk mengeluarkan sedekah, yaitu waktu sehat, waktu
sedang kikir, waktu sedang takut miskin, waktu sedang berharap kaya.14

Sebagaimana dijelaskan dalam hadis Nabi berikut,

‫ يا رسول اا أي‬:‫ أتى رسول اا صلى اا عليه وسلم رجل فقال‬:‫عن أبي هريرةرضي اا عنه قال‬

‫ أن تصدق وأنت صحيح شحيح تخشى الفقر وتأمل الغنى ول تمهل حتى إذا بلغت‬:‫الصدقة أعظم؟ فقال‬

‫ لفلن كذا و لفلن كذا أل وقد كان لفلن‬:‫الحلقوم قلت‬.

“Dari Abu Hurairah r.a., dia berkata, “Seseorang lelaki mendatangi Rasulullah, dan bertanya,
‘Wahai Rasulullah apakah sedekah yang paling baik? Beliau menjawab, ‘Kamu bersedekah
ketika kamu sehat lagi kikir, kamu takut menjadi miskin dan ingin kaya. Janganlah kamu
menunda-nunda sedekah hingga ajalmu telah sampai di tenggorokan, sehingga saat itu kamu
akan berkata, “Berikanlah kepada si fulan begini dan kepada si fulan begitu, “dan ingatlah
sedangkan hartanya ketika itu memang untuk si fulan.” (HR. Muslim)15

Hakim ibnu Hizam r.a.

‫اليد العليا خير من اليد السفلى وابدأ بمن تعول وخير الصدقة عن ظهر غنى ومن يستعفف يعفه اا ومن‬

‫يستغن اا‬.

“Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah, dan mulailah dengan orang yang engkau
tanggung. Sebaik-baik sedekah ialah yang dilakukan dalam keadaan berkecukupan, dan barang
siapa yang memelihara dirinya dari meminta-minta, niscaya Allah akan memelihara

14
Reza Pahlevi Dalimunthe, 100 Kesalahan dalam Sedekah, h. 12.

15
Al-Mundziri, Ringkasan Sahih Muslim, h. 306-307.

13
kehormatannya, dan barang siapa yang merasa berkecukupan, niscaya Allah akan memberinya
kecukupan.”16 (Muttafaq‘ Alaih)17

Sedekah dalam Islam sangat dianjurkan dan sangat baik dilakukan setiap saat. Di dalam al-
Qur’an banyak sekali ayat yang menganjurkan kaum muslimin untuk senantiasa bersedekah.
Diantara ayat yang dimaksud adalah firman Allah SWT pada surat an-Nisa' ayat 114:

‫ح بنيينن النناَّ س‬
‫س‬ ‫ف أنيو إس ي‬
‫صنل ح‬ ‫صندقنحة أنيو نميعررو ح‬
‫ۚ نل نخيينر سفيِ نكسثيحر سمين ننيجنواهريم إسنل نمين أننمنر بس ن‬

(١١٤) َّ‫ف نريؤستيسه أنيجمرا نعسظيمما‬ ‫ت ن‬


‫اس فننسيو ن‬ ‫نونمين ينيفنعيل ذنذلس ن‬
‫ك ايبتسنغاَّنء نمير ن‬
‫ضاَّ س‬

“Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka kecuali pembicaraan rahasia dari
orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan perdamaian
di antara manusia. Barang siapa berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak
kami akan memberinya pahala besar.” 18

Adapun Rasulullah Saw adalah seorang yang sangat menganjurkan memperbanyak sedekah
dalam setiap keadaan. Buktinya, beliau adalah orang yang paling dermawan di bulan Ramadan,
dalam urusan-urusan penting, keadaan sakit, dalam perjalanan, dalam peperangan dan haji,19
serta dalam waktu-waktu yang mulia seperti 10 hari dalam bulan Dzulhijjah, dua hari raya, hari
Jumat, dan tempat-tempat yang mulia misalnya Mekah dan Medinah.20

16
Abbas al-Maliki Hasan Sulaiman al-Nuri, Penjelasan Hukum-hukum Syari’at Islam, h.

1045.

17
Muttafaq ‘Alaih adalah hadis yang telah disepakati oleh kedua imam hadis al-Bukhari

dan Muslim. Dan menurut al-Hafidz Ibnu Hajar, bahwa persepakatan antara kedua imam itu

maksudnya ialah persesuaian keduanya dalam mentakhrijkan asal hadis dari shahaby, kendatipun

terdapat perbedaan-perbedaan dalam gaya bahasa. Lihat, Fathur Rahman, Ikhtishar Musthalahul

Hadits, (Bandung: PT al-Ma’arif, 1974), h. 124-125.

18
Tim Syaamil al-Qur’an, Syaamil al-Qur’an Miracle The Reference, h. 191.

19
Ahmad Isa Asyur, al-Fiqhul Muyassar. Penerjemah Zaid Husein Alhamid (Jakarta:

Pustaka Amani, t.t.), h. 197.

20
‘Aliy As’ad, Terjemah Fathul Mu’in, Jilid 2 (Yogyakarta: Menara Kudus, 1980.), h. 54.

14
2.6 Keutamaan Shodaqoh
Setiap kebaikan memiliki keutamaan-keutamaan. Ada yang banyak ada pula yang sedikit, begitu
pula dengan sedekah. Sedekah memiliki keutamaan bagi pengamalnya dan keutamaan itulah
yang membuat Rasulullah SAW menganjurkan kepada umatnya untuk banyak bersedekah

1. Al-Qur’an
Allah SWT berfirman :

Artimya : “Sesungguhnya orang-orang yang membenarkan (Allah dan Rasul-Nya) baik laki-laki
maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan
dilipatgandakan (pembayarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.”

2. Hadits

Klasifikasi keutamaan-keutamaan sedekah berdasarkan hadits yang perinciannya terdapat


sebagai berikut :

1. Amal kebaikan yang dapat menyusul orang mukmin setelah ajal tiba
2. Allah SWT akan memberikan naungan pa`da hari kiamat
3. Ahli sedekah akan dipanggil di surga dari pintu sedekah
4. Sedekah tidak akan mengurangi harta kita
5. Sedekah merupakan jalan terbaik untuk membantu orang klain
6. Sedekah adalah termasuk amal-amal sholeh yang utama
7. Sedekah dapat memadamkan panasnya kubur
8. Sedekah dapat meredam murka Allah SWT
9. Orang yang bersedekah akan didoakan malaikat
10. Allah SWT akan menghilangkan segala kesulitan disaat melintasi jembatan sirathal
mustaqim

2.7 Adab-adab sedekah


Bersedekah merupakan amal sholeh yang paling agung bahkan amal yang terbaik untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bersedekah juga menjadi sebab dihindarkannya diri

15
seseorang dari azab kubur dan mendapat naungan dari Allah SWT pada hari kiamat. Apalagi
jika orang yang mengeluarkan sedekah memperhatikan adab-adabnya. Diantaranya sebagai
berikut :
a. Diiringi dengan bismillah
Mengiringi setiap aktivitas sedekah dengan bacaan bismillah sebab ini merupakan
perkara yang amat besar
b. Niat yang tulus
Hendaklah setiap orang yang bersedekah untuk meluruskan niatnya karena tujuannya
untuk mencari ridho Allah SWT dan bukan karena riya’ atau ingin dipuji orang
c. Ikhlas dalam bersedekah

Seseorang wajib mengikhlaskan niat karena Allah SWT semata dan mencari keridhoan-Nya.
Jika tidak ada rasa ikhlas, maka pahala sedekah akan gugur, karena dalam islam ikhlas
merupakan kunci diterima tidaknya ibadah seseorang dihadapan Allah SWT Dalam konteks
sedekah, ikhlas memiliki beberapa makna. Pertama, ihlas dalam arti melakukan sedekah
dalam rangka beribadah kepada Allah SWT dan tidak mengharapkan imbalan dari-Nya
maupun dari manusia terlebih lagi untuk mencari pujian dan dianggap sebagai orang yang
dermawan semata. Kedua, ikhlas melahirkan syukur yang lahir dari pemahaman dan
keyakinan bahwa rezekidan harta yang dimiliki tidak lain bersumber dari Allah SWT sehingga
tidak ada keraguandalam menyedekahkan hartanya

d. Hendaklah sedekah dari harta yang baik


Bersedkah dari harta yang halal merupakan sebab diterimanya amal sedekah yang akan
menghasilkan pahala
e. Memberikan sedekah kepada orang yang membutuhkan
Hendaklah orang-orang yang bersedekah berusaha memberikan sedekahnya kepada orang yang
membutuhkan dari kalangan orang fakir, miskin, orang yang terlilit hutang dan orang-orang lain
yang membutuhkan
f. Mendahulukan sedekah kepada sahabat dekat
Rasulullah SAW bersabda :
‫هلل صدقة وصلة‬،‫هلل وعلى القريب صدقتان‬،‫الصدقة على المسكين صدقة‬
“Bersedekah kepada orang miskin bernilai 1 sedekah dan sedekah kepada orang yang memiliki
hubungan yang dekat mempunyai 2 nilai, pahala sedekah dan pahala menyambung silaturahmi”
(HR. Al-Darimi)
g. Merahasiakan sedekah kecuali untuk suatu hal kepentingan
Dianjurkan setiap muslim jika bersedekah untuk merahasiakannya dari orang lain sebisa mungkin
karena sesungguhnya hal itu lebih dekat kepada keikhlasan serta lebih menjaga diri dan
kehormatan orang yang menerimanya

16
Allah SWT berfirman :

Artinya : “ Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu
menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih
baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqoroh : 271)

Rasulullah SAW bersabda :

‫صندقنحة فنأ نيخفناَّهناَّ نحنتىَّ نل تنيعلننم سشنماَّلرهر نماَّ ترينفس ر‬


...‫ق ينسميينرره‬ ‫صند ن‬
‫ق بس ن‬ ‫نونررجلُل تن ن‬...

Artinya : “Seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga
tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya...” (HR. Muslim)

h. Istiqomah dalam bersedekah

Istiqomah merupakan salah satu sikap mental yang dimiliki orang mukmin. Dalam konteks sedekah
biasanya orang bersedekah ketika mendapat rezeki yang banyak, sedangkan saat kesusahan enggan
atau lupa untuk bersedekah. Padahal belum ada orang yang miskin karena menyedekahkan hartanya.
Sebaliknya orang yang istiqomah dalam bersedekah akan senantiasa mendapatkan keberkahan dalam
hidupnya.

Rasulullah bersabda :

‫صبسرح ايلسعبناَّرد سفيسه إسلن نملننكاَّسن ينينههسزلنسن فنينقرههورل أننحههردهرنماَّ اللنهرههنم‬


‫نماَّ سمين ينيوحم ير ي‬
َّ‫ نوينرقورل النخرر اللنهرنم أنيعسط رميمسسمكاَّ تنلنفما‬، َّ‫أنيعسط رمينفسقماَّ نخلنفما‬

Artinya : “Ketika hamba berada di setiap pagi, ada dua malaikat yang turun dan berdoa, “Ya
Allah berikanlah ganti pada yang gemar berinfak (rajin memberi nafkah pada keluarga).”

17
Malaikat yang lain berdoa, “Ya Allah, berikanlah kebangkrutan bagi yang enggan bersedekah
(memberi nafkah).” (HR. Bukhari no. 1442 dan Muslim no. 1010)

2.8 Hal-hal yang membatalkan sedekah


Al-Qur’an memberitahukan bahwa ada beberapa hal yang dapat membatalkan sedekah,
dalam artian pahala sedekah yang diberikan oleh Allah SWT menjadi gugur.
1. Al-Mann (membangkit-bangkitkan) artinya seseorang yang bersedekah kemudian terus
mengingat dan menyebut-nyebutnya dihadapan orang banyak agar mengetahui nahwa ia
telah bersedekah. Allah SWT berfirman :
2. Al-Adha (menyakiti) artinya seseorang yang telah bersedekah kemudian dengan bersekah
itu ia menyakiti hati orang yang menerimanya, baik dengan ucapan maupun dengan
perbuatannya
3. Riya’ (memperlihatkan) artinya seseorang menunjukkan atau memamerkan pada orang
lain bahwa ia telah bersedekah. Misalnya : bersedekah dihadapan orang banyak padahal
disaat sepi tidak mau bersedekah atau mempublikasikannya dengan maksud untuk
mendapat pujian dari orang lain dan ingin dianggap orang lain sebagai orang yang
dermawan

Ketiga hal itu oleh Allah SWT disebut sebagai perbuatan yang dapat membatalkan dan
menggugurkan sedekah. Orang yang seperti itu tidak akan mendapat sedikit pun pahala dari
sedekahnya. Allah SWT berfirman :

Artinya : “Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak
mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan
dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan
mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
(QS. Al-Baqoroh : 262)

18
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)
sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti
orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya
ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah).
Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Baqoroh : 264)

4. Sum’ah (mendengar) artinya melakukan perbuatan agar orang lain mendengar apa yang
diperbuat lalu mereka memuji dan dia menjadi viral. Sum’ah juga bisa berarti
menceritakan dan membesar-besarkan amalan yang pernah dilakukan agar mendapat
tempat dihati serta mendapat perhatian

5. ‘Ujub dan Takabbur (membangga-banggakan diri dan sombong) artinya sikap


menunjukkan kelebihan dan kehebatan yang ada pada dirinya agar dipuji orang lain
kemudian menganggap orang lain lebih rendah dan hina kedudukannya dibanding
dirinya.

19
BAB 3

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, jelas bahwasannya shodaqoh atau sedekah merupakan sebagian
harta yang kita keluarkan kepada orang-orang yang membutuhkan. Hal itu dikarenakan
ada hak orang lain dalam harta kita yang wajibkan kita keluarkan. Dalam hal ini
Shodaqoh tidak harus berupa materi, melainkan juga kebaikan, saling emaafkan
kesalahan orang lain, membantu orang lain, berkata-kata yang baik, dan segala bentuk
kebaikan yang didasarkan atas mengharap ridha Allah Subhanahuwwata’alah.

Menurut nash-nash yang telah disampaiakn diatas kita hendaknya memenuhi kebutuhan
orang-orang terdekat kita terlebih dahulu sebelum memprioritaskan orang lain. Dan
Shodaqoh akan jauh lebih baik jika tidak diceritakan kepada orang lain demi menjaga
kehormatan pihak yang menerima kecuali atas dasar sesuatu yang berkepentingan maka
tidak mengapa.

Dari uraian diatas, mengingat begitu besar manfaat yang diperoleh ketika bersedekah,
pun juga tak lain adalah untuk beribadah dan mencari ridha Allah maka hendaknya kita
meningkatkan sedekah kita disatu sisi untuk membantu orang lain, dan disisi lain menjadi
salah satu tiket kita menuju Surga, Insya Allah, Aamiin.

20
DAFTAR PUSTAKA

Beni, 2014, SEDEKAH DALAM PERSPEKTIF HADIS, 14

Sumadi, 2017, OPTIMALISASI POTENSI DANA ZAKAT, INFAQ, SADAQAH DALAM


PEMERATAAN EKONOMI DI KABUPATEN SUKOHARJO (Studi Kasus di Badan Amil
Zakat Daerah Kab. Sukoharjo), Vol. 03, No. 01

Sami, A. 2014, DAMPAK SHADAQAH PADA KEBERLANGSUNGAN USAHA


(Studi Kasus: Testimoni 4 Pengusaha Muslim Di Surabaya), Vol. 1, No. 3

Ratnasari, M. 2013, KONSEP SEDEKAH DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM


(Studi Analisis Isi Terhadap Buku Ajar Fiqih di Madrasah)

21

Anda mungkin juga menyukai