Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH STUDI EKONOMI SYARIAH

AKAD QARDH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Dosen pengampu:
Prof. Dr. H. Abd. Hadi, M.Ag

Disusun oleh:
1. AHMAD WAAFIRIN (05010222002)
2. M. RAFI AFILA (05010222017)

PROGAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah Swt., yang telah memberikan nikmat sehat, Islam, iman, serta
ihsan sehingga dapat terselesaikanlah tugas penulisan makalah ini dalam rangka memenuhi
tugas mata kuliah “Fikih Transaksi keuangan Kontemporer”. Penulisan ini Saya buat sebagai
upaya untuk menambah wawasan serta pemahaman tentang “Qardh”. Sholawat serta salam
tak lupa kami haturkan kepada junjungan kami, suri tauladan kami yakni baginda Nabi
Muhammad Saw., yang telah membawa kita dari jurang yang penuh kegelapan menuju
lembah yang penuh akan cahaya.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan do’a serta motivasi dalam
membantu menyelesaikan penulisan makalah ini. Dan terima kasih kepada rekan-rekan Saya
yang telah meluangkan waktunya dan tenaga. Semoga Allah membalas atas apa yan telah
dikorbankan. Dan harapan Saya, semoga penulisan ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Penyusun

2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR............................................................................................................................................................. 2
Daftar Isi.................................................................................................................................................................................. 3
BAB I......................................................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN................................................................................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN...........................................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................................................ 6
TEORI....................................................................................................................................................................................... 6
A. Definisi Qardh........................................................................................................................................................ 6
B. Landasan Hukum Qardh....................................................................................................................................6
BAB III...................................................................................................................................................................................... 9
PEMBAHASAN...................................................................................................................................................................... 9
A. Objek Qardh............................................................................................................................................................ 9
D. Qardh dalam Bank Syariah............................................................................................................................10
E. Berakhirnya Akad Qardh................................................................................................................................10
F. Contoh Kasus....................................................................................................................................................... 11
BAB IV.................................................................................................................................................................................... 13
PENUTUP............................................................................................................................................................................. 13
Daftar Pustaka................................................................................................................................................................... 14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Utang piutang merupakan salah satu dari sekian banyak jenis kegiatan ekonomi yang
dikembangkan dan berlaku di masyarakat. Sebagai kegiatan ekonomi masyarakat, utang
piutang mempunyai sisi-sisi sosial yang sangat tinggi. Selain itu, utang piutang juga
mengandung nilai-nilai sosial untuk pengembangan perekonomian masyarakat. Hukum Islam
mengenai utang piutang atau pinjam meminjam termasuk dalam kategori fiqh mu’amalah.
Dengan demikian prinsip-prinsip Islam yang diterapkan dalam utang piutang atau pinjam
meminjam ini adalah prinsip-prinsip fiqh mu’amalah. Sehingga pengetahuan prinsip fiqh
mu’amalah ini penting terutama untuk melakukan kajian terhadap transaksi ekonomi modern
saat ini ditinjau dari perspektif fiqh. Oleh karena itulah, perkara hutang piutang ini penting
untuk diketahui oleh umat Islam agar nantinya bisa melaksanakan transaksi sesuai dengan
yang telah disyariatkan oleh Allah swt. (septiana, 17)
Qardh merupakan pinjaman kebajikan/lunak tanpa imbalan, biasanya untuk
pembelian barang-barang fungible (yaitu barang yang dapat diperkirakan dan diganti sesuai
berat, ukuran dan jumlahnya). Kata Qardh ini kemudian diadopsi menjadi credo (romawi),
credit (inggris), dan kredit (indonesia). Objek pinjaman Qardh biasanya adalah uang atau
alat tukar lainnya (saleh, 1992), yang merupakan transaksi pinjaman murni tanpa bunga
ketika peminjam mendapatkan uang tunai dari pemilik dana (dalam hal ini bank) dan hanya
wajib mengambalikan pokok utang pada waktu tertentu di masa yang akan datang.Invalid
source specified.
Distribusi kekayaan dan pendapatan yang merata bukan berarti sama rata
sebagaimana faham kaum komunisme, tetapi ajaran Islam telah mewajibkan setiap
individu untuk berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, dan sangat melarang
seseorang menjadi pengemis untuk menghidupi dirinya.
Dalam literatur Ekonomi Syariah, terdapat berbagai macam bentuk transaksi
kerjasama usaha, baik yang bersifat komersial maupun sosial, salah satu
berbentuk “qardh”. Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat
ditagih atau diminta kembali tanpa mengharapkan imbalan atau dengan kata
lain merupakan sebuah transaksi pinjam meminjam tanpa syarat tambahan pada
saat pengembalian pinjaman. Dalam literatur fiqh klasik, qardh dikategorikan
dalam aqd tathawwui atau akad tolong menolong dan bukan transaksi komersial.
Dalam Kehidupan yang bermasyarakat ini, yang mana cara interaksi antar
manusia sangatlah tinggi dan cara untuk bertahan hidup yang juga tinggi.Sehingga dalam
interaksi kehidupan manusia, hutang piutang adalah salah satu perkara yang tidak bisa
dipisahkan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Definisi dan Landasan Hukum Qardh?


2. Apa saja Rukun dan Syarat Qardh?
3. Kapan akhir waktu Qardh?

4
C. TUJUAN PENULISAN

1. Dapat mengetahui definisi dan landasan hukum Qardh


2. Mengetahui rukun dan syarat Qardh
3. Memahami akhir waktu Qardh

5
BAB II

TEORI

A. Definisi Qardh
Secara etimologi Qardh menurut Al-Bahuti yang dikutip dari buku karya imam mustofa
yaitu: “Qardh dengan harakat fathah atau kasrah pada huruf qaf, secara etimologi adalah
‘potongan’. Qardh adalah masdar dari kata qarada al-syai’ yang berarti memotong sesuatu.
Qardh adalah isim masdar yang bermakna al-iqtirad (meminta potongan). (Mustofa, 2016)
Menurut bahasa qardh berarti: memotong. Menurut istilah berarti: memberikan harta
kepada seseorang atas dasar belas-kasihan dan dia akan mengembalikan gantinya setelah
menggunakannya. (Subaily D. A.)
Secara etimologi, Qardh berasal dari kata qaradha-yaqridhu yang berarti al-qath‟
(memutuskan). Dikatakan qaradha syai‟a bi al miqradh (memutus sesuatu dengan gunting. Al
Qardh adalah sesuatu yang diberikan oleh pemilik untuk dibayar. (Mardani, 2013)
Sedangkan menurut istilah dalam kitab Tanwir al-Qulub dijelaskan bahwa Qard adalah
memberikan (menghutangkan) harta kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan, untuk
dikembalikan dengan pengganti yang sama dan dapat ditagih atau diminta kembali kapan saja
penghutang menghendaki. Akad Qardh ini diperbolehkan dengan tujuan meringankan
(menolong) beban orang lain. (Subaily D. A.)
Dasar hukum Qardh menurut Ijma’, para ulama telah menyepakati bahwa al-qardh boleh
dilakukan. Kesepakatan ulama ini didasari tabiat manusia yang tidak bisa hidup tanpa
pertolongan dan bantuan saudaranya. Tidak ada seorang pun yang memiliki segala barang
yang ia butuhkan. Oleh karena itu, pinjam-meminjam sudah menjadi satu bagian dari
kehidupan di dunia ini. Islam adalah agama yang sangat memperhatikan segenap kebutuhan
umatnya.
Dengan Penjelasan penjelas diatas, maka Qardh adalah transaksi pinjam meminjam yang
mana di perbolehkan asal tidak ada muncul kemanfaatan diantara keduanya atau salah satu.
Karena munculnya adanya kemanfaatan sama saja termasuk dari riba. Qardh adalah utang
poutang tanpa adanya imbalan.

(Fatwa Dewan Syaria Nasional tentang Al Qardh adalah Nomor 19/DSN-MUI/IV/2001)

B. Landasan Hukum Qardh

1. Firman Allah SWT, antara lain:

Ayat ini umum, mencakup seluruh jenis hutang termasuk qardh (hutang pinjaman uang
tunai).

... ‫يَأُّيَها اَّلِذ ْيَن آَم ُنْو ا ِإَذ ا َتَداَيْنُتْم ِبَد ْيِن ِإَلى َأَجٍل ُمَس ًّمى َفاْكُتُبْو ُه‬ 

6
"Hai orang yang beriman! Jika kamu bermu'amalah tidak secara tunai sampai waktu tertentu,
buatlah secara tertulis..." (QS. al-Baqarah [2]: 282)
‫َيآَأُّيَها اَّلِذ ْيَن آَم ُنْو ا َأْو ُفْو ا ِباْلُع ُقْو ِد‬ 
"Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu ..."
… ‫َو ِإْن َك اَن ُذ ْو ُعْس َر ٍة َفَنِظ َر ٌة ِإَلى َم ْيَسَرٍة‬ 
"Dan jika ia (orang yang berutang itu) dalam kesulitan, berilah tangguh sampai ia
berkelapangan…" (QS. al-Baqarah [2]: 280)
 Dalil hukum memberikan pinjaman
Firman Allah:
"Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan
hartanya di jalan Allah), maka Allah akan memperlipat gandakan pembayaran kepadanya
dengan lipat ganda yang banyak". (Al Baqarah: 245).
Allah menyebut amal shaleh sebagai pinjaman, karena hakekat orang yang beramal shaleh
menginginkan imbalannya di hari akhirat, begitu juga halnya orang yang memberikan
pinjaman mengharap gantinya. (Subaily D. y.)

2. Hadis-hadis Nabi s.a.w., antara lain:


‫ َو ُهللا ِفْي َعْو ِن اْلَع ْبِد َم اَداَم ا َع ْب ُد‬،‫ َفَّر َج ُهللا َع ْنُه ُك ْر َبًة ِم ْن ُك َر ِب َيْو ِم اْلِقَياَم ِة‬،‫َم ْن َفَّر َج َع ْن ُم ْس ِلٍم ُك ْر َبًة ِم ْن ُك َرِب الُّد ْنَيا‬
‫ْل‬ 
)‫ِفْي َعْو ِن َأِخ ْيِه (رواه مسلم‬
"Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia, Allah akan melepaskan
kesulitannya di hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka)
menolong saudaranya" (HR. Muslim)
)‫َم ْطُل اْلَغ ِنِّي ُظْلٌم … (رواه الجماعة‬ 
"Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah suatu kezaliman …"
(HR. Jama'ah)
)‫َلُّي اْلَو اِج ِد ُيِح ُّل ِع ْر َض ُه َو ُع ُقْو َبَتُه (رواه النسائي وأبو داود وابن ماجه وأحمد‬ 
"Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu menghalalkan harga diri dan
memberikan sanksi kepadanya" (HR. Nasa'i, Abu Daud, Ibn Majah, dan Ahmad)
)‫ِإَّن َخْيَر ُك ْم َأْح َس ُنُك ْم َقَض اًء (رواه البخاري‬ 
"Orang yang terbaik di antara kamu adalah orang yang paling baik dalam pembayaran
utangnya" (HR. Bukhari)

3. Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf:

‫الُّص ْلُح َج اِئٌز َبْيَن اْلُم ْس ِلِم يَن ِإَّال ُص ْلًحا َح َّر َم َح َالًال َأْو َأَح َّل َح َر اًم ا َو اْلُم ْس ِلُم وَن َع َلى ُش ُروِط ِهْم ِإَّال َش ْر ًطا َح َّر َم َح َالًال َأْو َأَح َّل‬
.‫َحَر اًم ا‬
"Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat
dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram."

7
4. Kaidah fiqh:

.‫ُك ُّل َقْر ٍض َج َّر َم ْنَفَع ًة َفُهَو ِرَبا‬


"Setiap utang piutang yang mendatangkan manfaat (bagi yang berpiutang, muqridh) adalah
riba."

Dalam Al Quran maupun Hadits diatas telah jelas disebutkan bahwa hutang piutang itu
dasarnya adalah boleh. Sehingga transaksi pinjam meminjam atau qardh itu diperbolehkan
dengan syarat tidak ada kedzaliman dan mendatangkan manfaat.

8
BAB III

PEMBAHASAN
Qardh merupakan pinjaman kebajikan/lunak tanpa imbalan, biasanya untuk
pembelian barang-barang fungible (yaitu barang yang dapat diperkirakan dan diganti sesuai
berat, ukuran dan jumlahnya). Kata Qardh ini kemudian diadopsi menjadi credo (romawi),
credit (inggris), dan kredit (indonesia). Objek pinjaman Qardh biasanya adalah uang atau
alat tukar lainnya (saleh, 1992), yang merupakan transaksi pinjaman murni tanpa bunga
ketika peminjam mendapatkan uang tunai dari pemilik dana (dalam hal ini bank) dan hanya
wajib mengambalikan pokok utang pada waktu tertentu di masa yang akan datang.Invalid
source specified.
Contoh dari Qardh adalah implementasi Qardhul Hasan (menginfakkan, mensedeqahkan
sebagaian hartanya tanpa mengaharapkan imbalan seperserpun tetapi hanya mengharap ridha
Allah SWT) yang mana sangatlah membantu masyarakat yang membutuhkan.

A. Objek Qardh
Segala sesuatu yang boleh diperjual-belikan boleh dijadikan obyek qardh, seperti: uang,
makanan, pakaian, mobil dan lain-lain. (Subaily D. A.) Hal ini mencakup:
1. Mitsliyyat, yaitu: harta yang satuannya tidak berbeda dengan lainnya dari sisi nilai, seperti:
uang, kurma, gandum dan besi.
2. Qimiyyat, yaitu: harta yang satuannya berbeda dengan lainnya dari sisi nilai, seperti:
hewan ternak, properti dan lain-lain. Berdasarkan hadist yang menjelaskan bahwa nabi
meminjam unta.
3. Manafi' (jasa), seperti: menempati sebuah rumah. Menurut Ibnu Taimiyah, boleh
meminjamkan jasa, seperti: seseorang membantu temannya panen dan giliran dia yang panen
teman juga ikut membantu, atau ia mempersilahkan temannya tinggal dirumahnya dengan
imbalan dia tinggal di rumah temannya.

B. Rukun Al- Qardh


Ada beberapa rukun yang harus dipenuhi dalam akad qardh ini. Apabilarukun tersebut
tidak terpenuhi, maka akad qardh akan batal. Rukun qardh tersebut adalah: (Muhammad,
2004)
a. Pihak peminjam (muqtaridh) Pihak peminjam yaitu orang yang meminjam dana atau uang
kepada pihak pemberi pinjaman.
b. Pihak pemberi pinjaman (muqridh) Pihak pemberi pinjaman yaitu orang atau badan yang
memberikan pinjaman dana atau uang kepada pihak peminjam.
c. Dana (qardh) atau barang yang dipinjam (muqtaradh) Dana atau barang disini yang
dimaksud adalah sejumlah uang atau barang yang dipinjamkan kepada pihak peminjam.
d. Ijab qabul (sighat) 18Karena utang piutang sesungguhnya merupakan sebuah transaksi
(akad), maka harus dilaksanakan melalui ijab dan kabul yang jelas, sebagaimana jual beli
dengan menggunakan lafadz qardh.

9
C. Syarat Qardh
Wahbah al-Zuhaili menjelaskan bahwa secara garis besar ada empat syarat yang harus
dipenuhi dalam akad qard, yaitu: (Imam Mustofa, 2016)
1. Akad qard dilakukan dengan sigat ijab dan kabul atau bentuk lain yang dapat
menggantikannya, seperti muatah (akad dengan tindakan /saling memberi dan saling
mengerti);
2. Kedua belah pihak yang terlibat akad harus cakap hukum (berakal, baligh dan tanpa
paksaan). Berdasarkan syarat ini, maka qard sebagai akad tabarru' (berderma/sosial), maka
akad qard yang dilakukan anak kecil, orang gila, orang bodoh atau orang yang dipaksa, maka
hukumnya tidak sah.
3. Menurut kalangan Hanafiyah, harta yang dipinjamkan haruslah harta yang ada padannya
dipasaran, atau padanan nilainya (mitsli), sementara menurut jumhur ulama, harta yang
dipinjamkan dalam qard dapat berupa harta apa saja yang dapat dijadikan tanggungan;
4. Ukuran, jumlah, jenis, dan kualitas harta yang dipinjamkan harus jelas agar mudah untuk
dikembalikan. Hal ini untuk menghindari perselisihan diantara para pihak yang melakukan
akad qard.
Penjelasan Wahbah al-Zuhaili mengenai kesimpulan dari keempat syarat tersebut
tentunya mengacu pada perihal pemberian utang atau menerima pinjaman dari pihak lain
yang harus dikembalikan sesuai dengan perjanjian yang dilakukan ketika transaksi sesuai
dengan sigat ijab dan kabul, dimana subjek/ pihak pemberi atau mennerima sesuai kriteria
terhadap kecakapan hukum dengan objek yang dapat disepadankan nilai maupun jumlahnya
sehingga jelas kualitas dan kuantitas objeknya.
D. Qardh dalam Bank Syariah
Dalam perbankan syariah, akad qardh biasanya diterapkan sebagai berikut : (Arie, 2014)
1. Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas dan
bonafiditasnya yang membutukkan dana talangan segera untuk masa yang relative
pendek. Nasabah tersebut akan mengembalikan secepatnya sejumlah uang yang
dipinjamnya itu.
2. Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat sedangkan ia tidak bisa
menarik dananya karena, misalnya, tersimpan dalam bentuk deposito.
3. Sebagai produk untuk menyumbang usaha yang sangat kecil, atau membantu sector
social. Guna pemenuhan skema khusus ini telah dikenal suatu produk khusus yaitu
qardhul hasan.
Manfaat akad qardh terhitung sangat banyak sekali diantaranya :
1. Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk mendapat
talangan jangka pendek.
2. Qardhul hasan juga merupakan salah satu ciri pembeda bank syariah dengan bank
konvensional yang didalamnya terkandung misi sosial, disamping misi komersial.
3. Adanya misi sosial kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra baik dan
meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap bank syariah.

E. Berakhirnya Akad Qardh


Beberapa hal yang dapat menyebabkan berakhirnya sebuah akad qardh, diantaranya :
1. Telah jatuh tempo atau berakhirnya masa berlaku akad yang telah disepakati,

1
0
2. Terealisasinya tujuan daripada akad secara sempurna
3. Barakhirnya akad karena fasakh atau digugurkan oleh pihak-pihak yang berakad

F. Contoh Kasus
1.Persyaratan bunga dalam akad qardh
Para ulama sepakat bahwa persyaratan memberikan tambahan diluar pinjaman
untuk kreditur hukumnya haram dan termasuk riba, baik tambahan nilai, seperti:
memberikan pinjaman Rp.100.000,- dengan syarat pengembalian Rp. 110.000,-, atau
tambahan kwalitas, seperti: memberikan pinjaman mata uang rupiah dengan syarat
pengembalian dalam bentuk mata uang dolar, maupun tambahan jasa, seperti:
memberikan pinjaman uang kepada seseorang dengan syarat dia meminjamkan
mobilnya kepada pemberi pinjaman selama 1 minggu.
Karena tujuan utama transaksi qardh adalah belas kasihan dan mengharap
ganjaran dari Allah, maka bila pihak kreditur memberikan persyaratan tambahan dari
nilai pinjaman hilanglah tujuan asal transaksi ini, yang membuat transaksi ini menjadi tidak
sah, serta akad qardh berubah menjadi transaksi untuk mengejar laba. Ibnu Abdul Barr
berkata," setiap nilai tambah diluar pinjaman walau dalam bentuk jasa yang diberikan kepada
kreditur adalah riba, sekalipun segenggam makanan ternak dan hukumnya haram jika
disyaratkan dalam akad". Ibnu Munzir berkata," para ulama sepakat bahwa persyaratan yang
dibuat oleh pihak pemberi pinjaman agar penerima pinjaman memberikan nilai tambah atau
hibah atas pinjaman adalah riba.

2.Kebaikan Saat Mengembalikan Pinjaman


Debitur dianjurkan mengembalikan pinjaman dengan sesuatu yang lebih baik,
umpamanya: dia meminjam sebanyak Rp.100.000,- dan mengembalikan Rp.110.000,- atau
dia mengembalikan Rp.100.000,- ditambah sebotol parfum. Dengan catatan tambahan
tersebut diberikan saat pelunasan hutang atau sesudahnya dan tambahan tersebut tidak
disebutkan dalam akad qardh baik secara tertulis maupun tidak.

3.Kewajiban Pengembalian Hutang


Debitur wajib mengembalikan hutang yang sama jenis, jumlah dan kwalitasnya
dengan pinjaman. Jika seseorang memberikan pinjaman berupa uang tunai rupiah kemudian
nilai tukarnya berubah (turun/naik) maka kewajiban debitur hanyalah mengembalikan mata
uang yang sama sekalipun nilai tukarnya turun. Misalnya: Pak Amir meminjam uang pak
Saleh sebanyak 10 juta rupiah yang akan dikembalikan dalam jangka 1 tahun. Saat
meminjam, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Rp.9.000, maka kewajiban pak Amir
adalah mengembalikan 10 juta rupiah sekalipun nilai 50 tukar rupiah terhadap dolar melemah
atau menguat saat pembayaran.

4.Contoh akad Al Qardh Al Hasan pada Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) (Putra,
2008)
BPRS Bangun Drajat Warga telah memenuhi rukun dan syarat perjanjian dalam Islam
yaitu adanya pihak yang melakukan akad, sighat akad, ijab dan kabul serta ketentuan-
ketentuan umum dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 19/DSNMUI/ IX/2000
tentang Al Qard yaitu tentang kriteria orang yang berhak memperoleh fasilitas Al Qardh Al
Hasan, kewajiban nasabah untuk mengembalikan dana,
pengenaan biaya administrasi, masalah jaminan, memberikan tambahan saat
pengembalian pinjaman serta tentang penyelesaian sengketa dalam hal terjadi wanprestasi.

1
1
Itikad baik dalam akad Al Qardh Al Hasan pada Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)
Bangun Drajat Warga telah mulai diterapkan pada proses negosiasi yakni berupa
pemeriksaan terhadap berkas-berkas peryaratan peminjaman yang diminta oleh bank dan
penilain atas attitude (perilaku) dari masing- masing pihak dalam akad. Sedangkan itikad baik
pada saat pelaksanaan akad adalah pemenuhan hak dan kewajiban dari para pihak terhadap
ketentuan-ketentuan yang telah mereka perjanjikan. Pemenuhan hak dan kewajiban tersebut
tidak terbatas pada kata-kata yang ada dalam perjanjian tetapi juga mempertimbangan rasa
kepatutan, kebiasaan dan undang-undang.

1
2
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Qardh adalah pemberian pinjaman kepada orang lain yang dapat ditagih atau
dikembalikan segera tanpa mengharapkan imbalan dalam rangka tolong menolong, dengan
kata lain uang pinjaman tersebut kembali seperti semula tanpa penambahan ataupun
pengurangan dalam pengembalianya.
Dasar hukum Qardh berdasarkan dalil Al- qur’am Surat Al-Hadid ayat 11 “siapakah
yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yag baik, Allah akan melipatgandakan
(balasan) pinjaman itu untuknya dan dia akan memperoleh pahala yang banyak”
Yang menjadi landasan dalil dalam ayat ini adalah kita diseru untuk meminjamkan
kepada Allah, artinya untuk membelanjakan harta dijalan Allah.
Terdapat 4 Rukun yang wajib terpenuhi dalam Qardh, Rukun tersebut adalah: 1. Pihak
peminjam (muqtaridh) 2. Pihak pemberi pinjaman (muqridh) 3. Dana (qardh) atau barang
yang dipinjam (muqtaradh) 4. Ijab Qabul (sighat)
Selain itu dalam Qardh terdapat beberapa syarat yang wajib terpenuhi guna sah atau
tidak suatu Qardh, secara garis besar ada 4 syarat yang mesti terpenuhi: 1. Akad qard
dilakukan dengan sigat ijab dan qabul atau bentuk lan yang dapat menggantikanya. 2. Kedua
belah pihak yang terlibat akad harus cakap hukum (berakal, baligh dan tanpa paksaan). 3.
Menurut kalangan hanafiyah, harta yang dipinjamkan haruslah harta yang ada padanannya di
pasaran 4. Ukurang, jumlah, jenis dan kualitas harta yang dipinjamkan harus jelas agar
mudah untuk dikembalikan

1
3
Daftar Pustaka
(Beirut), M. A.‐K. (t.thn.). Tanwir al Qulub fi Mu‟amalati „Allam al-Ghuyub. Beirut: Dar al-
Fik.
Arie. (2014). Al Qardh.
Imam Mustofa, F. M. (2016). Jakarta: PT Raja Grafido Persada.
Mardani. (2013). Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Muhammad. (2004). Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin Pada Bank
Syariah. Yogyakarta: UII-Press.
Mustofa, I. (2016). Fiqih Muamalah Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers.
Putra, A. Y. (2008). Penerapan asas itikad baik dalam akad Al Qardh Al Hasan pada Bank
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Bangun Drajat Warga.
septiana, t. (17). IMPLEMENTASI AL-QARD DALAM LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
DITINJAU DARI PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH KONTEMPORER.
Subaily, D. A. (t.thn.). Fiqh Perbankan Syariah: muamalat dan Pengantar fiqh muamalat
dan aplikasinya dalam ekonomi modern.
Subaily, D. y. (t.thn.). FIKIH PERBANKAN SYARIAH: PENGANTAR FIKIH MUAMALAH DAN
APLIKASINYA DALAM EKONOMI MODERN.

1
4

Anda mungkin juga menyukai