Anda di halaman 1dari 23

1

MAKALAH
HUTANG PIUTANG

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala,

karena berkat rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul Akad Transaksi Utang Piutang Dalam Islam yang mana sesosok

manusia sempurna yang telah memperjuangkan agama islam sehingga

sampai sejaya ini .


2

                                                                          

Ahmad zulfan A. 21-1-2023

                                                                                  
 Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang............................................................................1

1.2 Rumusan masalah.......................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aka Qard, rukun dan syarat Qard?...........................3

2.2 Pengertian Jaminan Utang (Ar-Rahn)?......................................9

2.3 Pengertian Riba?........................................................................14

2.4 Macam – macam Riba?..............................................................16

2.5 Hikmah diharamkannya Riba?...................................................18


3

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................21

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutang piutang adalah perkara yang tidak bisa dipisahkan dalam

interaksi kehidupan manusia. Ketidakmerataan dalam hal materi adalah salah

satu penyebab munculnya perkara ini. Selain itu juga adanya pihak yang

menyediakan jasa peminjaman (hutang) juga ikut ambil bagian dalam

transaksi ini.

Islam sebagai agama yang mengatur segala urusan dalam kehidupan

manusia juga mengatur mengenai perkara hutang piutang. Konsep hutang

piutang yang ada dalam Islam pada dasarnya adalah untuk memberikan

kemudahan bagi orang yang sedang kesusahan. Namun pada zaman sekarang,

konsep muamalah sedikit banyak telah bercampur aduk dengan konsep yang

diadopsi dari luar Islam. Hal ini sedikit demi sedikit mulai menyisihka,
4

menggeser, bahkan bisa menghilangkan konsep muamalah Islam itu sendiri.

Oleh karena itulah, perkara hutang piutang ini penting untuk diketahui oleh

umat Islam agar nantinya bisa melaksanakan transaksi sesuai dengan yang

telah disyariatkan oleh Allah swt.

Syari’at Islam memerintahkan umatnya agar saling tolong-menolong

dalam segala hal, salah satunya dapat dilakukan dengan cara pemberian atau

pinjaman. Dalam bentuk pinjaman hukum Islam menjaga kepentingan

kreditur atau orang yang memberikan pinjaman agar jangan sampai ia

dirugikan. Oleh sebab itu, pihak kreditur diperbolehkan meminta barang

kepada debitur sebagai jaminan atas pinjaman yang telah diberikan

kepadanya.Gadai-menggadai sudah merupakan kebiasaan sejak zaman dahulu

kala dan sudah dikenal dalam adat kebiasaan.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Pengertian Akad Qard, rukun dan syarat ?

1.2.2 Pengertian Jaminan Utang (Ar-Rahn)?

1.2.3 Pengertian Riba?

1.2.4 Macam – macam Riba?

1.2.5 Hikmah diharamkannya Riba?


5

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akad Qard

Pengertian qard menurut bahasa adalah putus. Sedangkan pengertian

qardh menurut istilah adalah Harta yang diberikan seseorang pemberi hutang

kepada orang yang dihutangi untuk kemudian dia memberikan yang

semisal/sepadan setelah mampu.

Qard juga bisa diartikan sebagai pemberian harta kepada orang lain

yang dapat ditagih dan diminta kembali. Dalam literature fiqih Salaf as Shalih,

qardh dikategorikan dalam aqad ta’awun atau akad saling membantu dan

bukan transaksi komersial atau dapat juga dikatakan suatu akad pembiayaan

kepada nasabah tertentu dengan ketentuan bahwa nasabah wajib


6

mengembalikan dana yang diterimanya kepada lembaga keuangan islam

(LKS) pada waktu yang telah disepakati oleh LKS dan nasabah.1

Qardh berasal dari bahasa Arab Qard yang berarti meminjamkan uang

atas dasar kepercayaan . jelasnya, qardh atau utang piutang adalah akad

tertentu antara dua pihak satu pihak menyerahkan hartanya kepada pihak lain

dengan ketentuan pihak yang menerima harta mengembalikan kepada

pemiliknya dengan nilai yang sama .

Al-Qardh disyariatkan dalam islam bertujuan untuk mendatangkan

kemaslahatan bagi manusia. Seseorang yang mempunyai harta dapat

membantu mereka yang membutuhkan, akad utang piutang dapat

menumbuhkan rasa kepeduliaan terhadap sesama. Memupuk kasih sayang

terhadap sesame manusia dengan menguraikan kesulitan yang dihadapi orang

lain.

2.1.1 Rukun dan Syarat Qardh

Rukun qardh menurut ulama Hanafiyah adalah ijab dan kabul.

Sementara itu menurut jumhur ulama rukun qardh ada tiga, yaitu, satu, dua

orang yang berakad yang terdiri dari : muqridh ( yang memberikan utang) dan

muqtaridh (orang yang berutang ), dua , Qardh (barang yang

dipinjamkan ).tiga, Shighat ijab dan kabul.

2.1.2 Syarat Qardh

2.1.2.1 Dua pihak yang berakad , yakni orang yang berutang

(muqtaridh ) dan orang yang memberikan pinjaman

(muqaridh ), di syaratkan :

1
7

2.1.2.1.1 Baligh, berakal cerdas dan merdeka, tidak dikenakan hajtu.

Artinya cakap bertindak hukum,

2.1.2.1.2 Muqaridh adalah orang yang mempunyai kewenangan dan

kekuasaan untuk melakukan kad tabaru’. Artinya harta yang

diutangkan merupakan miliknya sendiri. Menurut ulama

Syafi’iyah ahliyah (kecakapan atau kepantasan ) pada akad

qardh harus dengan kerelaan, bukan dengan paksaan.

2.1.2.2 Harta yang diutangakan (qardh)

2.1.2.2.1 Harta yang diutangkan merupakan mal misliyat yakni harta

yang dapat ditakar (makilat), harta yang ditimbang (mauzunat),

harta yang ditukar (zari’yat) harta yang dihitung (addiyat). Ini

merupakan pendapat ulama hanafiyah.

2.1.2.2.2 Setiap harta yang dapat dilakukan jual beli salam, baik itu jenis

harta makilat,mauzunt,addiyat.

2.1.2.2.3 Al-Qabat atau penyerahan. Akad utang piutang tidak sempurna

kecuali dengan adanya serah terima , karena di dalam akad

qardh ada tabarru’. Akad tabaru’ tidak akan sempurna kecuali

dengan serah terima (al-qabadh).

2.1.2.2.4 utang pitang tidak memunculkan keuntungan bagi muqaridh

(orang yang mengutangkan)

2.1.2.2.5 utang itu menjadi tanggung jawab muqtarid (orang yang

berutang). Artinya orang yang berutang mengembalikan

utangnya dengan harga atau nilai yang sama.


8

2.1.2.2.6 Barang itu bernilai harta dan boleh dimanfaatkan dalam islam

(mal mutaqawwin)

2.1.2.2.7 Harta yang diutangkan diketahui , yakni diketahui kadar

sifatnya.

2.1.2.2.8 Pinjam boleh secara mutlak, atau ditentukan dengan batas

waktu.

2.1.2.3 Shighat ijab Kabul

Akad qardh dinyatakan sah dengan adanya ijab dan Kabul

berupa lafal qardh atau yang sama pengertiannya, seperti “ aku

memberimu utang “ atau “ aku mengutangimu”. Begitupun

dengan Kabul sah dengan semua lafal yang menunjukkan

kerelaan, seperti “ aku berutang” atau “ aku menerima”, atau

“aku ridha” dan lain sebagainya.


Akad utang piutang dimaksudkan untuk tolong menolong dengan
sesama,bukan untuk mencari keuntungan dan eksploitasi. Karena itu, dalam utang piutang
tidak dibenarkan mengambil keuntungan oleh pihak muqarid (orang yang
mengutangkan).Apabila disyaratkan ada tambahan dalam pembayaran, hukumnya haram
dan termasuk riba, seperti yang di jelaskan dalam hadis Nabi: yang artinya”:

Diriwayartkan dari Fadalah ibn Ubaid sahabat Nabi Saw.Sesungguhnya

berkata “ semua utang piutang yang mendatangkan manfaat adalah salah

satu bentuk dari riba “.

Jika tidak disyaratkan dan tidak ditentukan ada tambahan dalam

pembayaran utang piutang, tidak termasuk riba. Apabila ada inisiatif atau niat

dari orang yang berutang untuk melebihkan pembayaran utangnya merupakan

hal yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad Saw, seperti yang terdapat dalam
9

hadis yang diriwayatkan dari Abu Huraira yang menceritakan bahwa seorang

laki-laki telah menagih piutangnya kepada Nabi Saw, dihadapan sahabat.

Kemudian , Nabi Saw, memerintahkan sahabat untuk membayar dengan yang

sama.

2.1.3 Aplikasi Qardh pada perbankan Syariah

Al-Qardh adalah suatu akad dalam muamalah yang bertujuan untuk

kebaikan dengan memberikan harta kepda orang lain yang dapat

ditagih atau diminta kembali tanpa mengharapkan imbalan. Dalam

literature fikih, akad al-qardh merupakan akad al-tathawu (sosial)

bukan akad tijarah (komersial). Pada perbankan syariah akad al-qardh

diluncurkan pada produk Al-qardh.

Produk ini berdasarkan kepada Fatwa Dewan Nasional No.19/DSN-

UI/IV/2001 tentang al-Qardh, yakni suatu akad pinjaman kepada nasabah

dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang

diterimanya kepada LKS pada waktu yang telah disepakati oleh LKS dan

nasabah.

Produk ini diklalangan perbankan dinamakan dengan al-qardh al

hasan, yakni pinjaman sosial yang diberikan secara lunak kepada nasabah

(masyarakat miskin) yang mengelolah usaha kecil tanpa pengambilan imbalan

apa pun dari pinjaman tersebut. Di dalam produk ini bank menyalurkan dana

kepada masyarakat dengan tujuan untuk mengangkat kesejahteraan

masyarakat miskin yang membutuhkan dana dan usahanya.

Dari produk al-qardhul hasan ini membuktikan bahwa lembaga

keuangan syariah (LKS) di samping sebagai lembaga komersial, harus dapat


10

berperang sebagai lembaga sosial. Landasan hukum yang dipakai dalam

produk ini adalah QS Al-Hadid [ 67: 11]:

E‫ ٌم‬E‫ ي‬E‫ ِر‬E‫ َك‬E‫ ٌر‬E‫ج‬Eْ ‫ َأ‬Eُ‫ ه‬Eَ‫ ل‬E‫ َو‬Eُ‫ ه‬Eَ‫ ل‬Eُ‫ ه‬Eَ‫ ف‬E‫ع‬Eِ E‫ ا‬E‫ض‬ Eُ E‫ ِر‬E‫ ْق‬Eُ‫ ي‬E‫ ي‬E‫َّ ِذ‬E‫ل‬E‫ ا‬E‫ ا‬E‫ َذ‬E‫ن‬Eْ Eَ‫م‬
Eً E‫ر‬Eْ Eَ‫ ق‬Eَ ‫ هَّللا‬E‫ض‬
َ Eُ‫ ي‬Eَ‫ ف‬E‫ ا‬Eً‫ ن‬E‫ َس‬E‫ َح‬E‫ ا‬E‫ض‬

Yang Artinya:

“ siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik,

maka Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya dan dia

akan memperoleh pahala yang banyak.”

Meminjamkan harta kepada Allah dalam ayat ini dimaksudkan

membelanjakan harta di jalan Allah dengan cara meminjamkan kepada orang

lain yang membutuhkan.

Aplikasi al-qardh al-hasan dalam perbankan syariah biasanya

disalurkan dala bentuk:

2.1.2.3.1 Pinjaman tabungan haji, nasabah calon haji diberikan pinjaman

talangan untuk memenuhi syarat penyetoran ONH (Ongkos Naik Haji).

Nasabah akan melunasi sebelum keberangkatan haji.


2.1.2.3.2 Pinjaman kepada pengusaha kecil yang kekurangan dana. Jika

diberikan pembiayaan dalam bentik akad tijarah seperti pembiayn

mudharabah, musyarakah ataupun jual beli dan ijarah akan memberatkan

mereka karena ketidakmampuan mereka memberikan imblan kepada bank.

2.1.2.3.3 Pinjaman kepada pegawai bank, bank memberikan fasilitas

kepada pegawai bank untuk memdapatkan dana pinjaman yang akan

dikembalikan secara cicilan melalui potongan gaji.


11

Al-Qardh al-hasan ini sangat bermanfaat bagi nasabah yang kesulitan

dana. Produk ini merupakan salah satu pembeda antara bank syariah dengan

bank konvensional yang di dalamnya terkandung misi sosial di samping misi

komersial. Masyarakat yang berhak mendapatkan pembiayaan al-qardh al-

hasan adalah orang-orang yang tidak mampu dan tidak dapat menjalankan

usaha dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Masyarakat ini

digolongkan kepada pengusaha kecil yang tidak memiliki atau kekurangan

modal usaha.

Al-Qard al-hasan merupakan produk bank syariah yang bersifat sosial.

Sumber dananya berasal dari modal bank, zakat ,infak, shadaqah dan

ppendapat subhat.

2.1.2.3.4 Modal bank, yang diperlukan untuk membantu keuangan

nasabah secara cepat dan jangka pendek.

2.1.2.3.5 Zakat, infaq dan shadaqah yang diperlukan untuk membantu

usaha kecil dan kepentingan sosial.

2.1.2.3.6 pendapat-pendapat yang diragukan (syubhat), seperti

pendapatan yang berasal dari; jasa nostro di bank koresonden

yang konvensional, bunga atas jaminan L/C (Letter of Credit)

di bank asing yang konvensional.2

2.2 Jaminan Utang (Ar-Rahn)

Secara etimologi, gadai (al-rahn) berarti al-tsubut dan al-habs yaitu

penetapan dan penahanan. Sedangkan secara terminologi, al-rahn adalah

menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman

2
12

yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis.

Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat

mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat

dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai.

Ar-Rahn adalah kegiatan manahan salah satu harta milik si peminjam

sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Kegiatan seperti ini

dilakukan seperti jaminan utang atau gadai.3

Ar-Rahn , dalam bahasa Arab,memiliki pengertian al-tsubut wa al-

dawan artinya tetap dan berkekalan.sedangkan defenisi ar-rahn menurut

istilah adalah:

“menjadikan benda yang bernilai harta dalam pandangan syara’ sebagai

jaminan utang yang memungkinkan untuk melunasi utang dari harta itu atau

sebagianya”.

Dalam mausu’ah Fatawa al- Muamalat al-Maliyah dijelaskan ar-rahn

adalah:

3
13

Yang artinya: “ Harta yang dijadikan sebagai jaminan utang yang dapat

dijadikan pembayar utang sesuai dengan nilainya jika orang yang berutang

tidak bisa membayar utangnya”.

Berdasarkan defenisi di atas yang telah dijelsakan data disimpulkan

bahwa ar-rahn merupakan akad menjadikan suatu harta sebagai jaminan atau

utang piutang sehingga dengan harta itu utang dapat dilunasi jika utang

tersebut tidak dapat dilunasi oleh pihak yang berutang. Dalam islam , ar-rahn

hukumnya jaiz (boleh) menurut Al-Qur’an. As-Sunnah dan ijma’. Adapun

dasar hukum ar-rahn adalah QS Al-Baqarah [2:283]:

‫َؤ ِّد‬Eُ‫ا فَ ْلي‬E‫ْض‬


ً ‫ ُك ْم بَع‬E‫ْض‬ ُ ‫ِإ ْن َأ ِمنَ بَع‬Eَ‫ةٌ ف‬E‫ُوض‬ َ ‫ان َم ْقب‬Eَ
ٌ ‫ا فَ ِره‬Eً‫َوِإ ْن ُك ْنتُ ْم َعلَى َسفَ ٍر َولَ ْم تَ ِج ُدوا َكاتِب‬
ُ‫هُ َوهللا‬Eُ‫ا فَِإنَّهُ َءاثِ ٌم قَ ْلب‬EEَ‫هَا َدةَ َو َم ْن يَ ْكتُ ْمه‬E‫الش‬ ِ َّ‫الَّ ِذي اْؤ تُ ِمنَ َأ َمانَتَهُ َو ْليَت‬
َّ ‫وا‬EE‫ق هللاَ َربَّهُ َوالَ تَ ْكتُ ُم‬
‫بِ َما تَ ْع َملُونَ َعلِي ٌم‬
Artinya: “ jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara

tunai ) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada

barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi, jika

sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang

dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertakwa

kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan

persaksian. Barangsiapa yang menyembunyikan, maka sesungguhnya ia

adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang

kamu kerjakan .

Allah mensyariatkan rahn (gadai) untuk kemaslahatan masyarakat,

saling memberikan pertolongan di antar manusia karena itu termasuk tolong


14

menolong dalam kebaikn dan takwa. Terdapat manfaat yang menjadi solusi

dalam krisis, memperkecil permusuhan. Dalam ayat sudah dijelaskan bahwa

apabila hendak melakukan suatu tindakan bermuamalah maupun suatu

transaksi utang piutang dengan suatu bukti kepercayaan atau penguat, yaitu

dengan menyerahkan sesuatu berupa benda yang berharga sebagai jaminan

yang dapat dipegang. Hal ini dipandang perlu karena untuk menjaga agar

kedua belah pihak yang melakukan perjanjian gadai itu timbul rasa saling

mempercayai anatara satu sama lainnya.

2.2.1 Rukun dan Syarat Ar-Rahn

2.2.1.1 Rukun Ar-Rahn menurut jumur ulama ada empat, yaitu:

2.2.1.1.1 Ar-Rahim (orang yang menyerahkan barang jaminan ) dan al-

murtahin (orang yang menerima barang jaminan)

2.2.1.1.2 Al-Marhun (barang jaminan)

2.2.1.1.3 Al-Marhun bih ( utang )

2.2.1.1.4 shighat.

2.2.1.2 Syarat-syarat Ar-Rahn

Menurut jumur ulama, ada beberapa syarat sahanya akad ar-rahn yaitu:

2.2.1.2.1 Ar-rahin dan murtahin, keduanya disyaratkan cakap bertindak

hukum kecakapan bertindak hukum ditandai dengan telah balig

dan berakal. Oleh karena itu, akad rahn tidak sah dilakukan

oleh orang yang gila dan anak kecil yang belum mumayiz.

2.2.1.2.2 Marhun bih (utang), disyartakan pertama, merupakan hak yang

wajib dikembalikan kepada orang tempat berutang.kedua,

utang itu dapat dilunasi dengan marhun (barang jaminan),


15

ketiga, utang itu pasti dan jelas baik zat,sifat, maupun

kadarnya.

2.2.1.2.3 Marhun (barang jaminan/agunan).4

2.2.2 Resiko Kerusakan Marhun (Barang Jaminan)

Bila marhun hilang di bawah penguasaan murtahin, maka murtahin

tidak wajib menggantinya, kecuali bila rusak atau hilangnya itu karena

kelalaian murtahin atau karena disia-siakan, umpamanya murtahinbermain-

main dengan api, lalu terbakar barang gadaian itu, atau gudang tak dikunci,

lalu barang-barang itu hilang dicuri orang.

Pokoknya murtahin diwajibkan memelihara sebagaimana layaknya,

bila tidak demikian, ketika ada cacat atau kerusakan apalagi hilang, menjadi

tanggung jawab murtahin.

2.2.3 Penyelesaian Gadai

Apabila pada waktu pembayaran yang telah ditentukan rahin belum

membayar utangnya, hak murtahin adalah menjual marhun, pembelinya

boleh murtahin sendiri atau yang lain, tetapi dengan harga yang umum

berlaku pada waktu itu dari penjualan marhun tersebut.

Hak murtahin hanyalah sebesar piutangnya, dengan akibat apabila

harga penjualan marhun lebih besar dari jumlah utang, sisanya dikembalikan

kepada rahin. Apabila sebaliknya, harga penjualan marhun kurang dari

jumlah utang, rahin masih menanggung pembayaran kekurangannya.

2.2.4    Manfaat Rahn.

4
16

Manfaat yang dapat diambil oleh bank dari prinsip rahn adalah sebagai

berikut:

2.2.4.1   Menjaga kemungkinan nasabah untuk lalai atau

bermain-main dengan fasilitas pembiayaan yang diberikan

bank.

2.2.4.2 Memberikan keamanan bagi semua penabung dan pemegang

deposito bahwa dananya tidak akan hilang begitu saja jika

nasabah peminjam ingkar janji karena ada suatu aset atau

barang (marhun) yang dipegang oleh bank.

2.2.4.3 Jika rahn diterapkan dalam mekanisme pegadaian, sudah

barang tentu akan sangat membantu saudara kita yang

kesulitan dana, terutama di daerah-daerah. 5

2.3 Pengertian Riba

Riba menurut bahasa adalah az-ziyadah yang berarti kelebihan atau

tambahan. Riba juga berarti an-nama’ yang berarti tumbuh atau berkembang

seperti yang terdapat dalam firman Allah Swt. QS Al-Hajj [22;5]:

“Maka apabila telah kami turunkan air hujan diatasnya, hiduplah bumi itu

dan menjadi subur serta menumbuhkan berbagai jenis pasangan tumbuhan

yang indah.”

Pengertian riba menurut istilah adalah :

5
17

“kelebihan harta dengan tidak ada kompensasi pada tukar menukar harta

dengan harta.”

Menurut Sayid Sabiq Riba adalah:

“tambahan terhadap modal, sedikit maupun banyak.”

Abdurraham al – Jaziri berpendaapt riba adalah:

“penambahan pada salah satu dari dua barang sejenis yang diperuntukan

tanpa ada kompensasi terhadap modal, sedikit maupun banyak.”

Dengan demikian, riba merupakan tambahan pembayaran dari modal

pokok yang disyartkan bagi salah seorang dari dua orang yang berakad.

Semua agama samawi pada dasarnya melarang peraktik riba , karena dapat

menimbulkan dampak negatif pada masyarakat umum dan bagi mereka yang

terlibat. Adapun dampak negatif dari praktik riba dalam kehidupan pribadi

maupun kehidupan bermasyarakat adalah :

2.3.1 menyebabkan eksploitasi (pemerasan) oleh si kaya terhadap si miskin

2.3.2 menyebabkan kebangkrutan usaha yang ada gilirannya menyebabkan

keretakan rumah tangga jika peminjam tidak mampu mengembalikan

pinjamannya.

2.3.3 riba akan menimbulkan kemalasan berusaha karena pemilik modal

menggantungkan pendapatan dari hasil bunga uang yang dipinjamkan

2.3.4 memutuskan hubungan silahturahmi antara sesama manusia

2.3.5 menyebabkan hati orang yang terlibat riba menjadi guncang,

perasaannya tumpul dan pikirannya kusut.

Para ulama sepakat bahwa riba itu diharmkan. Riba adalah salah satu

usaha mencari rejeki dengan cara yang tidak benar dan dibenci Allah Swt.
18

Praktik riba lebih mengutamakan keuntungan diri sendiri dengan

mengorbankan orang lain. Menimbulkan kesenjangan sosial yang semakin

besar antara yang kaya dan miskin, serta dapat mengurangi rasa persaudaraan

oleh karena itu, Islam mengharamkan riba.

Allah mengharamkan riba karena banyak dampak negatif yang

ditimbulkan dari praktik riba tersebut. Larangan dari praktik ini adalah

bertujuan menolak kemudaratan dan mewujudkan kemaslahatan manusia.

2.4 Macam – macam Riba

Riba menurut jumhur fuqaha’ ada dua, yaitu riba fadhal dan riba

nasi’ah. Menurut Syafi’iyah riba itu ada 3 macam, yakni riba fadhal, riba yad,

dan riba nasiah. Berikut akan diuraikan macam-macam riba tersebut :

2.4.1 Riba nasiah, yaitu : tambahan yang disyaratkan dan diambil oleh orang

yang mengutangkan dari orang yang berutang, sebagai imbangan penundaan

pembayaran utang. Misalnya , A meminjam uang pada B sebanyak Rp 1 juta

selama 1 tahun. A akan diberi utang dengan pembayaran secara cicilan plus

dengan memberikan tambahan sebanyak Rp 100.000,00. Tambahan inilah

yang dikatakan riba. Riba nasiah merupakan praktk riba nyata.

Riba nasiah merupakan praktik nyata. Ini dilarang oleh islam karena di

anggap sebagai penimbunan kekayaan secara tidak wajar dan mendapatkan

keuntungan tanpa melakukan kebaikan. Kelebihan pembayaran karena

penundaan waktu akan menambah jumlah utang orang yang berutang.

Akhirnya, jumlah utangnya akan membengkak, bahkan akan mengakibatkan

kebangkrutan karena mekanisme bunga berbunga. Semua itu telah

diperngatkan Allah SWT. Dalam QS Ali Imran [3:130].


19

E‫ َن‬E‫ و‬E‫ ُح‬Eِ‫ ل‬E‫ ْف‬Eُ‫ ت‬E‫ ْم‬E‫َّ ُك‬E‫ ل‬E‫ َع‬Eَ‫ ل‬Eَ ‫ هَّللا‬E‫ا‬E‫ و‬Eُ‫َّ ق‬E‫ت‬E‫ ا‬E‫و‬Eَ Eۖ Eً‫ ة‬Eَ‫ ف‬E‫ َع‬E‫ ا‬E‫ض‬ Eْ ‫ َأ‬E‫ ا‬Eَ‫ِّ ب‬E‫ر‬E‫ل‬E‫ ا‬E‫ا‬E‫و‬Eُ‫ ل‬E‫ ْأ ُك‬Eَ‫ اَل ت‬E‫ا‬E‫ و‬Eُ‫ ن‬E‫ َم‬E‫ آ‬E‫ن‬Eَ E‫ ي‬E‫َّ ِذ‬E‫ل‬E‫ ا‬E‫ ا‬Eَ‫ ه‬EُّE‫ َأ ي‬E‫ ا‬Eَ‫ي‬
Eَ E‫ ُم‬E‫ ا‬Eً‫ف‬E‫ ا‬E‫ َع‬E‫ض‬

Artinya : hai orang-orang yang beriman jangaanlah kamu memakan riba

yang berlipat ganda dan takutlah kamu kepada Allah mudah-mudahan kamu

beruntung.

2.4.2 Riba fadhal, yaitu: tambahan harta pada akad jual beli yang

menggunakan ukuran resmi seperti takaran dan timbangan pada benda

sejenis.dengan kata lain, riba fadhal merupakan tukar menukar barang yang

sejenis yang tidak sama kualitasnya. Misalnya, pinjam meminjam 1 liter beras

dolog (kualitas rendah) harus diganti dengna 1 liter beras solok (kualitas baik)

. atau pinjam meminjam 1 gram emas 22 karat harus diganti dengan 1 gram

emas 24 karat.

Riba fadhal dilarang berdasarkan hadis Nabi :

Diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri ia berkata, Rasulullah saw. Berkata

(tukar menukar) emas dengan emas,perak dengan perak,gandum denagn

gandum, sya’ir (sejenis gandum)dengan sya’ir, kurma dengan kurma, garam

dengan garam harus sama dan tunai. Siapa yang menambah atau minta

tambahan maka sesungguhnya dia memungut riba, orang yang mengambil

dan memberikannya sama dosanya.

Pada dasarnya, tukar menukar benda sejenis dibolehkan dalam islam, dengan

syarat harus sama ataupun sebanding antara kualitas dan kuantitasnya.

Namun, bila disyaratkan ada nilai lebih dalam proses jual beli atau pinjam

meminjam benda sejenis ini maka hal itu termasuk riba fadhal.
20

2.4.3 Riba yad, yaitu jual beli dengan cara mengakhirkan penyerahan kedua

barang yang ditukarkan (jual beli barter) atau salah satunya tanpa

menyebutkan waktunya tidak saling menyerahterimahkan. Artinya

kesempurnaan jual beli terhadap jual beli terhadap benda yang berbeda jenis

seperti tukar menukar gandum dengan jagung tanpa dilakaukan serah terima

barang di tepat akad.

2.5 Hikmah diharamkannya Riba

2.5.1 Menjaga agar seorang muslim tidak memakan harta orang lain dengan

cara yang batil;

2.5.2 Mengarahkan seseorang muslim supaya menginvestasikan hartanya

pada usaha yang bersih, jauh dari kecurangan dan penipuan, serta terhindar

dari segala tindakan yang menimbulkan kesengsaraan dan kebencian diantara

kaum muslimin.

2.5.3 Menyumbat seluruh jalanan yang membawa seoeang muslim kepada

tindaan memusuhi dan menyusahkan saudaranya sesama muslim yang

berakibat pada lahirnya celaan serta kebencian dari saudaranya.

2.5.4 Menjauhkan seseorang muslim dari perbuatan yang dapat

membawanya kepada kebisaan . karena memakan harta riba itu merupakan

kedurhakaan dan kezaliman, sedangkan akibat dari kedurhakaan dan

kezaliman itu iasalh penderitaan.

2.5.5 Membukakan pintu-pintu kebaikan dihadapan seseorang muslim untuk

mempersiapkan bekal di akhirat kelak dengan meminjami saudaranya sesama

muslim tanpa mengambil manfaat( keuntungan), mengutanginya,

menangguhkan utangnya hingga mampu membayarnya, memberinya


21

kemudahan serta menyanyanginya dengan tujuan semata-mata mencari

kerdhan Allah. Keadaan ini dapat menyebarkaan kasih sayang dan ruh

persaudaraan yang tulus di antara kaum muslimin.6

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

3.1.1 Qardh berasal dari bahasa Arab Qard yang berarti meminjamkan uang

atas dasar kepercayaan . jelasnya, qardh atau utang piutang adalah akad

tertentu antara dua pihak satu pihak menyerahkan hartanya kepada pihak lain

dengan ketentuan pihak yang menerima harta mengembalikan kepada

pemiliknya dengan nilai yang sama.

3.1.2 Secara etimologi, gadai (al-rahn) berarti al-tsubut dan al-habs yaitu

penetapan dan penahanan. Sedangkan secara terminologi, al-rahn adalah

6
22

menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman

yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis.

Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat

mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.

3.1.3 riba merupakan tambahan pembayaran dari modal pokok yang

disyartkan bagi salah seorang dari dua orang yang berakad. Semua agama

samawi pada dasarnya melarang peraktik riba , karena dapat menimbulkan

dampak negatif pada masyarakat umum dan bagi mereka yang terlibat.

3.1.4 Riba nasiah, yaitu : tambahan yang disyaratkan dan diambil oleh orang

yang mengutangkan dari orang yang berutang, sebagai imbangan penundaan

pembayaran utang. Riba fadhal, yaitu: tambahan harta pada akad jual beli

yang menggunakan ukuran resmi seperti takaran dan timbangan pada benda

sejenis. Riba yad, yaitu jual beli dengan cara mengakhirkan penyerahan kedua

barang yang ditukarkan (jual beli barter) atau salah satunya tanpa

menyebutkan waktunya tidak saling menyerahterimahkan.

3.1.5 Menjaga agar seorang muslim tidak memakan harta orang lain dengan

cara yang batil;Mengarahkan seseorang muslim supaya menginvestasikan

hartanya pada usaha yang bersih, jauh dari kecurangan dan penipuan, serta

terhindar dari segala tindakan yang menimbulkan kesengsaraan dan kebencian

diantara kaum muslimin.


23

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghazali, Imam. Tt. At-Tijan fi syu’billman. Solo: Al-mukmuriyah


Al-Jazairi, Abu Bakar Jabir. 2003. Ensiklopedia Muslim (Penerjemah Fadli Bahri Lc.)
Cetakan Keenam Jakarta; Darul Falah

Departemen Agama Islam Republik Indonesia. 2006. Al-Qur’an dan Terjemah.


Jakarta: CV Naladana

Hasyim, Husaini. 1985, Syarah Riadus Shalihin. Surabaya: Pustaka ilmu

Ibrahim T . Dan H. Darsono, 2009. Penerapan Fiqih untuk Madrasah Tsanawiyah.


Surakarta: Tiga serangkai

Anda mungkin juga menyukai