DISUSUN OLEH
KELOMPOK 12
DOSEN PEMBIMBING
Dr. ROZALINDA, M.Ag
MUTHIA ULFAH, MA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat
dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah penulis yang berjudul
“Penyelesaian Hutang piutang”. Pada makalah ini penulis banyak mengambil dari berbagai sumber
dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
Kelompok 12
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................
A. Latar Belakang.......................................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................................
C. Tujuan....................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................
A. Kafalah / Dhamanah..............................................................................................
B. Hiwalah..................................................................................................................
C. Taflis......................................................................................................................
D. Hajru (Pengampunan)............................................................................................
A. Kesimpulan............................................................................................................
B. Saran......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
E. Apa itu Kafalah / Dhamanah ?
F. Apa itu Hiwalah ?
G. Apa Itu Taflis ?
H. Apa itu Hajru (Pengampunan) ?
C. Tujuan
A. Untuk mengetahui apa itu Kafalah / Dhamanah.
B. Untuk mengetahui apa itu Hiwalah.
C. Untuk mengetahui apa Itu Taflis.
D. Untuk mengetahui apa itu Hajru (Pengampunan).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kafalah / Dhamanah
Pengertian Kafalah
Al-kafalah berasal dari kata كفل ــُـ (menanggung) merupakan jaminan yang diberikan
oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau
yang ditanggung. Dalam pengertian lain, kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab
seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin.
Pada dasarnya akad kafalah merupakan bentuk pertanggungan yang biasa dijalankan oleh
perusahaan.
Artinya: Ya’qub berkata: "Aku sekali-kali tidak akan melepaskannya [pergi] bersama-sama
kamu, sebelum kamu memberikan kepadaku janji yang teguh atas nama Allah, bahwa kamu
pasti akan membawanya kepadaku kembali, kecuali jika kamu dikepung musuh". Tatkala
mereka memberikan janji mereka, maka Ya’qub berkata: "Allah adalah saksi terhadap apa
yang kita ucapkan [ini]". (66)
2. As-Sunnah
Jabir r.a. menceritakan: “Seorang laki-laki telah meninggal dunia dan kami telah
memandikannya dengan bersih kemudian kami kafani, lalu kami bawa kepada Rasulullah
SAW. Kami bertanya kepada beliau: "Apakah Rasulullah akan menshalatkannnya?".
Rasulullah bertanya: “Apakah ia mempunyai hutang?". Kami menjuwab: "Ya, dua dinar."
Rasulullah kemudian pergi dari situ. Berkatalah Abu Qatadah : "Dua dinar itu tanggung
jawabku." Karenanya, Rasulullah SAW. bersabda: "Sesungguhnya Allah telah menunaikan
hak orang yang memberi hutang dan si mayit akan terlepas dari tanggung jawabnya."
Rasulullah lalu menshalatkannya. Pada keesokan harinya beliau bertanya kepada Abu
Qatadah tentang dua dinar itu dan dijelaskan, bahwa ia telah melunasinya. Rasulullah SAW.
bersabda: "Sekarang kulitnya telah sejuk." (H.R. Bukhari).
Rasulullah SAW. bersabda: "Hutang itu harus ditunaikan, dan orang yang
menanggung itu harus membayarnya." (H.R. Abu Daud dan Tirmidzi dan dishakhihkan oleh
Ibnu Hibban).
Rukun
1. Adh-Dhamin (orang yang menjamin)
2. Al-Madhmun lahu (orang yang berpiutang)
3. Al-Madhmun ‘anhu (orang yang berhutang)
4. Al-Madhmun (objek jaminan) berupa hutang, uang, barang atau orang
5. . Sighah (akad/ijab)
Syarat
1. Kafil yaitu orang yang menjamin dimana ia disyaratkan sudah baligh, berakal, merdeka
dalam mengelola harta bendanya/tidak dicegah membelanjakan hartanya dan dilakukan
dengan kehendaknya sendiri.
2. Mafkul lahu. yaitu orang yang berpiutang, Syaratnya yang berpiutang diketahui oleh orang
yang menjamin karena manusia tidak sama dalam hal tuntutan, ada yang keras dan ada
yang lunak.
3. Makful ‘anhu adalah orang yang berutang, tidak disyaratkan baginya kerelaan terhadap
penjamin karena pada prinsipnya hutang itu harus lunak, baik orang yang berhutang rela
maupun tidak. Namun lebih baik dia rela/ridha.
4. Al-Makful adalah utang, barang atau orang. Disebut juga madmun bih atau makful bih.
Disyaratkan pada makfuln dapat diketahui dan tetap keadaannya (ditetapkan), baik sudah
tetap maupun akan tetap.
5. Sighat atau lafadz adalah pernyataan yang diucapkan oleh penjamin, disyaratkan keadaan
sighat mengandung makna menjamin, tidak digantungkan kepada sesuatu dan tidak berarti
sementara.
Obyek Tanggungan
Mengenai obyek tanggungan, menurut sebagian besar ulama fikih, adalah harta. Hal ini
didasarkan kepada Hadis Nabi SAW: “Penanggung itu menanggung kerugian.” Sehubungan
dengan kewajiban yang harus dipenuhi oleh penanggung adalah berupa harta, maka hal ini
dikategorikan menjadi tiga hal, sebagai berikut:
1. Tanggungan dengan hutang, yaitu kewajiban membayar hutang yang menjadi tanggungan
orang lain. Dalam masalah tanggungan hutang, disyaratkan bahwa hendaknya, nilai barang
tersebut tetap pada waktu terjadinya transaksi tanggungan/jaminan dan bahwa barangnya
diketahui, karena apabila tidak diketahui, maka dikhawatirkan akan terjadi gharar.
2. Tanggungan dengan materi, yaitu kewajiban menyerahkan materi tertentu yang berada di
tangan orang lain. Jika berbentuk bukan jaminan seperti 'ariyah (pinjaman) atau wadi 'ah
(titipan), maka kafalah tidak sah.
3. Kafalah dengan harta, yaitu jaminan yang diberikan oleh seorang penjual kepada pembeli
karena adanya risiko yang mungkin timbul dari barang yang dijual- belikan.
Macam-macam Kafalah
1. Kafalah bi al-mal, adalah jaminan pembayaran barang atau pelunasan utang. Bentuk
kafalah ini merupakan sarana yang paling luas bagi bank untuk memberikan jaminan
kepada para nasabahnya dengan imbalan/fee tertentu.
2. Kafalah bi an-nafs, adalah jaminan diri dari si penjamin. Dalam hal ini, bank dapat
bertindak sebagai Juridical Personality yang dapat memberikan jaminan untuk tujuan
tertentu.
3. Kafalah bi at-taslim, adalah jaminan yang diberikan untuk menjamin pengembalian barang
sewaan pada saat masa sewanya berakhir. Jenis pemberian jaminan ini dapat dilaksanakan
oleh bank untuk keperluan nasabahnya dalam bentuk kerjasama dengan perusahaan,
leasing company. Jaminan pembayaran bagi bank dapat berupa deposito/tabungan, dan
pihak bank diperbolehkan memungut uang jasa/fee kepada nasabah tersebut.
4. Kafalah al-munjazah, adalah jaminan yang tidak dibatasi oleh waktu tertentu dan untuk
tujuan/kepentingan tertentu. Dalam dunia perbankan, kafalah model ini dikenal dengan
bentuk performance bond (jaminan prestasi).
5. Kafalah al-mu’allaqah, Bentuk kafalah ini merupakan penyederhanaan dari kafalah al-
munjazah, di mana jaminan dibatasi oleh kurun waktu tertentu dan tujuan tertentu pula.
Manfaat Kafalah
Kafalah yang diberikan oleh bank sangat mendukung transaksi bisnis yang dilakukan
oleh pihak-pihak terkait, karena dapat memberikan rasa aman dan kondusif bagi kelangsungan
bisnis maupun proyek-proyek tersebut dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah
disepakati. Secara umum dapat disimpulkan bahwa kafalah memberian manfaat bagi :
1. Pihak yang dijamin (nasabah), bahwa dengan kafalah yang diberikan oleh bank, nasabah
bisa mendapatkan/mengerjakan proyek dari pihak ketiga, karena biasanya pemilik proyek
menentukan syarat-syarat tertentu dalam mengerjakan proyek yang mereka miliki.
2. Pihak yang terjamin (pemilik proyek), bahwa dengan kafalah yang diberikan oleh bank,
pemilik proyek mendapat jaminan bahwa proyek yang akan dikerjakan oleh nasabah tadi
akan diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, karena kafalah merupakan
pengambilalihan risiko oleh bank apabila nasabah cidera janji melaksanakan
kewajibannya.
3. Pihak yang menjamin (bank), bahwa dengan kafalah yang diterbitkan oleh bank, maka
pihak bank akan memperoleh fee yang diperhitungkan dari nilai dan risiko yang
ditanggung oleh bank atas kafalah yang diberikan.
B. Hiwalah
Pengertian Hiwalah
Menurut bahasa, yang dimaksud dengan hiwalah ialah al-intiqal dan al-tahwil, artinya ialah
memindahkan atau mengoperkan. Maka Aburrahman Al-Jaziri, berpenapat bahwa yang
dimaksud dengan hiwalah menurut bahasa ialah :
ِّاَلنَّ ْق ُل ِم ْن َم َح ٍّل ِإلَى َم َحل
C. Taflis
Pengertian Taflis
Taflis atau bangkrut secara Bahasa yaitu : fallasa –taflisan yang artinya tidak memiliki harta.
Sedangkan orang yang pailit disebut dengan muflis . Secara istilah definisi taflis adalah :
جعل الحاكم المديون مفلسان بمنعه; من التصرف في ماله
“Keputusan hakim terhadap orang yang berhutang sebagai orang yang bangkrut yang
Dalam fiqih dikenal dengan sebutan iflas (tidak memiliki harta) sedangkan orang yang pailit
disebut muflis dan keputusan hakim yang menyatakan bahwa seseorang jatuh pailit disebut taflis.
Para fuqaha mendefinisikan taflis adalah : orang yang banyak utang dan tidak bisa
membayar utangnya sehinga hakim menyatakannya bangkrut.
Dengan demikian taflis merupakan keadaan seseorang yang banyak utang yang
menyebabkan ia tidak dapat membayar semua utang dengan harta yang dimilikinya sehingga hakim
menyatakan ia bangkrut yang berakibat ia terlarang melakukan tindakan hukum terhadap harta yang
dimilikinya.
Sementara itu pailit menurut staastsblad 1905 No. 217 jo Staa blad 1906 No 348 tentang
kepailitan adalah setiap debitur yang tidak mau membayar utangnya dan berhenti membayar utang
tersebut baik atas permintaan sendiri maupun atas permintaan seorang kreditor atau beberapa orang
kreditor yang dinyatakan dengan keputusan hakim yang menyatakan bahwa debitur yang
bersangkutan berada dalam keadaan pailit.
Dalam Undang-Undang No 4 Tahun 1998 tentang Penentapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang No 1 Tahun 1998 tentang kepalitan . Dinyatakan bahwa pailit adalah
bahwa debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak mampu membayar sedikitnya satu
D. HAJRU (Pengampunan)
Pengertian al -Hajru
Hajru menurut Bahasa berarti taqyid wa mana’u ( membatasi dan menghalangi). Sementara
pengertian hajru menurut istilah
منع اإلنسان من التصرف في ماله
“Membatasi manusia dalam mempergunakan hartanya”.
Hajru ialah melarang atau menahaan seseorang untuk mengedarkan ( memindahkan)
hartanya. Yang berhak hajru : wali nasab atau hakim
Hanafiyyah menyatakan :
‘Ungkapan yang dipergunakan terhadap pencengahan tertentu untuk orang tertentu dan
terhadap tindakan hukum tertentu”
Pencengahan yang dimasukkan hanafiyyah dari definisi ini adalah terhadap anak kecil,
orang gila, dan lain sebagainya untuk melakukan tindakan hukum. Maliki berpendapat hajru
adalah :
“Sifat hukmiyah (ketetapan hukum syara’) yang menyebabkan seorang tercengah membelanjakan
Dari definisi ini , hajru menurut malikiyyah berlaku bagi anak kecil , orang gila, orang yang
lemah akal , orang yang bangkrut, dan lain sebagainya. Mereka ini tercegah membelanjakan
hartanya melebihi kemampuannya. Mereka semua dilakukan melarang tindakan secara hukum
seperti jual beli atau pemindahan hak milik lainnya , apabila melakukan hal itu maka tindakannya
tidak berlaku dengan sendirinnya, Namun sebagai akibat dari tindakan hukum yang mereka
lakukan , harus mendapat izin dari walinya, sedangkan orang yang dilarang memindah tangankan
hak miliknya melebihi sepertiga hartanya salah orang yang sakit yang diduga keras penyakitnya
tidak akan sembuh lagi,, sehingga penyakitnya itu berakhir dengan kematian.
Segala bentuk jual beli dari orang seperti ini tidak dilarang. Tindakan pemindahan hak
secara sukarela seperti hibah, wasiat dan sedekah hanya di bolehkan sampai sepertinga hartanya,
selebihnya tidak dapat dibenarkan.
pengampuan itu berada dibawah kekuasaan wali, Maka walilah yang dapat mempertimbangkannya.
Hikmah Al-Hajru
Adapun hikmah Al-Hajru diantaranya sebagai berikut:
1. Memelihara harta benda. Itu dilakukan bila pemilik harta tidak pandai mengelolanya sehingga
harus diserahkan kepada wali yang mampu mengelolanya dan mengembangkannya dengan
maksud menjaga kemaslahatan pemiliknya.
2. Memelihara Kemashlahatan Umat Secara Umum.
Harta benda meskipun milik orang kaya, tapi umat juga memiliki bangian hak didalamnya,
dan bila pemeliharaan harta dikelola secara bebas oleh orang-orang kaya bisa menyebabkan
umat kehilangan hak mereka, maka orang-orang kaya itu harus dicegah untuk mengelolah dan
membelanjakannya.
3. Memelihara harta umat dari kesia-siaan. Itu karena pemeliharaan harta benda merupakan salah
satu tujuan syariat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kafalah adalah salah satu fasilitas perbankan syari'ah yang merupakan jaminan dari si
penjamin, baik berupa jaminan diri maupun barang untuk membebaskan kewajiban yang
ditanggung pihak lain. Kebolehan kafalah sebagai salah satu produk perbankan syari'ah didasarkan
pada nash al-Qur'an al-Karim, Hadis-Hadis Rasulullah SAW., dan beberapa pendapat jumhur
fuqaha' sebagaimana telah disebutkan dalam pembahasan di atas, termasuk fatwa Dewan Syari'ah
Nasional (DSN).
Hiwalah adalah memindahkan utang dari tanggungan seseorang kepada tanggungan orang
lain. Rukun hiwalah : Muhil,Muhal,Muhal ‘alaih,Utangmuhil kepada muhal,Utang muhal ‘alaih
kepada muhal,Sighat
Praktek hiwalah tidak hanya dilakukan oleh masyarakat pada umumnya namun praktek ini
juga diterapkan oleh Bank Syariah sebagai salah satu bentuk pelayanan jasa dengan ketentuan-
ketentuan yang telah ditetapkan dalam Fatwa DSN No. 12/DSN-MUI/IV/2000.
Taflis atau bangkrut secara Bahasa fallasa –taflisan yang artinya tidak memiliki harta
sedangkan orang yang pailit disebut dengan muflis. Secara istilah definisi taflis adalah : Keputusan
hakim terhadap orang yang berhutang sebagai orang yang bangkrut yang menyebabkannya ia
terlarang untuk melakukan tindakan hukum terhadap hartanya
Hajru menurut Bahasa berarti taqyid wa mana’u (Membatasi dan menghalangi). Sementara
pengertian hajru menurut istilah : Membatasi manusia dalam mempergunakan hartanya. Hajru ialah
melarang atau menahaan seseorang untuk mengedarkan (Memindahkan) hartanya. Yang berhak
hajru : wali nasab atau hakim.
B. Saran
Penulis sadar bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Untuk terakhir kalinya penulis berharap
pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis sehingga dapat
Hasan, Ali. 2014. Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
http://m-herry.blogspot.com/2013/06/pengertian-dasar-hukum-rukun-syarat.html
http://fileperbankansyariah.blogspot.com/2011/04/pengertian-al-kafalah-guaranty.html
http://khairunnisazhet.blogspot.com/2011/06/kafalah-guaranty.html
http://ucu-syarief.blogspot.com/2011/01/makalah-tentang-kafalah.html
Rasjid, Sulaiman. 2006. Fiqh Islam (Hukum Fiqih lengkap). Bandung : PT Sinar Baru Algensido
Bandung.