AKAD HAWALAH
Kelompok 9:
TULANG BAWANG
T.A 2021-2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Akad Hawalah”.
Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan
dari berbagai pihak .oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-
sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah
ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk semua pihak yang membaca.
Penulis.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ..........................................................................................8
B. Saran........................................................................................8
C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan makalah ini adalah untuk menjelaskan
rumusan masalah diatas secara mendalam.
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN HAWALAH
Secara bahasa pengalihan hutang dalam hukum islam disebut sebagai hiwalah yang
mempunyai arti lain yaitu Al-intiqal dan Al-tahwil, artinya adalah memindahkan dan
mengalihkan.
Penjelasan yang dimaksud adalah memindahkan hutang dari tanggungan muhil (orang yang
berhutang) menjadi tanggungan muhal'alaih (orang yang melakukan pembayaran hutang).
Sedangkan pengertian Hiwalah secara istilah, para Ulama’ berbeda-beda dalam
mendefinisikannya, antara lain sebagai berikut:
Menurut Hanafi, yang dimaksud hiwalah
“Pemindahan utang dari tanggung jawab seseorang menjadi tanggung jawab orang lain”.
“Akad yang menetapkan pemindahan beban utang dari seseorang kepada yang lain”.
Jadi, Al-Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang
berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Dalm istilah para ulama, hali ini
merupakan pemindahan beban utang dari muhil (orang yang berutang) menjadi tanggungan
muhal ‘alaih atau orang yang berkewajiban membayar utang.
Secara sederhana, hal itu dapat dijelaskan bahwa A (muhal) memberi pinjaman kepada B
(muhil), sedangkan B masih mempunyai piutang pada C (muhal ‘alaih). Begitu B tidak
mampu membayar utangnya pada A, ia lalu mengalihkan beban utangnya pada C. Dengan
demikian, C yang harus membayar utang B kepada A, sedangkan utang C sebelumnya pada B
dianggap selesai.
م َعلَى َملِ ِّى فَ ْلىَ ْتبَ ْعHْ َم ْط ُل ا ْل َغنِ ِّى ظُ ْل ٌم فَاِ َذا أُ ْتبِ َع أَ َح ُد ُك
“menunda pembayaran bagi orang yang sudah mampu adalah suatu kezaliman. Dan jika
salah seorang dari kamu diikutkan (di-hawalah-kan) kepada orang yang mampu/kaya,
terimalah hawalah itu.”
Pada hadits tersebut, rasulullah memberitahukan kepada orang ayng mengutangkan, jika
orang yang berutang menghawalahkan kepada orang yang kaya atau mampu, hendaklah ia
menerima hawalah tersebut dan hendaklah iamenagih pada orang yang dihawalahkan (muhal
‘alaih). Dengan demikian, haknya dapat terpenuhi.
Sebagian ulam berpendapat bahwa perintah untuk menerima Hawalah dalam hadits tersebut
menunjukkan wajib. Oleh sebab itu, wajib bagi yang mengutangkan (muhal) menerima
hawalah. Adapun mayoritas ulam berpendapat bahwa perintah itu menunjukkan Sunnah. Jadi,
Sunnah hukumnya menerima hawalah bagi muhal.
b. Ijma
Ulama sepakat membolehkan hawalah. Hawalah di bolehkan pada utang yang tidak
berbentuk barang/benda karena hawalah adalah perpindahan utang. Oleh sebab itu, harus
pada uang atau kewajiban finansial.
BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
Seperti diuraikan diatas, akad hawalah dapat memberikan banyak sekali manfaat dan
keuntungan, diantaranya:
a. Memungkinkan penyelesaian utang dan piutang dengan cepat dan simultan.
b. Tersedianya talangan dana untuk hibah bagi yang membutuhkan.
c. Dapat menjafdi salah satu fee-based income/sumber pendapatan non pembiayaan bagi bank
syariah.
Adapun risiko yang harus diwaspadai dari kontrak hawalah adalah adanya kecurangan
nasabah dengan memberi invoice palsu dan wanprestasi (ingkar janji) untuk memenuhi
kewajiban hawalah ke bank.
Demikianlah makalah tentang Pemindahan utang piutang (Hawalah) yang dapat kami
uraikan, semoga memberikan manfaat bagi kita dan dapat menambah khazanah keilmuan,
khususnya mengenai bahasan dalam Fiqh Mu’amalah.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
tulisan maupun penyusunannya, karena selain kami masih dalam tahap belajar, kami juga
manusia biasa yang tidak akan lepas dari salah dan dosa. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran konstruktif pembaca demi perbaikan makalah kami
selanjutmya.
B. SARAN
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
tulisan maupun penyusunannya, karena selain kami masih dalam tahap belajar, kami juga
manusia biasa yang tidak akan lepas dari salah dan dosa. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran konstruktif pembaca demi perbaikan makalah kami
selanjutmya
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman ghazaly dkk, fiqh muamalat, Jakarta, PRENADA MEDIA, 2010,
http://makalahoke.blogspot.co.id/2013/06/makalah-al-hiwalah.html
http://mindafantastic.blogspot.co.id/2011/09/fiqh-muamalah-hawalah-pemindahan-
utang.html
http://makalahoke.blogspot.co.id/2013/06/makalah-al-hiwalah.html
http://mindafantastic.blogspot.co.id/2011/09/fiqh-muamalah-hawalah-pemindahan-
utang.html
Muhammad syafii Antonio, bank syariah dari teori ke praktek, jakarta, GEMA INSANI,
2001, hlm 126-127
http://mindafantastic.blogspot.co.id/2011/09/fiqh-muamalah-hawalah-pemindahan-
utang.html
Abdul Rahman ghazaly dkk, fiqh muamalat, Jakarta, PRENADA MEDIA, 2010, hlm 255-
257
http://mindafantastic.blogspot.co.id/2011/09/fiqh-muamalah-hawalah-pemindahan-
utang.html
Moh Rifai , konsep perbankan syariah, semarang, wicaksana, 2002, hlm. 88