Anda di halaman 1dari 12

Manajemen Perbankan Syariah

“Wakalah Dan Hiwalah”

DOSEN PENGAMPU:

Shelly Nurilla Sucaga, SE.I,MM (0000000180)

KELOMPOK 3:

NOVA (2101130006)
KRISTINA MANALU (2101130010)
MEMEN LEWISPRI (2101130011)

UNIVERSITAS TRIDINANTI PALEMBANG

FAKULTAS EKONOMI

D3 KEUANGAN DAN PERBAKAN

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat TuhanYang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang "WAKALAH DAN
HIWALAH".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah
hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.

Palembang, Juni 2023


BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Hiwalah, Wakalah dan Kafalah sering kita dengar baik dalam ekonomi syariah maupun
dalamlembaga keuangan syariah. Hal-hal tersebut dalam dunia perbankan terdapat dalam
produk jasa.Masyarakat awam pada umumnya tidak begitu memahami apa yang dimaksud
dengan hiwalah,wakalah dan kafalah ini.
Untuk Indonesia sebagai Negara Muslim sudah seharusnya sistem keuangan yang
digunakan berlandaskan prinsip syariah. Namun, saat ini prinsip syariah belum begitu
terealisasi penggunaanya. Masih banyak sistem ekonomi Kapitalis yang digunakan dan
mengandung unsurMagrib didalamnya.
Hiwalah dapat digunakan untuk pemindahan utang dari seseorang kepada orang lain.
Inisangat sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Seumpamannya, si A berutang
kepada Bdan A berpiutang kepada C. Dan si A tidak bisa membayar utangnya kepada B lalu
iamengalihkan pembayaran utanganya kepada si C. 
Wakalah berupa penyerahan atau pendelegasian dari satu pihak kepihak lain dan
harusdilakukan dengan yang telah disepakati oleh sipemberi mandat. Hal ini terjadi karena
padadasarnya tidak semua manusia dapat mengurusi segala urusannya secara pribadi,
sehingga ia butuh pendelegasian mandat kepada orang lain
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Hiwalah?
2. Apa yang dimaksud dengan Wakalah?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Hiwalah
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Wakalah
BAB II
PEMBAHASAN
A.HIWALAH

1. Pengertian
Hiwalah adalah memindahkan utang dari tanggungan seseorang kepada tanggungan orang
lain. Berdasarkan sabda Nabi yang artinya “ Orang yang mampu membayar utang, haram
 baginya melalaikan utangnya. Maka apabila seseorang diantara kamu memindahkan
utangnyakepada oran
g lain, memindahkan itu hendaklah diterima, asal yang lain itu mampu membayar”.
(HR. Ahmad dan Baihaq)

2. Dasar Hukum
Hiwalah sebagai salah satu bentuk transaksi antar sesama manusia dibenarkan olehRasulullah
SAW melalui sabda beliau:
 
Artinya : Memperlambat pembayaran hutang yang dilakukan oleh orang kaya
merupakan perbuatan dzalim, jika salah seorang kamu dialihkan kepada orang yang mudah
membayar
hutang, hendaknya ia berani. (HR. Al jama’ah)

1.Al-Qur‟an
Hai orang orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamumenuliskannya. Dan
hendaklah seorang penulis di antara kamumenuliskannya dengan benar
2. Hadits
Menunda (pembayaran hutang) oleh orang yang telah mampu membayaritu suatu
penganiayaan. Apabila salah seorang di antara kamu hutangnyadilimpahkan kepada orang
yang mampu, hendaklah kamu menerima
3.Ijma
Kesepakatan ulama (ijma‟ menyatakan bahwa hiwalah boleh dilakukan)

 3. Rukun Hiwalah


Menurut Hanafiyah, rukun hiwalah hanya satu yaitu ijab dan kabul yang dilakukan antara
yang menghiwalah kan dengan yang menerima hiwalah.
Syarat-syarat hiwalah hiwalah menurut Hanafiyah ialah:
a. Orang yang memindahkan utang Muhil : Pihak yang berutang
pada transaksi hawalah; adalah orang yang berakal, maka batal hiwalah yang dilakukan muhil
dalam keadaan gila atau masih kecil.
b. Muhtal Orang yang menerima hiwalah (rah al-dayn), adalah orang yang berakal,maka
batallah hiwalah yang dilakukan oleh orang yang tidak berakal.
c. Muhal ‘alaih Orang yang dihiwalahkan (muhal alaih) juga harus orang berakal
dandisyaratkan juga ia meridhainya.
d. Utang Muhil kepada Muhtal
e.Utang muhal ‘alaih kepada muhil
f. Shighat yaitu ijab darimuhil dengan kata-katanya: “aku hiwalahkan utangku yang hak bagi
engkau kepada fulan” dan kabul dari muhtal dengan kata-katanya : “aku terima hiwalah
engkau.
4. Faktor-faktor yang memberhentikan akad hiwalah
a. Apabila hiwalah berjalan sah dengan sendirinya tanggungan muhil menjadi gugur. 
b. Andaikan muhil ‘alaih mengalami kebangkrutan, membantah hiwalah atau meninggal
dunia, maka sisi muhil tidak boleh lagi kembali kepada muhil. Kecuali dalam hal penipuan.
c. Jika muhal menghibahkan harta kepada muhal ‘alaih dan ia menerima hibah tersebut.
d. Karena dibatalkan atau fasakh. Dalam keadaan ini hak penagih oleh muhal akan kembalila
gi kepada muhil.

5. Contoh Hiwalah
Seumpamannya A (muhil) berutang kepada B (Muhtal) dan ia (A) berpiutang kepada C
(Muhal ‘alaih). Jadi A adalah orang yang berutang dan berpiutang, B hanya berpiutang dan C
hanya berutang. Kemudian A dengan persetujuan B menyuruh Cmembayar utangnya kepada
B, tidak kepadanya (A). Setelah terjadi akad hiwalah, terlepaslah Adari utangnya kepada B,
dan C tidak berutang lagi kepada A, tetapi utangnya kepada A telah berpindah kepada B,
berarti C harus membayar utangnya itu kepada B, tidak lagi kepada A. Memindahkan utang
dengan cara ini tidak ada halanganya, dengan syarat : keadaan Cmampu membayar utangnya,
dan dengan ridho keduanya (A dan B). Ridho C tidak menjadisyarat sahnya Hiwalah, dan
diisyaratkan pula bahwa utang C kepada A sama banyak dan jenisnya dengan janji atau tunai
dengan utang A kepada B. Jika teryata C tidak dapat membayarkarena ia tidak mampu, maka
B tidak dapat kembali kepada A, karena hal itu termasuk sia-sia,tidak diselidikinya sebelum
terjadi akad hiwalah.
6. Jenis hiwalah
Mazhab Hanafi membagi hawalah menjadi beberapa bagian. Ditinjau dari segi obyek akad,
hawalah dapat dibagi dua:

a.       Hiwalah Haq
Hawalah ini adalah pemindahan piutang dari satu piutang kepada piutang yang lain dalam
bentuk uang bukan dalam bentuk barang. Dalam hal ini yang bertindak sebagai Muhil adalah
pemberi utang dan ia mengalihkan haknya kepada pemberi hutang yang lain sedangkan orang
yang berhutang tidak berubah atau berganti, yang berganti adalah piutang. Ini terjadi jika
piutang A mempunyai hutang kepada piutang B.
b.      Hiwalah Dayn
Hawalah ini adalah pemindahan hutang kepada orang lain yang mempunyai hutang
kepadanya. Ini berbeda dari hawalah Haq. Pada hakekatnya hawalah dayn sama
pengertiannya dengan hawalah yang telah diterangkan di depan.
Sedangkan dari sisi lain:
a. Hawalah Muthlaqoh terjadi jika orang yang berhutang (orang pertama) kepada orang lain
( orang kedua) mengalihkan hak penagihannya kepada pihak ketiga tanpa didasari pihak
ketiga ini berhutang kepada orang pertama. Jika A berhutang kepada B dan A mengalihkan
hak penagihan B kepada C, sementara C tidak punya hubungan hutang pituang kepada B,
maka hawalah ini disebut Muthlaqoh. Ini hanya dalam madzhab Hanafi dan Syi’ah
sedangkan jumhur ulama mengklasifikasikan jenis hawalah ini sebagai kafalah.
b.      Hawalah Muqoyyadah terjadi jika Muhil mengalihkan hak penagihan Muhal kepada
Muhal Alaih karena yang terakhir punya hutang kepada Muhal. Inilah hawalah yang boleh
(jaiz) berdasarkan kesepakatan para ulama.
Ketiga madzhab selain madzhab hanafi berpendapat bahwa hanya membolehkan hawalah
muqayyadah dan menyariatkan pada hawalah muqayyadah agar utang muhal kepada muhil
dan utang muhal alaih kepada muhil harus sama, baik sifat maupun jumlahnya. Jika sudah
sama jenis dan jumlahny, maka sahlah hawalahnya. Tetapi jika salah satunya berbeda, maka
hawalah tidak sah.

7. Berakhirnya hiwalah
Akad hawalah akan berakhir oleh hal-hal berikut ini.
1.     Karena dibatalkan atau fasakh. Ini terjadi jika akad hawalah belum dilaksanakan sampai
tahapan akhir lalu difasakh. Dalam keadaan ini hak penagihan dari Muhal akan kembali lagi
kepada Muhil.
2.     Hilangnya hak Muhal Alaih karena meninggal dunia atau bangkrut atau ia mengingkari
adanya akad hawalah sementara Muhal tidak dapat menghadirkan bukti atau saksi.
3.      Jika Muhal alaih telah melaksanakan kewajibannya kepada Muhal. Ini berarti akad
hawalah benar-benar telah dipenuhi oleh semua pihak.
4.      Meninggalnya Muhal sementara Muhal alaih mewarisi harta hawalah karena pewarisan
merupakah salah satu sebab kepemilikan. Jika akad ini hawalah muqoyyadah, maka
berakhirlah sudah akad hawalah itu menurut madzhab Hanafi.
5.      Jika Muhal menghibahkan atau menyedekahkan harta hawalah kepada Muhal Alaih dan
ia menerima hibah tersebut.
6.      Jika Muhal menghapusbukukan kewajiban membayar hutang kepada Muhal Alaih

8.Aplikasi hiwalah dalam perbankan

Kontrak hawalah dalam perbankan biasanya diterapkan pada hal-hal berikut.


a.    Factoring atau anjak piutang, dimana para nasabah yang memiliki piutang kepada pihak
ketiga memindahkan piutang itu kepada bank, bank lalu membayar piutang tersebut dan bank
menagihnya dari pihak ketiga itu.
b.    Post dated check, dimana bank bertindak sebagai juru tagih, tanpa membayarkan dulu
piutang tersebut.
c.       Bill counting. Secara prinsip. Bill counting serupa dengan hawalah. Hanya saja,
dalam bill counting, nasabah harus membayar fee, sedangkan pembahasan fee tidak termasuk
dalam hawalah.

B.WAKALAH
1. Pengertian
Wakalah menurut bahasa berarti penyerahan, pendelegasi, atau pemberianmandat. Mandat ini
harus dilakukan dengan yang telah disepakati oleh sipemberi mandat. Menurut istilah para
ulama berbeda-beda antara lain sebagai berikut:
Malikiah berpendapat wakalah adalah seseorang menggantikan (menempati) tempat yang
laindalam hak (kewajiban), dia yang mengelolah pada posisi itu.
Hanafiyah berpendapat bahwa wakalah adalah suatu ibrah seseorang menyerahka
sesuatukepada orang lain untuk dikerjakan ketika hidupnya.
Menurut Sayid Sabiq dalam buku fiqh sunnah mendefinisikan al wakalah sebagai pelimpahan
kekuasaan oleh seseorang kepada yang lain dalm hal-hal yang dapat diwakilkan.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan wakalahadalah
penyerahan diri seseorang kepada orang lain untuk mengerjakan sesuatu dalam hal-halyang
dapat diwakilkan. Pada dasarnya tidak semua manusia dapat mengurusi segala
ursannyasecara pribadi, sehingga ia butuh mendelegasikan mandat kepada orang lain untuk
dapatmelakukannya sebagai wakil darinya. Penyebabnya bisa karena ketidak adaan waktu
atau tidakmemiliki kemampuan tekhnik untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Ada beberapa jenis wakalah antara lain sebagai berikut:
a) Wakalah al-Mutlaqah, yaitu mewakilkan secara mutlak, tanpa batas waktu dan untuk
segala urusan.
b) Wakalah al-Muqayyadah, yaitu penujukan wakil untuk bertindak atas namanya dalam
urusan-urusan tetentu.
c) Wakalah al-Ammah, perwakilan yang lebih luas dari al-Muqayyadah tetapi lebih sederhana
ari pada al-Mutalaqah.

Dalam aplikasinya pada perbankan syariah, wakalah biasanya diterapkan untuk penerbitan
Letter of Credit (L/C) atau penerusan permintaan akan barang dalam negeri di luar negeri
(L/C ekpor). Wakalah juga diterpakan untuk mentransfer dana nasabah kepada pihak lain.
Muammar Arafat Yusmad mengatakan wakalah ialah akad pemberi kuasa kepada penerima
kuasa untuk melaksanakan suatu tugas (taukil) atas nama pemberi kuasa. Dalam perbankan,
wakalah terjadi apabila nasabah memberi kuasa pada bank untuk mewakili dirinya untuk
melakukan pekerjaan tertentu seperti pembukaan L/C, inkaso dan transfer uang. Atau dengan
kata lain akad pemberian kuasa dari pemberi kuasa (muwakil) kepada penerima kuasa (wakil)
untuk melaksanakan suatu tugas (taukil) atas nama pemberi kuasa.
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) telah menfatwakan wakalah
melalui DSN-MUI No.10/DSN-MUI/IV/2000 tentang wakalah.
Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak lain dalam hal-hal yang boleh
diwakilkan.
Praktek wakalah pada LKS dilakukan sebagai salah satu bentuk pelayanan jasa perbankan
syariah kepada nsabah. Adapun ketentuan tentang wakalah adalah pernyataan ijab dan qabul
harus dinyatakn oleh para pihak untuk menunjukan kehendak mereka dalam mengadakan
25 Muhammad Syafi‟i Antonio, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah cet 7 (Tanggerang:
Azkia Publisher, 2009
Wakalah dengan imbalan bersifat mengikat dan tidak boleh dibatalkan secara sepihak.
2. Landasan Hukum
Dalam tataran teknis wakalah diatur dalam ketentuan pasal 36 huruf c poin pertama PBI
no.6/24/PBI/2004 tentang bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsipsyariah, yang artinya menyatakan bahwa bank wajib menerapkan prinsip syariah dan
prinsipkehati-hatian dala kegiatan usahanya yang meliputi melakukan pemberian jasa
pelayanan perbankan berdasarkan akad wakalah.
Hadis yang memboleh kan wakalah diantaranya “Dan dari Sulaiman bin Yasar. Bahwa Nabi
SAW, mngutus Abu Rafi, hamba yang pernah dimerdekakanya dengan laki-laki Anshar,
lalukedua orang itu menikahkan Nabi dengan Maimunah binti Haris dan pada saat itu (Nabi
SAW)dimadinah sebelum keluar (ke Meiqat Dzil Khulaifah). (HR. Maliki).
3. Rukun dan Syarat
a. Orang yang mewakilkan (muwakkil), syarat-syarat muwakil :
Orang yang mewakilkan (muwakkil) syaratnya dia berstatus sebagai pemilik urusan/benda
dan menguasainya serta dapat bertindak terhadap harta tersebut dengan dirinya sendiri. Jika
muwakkil itu bukan pemiliknya atau bukan orang yang ahli maka batal. Dalam hal ini, maka
anak kecil dan orang gila tidak sah menjadi muwakkil karena tidak temasuk orang berhak
untuk bertindak.
1) pemilik sah ynag dapat bertindak terhadap sesuatu yang diwakilkan.
2) orang mukhalaf atau anak mubayyizi dalam batas-batas tertentu yakni dalam hal-hal yang
bermanfaat baginya.
b. Sesuatu yang diwakilkan, syarat-syaratnya yaitu :
Wakil (orang yang mewakili) syaratnya ialah orang berakal. Jika ia idiot, gila, atau belum
dewasa maka batal. Tapi menurut Hanafiyah anak kecil yang cerdas (dpat membedakan yang
baik dan buruk) sah menjadi wakil alasannya bahwa Amr bin Sayyidah Ummu Salamah
mengawinkan ibunya kepada Rasulullah, saat itu Amr masih kecil yang belum baligh. Orang
yang suddah berststus sebagai wakil ia tidak boleh berwakil kepada orang lain kecuali seizin
dari muwakkil pertama atau karena terpaksa seperti pekerjaan yang diwakilkan terlalu banyak
sehingga ia tidak dapat mengerjakannya sendiri maka boleh berwakil kepada orang lain. Si
wakil tidak wajib untuk menanggung kerusakan barang yang diwakilkan kecuali disengaja
atau cara di luar batas.27
Menurut kalangan Hanafiyah, rukun wakalah adalah ijab dan qabul. Ijab berarti ucapan atau
tidankan dari orang yang akan mewakilkan, seperti ucapan “aku wakilkan kepadamu untuk
melakukn hal ini.” Sementara qabul berarti ucapan dari orang yang
1) diketahui dengan jelas oleh orang yangmewakili.
2) tidak bertentangan dengan syariat Islam.
3) Dapat diwakilkan menurut syariatIslam.
Syarat wakalah
Muwakil fih (sesuatu yang diwakilkan), syaratnya:
1) Pekerjaan/urusan itu dapat diwakilkan atau digantikan oleh orang lain. Oleh karena
itu, tidak sah untuk mewakilkan untuk mengerjakan ibadah seperti shalat, puasa, dan
membaca al-quran.
2) Pekerjaan itu dimiliki oleh muwakkil sewaktu akad wakalah. Olehn karena itu, tidak
sah berwakil menjual sesuatu yang belum dimilikinya.
3) Pekerjaannya itu diketahui secara jelas. Maka tidak sah mewakilkan sesuatu yang
masih samar seperti “aku jadikan engkau sebagai wakilku untuk mengawini salah
satu anakku”.
4) Shigat, henaknya berupa lafal yang menunjukan arti “mewakilkan” yang diiringi
kerelaan dari muwakkil seperti “saya wakilkan atau serahkan pekerjaan ini kepada
kamu untuk mengerjakan pekerjaan ini” kemudian diterima oleh wakil. Dalam shigat
qabul si wakil tidak syaratkan artinya seandainya si wakil tidak mengucapkan qabul
tetap dianggap sah.

Akad dalam wakalah terjadi dan diakui secara hukum bila dilakukan ijab dan qabul. Ijab
qabul dapat dilakukan dengan lisan, tulisan, isyarat atau perbuatan/tindakan. Meskipun orang
yang mewakilkan telah melakukan ijab, namun orang yang dituju untuk menerima
perwakilan menolak, maka wakalah semacam ini tidak sah. Syarat sighah yaitu, pertama,
wakala harus dengan ucapan, tulisan atau perbuatan yang menunjukan adanya kerelaan untuk
mewakilkan, baik secara ekplisit maupun implisit. Kedua, sighah tidak terikat dan terbatas
oleh syara. Persyaratan kedua ini adalah persyaratan yang dikemukakan kalangan
Syafi‟iyyah.
Persyaratan yang terkait dengan orang yang mewakilkan adalah ia harus cakap hukum.
Muwakkil harus berakal, baligh. Tidak sah hukumnya akad wakalah dari orang gila atau anak
kecil yang belum mumayyiz. Anak kecil boleh mewakilkan bila seizin walinya. Selain itu,
muwakkil harus pihak yang berwenang untuk melakukan sesuatu yang akan diwakilkan.
Misalnya dalam penerimaan pembayaran utang, ia memang pihak yang berwenang untuk
menerima pembayaran utang tersebut.
Syarat yang terkait dengan orang yang menerima perwakilan atau wakil adalah, ia harus
berakal dan baligh. Meskipun ada persyaratan baligh, dalam wakalah sah apabila adalah anak
kecil yang berakal dan sudah mumayyiz. Selain itu, wakil harus mengetahui tentang
kewenangan yang diwakilkan kepadanya. Menurut Ibnu Rusyd, disyaratkan bagi orang yang
terhalang kewenangannya untuk menjalankan kewenangan yang diwakilkan
4. Berakhirnya Wakalah
Wakalah akan berakhir jika kondisi terjadi salah satu dari hak berikut:
a.Meninggalnya salah seorang dari yang berakad, karena salah satu syarat sahnya akadadalah
orang yang berakad masih hidup.
b. Salah seorang yang berakad gila
c. Diberhentikannya pekerjaan yang dimaksud, karena jika telah berhenti, dalam keadaanini
wakalah tidak berfungsi lagid. Pemutusan oleh orang ynag mewakilkan terhadap wakil
meskipun wakil belummengetahui.
5. Aplikasi wakalah pada lembaga keuangan syariah
a. Investasi untuk reksadana syaraiah
Reksadana adalah wadah ynag dipergunakan untuk menghimpun dana darimasyarakat
pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan kembali dalam portofolio efekolehmanajer
investasi. Dalam keguatan investasi reksadana syariah, antara pemodaldengan manajer
investasi digunakan akad wakalah.
Dengan akad wakalah, pemodal memberikan mandat kepada manajer investasi
untukmelaksanakan investasi bagi kepentingan hasil investasi dan menanggung resiko
dalamreksadana syariah. Pemodal juga berhak untk sewaktu-waktu menambah atau
menarikkembali penyertaannya dalam reksadana syariah melalui manajer investasi.
b. Perbankan syariah
Implementasi akad wakalah dalam perbankan syariah biasanya digunakan sebagaiakad dalam
menerbitkan Letter of credit atau penerusan permintaan akan barang dalamnegeri dari Bank
diluar Negeri. Syariah adalah surat pernyataan akan membayara kepadaEksportir yang
diterbitkan oleh Bank demi kepentingan Importir dengan pemenuhan persyaratan tertentu.
c. Asuransi Syariah
Implementasi akad wakalah dalam asuransi diantaranya adalah wakalah bin Ujrah.Wakalah
bin ujrah adalah pemeberian kuasa dari peserta kepada perusahaan asuransiuntuk mengelolah
dana perserta dan melakukan kegiatan lain dengan imbalan pemberian
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Hiwalah adalah memindahkan utang dari tanggungan seseorang kepada tanggungan orang
lain. Berdasarkan sabda Nabi yang artinya “ Orang yang mampu membayar utang, haram
baginya melalaikan utangnya. Maka apabila seseorang diantara kamu memindahkan utangnya
kepada orang lain, memindahkan itu hendaklah diterima, asal yang lain itu mampu
membayar”
Wakalah menurut bahasa berarti penyerahan, pendelegasi, atau pemberian mandat. Mandatini
harus dilakukan dengan yang telah disepakati oleh sipemberi mandat.
Menurut istilah para ulama berbeda-beda antara lain sebagai berikut:
Malikiah berpendapat wakalah adalah
seseorang menggantikan (menempati) tempat yang laindalam hak (kewajiban), dia yang
mengelolah pada posisi itu.
Hanafiyah berpendapat bahwa wakalah adalah suatu ibrah seseorang menyerahka
sesuatukepada orang lain untuk dikerjakan ketika hidupnya. Menurut Sayid Sabiq dalam
buku fiqh sunnah mendefinisikan al wakalah sebagai pelimpahankekuasaan oleh seseorang
kepada yang lain dalm hal-hal yang dapat diwakilkan. Menurut Madzhab Maliki, Syafi’i dan
hambali, kafalah adalah menjadikan seseorang ikut bertanggung jawab atas tanggung jawab
seseorang dalam pelunasan / pembayaran utang.Aplikasinya dalam dunia perbankan adalah
penerbitan garansi bank. Kafalah adalah akad antaradua pihka dimana pihak pertama
menanggung beban dan tanggung jawab pihak kedua untumenyelesaikan utang.

B.Saran
Karena kita telah membahas tentang hiwalah, wakalh, dan kafalah ini maka hendaklah
terealisasidengan baik dalam kehidupan sehari-hari

Anda mungkin juga menyukai