ISLAM
Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri
KH Achmad Siddiq Jember
Abtract
The practice of debt transactions as one aspect of fulfilling one's life through social
interaction. A transaction full of privileges and goodness promised by the doer (creditor) of
Allah. The practice of debt as we know it, aside from having a positive side through the
principle of helping each other, is often the starting point for disputes and hostility among
humans. This will be evident when, in practice, humans ignore some of the basic principles
that form the framework for legalizing the practice of helping each other; namely honesty.
Intisari
Praktik transaksi utang piutang sebagai salah satu aspek dari memenuhi kehidupan seseorang
melalui interaksi sosial. Sebuah transaksi yang penuh dengan keistimewaan dan kebaikan
yang dijanjikan Allah pelaku (kreditur). Praktek hutang yang kita kenal, di samping memiliki
sisi positif melalui prinsip tolong bantu, tapi seringkali itu juga menjadi titik awal
perselisihan dan permusuhan di antara mereka manusia. Ini akan menjadi bukti ketika dalam
prakteknya, manusia mengabaikan beberapa prinsip dasar yang membentuk kerangka kerja
untuk melegalkan praktik tolong-menolong; yaitu kejujuran.
Kata kunci : Hukum Bayar, Hutang Piutang, Ekonomi Islam.
A. Pendahuluan
Kecenderungan terhadap hubungan sosial merupakan bukti bahwa manusia adalah
makhluk yang lemah, tidak mampu bertahan hidup tanpa bantuan dan peran orang lain dalam
hidupnya. Ini tentu saja berlaku untuk semua yang termasuk dalam pemeliharaan. Allah SWT
1
mereka, terdapat praktik hukum hutang sebagai bagian dari pemenuhan kebutuhan hidup
melalui interaksi sosial. Tindakan keistimewaan dan sikap yang dijanjikan Tuhan adalah
Hutang piutang merupakan salah satu bentuk pengembangan berbagai kegiatan ekonomi
yang cocok bagi masyarakat. Sebagai kegiatan ekonomi kolektif, hutang dapat
mempengaruhi semua bidang kehidupan masyarakat kuno dan modern. dan dari sudut
pandang ini, hutang dan kredit yang ada yang diketahui orang di bumi, ketika mereka
mengikat satu orang ke orang lain, memiliki aspek sosial yang sangat tinggi.
Menurut pemahaman Islam, hutang adalah akad (transaksi keuangan) yang mengandung
nilai ta'awun (pertolongan). Jadi bisa disebut bakti sosial, tapi juga memiliki nilai tersendiri
dari sudut pandang Islam. Hutang dan penerima manfaat juga memiliki nilai yang sangat
besar, terutama bantuan timbal balik kepada orang yang tidak mampu atau miskin secara
finansial: keinginannya begitu baik sehingga tujuan pembayaran hutang menjadi keharusan,
Terlebih dari itu, hutang piutang adalah suatu transaksi yang harus diselesaikan. Dalam
artian orang yang melakukan hutang piutang (berhutang) harus membayarkan kepada orang
yang memberi hutang. Di dalam Islam pun hutang harus dibayarkan meski yang
bersangkutan telah meninggal dunia, dan hutang dapat di bayar melalui ahli warisnya, ini
menunjukkan bahwa begitu dahsyat esensi dari hutang piutang dalam agama Islam.
Berdasarkan uraian di atas, dalam jurnal singkat ini penulis ingin memaparkan sederhana
B. Metode Penelitian
Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode tinjauan literatur yang merupakan
metode pengumpulan data dengan cara meneliti buku-buku, dokumen, Al-Qur’an, jurnal,
2
artikel yang berhubungan dengan masalah yang peneliti angkat, lalu data tersebut peneliti
menjelaskan bahwa Qardh adalah akad antara salah satu dari dua orang yang bersepakat
untuk mengambil apa yang dimilikinya dari orang lain dan habis seperti minyak. dengan
mobil untuk dikembalikan nanti. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), penerima
diartikan sebagai uang yang dipinjam dan dipinjamkan kepada orang lain.
Secara etimologi, Al-Qard berarti Al-Qath'u, yang berarti (potongan). Dengan demikian,
Al-Qardh dapat diartikan sebagai harta yang diberikan kepada debitur karena harta yang
diberikan merupakan bagian dari harta debitur (orang yang memberikan hutang). (Agustinar
Abu Al-Kasim mengatakan bahwa “dayn” artinya utang atau berutang dan “qardh”
adalah apa yang dibayarkan kepada orang lain dari harta dengan syarat dikembalikan.
Sedangkan menurut Al-Mu'jam Al-Wasid, kata “dayn” adalah hutang yang ditangguhkan.
Dan "qardh" berarti bahwa Anda memberikan harta kepada orang lain dan mengharapkan
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa qardh diartikan sebagai perjanjian atau
transaksi antara dua pihak. Dalam hal ini, qardh adalah perbuatan memberi kepada pihak lain
sesuatu yang harus dikembalikan kemudian, bukan sesuatu yang menjadi milik yang
diberikan.
3
2. Dasar Hukum Membayar Hutang
Hukum berhutang pada umumnya diperbolehkan menurut hukum Islam. Bahkan orang
yang memberikan hutang atau pinjaman kepada orang lain yang sangat membutuhkan adalah
hal yang dihargai dan didorong karena memiliki imbalan. Pada saat yang sama, hukum
membayar hutang dalam Islam adalah wajib, dan pembayarannya tidak dapat ditunda jika
tunjangan sudah jatuh tempo. Karena orang yang memiliki hutang, tetapi tidak berniat
َم ْن َأَخ َذ َأْم َو اَل الَّناِس ُيِرْيُد ِاْتاَل َفَهاَأْتَلَفُه ُهَّللا: َو َقاَل َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم.
“Yang artinya: Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa mengambil harta orang dengan
tujuan ingin merusak (tidak mau membayar), niscaya Allah akan merusaknya.” (HR.
Bukhari).
Hadist ini menjelaskan bahwa, membayar hutang adalah hukumnya wajib. Bahkan
hukum membayar hutang wajib meskipun yang berhutang telah meninggal dunia, dan
akan menjadi tidak wajib apabila yang bersangkutan telah mengikhlaskan hutangnya
terhadap orang yang sudah meninggat tersebut. Dan tidak boleh seorang muslim
melarikan diri dengan maksud tidak membayaar hutangnya, perbuatan demikian sama
َو اَل َتْأُك ُلوا َأْم َو اَلُك م َبْيَنُك م ِباْلَباِط ِل َو ُتْد ُلوا ِبَها ِإَلى اْلُح َّك اِم ِلَتْأُك ُلوا َفِريًقا ِّم ْن َأْم َو اِل الَّناِس ِباِإْل ْثِم َو َأنُتْم َتْع َلُم وَن
“yang artinya: Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di
antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta
itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda
4
orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui”. (Alquran surat
a. Rukun hutang
1). ‘Aqid
Dalam aqid baik pemberi pinjaman maupun peminjam harus orang yang berwenang
membuat tasarfur atau memiliki ahliyatul ada'. Oleh karena itu, qardh tidak sah jika
Rukun utang adalah sebagai berikut: Harta berupa harta yang dimiliki olehnya,
artinya harta yang sama jenisnya tidak jauh berbeda satu sama lain, sehingga
menimbulkan perbedaan nilai, seperti B. Uang, barang yang dapat ditukar, ditimbang,
barang yang dapat diinvestasikan dan, jika dihitung, utang harus dalam bentuk barang,
tidak ada hutang hukum manfaat (jasa), hutang adalah properti yang dikenal, yaitu.
Akad dalam hutang adalah akad kepemilikan. Oleh karena itu, akad ini hanya dapat
dilakukan oleh orang yang cakap secara hukum dan hanya dengan ijab dan qabul, seperti
b. Syarat hutang
H.Moh.Anwar memaparkan bahwa syaraat dari hutang piutang adalah sebagai berikut:
c. Debitur harus mengembalikan klaim dalam waktu yang telah ditentukan dengan
5
d. Debitur pinjaman berhak menegurnya jika dianggap penting.
e. Yang untung wajib memberi waktu jika tidak bisa membayar hutang
f. Disunnahkan bagi orang yang terlilit hutang untuk melepaskan sebagian atau seluruh
Ekonomi Islam mempelajari aktivitas atau perilaku manusia secara nyata dan empiris
baik produksi, distribusi maupun konsumsi berdasarkan hukum Islam yang bersumber
dari Al-Qur'an dan Hadits dengan tujuan mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
a. Sumber daya dipandang sebagai perintah dari Tuhan kepada manusia, sehingga
memanfaatkannya untuk kegiatan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang
lain.
b. Hak milik pribadi diakui dalam batas-batas tertentu dalam kaitannya dengan
c. Bekerja adalah pendorong utama kegiatan ekonomi Islam dan Islam mendorong
manusia untuk bekerja dan berjuang dengan berbagai cara untuk memperoleh
menjamin hal ini bahwa Allah telah menetapkan rezeki dari setiap makhluk yang
diciptakan-Nya.
d. Kekayaan ini tidak hanya menjadi milik segelintir orang kaya, tetapi harus
berfungsi sebagai kapital produktif yang menaikkan tingkat produk nasional dan
6
e. Islam menjamin milik bersama dan penggunaannya adalah untuk kebaikan rakyat.
Prinsip ini didasarkan pada Sunnah Nabi, yang menurutnya manusia memiliki hak
f. Seorang Muslim harus berserah diri kepada Allah dan Hari Akhir. Karena kondisi
ini menjauhkan seorang muslim dari hal-hal yang berkaitan dengan maisir, gharar
g. Islam melarang riba dalam segala bentuknya. (Marina Zulfa & Kasniah, 2022)
D. Kesimpulan
atas dari sudut pandang ekonomi Islam bahwa hukum pembayaran hutang adalah
merupakan salah satu bentuk pengembangan berbagai kegiatan ekonomi yang cocok
Tinjauan hukum ekonomi Islam tentang hutang dan praktik kredit diperbolehkan
karena termasuk dalam sistem utang dalam Perjanjian Tabarru, yang diartikan sebagai
perjanjian saling mendukung yang bertujuan untuk mengurangi beban orang lain,
tetapi dalam ekonomi Islam itu adalah itu. seseorang yang berhutang tidak boleh
riba.
7
E. Daftar Pustaka
Abdul Aziz & Ramdansyah. (2016). Esensi Utang Dalam Konsep Ekonomi Islam. 1,
4, 125–135.
Agustinar, & Rini, N. (2017). Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pembayaran Hutang
Marina Zulfa, & Kasniah. (2022). Sistem Hutang Piutang Dibayar Hasil Tani Di
Ratnasari, E. (2019). Praktik Hutang Piutang Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus
Desa Girikelopo Mulyo). In Progress in Retinal and Eye Research (Vol. 561,
Issue 3).