Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Ayat dan Hadis Hutang - Piutang

Mata Kuliah : Ayat dan Hadis Ekonomi


Dosen Pengampu : Dr. Budi Sudrajat, M.A
Asuransi Syariah B
Kelompok :
1. Rahmat Hidayat ( 221430062 )
2. Khorida Imami ( 221430059 )

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
TAHUN 2023
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................................. 1
A. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1
BAB II........................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2
A. Pengertian Hutang - Piutang ........................................................................................... 2
B. Syarat dan Rukun Hutang - Piutang Serta Adab............................................................. 2
C. Ayat Al-Qur’an Tentang Hutang - Piutang..................................................................... 4
D. Hadis Tentang Hutang - Piutang..................................................................................... 6
BAB III .................................................................................................................................... 10
PENUTUP................................................................................................................................ 10
A. KESIMPILAN .............................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 11

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kita
petunjuk - nya sehingga makalah yang berjudul “Hutang - Piutang”
Dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun berdasarkan berbagai sumber
yang relevan dengan materi yang disajikan dalam makalah ini. Adapun materi yang dipaparkan
adalah mengenai pengertian Hutang piutang, Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritikdan saran dari semua pihak yang bersifat konstruktif
sangat penulis harapkan guna kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis ucapkan terima
kasih, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembacanya.

Serang, 20 September 2023

penulis

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Utang piutang berkonotasi pada uang dan barang yang di pinjam dengan kewajiban
untuk membayar kembali apa yang sudah di terima dengan yang sama. Utang piutang yang
memberikan sesuatu dengan yang lain dengan perjanjian dia akan mengembalikanya dengan
yang sama. Sedangkan menurut bahasa arab hutang disebut dengan Qard Hukum utang piutang
pada asalnya di perbolehkan dalam syariat Islam. Bahkan orang yang memberikan hutang atau
pinjaman kepada orang lain yang sangat membutuhkan adalah hal yang di sukai dan
dianjurkan, karena di dalamnya terdapat pahala yang besar. Piutang termasuk salah satu pos
dalam Aset. Piutang adalah hak yang berhak untuk ditagih oleh pihak satu ke pihak lainnya
karena terjadinya suatu transaksi, biasanya karena transaksi penjualan secara kredit. Dalam
pengertian akuntansi secara konvensional, terdapat beberapa macam piutang, yaitu piutang
dagang, piutang wesel, piutang gaji, dll. Piutang ini dapat termasuk dalam Aset Lancar jika
diperkirakan dapat ditagih dalam waktu kurang dari satu tahun. Piutang yang termasuk dalam
Aset Lancar adalah piutang dagang, dan piutang bisnis

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan lantar belakang diatas, maka kami mengambil beberapa permasalahan
diantaranya:
1. Apa Pengertian Hutang - Piutang ?
2. Apa Syarat dan Rukun Hutang - Piutang Serta Adab ?
3. Bagaimana Ayat Al-Qur’an Tentang Hutang -Piutang ?
4. Bagaimana Hadis Tentang Hutang - Piutang ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hutang Piutang


Hutang piutang atau qard mempunyai istilah lain yang disebut dengan “dain” (‫)دين‬.
Istilah “dain” (‫ )دين‬ini juga sangat terkait dengan istilah “qard” (‫ )قرض‬yang menurut
bahasa artinya memutus. Menurut terminologi Fikih, bahwa akad hutang piutang adalah
memberikan sesuatu kepada seseorang dengan perjanjian bahwa dia akan mengembalikan
sesuatu yang diterimanya dalam jumlah yang sama dan dalam jangka waktu yang disepakati.
Dari definisi tersebut tampaklah bahwa sesungguhnya Qard{merupakan salah satu jenis
pendekatan untuk bertaqarrub kepada Allah dan merupakan jenis muamalah yang bercorak
ta’awun (pertolongan) kepada pihak lain untuk memenuhi kebutuhannya, karena Muqtarid
(penghutang/debitur) tidak diwajibkan memberikan iwadh (tambahan) dalam pengembalian
harta yang dipinjamnya itu kepada Muqrid (yang memberikan pinjaman/kreditur), karena Qard
menumbuhkan sifat lemah lembut kepada manusia, mengasihi dan memberikan kemudahan
dalam urusan mereka serta memberikan jalan keluar dari duka dan kabut yang menyelimuti
mereka.
B. Syarat Dan Rukun Hutang Piutang Serta Adab
Memberikan hutang kepada seseorang sunnah hukumnya dapat dapat dilakukan dengan
kerelaan. Dalam sunnah ini menjadi wajib kalau dilakukan kepada orang terlantar atau
sangat memerlukan bantuan.Untuk menimbulkan hutang piutang dirukunkan beberapa hal
dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi, syarat dan rukun hutang piutang.
1. Rukun hutang piutang yaitu sebagai berikut
a. Lafadz (kalimat) Ijab Qabul
Sebagai akad hutang piutang diperlukan ijab qabul. Hal ini dimaksudkan sebagai
pernyataan bahwa para pihak benar-benar menghendaki adanya ikatan hukum dengan hak
dan kewajiban masing-masing. Lafadz yang yang memberikan hutang biasanya dengan
ucapan “saya menghutangkan ini kepada saudara” dengan jawaban yang berhutang “saya
mengaku berhutang ini kepada saudara” diperlukan dalam Tetapi dalam hutang piutang
dilarang untuk mengambil atau memberi tambahan bayaran yang (ditentukan dalam
perjanjian), maka lafadz dari kedua pihak tidak perlu diberi tambahan sebagai syarat lain
dengan ucapan diberi tambahan sebanyak ini. Kalau perjanjian hutang piutang itu tertulis

2
dalam akte, maka isinyapun dilarang menuliskan hal-hal yang bermaksud memberi atau
menerima tambahan saat pembayaran.
b. Yang berhutang yang berpiutang
Kedua belah pihak sebagai yang berhutang dan yang berpiutang harus memenuhi syarat
yang sama seperti para pihak dalam jual beli itu, karena walaupun sifatnya terbuka tetapi
sebagai akad diperlukan tanggung jawab dalam melaksanakan hak dan kewajibannya.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi ialah:
1. Berakal
2. Atas kehendak sendiri
3. Bukan pemboros (mubazir)
4. Dewasa dalam arti baligh
c. Barang yang dihutangkan
Setiap barang dapat dihutangkan sesuai daya jangkau pelunasannya. Dalam hal ini yeng
menjadi pegangan selain tidak dilarang oleh agama juga dapat diambil perkiraan
kemampuan membayar kembali atas orang yang berhutang. Dan perkiraan yang baik kalau
dapat memperhatikan mengenai kehidupan keluarga pendapatan yang diperoleh dan
kebutuhan mendesak dari calon penghutang. Kemudian perkiraan ini dibandingkan dengan
besarnya (jumlah) hutangnya. Adapun tujuan perkiraaan itu supaya jangan sampai
menimbulkan beban hutang yang berat, sehingga pelunasannya tidak dapat dipenuhi.
2. Adapun syarat hutang piutang yaitu
a. Harta yang dihutangkan jelas dan dari harta yang halal.
b. Pemberi pinjaman tidak dibolehkan untuk mengungkit masalah hutang dan tidak menyakiti
perasaan pihak piutang (yang meminjam).
c. Pihak piutang (yang meminjam) niatnya adalah untuk mencukupi keperluannya dan
mendapat ridho Allah dengan mempergunakan yang dihutangkan secara benar.
d. Harta yang dihutangkan tidak membuat aturan memberi kelebihan kepada yang
dihutangkan.

3. Adab hutang piutang dalam Islam


a. Ada perjanjian tertulis dan saksi yang dapat dipercaya
b. Pihak pemberi hutang tidak mendapat keuntungan apapun dari apa yang dipiutangkan.
c. Pihak piutang sadar akan hutangnya, harus melunasi dengan cara yang baik (dengan harta
atau benda yang sama halalnya) dan berniat untuk segera melunasi.
d. Sebaiknya berhutang kepada orang yang shaleh dan memiliki penghasilan yang halal.

3
e. Berhutang hanya dalam keadaan terdesak atau darurat.
f. Hutang piutang tidak disertai dengan jual beli.
g. Memberitahukan kepada pihak pemberi hutang jika akan terlambat untuk melunasi hutang.
h. Pihak piutang menggunakan harta yang dihutang dengan sebaik mungkin.
i. Pihak piutang sadar akan hutangnya dan berniat akan segera melunasi.

Adab hutang piutang yang benar adalah, adanya bukti tertulis dan sebelum memberi
hutang maka harus ada perjanjian, maka dengan adanya perjanjian tidak ada kata lupa baik
untuk kreditur maupun debitur karena bukti tertulis yaitu sangatlah kuat. Dan jika kit a
memberikan hutang kepada orang yang membutuhkan atau kepada siapapun itu maka
janganlah engkau menyakiti hati penerima hutang, dan berbicaralah dengan kata-kata yang
sopan dan baik didengar. Serta pihak piutang juga membelanjakan hartanya dengan sebaik
mungkin. Dan adab hutang piutang yaitu tidak disertai dengan jual beli, dan jika kita tidak ingin
melunasi hutang tersebut dengan sangat cepat, maka beritahulah kepada yang memberi hutang.
C. Ayat Al-Quran tentang Hutang-Piutang
1. QS. Al Baqarah 280
tentang utang-piutang, mulai dari anjuran mencatat, pemberian jaminan, hingga
keutamaan mengikhlaskan utang.
َ َ‫َو ِإ ْن كَا َن ذُو عُ س َْر ةٍ فَنَظ َِر ةٌ ِإلَ ٰى َميْ َس َر ةٍ ۚ َوأَ ْن ت‬
‫صدَّقُوا خَ ي ٌْر لَكُ ْم ۖ ِإ ْن كُنْتُ ْم تَ ْعلَ ُمو َن‬

" Artinya: “Dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh
sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik
bagimu, jika kamu mengetahui,” (QS. Al Baqarah [2]: 280).
2. QS. Al Baqarah 283
‫ب كَ َما‬ َ ُ‫ب كَاتِبٌ أَن َيكْت‬ َ ْ‫ٰ ََٰٓيأَيُّ َها ٱلَّذِي َن َءا َمن َُٰٓو ۟ا ِإذَا تَدَا َينتُم ِبدَيْ ٍن ِإلَ ٰ َٰٓى أَ َج ٍل ُّم َس ًّمى فَٱكْتُبُو ُه ۚ َولْ َيكْتُب بَّيْنَكُ ْم كَات ٌِۢبٌ ِبٱلْ َعدْ ِل ۚ َو ََل َيأ‬
‫ق َسفِيهًا أَ ْو‬
ُّ ‫ْخَس ِمنْهُ َشيْـًٔا ۚ فَإِن كَا َن ٱلَّذِى عَلَيْهِ ٱلْ َح‬ ِ َّ‫ق َولْيَت‬
ْ ‫ق ٱَّللَّ َ َربَّهُۥ َو ََل يَب‬ ُّ ‫عَلَّ َمهُ ٱَّللَّ ُ ۚ فَلْيَكْتُبْ َولْيُ ْملِ ِل ٱلَّذِى عَلَيْهِ ٱلْ َح‬
‫ضَعِيفًا أَ ْو ََل يَ ْستَطِي ُع أَن يُ ِم َّل ه َُو فَلْيُ ْملِ ْل َولِيُّهُۥ بِٱلْعَدْ ِل ۚ َوٱ ْستَ ْش ِهدُو ۟ا َش ِهيدَيْ ِن مِن ِر َجالِ ُك ْم ۖ فَإِن لَّ ْم يَكُونَا َر جُ لَيْ ِن ف ََر جُ ٌل‬
‫ب ٱل ُّشهَدَآَٰءُ إِذَا َما دُعُو ۟ا ۚ َو ََل‬ َ ْ‫َض َّل إِ حْ دَ ٰىهُ َما فَتُذَك َِر إِ حْ دَ ٰىهُ َما ْٱْل ُ ْخ َر ٰى ۚ َو ََل يَ أ‬ ِ ‫َوٱ ْم َرأَتَا ِن ِم َّمن تَرْ ضَ ْو َن ِم َن ٱل ُّشهَدَآَٰ ِء أَن ت‬
ً‫َل أَن تَكُو َن ت ٰ َِج َر ة‬ َٰٓ َّ ‫يرا ِإلَ ٰ َٰٓى أَ َجلِهِۦ ۚ ٰذَلِكُ ْم أَقْ َسطُ عِندَ ٱَّللَّ ِ َوأَقْ َو ُم لِل َّش ٰ َهدَ ةِ َوأَدْن ٰ ََٰٓى أَ ََّل تَرْ تَاب َُٰٓو ۟ا ۖ ِإ‬
ً ‫ِيرا أَ ْو كَ ِب‬ ً ‫صغ‬ َ ُ‫تَ س َْٔـ ُم َٰٓو ۟ا أَن تَكْتُبُو ه‬
‫ح أَ ََّل تَكْتُبُوهَا ۗ َوأَ ْش ِهد َُٰٓو ۟ا ِإذَا تَبَايَعْتُ ْم ۚ َو ََل يُ ضَآَٰ َّر كَاتِبٌ َو ََل َش ِهيدٌ ۚ َو ِإن تَفْ َعلُو ۟ا‬ ٌ ‫ْس عَلَيْكُ ْم جُ نَا‬ َ ‫ِيرونَ َها بَيْنَكُ ْم فَلَي‬ ُ ‫اض َر ةً تُد‬ ِ ‫َح‬
ٌ ٌۢ ‫فَإِنَّهُۥ فُ سُو‬
ْ ‫ق بِكُ ْم ۗ َوٱتَّقُو ۟ا ٱَّللَّ َ ۖ َويُعَلِ ُمكُمُ ٱَّللَّ ُ ۗ َوٱَّللَّ ُ بِكُ ِل َش‬
ٌ‫ى ٍء عَلِيم‬

" Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai
(berutang) untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah

4
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan
hendaklah orang yang berutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah
ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada
utangnya. Jika yang berutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau
dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan
jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika
tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-
saksi yang kamu ridai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya.
Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan
janganlah kamu jemu menulis utang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu
membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian
dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah muamalahmu itu),
kecuali jika muamalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka
tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu
berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan
(yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan
bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu,” (QS. Al-Baqarah [2]: 282).
3. QS. Al Baqarah 283
ِ َّ‫َوإِ ْن ُك ْن ُت ْم عَ َل ٰى َسف ٍَر َو َل ْم ت َِجدُوا كَاتِبًا ف َِرهَا ٌن َمقْبُو ضَةٌ ۖ فَإِ ْن أَ ِم َن بَعْ ضُكُ ْم بَعْ ضًا فَلْيُ َؤ ِد الَّذِي اؤْ تُ ِم َن أَ َمانَتَهُ َولْيَت‬
َ َّ‫ق َّللا‬
‫َربَّهُ ۗ َو ََل تَكْتُ ُموا ال َّش َهادَ ةَ ۚ َو َم ْن يَكْتُ ْم َها فَ ِإنَّهُ آثِ ٌم قَ ْلبُهُ ۗ َوَّللاَّ ُ ِب َما تَعْ َملُو َن عَلِي ٌم‬

" Artinya: “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu
tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang
(oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,
maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan
persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah
orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan,” (QS.
Al Baqarah [2]: 283).

5
D. Hadist tentang Hutang-Piutang
Berikut adalah hadits-hadits yang berhubungan dengan hutang piutang:
1. Fadhilah Memberi Pinjaman
Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
ً‫ض ُم ْسلِ ًما قَرْ ضًا َم َّرتَيْ ِن إَِلَّ كَا َن كَ صَدَقَتِهَا َم َّر ة‬
ُ ‫َما م ِْن ُم ْسل ٍِم يُقْ ِر‬

Artinya:“Tiada seorang Muslim pun yang memberikan pinjaman kepada Muslim (lainnya)
dua kali, melainkan nilainya seperti shadaqah sekali.” (H.R. Ibnu Majah)
2. Menghindari Kebiasaan Berhutang
ِ‫جْز َوالْكَ َس ِل َوأَع ُْوذُبِكَ ِم َن الْ جُ بْ ِن َوالْب ُْخ ِل َوأَع ُْوذُبِكَ م ِْن غَلَبَة‬
ِ َ‫اَللّٰهُمَّ إِنِى أَع ُْوذُبِكَ ِم َن الْهَ ِم َوالْ َح ْز ِن َوأَع ُْوذُبِكَ ِم َن الْع‬
ِ ‫الدَّيْ ِن َوقَ ْه ِر‬.
‫الر َجا ِل‬
Artinya: “Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari kegundahan dan kesedihan dan aku
berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan dan aku berlindung kepada-Mu dari
sifat penakut dan bakhil dan aku berlindung kepada-Mu dari terlilit hutang dan pemaksaan
dari orang lain.” (HR. Abu Dawud)
3. Segera Membereskan Hutang
Rasulullah SAW bersabda:
ُ َّ‫ى دَيْنَهُ َما لَ ْم يَكُ ْن فِي َما يَكْ َر هُ َّللا‬ ِ ْ‫ِإ َّن َّللاَّ َ َم َع الدَّائِ ِن َحتَّى يَق‬
َ ‫ض‬

Artinya:“Allah akan bersama (memberi pertolongan pada) orang yang berhutang (yang
ingin melunasi hutangnya) sampai dia melunasi hutang tersebut selama hutang tersebut
bukanlah sesuatu yang dilarang oleh Allah.” (HR. Ibnu Majah)
4. Buruknya Menunda-nunda Pembayaran Hutang
Rasulullah SAW bersabda:
َ ‫ فَ ِإذَا ُأتْ ِب َع أَ َحدُكُ ْم‬، ‫ى ظُلْ ٌم‬
ٍ ِ‫علَى َمل‬
‫ى‬ ِ ِ‫ع ْن أَ ِبى ه َُري َْر َة رضى هللا عنه أَ َّن َر سُو َل َّللاَّ ِ صلى هللا عليه وسلم قَال َمطْ ُل الْغَن‬ َ
‫فَلْيَتْبَ ْع‬
Artinya:“Dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Memperlambat
pembayaran hutang yang dilakukan oleh orang kaya merupakan perbuatan zhalim. Jika
salah seorang kamu dialihkan kepada orang yang mudah membayar hutang, maka hendaklah
beralih (diterima pengalihan tersebut)”. (HR. Bukhari)

Orang yang berhutang tapi sengaja berniat tidak melunasinya, maka Rasulullah SAW
memperingatkan:
ِ ‫أَيُّ َما َر جُ ٍل يَدَيَّ ُن دَيْنًا َوه َُو ُم جْ ِم ٌع أَ ْن َلَ ي َُوفِيَهُ إِيَّا هُ لَق َِى َّللاَّ َ َس‬
‫ارقًا‬

6
Artinya:“Siapa saja yang berhutang lalu berniat tidak mau melunasinya, maka dia akan
bertemu Allah (pada hari kiamat) sebagai pencuri.” (HR. Ibnu Majah)
Dalam hadits lain disebutkan:
ُ‫اس ي ُِريدُ أَدَاءَهَا أَدَّى َّللاَّ ُ عَنْه‬
ِ َّ‫ى صلى هللا عليه وسلم قَا َل َم ْن أَ خَ ذَ أَ ْم َوا َل الن‬
ِ ِ‫عَ ْن أَبِى ه َُري َْر ةَ رضى هللا عنه عَ ِن النَّب‬
ُ َّ‫الفَ َها َأ ْت َلفَهُ َّللا‬
َ ‫ َو َم ْن َأ خَ َذ ي ُِريدُ ِإ ْت‬،
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata bahwa Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa yang
mengambil harta orang lain (berhutang) dengan tujuan untuk membayarnya
(mengembalikannya), maka Allah akan tunaikan untuknya. Dan barang siapa
mengambilnya untuk menghabiskannya (tidak melunasinya) maka Allah akan
membinasakannya”. (HR. Bukhari)
5. Bersungguh-sungguh dalam Upaya Pembayaran Hutang
Rasulullah SAW bersabda:
ُ‫اس ي ُِريدُ أَدَاءَهَا أَدَّى َّللاَّ ُ عَنْه‬
ِ َّ‫صلَّى َّللاَّ ُ عَلَيْهِ َو َسلَّمَ قَا َل َم ْن أَ خَ ذَ أَ ْم َوا َل الن‬
َ ِ‫ي َّللاَّ ُ عَنْهُ عَ ْن النَّبِي‬ َ ‫ض‬ ِ ‫عَ ْن أَبِي ه َُري َْر ةَ َر‬
ُ َّ‫َو َم ْن أَ خَ ذَ ي ُِريدُ إِتْ َالفَهَا أَتْ َلفَهُ َّللا‬
Artinya: “Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Siapa yang mengambil harta manusia (berhutang) disertai maksud akan
membayarnya maka Allah akan membayarkannya untuknya, sebaliknya siapa yang
mengambilnya dengan maksud merusaknya (merugikannya) maka Allah akan merusak
orang itu”.(HR. Bukhari)
6. Tasamuh (Toleransi) dalam Pembayaran Hutang
Rasulullah SAW memberikan contoh dalam hadits berikut:

َ ‫ى صلى هللا عليه وسلم سِ ٌّن ِم َن ا ِإل ِب ِل ف ََجا َء ُه َيتَقَا‬


‫ضا ُه‬ ِ ‫علَى النَّ ِب‬ َ ‫ع ْن أَ ِبى ه َُري َْر ةَ رضى هللا عنه قَا َل كَا َن ل َِر جُ ٍل‬
َ
‫ فَقَا َل‬. » ُ‫ فَقَا َل « أَعْطُو ه‬. ‫ فَلَ ْم يَ ِجدُوا لَهُ إَِلَّ سِ نًّا ف َْوقَهَا‬، ُ‫ فَطَلَبُوا سِ نَّه‬. » ُ‫فَقَا َل صلى هللا عليه وسلم « أَعْطُو ه‬
ً‫اركُ ْم أَ حْ َسنُكُ ْم قَ ضَاء‬ ُّ ِ‫ قَا َل النَّب‬. َ‫ َوفَّى َّللاَّ ُ بِك‬، ‫أَ ْوفَيْتَنِى‬
َ َ‫ى صلى هللا عليه وسلم إِ َّن خِ ي‬

Artinya: Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata: “Nabi mempunyai hutang kepada seseorang,
(yaitu) seekor unta dengan usia tertentu. Orang itupun datang menagihnya. (Maka)
beliaupun berkata, “Berikan kepadanya” kemudian mereka mencari yang seusia dengan
untanya, akan tetapi mereka tidak menemukan kecuali yang lebih berumur dari untanya.
Nabi (pun) berkata: “Berikan kepadanya”, Dia pun menjawab, “Engkau telah
menunaikannya dengan lebih. Semoga Allah membalas dengan setimpal”. Maka Nabi SAW
bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik dalam pengembalian
(hutang)”. (HR. Bukhari)

7
7. Tasamuh dalam Penagihan Hutang
Dijelaskan oleh Rasulullah:
ُ‫سِر أَ ْو لِيَ ضَ ْع عَنْه‬
َ ْ‫ظلِهِ فَلْيُنْظ ِِر الْ ُمع‬
ِ ‫ظلَّهُ َّللاَّ ُ عَ َّز َو َج َّل فِى‬
ِ ُ‫َم ْن أَ َحبَّ أَ ْن ي‬

Artinya: “Barang siapa ingin mendapatkan naungan Allah ‘azza wa jalla, hendaklah dia
memberi tenggang waktu bagi orang yang mendapat kesulitan untuk melunasi hutang atau
bahkan dia membebaskan utangnya tadi.” (HR. Ahmad)
Dalam riwayat lain dijelaskan:
‫وحهُ فَقِي َل لَهُ هَ ْل عَ ِملْتَ م ِْن خَ ي ٍْر قَا َل َما‬
َ ‫ض ُر‬ ُ َ‫قَا َل حُ ذَيْفَةُ َو َس ِمعْتُ ُه يَقُو ُل إِ َّن َر جُ الً كَا َن فِي َم ْن كَا َن قَبْلَكُ ْم أَتَا هُ الْ َمل‬
َ ِ‫ك لِيَقْب‬
َ ‫ فَأُنْظ ُِر الْ ُم‬، ‫ازي ِه ْم‬
َ ‫ َوأَت ََج‬، ‫وسِر‬
‫او ُز‬ ِ ‫اس فِى الدُّنْيَا َوأُ َج‬
َ َّ‫ قَا َل َما أَعْلَمُ َشيْئًا غَي َْر أَنِى كُنْتُ أُبَايِ ُع الن‬. ْ‫ قِي َل لَهُ انْظُر‬، ُ‫أَعْلَم‬
َ‫ فَأَدْخَ لَهُ َّللاَّ ُ الْ َجنَّة‬. ‫سِر‬
ِ ْ‫عَ ِن الْ ُمع‬
Artinya: Dari sahabat Hudzaifah, beliau pernah mendengar Rasulullah bersabda:
“Ada seorang laki-laki yang hidup di zaman sebelum kalian. Lalu datanglah seorang
malaikat maut yang akan mencabut rohnya. Dikatakan kepadanya (oleh malaikat maut):
“Apakah engkau telah berbuat kebaikan?” Laki-laki itu menjawab: “Aku tidak
mengetahuinya.” Malaikat maut berkata: “ Telitilah kembali apakah engkau telah berbuat
kebaikan.” Dia menjawab: “Aku tidak mengetahui sesuatu pun amalan baik yang telah aku
lakukan selain bahwa dahulu aku suka berjual beli barang dengan manusia ketika di dunia
dan aku selalu mencukupi kebutuhan mereka. Aku memberi keluasan dalam pembayaran
hutang bagi orang yang memiliki kemampuan dan aku membebaskan tanggungan orang
yang kesulitan.” Maka Allah (dengan sebab itu) memasukkannya ke dalam surga.” (HR.
Bukhari)
8. Mati Meninggalkan Hutang
Rasulullah SAW bersabda:
‫ث دَخَ َل الْ َجنَّةَ ِم َن الْ ِكب ِْر َوالْغُلُو ِل َوالدَّيْ ِن‬
ٍ َ‫ح الْ َج َسدَ َوه َُو بَ ِرىءٌ م ِْن ثَال‬
ُ ‫الرو‬
ُّ ‫ق‬ َ ‫َم ْن ف‬
َ ‫َار‬
Artinya:“Barangsiapa yang rohnya berpisah dari jasadnya dalam keadaan terbebas dari tiga
hal, niscaya masuk surga: (pertama) bebas dari sombong, (kedua) dari khianat, dan (ketiga)
dari tanggungan hutang.” (HR. Ibnu Majah).

8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Qardh (hutang piutang) pada intinya adalah perbuatan atau aktifitas
yangmempunyai tujuan untuk membantu orang lain yang sedang membutuhkan pertolongan
berupa materi, dan sangat dianjurkan karena memberikan hikmah danmanfaat bagi pemberi
utang maupun bagi penerima utang.Hukum Hutang piutang pada asalnya diperbolehkan dalam
syariat Islam.Bahkan orang yang memberikan hutang atau pinjaman kepada orang lain
yangsangat membutuhkan adalah hal yang disukai dan dianjurkan, karena di dalamnyaterdapat
pahala yang besarRukun hutang piutang (qardh) yaitu muqridh (yang memberikan pinjaman),
muqtaridh (peminjam), qardh (barang yang dipinjamkan), dan ijabqabulSedangkan syarat -
syarat yang harus dipenuhi dalam akad yaitu orang yangmelakukan akad harus baligh, dan
berakal, qardh harus berupa harta yang menurutsyara’ boleh digunakan/dikonsumsi,ijab qabul
harus dilakukan dengan jelas.Diantara Adab islam dalam hutang piutang yakni pemberi hutang
atau pinjaman tidak boleh mengambil keuntungan atau manfaat dari orang yang berhutang,
melunasi hutang dengan cara yang baik, berhutang dengan niat baikdan akan melunasinya,
berupaya untuk berhutang dari orang sholih yang memiliki profesi dan penghasilan yang halal,
jika terjadi keterlambatan karena kesulitankeuangan, hendaklah orang yang berhutang
memberitahukan kepada orang yangmemberikan pinjaman, memberikan penangguhan waktu
kepada orang yangsedang kesulitan dalam melunasi hutangnya setelah jatuh tempo.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://tirto.id/ayat-al-quran-tentang-utang-piutang-pinjaman-dosa-tak-melunasinya-gleP
https://dalamislam.com/landasan-agama/hadist/hadits-tentang-hutang-piutang
https://an-nur.ac.id/pengertian-hutang-piutang-rukun-dan-syarat-ketentuan-tambahan-dalam-
hutang-piutang-adab-dan-hikmahnya/
http://www.academia.edu/5936759/Makalah_utanghttp://iman53.blogspot.com/2014/02/huta
ng-piutangfiqih-muamalah.html

10

Anda mungkin juga menyukai