Oleh:
i
JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA
OKTOBER 2021
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Perjanjian Dan Kredit" dengan tepat
waktu.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iv
BAB I.............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A . Latar Belakang..................................................................................................................1
B . Rumusan Masalah.............................................................................................................3
BAB II............................................................................................................................................4
2.1 Pembahasan....................................................................................................................4
2.1.1 Pengertian Perjanjian Kredit.......................................................................................4
2.1.2 Unsur-unsur Kredit.....................................................................................................5
2.1.3 Jenis Kredit.................................................................................................................6
2.1 Isi Perjanjian Kredit........................................................................................................9
2.2 Subyek-subyek dalam perjanjian kredit..........................................................................9
2.3 Tujuan dan Fungsi Kredit.............................................................................................12
BAB IV........................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan Dan Saran.................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................17
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A . Latar Belakang
Pada era reformasi ini ataupun pada era-era sebelumnya bank atau perbankan
adalah merupakan suatu badan usaha yang sangat erat hubunganya dengan banyak orang.
Mengenal dan memahami bisnis perbankan yang ada di Indonesia merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari mengenal dan memahami perekonomian Indonesia. Hal
ini sangat erat kaitanya antara stabilitas atau kestabilan perbankan dengan perekonomian,
demikian juga sebaliknya. Dengan begitu, peran yang diemban oleh lembaga perbankan
ini sedemikian besarnya sehingga sangat sulit bagi kita untuk mengharapkan
pertumbuhan ekonomi yang baik tanpa didukung penuh oleh lembaga perbankan.
Dalam dunia perbankan kredit adalah salah satu produk yang dikeluarkan oleh
bank, dalam kegiatan bank melakukan pemberian kredit sudah pasti akan terjadi suatu
perjanjian kredit.
1
Perjanjian kredit adalah perjanjian pemberian kredit antara pemberi kredit dengan
penerima kredit.Apabila kreditur dan debitur telah membuat perjanjian, maka lahirlah hak
dan kewajiban diantara kedua belah pihak.Kreditur berkewajiban mengeluarkan atau
menyerahkan uang yang diperjanjiakan dengan hak untuk menerima kembali uang
tersebut dari debitur tepat pada waktunya disertai bunga dan biaya.
pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan
sejumlah yang sama pula. Perjanjian kredit adalah perjanjian pendahuluan dari
penyerahan uang.Perjanjian pendahuluan ini merupakan hasil permufakatan antara
pemberi dan penerima pinjaman mengenai hubungan-hubungan hukum antara keduanya.
Oleh karena itu pengertian perjanjian kredit tidak terbatas pada apa yang telah dijelaskan
diatas akan tetapi lebih luas lagi penafsirannya. Perjanjian kredit dapat juga disebut
perjanjian pokok (prinsipil yang bersifat riil).Sebagai perjanjian prinsipil, maka
perjanjian jaminannya adalah assesoirnya.Ada dan berakhirnya perjanjian jaminan
bergantung pada perjanjian pokok.Arti riil adalah bahwa terjadinya perjanjian kredit
ditentukan oleh penyerahan uang oleh bank kepada nasabah debitor. Sehingga dapat
dikatakan juga perjanjian kredit merupakan perjanjian baku, dengan disana sini diadakan
penyesuaian seperlunya.
2
Hak dan kewajiban antara debitur dan kreditur dalam perjanjian pinjam
meminjam uang atau perjanjian kredit bersifat timbal balik bagi keduanya. Bagi pihak
perbankan atau kreditur sendiri pemberian kredit kepada debitur dalam dunia usaha selalu
mengandung resiko, akan tetapi selama kedua belah pihak melaksanakan hak dan
kewajibannya dengan baik maka tidak akan terjadi perselisihan ataupun permasalahan
diantara keduanya.
B . Rumusan Masalah
1. Bagaimana yang di maksud perjanjian kredit?
2. Bagaimana Subyek-subyek dalam perjanjian kredit?
3
BAB II
2.1 Pembahasan
2.1.1 Pengertian Perjanjian Kredit
Berdasarkan Pasal 1754 Kitab Undang-undang Hukum Perdata
(KUHPerdata) terdapat istilah perjanjian pinjam-meminjam, yang dinyatakan
sebagai berikut:
Biasanya pihak bank telah mempunyai draft tersendiri, dimana para pihak
dapat mengisi data pribadi dan data tentang pinjaman yang diambil, sedangkan
jangka waktu dan bentuknya sudah dicetak secara baku. Apabila debitur
menerima semua ketentuan dan persyaratan yang ditentukan oleh bank, maka
4
debitur berkewajiban untuk menandatangani perjanjian kredit tersebut.Apabila
debitur menolak, maka debitur tidak perlu untuk menandatangani perjanjian kredit
tersebut. Selanjutnya untuk dapat terjadinya suatu perjanjian, maka ada beberapa
syarat yang harus dipenuhi salah satunya adalah sepakat, sehingga dengan
ditandatanganinya perjanjian kredit tersebut berarti berlakulah perjanjian kredit
antara kreditur dan debitur.
5
sudah disepakati kedua belah pihak. Untuk kondisi tertentu jangka waktu
ini dapat diperpanjang sesuai kebutuhan
4. Risiko
Adanya suatu tenggang waktu, maka pengembalian
kreditakanmemungkinkan suatu resiko tidak tertagihnya atau macet
pemberian suatu kredit. Semakin panjang suatu jangka waktu kredit maka
semakin besar resikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi
tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah, maupun oleh
resiko yang tidak disengaja, misalnya terjadi bencana alam atau
bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya.
5. Balas Jasa
Merupakan keuntungan atau pendapatan atas pemberian suatu kredit.
Dalam bank jenis konvensional balas jasa kita kenal dengan dengan nama
bunga. Di samping balas jasa dalam bentuk bunga bank juga
membebankan kepada nasabah biaya administrasi kredit yang juga
merupakan keuntungan bank. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah
balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.
6
lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan
utama suatu perusahaan.
b. Kredit modal kerja
Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan
meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Contoh, kredit
modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar
gaji pegawai, atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan
proses produksi perusahaan. Kredit modal kerja merupakan
kredit yang dicairkan untuk mendukung kredit investasi yang
sudah ada.
2. Jenis kredit dilihat dari segi tujuan kredit
Kredit jenis ini dilihat dari tujuan pemakaian suatu kredit, apakah
bertujuan untuk diusahakan kembali atau dipakai untuk keperluan
pribadi. Jenis kredit dilihat dari segi tujuan adalah sebagai berikut:
a. Kredit produktif Kredit yang digunakan untuk peningkatan
usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini digunakan untuk
diusahakan sehingga menghasilkan sesuatu baik berupa barang
maupun jasa.
b. Kredit konsumtif
Merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau
dipakai secara ptibadi.
c. Kredit perdagangan
Kredit perdagangan merupakan kredit yang digunakan untuk
kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membelibarang
dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan
barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada
supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli
barang dalam jumlah tertentu.
3. Jenis Kredit dilihat dari segi jangka waktu
7
Dilihat dari segi jangka waktu, artinya lamanya masa pemberian kredit
mulai dari pertama kali diberikan sampai masa pelunasannya. Jenis
kredit ini adalah sebagai berikut:
a. Kredit jangka pendek
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu
tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk
keperluan modal kerja.
b. Kredit jangka menengah
Jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai
dengan tiga tahun, kredit jenis ini dapat diberikan untuk modal
kerja. Beberapa bank mengklasifikasikan kredit menengah
menjadi kredit jangka panjang.
c. Kredit jangka panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang,
yaitu di atas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini digunakan
untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa
sawit, atau manufaktur dan untuk juga kredit konsumtif seperti
kredit perumahan.
4. Jenis Kredit dilihat dari segi jaminan
Dilihat dari segi jaminan maksudnya adalah setiap pemberian suatu
fasilitas kredit harus dilindungi dengan suatu barang atau surat-surat
berharga minimal senilai kredit yang diberikan. Jenis kredit dilihat dari
segi jaminan adalah sebagai berikut:
a. Kredit dengan jaminan
Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan
tertentu. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud
atau tidak berwujud. Artinya, setiap kredit yang dikeluarkan
akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur.
b. Kredit tanpa jaminan
Yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang
tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek
8
usaha, karakter, serta loyalitas si calon debitur selama
berhubungan dengan bank yang bersangkutan
9
mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan
perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tertentu.
Bank Perkreditan rakyat, yaitu bank yang dapat menerima simpanan hanya
dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lain yang dipersamakan
dengan itu pemberian kredit pada hakekatnya melaksanakan secara langsung tugas-
tugas pemerintah yang berkaitan dengan pengembangan sektor ekonomi, untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat menurut pola yamg ditetapkan oleh pemerintah
10
tidak. Fungsi jaminan ini antara lain adalah sebagai pengaman apabila di
kemudian hari debitur tidak memenuhi kewajiban-kewajibannya.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka Pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata
merupakan suatu perlindungan kepada kreditur yang bersifat umum yang artinya
bahwa yang dapat dijadikan jaminan adalah semua harta debitur.
11
Pandangan Subekti menjelaskan berkenaan dengan lembaga jaminan
sebagai berikut : karena lembaga jaminan yang baik, adalah lembaga yang dapat
secara mudah membantu memperoleh kredit itu bagi pihak yang
memerlukan,yang mana tidak melemahkan posisi (kekuatan) si Kreditur untuk
melakukan atau meneruskan usahanya, serta dapat memberikan kepastian kepada
si pemberi kredit dalam arti barang jaminan setiap waktu tersedia untuk di
eksekusi,artinya jaminan tersebut dapat dengan mudah diuangkan untuk melunasi
hutang si penerima kredit.
d. Jangka Waktu
Jika jangka waktu telah ditentukan dan penerima kredit ingkar janji, perlu
ditentukan hukuman atas kelalaian itu,apakah berupa denda, bunga,biaya dan lain-
lain. Sehingga penyelesaian kredit itu tidak berlarut-larut. Hal ini akan
memudahkan proses penyelesaian baik dilihat dari sudut penyedia dan penerima
kredit.
12
Tjoekam (1999:3) menjelaskanbahwa dalam perkreditan melibatkan
beberapa pihak yaitu: kreditur (bank), debitur (penerima kredit), otorita moneter
(pemerintah) dan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu, tujuan perkreditan
bagi setiap pihak yang terkait antara lain:
13
sedangkan Abdullah (2005:84) melihat bahwa Tujuan pemberian kredit dari
pendekatan mikro ekonomi guna mendapatkan suatu nilai tambah bagi nasabah
maupun bank sebagai kreditur, dan dari pendekatan makro ekonomi melihat
pemberian kredit merupakan salah satu instrumen untuk menjaga keseimbangan
jumlah uang beredar di masyarakat.
BAB IV
3.1 Kesimpulan Dan Saran
A. Kesimpulan
Berdasarkan perniasalahan yang telah dibahas dalam bab-bab yang terdahulu,
maka dapatlah ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. perjanjian kredit yang dibuat antara bank dengan nasabahnya (debitur) tidak
dapat disamakan dengan perjanjian pinjam-meminjam yang diatur dalam
Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Perjanjian kredit yang dibuat antara
bank dengan debitur hanya oerlaku khusus untuk perjanjian pinjam-meminjam
uang saja dan hanya berlaku di lingkungan perbankan. Sedangkan perjanjian
pinjam-meminjam yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata
berlaku umum, yaitu tidak hanya berlaku untuk perjanjian pinjam-meminjam
uang saja, akan tetapi berlaku juga untuk perjanjian pinjam-meminjam barang.
14
Selain daripada itu, dalam perjanjian kredit tidak terkandung adanya suatu
konsensus (kesepakatan) dari kedua belah pihak, melainkan hanya sepihak,
karena bank telah menentukan syarat-syarat umum perjanjian kredit.
Sedangkan dalam perjanjian pinjara-meminjara yang diatur dalam Kitab
Undang-undang Hukum Perdata disyaratkan adanya konsensus antara kedua
belah pihak;
2. dalam proses pembebanan hipotek atas tanah halt milik ternyata bank lebih
senang mempergunakan surat kuasa memasang hipotek. Akta hipotek baru
dibuat apabila debitur sudah menunjukkan gejala-gejala yang diragukan dalam
pembayaran kembali hutangnya, Hal yang demikian menirabulkan resiko
yang besar bagi bank sebelum dibuatnya akta hipotek dan berpengaruh pula
terhadap kedudukan bank sebagai kreditur, Walaupun demikian, akhirnya
apabila akta hipotek telah dibuat, maka agar hipotek tersebut berlaku efektif
selalu didaftarkan pada kantor agraria;
3. selain yang ditentukan dalam pasal 1209 Kitab Undang-undang Hukum
Perdata, ternyata masih ada sebab-sebab lain yang mengakibatkan hipotek
menjadi hapus;
4. apabila hutang debitur telah dinyatakan lunas oleh bank, maka selalu
dilakukan pencoretan (roya) terhadap pendaftaran hipotek.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan permasalahan dan kesimpulannya, maka saya
memberikan saran sebagai berikut:
1. pemohon kredit hendaknya bersifat terbuka dalam melengkapi dan
memberikan inforraaai yang diperlukan oleh bank, karena cepat lambatnya
pembahasan permohonan kredit tergantung pada kelengkapan data yang
diberikan oleh pemohon kredit. Makin cepat data itu diberikan, makin cepat
selesai pula pembahasannya;
15
2. hendaknya segera dibentuk undang-undang mengenai hak tanggungan seperti
yang dimaksudkan dalam pasal 51 UUPA, sehingga tidak ada lagi dualisme
lagi dalam pengaturannya dan ada keseragaman dalam pelaksanaannya\
3. walaupun tidak ada ketentuan yang mengharuskan akta yang melarang untuk
menahan sertifikat hak atas tanah yang dibebani dengan hipotek, sebaiknya
selsma hutang debitur belum dibayar lunas, maka bank tetap menahan
sertifikat hak atas tanah yang dibebani dengan hipotek. Ini dimaksudkan untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan yang mungkin dilakukan oleh
debitur atas sertifikat hak atas tanah tersebut, yang dapat merugikan bank;
dalam kaitannya dengan surat kuasa memasang bipotek, hendaknya bank
segera mengusahakan pembuatan akta hipoteknya. Apabila akta hipotek
belum dibuat dan debitur jatuh pailit, maka seluruh harta kekayaan debitur
akan disita termasuk pula benda yang dibebani hipotek, kemudian dilelang
dan hasilnya sedapat mungkin dipergunakan untuk melunasi piutang para
krediturnya dengan memperhatikan uruturutannya. Oleh karena akta hipotek
belum dibuat, maka bank kedudukannya masih sebagai kreditur biasa,
sehingga ada kemungkinan piutangnya tidak dapat dibayar seluruhnya dan ini
jelas akan merugikan bank; oleh karena hipotek dapat hapus dengan hapusnya
hak atas tanah yang dibebaninya, maka dalam akta hipotek harus
dimungkinkan adanya janji-janji khuSU6 yang lain, yang tidak hanya terbatas
pada janji-janji yang telah biasa disebutkan dalam akta hipotek. Dengan
adanya janji-janji khusus tersebut diharapkan dapat mencegah atau
memperkecil resiko bagi bank dari kerugian yang mungkin timbul karena
hapusnya hak atas tanah yang dibebaninya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Mariam Darus Baruldzaman.Bab-bab tentang Credit Verband,Gadai dan Fiducia.
Bandung: PT Citra Aditya Bahkti,1991,hal 28
Hermansyah.Hukum Perbankan Nasional Indonesia.Jakarta:Kencana,2007,hal 71
Djumhana.Hukum Perbankan di Indonesia.Bandung:PT Citra Aditya Bakti, 2000,
hal 387
Mariam Darus Badrulzaman,.Aneka Hukum Bisnis.Jakarta:1994,hal 145
Hadi Soeprapto,Hartono.Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan.
Yogyakarta:Liberty,1984,hal 50
Subekti.Jaminan-Jaminan untuk Pemberian Kredit menurut Hukum di Indonesia.
Bandung:Alumni,1982,hal 29
Mariam Darus badrulzaman,.op cit,hal 146
17
18