Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PRINSIP DASAR DAN KEBIJAKAN PEMBERIAN KREDIT

Dosen Pengampu:

Ahmad Kamil,SE.,M.Ec.Dev

Disusun Oleh:

Nurul Hasanah 190231100166

Farah Fitriyanah 190231100183

Yuli Yana Anita 190231100189

Moch Zaka Amar M 190231100203

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

EKONOMI PEMBANGUNAN

2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji Syukur atas Kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena
atas Rahmat dan Hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul
“Prinsip Dasar dan Kebijakan Pemberian Kredit” yang bertujuan untuk memenuhi Tugas Mata
Kuliah Ekonomi Perbankan Tahun Ajaran 2022. Selain itu juga untuk menambah wawasan
tentang prinsip dasar dan kebijakan dalam pemberian kredit di Indonesia bagi pembaca
maupun penulis. Dan tak lupa saya juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad
Kamil,SE.,M.Ec.Dev selaku dosen pengampu yang telah memberikan tugas makalah ini
sehingga dapat menambah wawasan mengenai prinsip dan kebijakan pemberian kredit.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
sebab itu saya dengan hati dan tangan terbuka mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Selanjutnya dalam kesempatan ini saya tidak lupa untuk menyampaikan ucapan
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
moral dan spiritual secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan tugas ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.

Bangkalan, 4 Maret 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 5
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 5
BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................................................... 6
2.1 Prinsip 5C Dalam Kredit.................................................................................................. 6
2.2 Prinsip 7P Dalam Kredit .................................................................................................. 7
2.3 Prosedur Pemberian Kredit ............................................................................................ 9
2.4 Kebijakan Pokok Dalam Perkreditan Atau Pembiayaan ............................................ 11
BAB 3 PENUTUP.......................................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 14

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemberian kredit dilakukan melalui suatu perjanjian kredit antara pemberi dengan
penerima kredit sehingga terjadi hubungan hukum antara keduanya. Perjanjian kredit
mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pemberian, pengelolaan, dan
penatalaksanaan kredit tersebut dalam kesepakatan yang dilakukan antara debitur
dengan kreditur. Apabila debitur menandatangani perjanjian kredit tersebut yang dianggap
mengikat kedua belah pihak dan berlaku sebagai undang-undang bagi keduanya.

Kredit yang diberikan oleh bank didasarkan atas kepercayaan, sehingga dengan
demikian pemberian kredit merupakan pemberian kepercayaan kepada nasabah. Pada
Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan menyebutkan
bahwa: “Bank adalah Badan Usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Bank
mempunyai peranan penting dalam menunjang dan meningkatkan taraf hidup masyarakat
terutama dalam bidang perkreditan.

Kemampuan untuk melaksanakan suatu pemberian kredit atau mengadakan suatu


pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan pada jangka waktu yang
telah disepakati. Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan menyatakan
bahwa “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak lain untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertenttu dengan pemberian bunga”. Sehubungan dengan adanya perjanjian kredit yang
berlangsung antara debitur dan kreditur disamping hak dan kewajiban yang timbul dengan
adanya perjanjian kredit tersebut serta hambatan-hambatan yang mungkin terjadi dalam
mlakukan perbuatan hukum, maka harus ada kesepakatan tertulis yang dapat dijadikan
dasar sehingga ada ketegasan dan kepastian hukum antara keduanya.

Permasalahan kredit macet yang menimpa dunia perbankan sebagai akibat dari
adanya wansprestasi atau keterlambatan dalam pembayaran oleh debitur ditambah
dengan banyaknya kredit yang dijamin dengan jaminan kebendaan akan tetapi jaminan
tersebut setelah dijual tidak mencukupi untuk memenuhi hutangnya. Sehingga dengan itu
dapat diwujudkannya sebuah dunia perbankan yang sehat karena pada dasarnya modal

4
pokokuntuk perkreditan dari bank-bank ialah sumber simpanan dari masyarakat, bagi
bank milik BUMN dapat juga bersumber dari uang Negara.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian tentang prinsip 5C dalam kredit?
2. Apa pengertian tentang prinsip 7P dalam kredit?
3. Bagaimana prosedur pemberian kredit dalam perbankan?
4. Bagaimana kebijakan pokok dalam perkreditan atau pembiayaan?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas makalah ini mempunyai tujuan untuk:

1. Untuk mengetahui pengertian dari prinsip 5C dalam kredit.


2. Untuk mengetahui pengertian dari prinsip 7P dalam kredit.
3. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pemberian kredit dalam perbankan.
4. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan pokok dalam perkreditan atau pembiayaan.

5
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Prinsip 5C Dalam Kredit


Selain menerapkan Kebijakan Perkreditan yang ada, dalam melaksanakan
perjanjian kredit, lembaga keuangan bank maupun nonbank harus melakukan analisis
terhadap permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur sebagai salah satu upaya
untuk mencegah agar tidak terjadi kemacetan dalam pengembalian kredit tersebut.
Penilaian yang dilakukan tersebut sesuai dengan prinsip kehati-hatian guna mengurangi
adanya risiko yang akan timbul dikemudian hari. Perwujudan dari pelaksanaan prinsip
kehati-hatian dalam rangka pemberian kredit tercermin dalam kriteria-kriteria yang
dinamakan Prinsip 5C atau “The Five C’s Principle of Credit Analysis”. Adapun penjelasan
tentang analisis dengan 5C adalah sebagai berikut:

1. Character, yang bermakna kepribadian, watak, sifat, kebiasan debitur (pihak yang
berutang) sangat berpengaruh pada pemberian kredit. Kreditur dapat meneliti apakah
calon debitur tersebut masuk dalam Daftar Orang Tercela (DOT) atau tidak. Untuk itu
kreditur juga dapat meneliti biodatanya dan informasi dari lingkungan usahanya.
Informasi dari lingkungan usahanya dapat diperoleh dari supplier dan customer dari
debitur. Selain itu dapat pula di peroleh dari informasi Bank Sentral, namun tidak dapat
diperoleh dengan mudah oleh masyarakat umum, karena informasi tersebut hanya
dapat diakses oleh pegawai bank bidang perkreditan dengan menggunakan password
dan computer yang terhubung secara on-line dengan Bank Sentral. Agar selain
memeriksa dokumen formal yang menyertai kredit, juga perlu diketahui pula track
record dari permohonan kredit dari berbagai yang dapat dijadikan referensi oleh analis
kredit bank.
2. Capacity, Kapasitas adalah berhubungan dengan kemampuan seorang debitur untuk
mengembalikan pinjaman. Untuk mengukurnya, kreditur dapat meneliti kemampuan
debitur dalam bidang manajemen, keuangan, pemasaran, dan lain-lain.
3. Capital, Melihat banyaknya modal yang dimiliki oleh debitor atau melihat berapa
banyak modal yang ditanamkan debitur dalam usahanya, kreditur menilai modal
debitur tersebut. Semakin banyak modal yang ditanamkan, debitur akan dipandang
semakin serius dalam menjalankan usahanya.
4. Collateral, jaminan yang digunakan untuk berjaga-jaga seandainya debitur tidak
dapat mengembalikan pinjamannya. Biasanya nilai jaminan lebih tinggi dari jumlah
pinjaman. Bank harus pandai menilai atau melakukan taksasi harta kekayaan yang
dimiliki oleh calon debitur yang akan dijadikan jaminan. Agar bank tidak mendapatkan

6
kerugian akibat dari debitur yang tidak bisa mengembalikan dana tersebut. Biasanya
nilai jaminan atau agunan lebih besar dari utang atau kredit yang diberikan oleh
debitur.
5. Condition of Economy, dilihat dari keadaan perekonomian disekitar tempat tinggal
calon debitur juga harus diperhatikan untuk memperhitungkan kondisi ekonomi yang
akan terjadi di masa datang. Kondisi ekonomi yang perlu diperhatikan antara lain
masalah daya beli masyarakat, luas pasar, persaingan, perkembangan teknologi,
bahan baku, pasar modal, dan lain sebagainya.

Dalam dunia perbankan, Prinsip 5C atau The Five C’s Principle of Credit Analysis
merupakan implementasi dari Ketentuan prinsip kehati-hatian, yang mana bank
berkewajiban untuk menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya resiko
keinginan sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan bank, sebagaimana
dijelaskan dalam Pasal 29 ayat (4) Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998
tentang Perubahan atas Undang-Undang Perbankan Nomor 7 tahun 1992 tentang
Perbankan. Penyediaan informasi mengenai kemungkinan timbulnya resiko kerugian
nasabah dimaksudkan agar akses untuk memperoleh informasi perihal kegiatan usaha
dan kondisi bank menjadi lebih terbuka yang sekaligus menjamin adanya transparansi
dalam dunia perbankan. Apabila informasi tersebut telah dilaksanakan maka bank
dianggap telah melaksanakan ketentuan ini. Ketentuan ini juga menunjukkan bahwa bank
benar-benar memiliki tanggung jawab dengan nasabahnya. Hal ini sangat relevan dengan
konsep hubungan antara bank dengan nasabahnya yang bukan hanya sekedar hubungan
antara debitur dengan kreditur melainkan juga hubungan kepercayaan.

2.2 Prinsip 7P Dalam Kredit


Prinsip 7P menurut Kasmir (2012:95) adalah: Personality, Party, Purpose,
Prospect, Payment, Profitability, dan Protection. Penjelasan dari analisis Prinsip 7P kredit
adalah:

1. Personality (Kepribadian)
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah laku seharihari
maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan
tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah. Jika kepribadiannya baik maka
kredit dapat diberikan. Sebaliknya apabila kepribadiannya jelek maka kredit tidak
dapat diberikan. Alasannya adalah karena kepribadian yang baik akan berusaha
membayar pinjamannya sedangkan kepribdian yang jelek akan sulit membayar
pinjamannya. Kepribadian calon nasabah ini dapat diketahui dengan mengumpulkan

7
informasitentang keturunan, pekerjaan, pendidikan, dan pergaulannya. Menilai
nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa
lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah
dalam menghadapi suatu masalah.
2. Party (Pihak atau Golongan)
Yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau golongan-
golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah
dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda
dari bank.
3. Purpose (Tujuan)
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam pengambilan kredit termasuk
jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-
macam apakah tujuan untuk konsumtif, produktif atau untuk tujuan perdagangan.
Apabila kredit digunakan sebagai kegiatan konsumtif maka kredit tidak dapat
diberikan, tetapi jika digunakan sebagai modal kerja (produktif) maka kredit dapat
diberikan. Jadi, analisis kredit harus mengetahui secara pasti tujuan dan penggunaan
kredit yang akan diberikan sehingga dapat dipertimbangkan.
4. Prospect (Kemungkinan)
Yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang apakah
menguntungkan atau tidak. Prospect adalah prospek perusahaan dimasa datang,
apakah akan menguntungkan (baik) atau merugikan (jelek). Jika prospek terlihat baik
maka kredit dapat diberikan, sebaliknya jika jelek akan ditolak. Oleh karena itu analisis
kredit harus mampu mengestimasi masa depan perusahaan calon debitur agar
pengembalian kredit menjadi lancar.
5. Payment (Pembayaran)
Yaitu ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah
diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit yang
diperolehnya.
6. Profitability (keuntungan)
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.
Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan semakin
meningkat dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya dari bank atau bukan
bank.
7. Protection (perlindungan)
Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikeluarkan oleh bank atau bukan
bank namun melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang
atau jaminan asuransi.

8
2.3 Prosedur Pemberian Kredit
Prosedur kredit merupakan tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam
pengajuan kredit. Dimulai dari permohonan kredit sampai dengan pencairan kredit
tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Thomas Suyatno, dkk (2003:69-87) bahwa
preosedur kredit adalah: Permohonan Kredit – Penyidikan dan Analisis Kredit – Keputusan
Atas Permohonan Kredit – Penolakan Permohonan Kredit – Persetujuan Permohonan
Kredit – Pencairan Fasilitas Kredit – Pelunasan Fasilitas Kredit.

1. Permohonan Kredit Permohonan fasilitas kredit mencakup:


a. Permohonan baru untuk mendapat suatu jenis fasilitas kredit.
b. Permohonan tambahan suatu kredit yang sedang berjalan.
c. Permohonan perpanjangan/pembaruan masa laku kredit yang telah berakhir
jangka waktunya.
Berkas-berkas kredit permohonan kredit dari nasabah terdiri dari:
a. Surat-surat permohonan nasabah yang ditandatangani secara lengkap dan
sah.
b. Daftar isian yang disediakan oleh bank yang secara sebenarnya dan lengkap
diisi oleh nasabah.
c. Daftar lampiran lainnya yang diperlukan menurut jenis fasilitas kredit.
2. Penyidikan dan Analisis Kredit
a. Pengertian penyidikan kredit adalah pekerjaan yang meliputi:
1) Wawancara dengan pemohon kredit atau debitur.
2) Pengumpulan data yang berhubungan dengan permohonan kredit yang
diajukan nasabah.
3) Pemeriksaan/penyidikan atas kebenaran dan kewajiban mengenai hal-hal
yang dikemukakan nasabah dan informasi lainnya yang diperoleh.
4) Penyusunan laporan seperlunya mengenai hasil penyidikan yang telah
dilaksanakan.
b. Pengertian analisis kredit adalah pekerjaan yang meliputi:
1) Mempersiapkan pekerjaan-pekerjaan penguraian dari segala aspek, baik
keuangan maupun nonkeuangan untuk mengetahui kemungkinan dapat/tidak
dapat dipertimbangkan suatu permohonan kredit.
2) Menyusun laporan analisis yang diperlukan, yang berisi penguraian dan
kesimpulan serta penyajian alternatif-alternatif sabagai bahan pertimbangan
untuk pengambilan keputusan pimpinan dari permohonan kredit nasabah.
3. Keputusan Atas Permohonan Kredit

9
a. Pengertian Yang dimaksud dengan keputusan adalah setiap tindakan pejabat
yang berdasarkan wewenangnya berhak mengambil keputusan berupa menolak,
menyetujui dan atau mengusulkan permohonan fasilitas kredit kepada pejabat
yang lebih tinggi.
b. Bahan pertimbangan pengambilan keputusan Setiap keputusan kredit, harus
memperhatikan penilaian syaratsyarat umum yang pada dasarnya tercantum
dalam laporan pemeriksaan kredit dan analisa kredit.
4. Penolakan Permohonan Kredit Dapat terjadi untuk permohonan kredit yang nyata-
nyata dianggap oleh bank secara teknis tidak memenuhi persyaratan. Langkah-
langkah yang harus diperhatikan adalah:
a. Semua keputusan penolakan harus disampaikan secara tertulis kepada nasabah
dengan disertai alasan penolakannya.
b. Surat penolakan permohonan minimal dibuat dalam rangkap tiga, asli dikirimkan
kepada pemohon, lembar kedua bersama copy surat permohonan nasabah dikirim
kepada direksi, lembar ketiga untuk arsip bagian kredit atau kantor cabang.
5. Persetujuan Permohonan Kredit Adalah keputusan bank untuk mengabulkan sebagian
atau seluruh permohonan kredit dari calon debitur. Langkah-langkah yang harus
diambil antara lain seperti dibawah ini:
a. Surat penegasan permohonan kredit kepada pemohon
b. Pengikatan jaminan
c. Penandatanganan perjanjian kredit
d. Penandatanganan surat askeb
e. Informasi untuk bagian lain
f. Pembayaran bea materai kredit
g. Pembayaran provisi kredit
h. Asuransi barang jaminan
i. Asuransi kredit
6. Pencairan Fasilitas Kredit
a. Pengertian Pencairan fasilitas kredit adalah setiap transaksi yang menggunakan
kredit yang telah disetujui oleh bank. Dalam prateknya, pencairan kredit ini berupa
pembayaran dan atau pemindahbukuan atas beban rekening pinjaman atau
fasilitas lainnya.
b. Syarat-syarat pencairan Bank hanya menyetujui pencairan kredit oleh nasabah,
bila syaratsyarat yang harus dipenuhi nasabah telah dilaksanakan. Pengikatan
jaminan secara sempurna dan penandatanganan warkat-warkat kredit mutlak
harus mendahului pencairan kredit.

10
7. Pelunasan Fasilitas Kredit
Pelunasan kredit adalah dipenuhinya semua kewajiban utang nasabah
terhadap bank yang berakibat hapusnya ikatan perjanjian kredit. Untuk mencegah
timbulnya claim dari nasabah karena tidak lengkap pengembalian dokumen-dokumen
jaminan, bank harus mengadakan investigasi atas dokumen yang tersimpan pada
berkas jaminan dan dicocokan dengan catatan yang tersedia.

2.4 Kebijakan Pokok Dalam Perkreditan Atau Pembiayaan


Dalam Kebijakan Perkreditan Bank harus ditetapkan pokok pengaturan mengenai
tata cara pemberian Kredit atau Pembiayaan yang sehat, pokok pengaturan pemberian
Kredit atau Pembiayaan kepada pihak terkait dengan Bank dan debitur besar tertentu,
Kredit atau Pembiayaan yang mengandung risiko yang tinggi, serta Kredit atau
Pembiayaan yang perlu dihindari, paling sedikit meliputi:

1. Pokok pengaturan mengenai:


a. Prosedur perkreditan atau pembiayaan yang sehat, termasuk prosedur
persetujuan Kredit atau Pembiayaan, prosedur dokumentasi dan administrasi
Kredit atau Pembiayaan serta prosedur pengawasan Kredit atau Pembiayaan.
b. Kredit atau Pembiayaan yang perlu mendapat perhatian khusus.
c. Perlakuan terhadap Kredit yang tunggakan bunganya dikapitalisasi.
d. Prosedur penyelesaian Kredit atau Pembiayaan bermasalah dan prosedur
penghapusbukuan Kredit atau Pembiayaan macet serta tata cara pelaporan Kredit
atau Pembiayaan macet.
e. Tata cara penyelesaian barang agunan Kredit atau Pembiayaan yang telah
dikuasai Bank yang diperoleh dari hasil penyelesaian Kredit atau Pembiayaan.
2. Pokok pengaturan mengenai pemberian Kredit atau Pembiayaan kepada pihak yang
terkait dengan Bank dan/atau debitur besar tertentu paling sedikit meliputi:
a. Batasan paling banyak jumlah penyediaan keseluruhan fasilitas Kredit atau
Pembiayaan yang akan diberikan oleh Bank kepada pihak-pihak tersebut dalam
angka persentase terhadap jumlah keseluruhan Kredit atau Pembiayaan dan
jumlah modal Bank berdasarkan perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum (KPMM) Bank.
b. Tata cara penyediaan Kredit atau Pembiayaan kepada pihak-pihak tersebut yang
akan disindikasikan, dikonsorsiumkan, dan dibagi risikonya (risk sharing) dengan
Bank lain.

11
c. Persyaratan Kredit atau Pembiayaan kepada pihak-pihak tersebut khususnya
mengenai perbandingan suku bunga Kredit atau imbal hasil Pembiayaan dengan
yang ditetapkan terhadap debitur lain serta bentuk dan jenis agunan.
d. Kebijakan Bank dalam pemberian Kredit atau Pembiayaan kepada pihak-pihak
tersebut dalam kaitannya dengan ketentuan perkreditan atau pembiayaan,
khususnya ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai batas maksimum
pemberian kredit bank umum.
3. Sektor ekonomi, segmen pasar, kegiatan usaha, dan debitur yang mengandung risiko
tinggi bagi Bank.
4. Kredit atau Pembiayaan yang perlu dihindari antara lain:
a. Kredit atau Pembiayaan untuk tujuan spekulasi.
b. Kredit atau Pembiayaan yang diberikan tanpa informasi keuangan yang cukup,
dengan catatan bahwa informasi untuk Kredit atau Pembiayaan kecil dapat
disesuaikan seperlunya oleh Bank.
c. Kredit atau Pembiayaan yang memerlukan keahlian khusus yang tidak dimiliki
Bank.
d. Kredit atau Pembiayaan kepada debitur bermasalah dan/atau macet pada Bank
lain.

12
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam pemberian kredit pihak bank maupun nonbank harus melakukan analisis
terhadap permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur. Penilaian yang
dilakukan tersebut sesuai dengan prinsip kehati-hatian dalam rangka pemberian kredit
tercermin dalam kriteria-kriteria yang dinamakan Prinsip 5C, yaitu: Character,
Capacity, Capital, Collateral, Condition of Economy.
2. Selain prinsip 5C yang digunakan dalam menganalisis permohonan kredit adapun
prinsip 7P, antara lain: Personality, Party, Purpose, Prospect, Payment, Profitability,
dan Protection.
3. Pemberian kredit harus melalui tahapan-tahapan atau prosedur yang harus dilalui.
Prosedur tersebut seperti: Permohonan Kredit – Penyidikan dan Analisis Kredit –
Keputusan Atas Permohonan Kredit – Penolakan Permohonan Kredit – Persetujuan
Permohonan Kredit – Pencairan Fasilitas Kredit – Pelunasan Fasilitas Kredit.
4. Kebijakan Perkreditan Bank harus ditetapkan pokok pengaturan mengenai tata cara
pemberian Kredit atau Pembiayaan yang sehat, pokok pengaturan pemberian Kredit
atau Pembiayaan kepada pihak terkait dengan Bank dan debitur besar tertentu, Kredit
atau Pembiayaan yang mengandung risiko yang tinggi, serta Kredit atau Pembiayaan
yang perlu dihindari.

13
DAFTAR PUSTAKA

Afifah Nur Aini Saputri. (2009). Prosedur Pemberian Kredit Kepada Golongan Berpenghasilan

Tetap (Kretap) Di Pt. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Solo

Kartasura.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 42 /Pojk.03/2017 Tentang Kewajiban Penyusunan

Dan Pelaksanaan Kebijakan Perkreditan Atau Pembiayaan Bank Bagi Bank Umum.

Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan.

Sembiring, Sentosa. (2007). Arti Penting Jaminan dalam Pemberian Kredit dalam Transaksi

Bisnis Perbankan. Gloria Juris. 7(1).

Siregar, L. H & Mekar M. A. (2019). Implementasi Dan Prinsip Kehati - Hatian (Prudential

Banking Principle) Pembiayaan Mikro Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Marelan.

Jurnal Warta. Vol. 59.

14

Anda mungkin juga menyukai