Dosen Pengampu:
Ahmad Kamil,SE.,M.Ec.Dev
Disusun Oleh:
EKONOMI PEMBANGUNAN
2022
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Puji Syukur atas Kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena
atas Rahmat dan Hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul
“Prinsip Dasar dan Kebijakan Pemberian Kredit” yang bertujuan untuk memenuhi Tugas Mata
Kuliah Ekonomi Perbankan Tahun Ajaran 2022. Selain itu juga untuk menambah wawasan
tentang prinsip dasar dan kebijakan dalam pemberian kredit di Indonesia bagi pembaca
maupun penulis. Dan tak lupa saya juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad
Kamil,SE.,M.Ec.Dev selaku dosen pengampu yang telah memberikan tugas makalah ini
sehingga dapat menambah wawasan mengenai prinsip dan kebijakan pemberian kredit.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
sebab itu saya dengan hati dan tangan terbuka mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Selanjutnya dalam kesempatan ini saya tidak lupa untuk menyampaikan ucapan
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
moral dan spiritual secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan tugas ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 5
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 5
BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................................................... 6
2.1 Prinsip 5C Dalam Kredit.................................................................................................. 6
2.2 Prinsip 7P Dalam Kredit .................................................................................................. 7
2.3 Prosedur Pemberian Kredit ............................................................................................ 9
2.4 Kebijakan Pokok Dalam Perkreditan Atau Pembiayaan ............................................ 11
BAB 3 PENUTUP.......................................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 14
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Kredit yang diberikan oleh bank didasarkan atas kepercayaan, sehingga dengan
demikian pemberian kredit merupakan pemberian kepercayaan kepada nasabah. Pada
Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan menyebutkan
bahwa: “Bank adalah Badan Usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Bank
mempunyai peranan penting dalam menunjang dan meningkatkan taraf hidup masyarakat
terutama dalam bidang perkreditan.
Permasalahan kredit macet yang menimpa dunia perbankan sebagai akibat dari
adanya wansprestasi atau keterlambatan dalam pembayaran oleh debitur ditambah
dengan banyaknya kredit yang dijamin dengan jaminan kebendaan akan tetapi jaminan
tersebut setelah dijual tidak mencukupi untuk memenuhi hutangnya. Sehingga dengan itu
dapat diwujudkannya sebuah dunia perbankan yang sehat karena pada dasarnya modal
4
pokokuntuk perkreditan dari bank-bank ialah sumber simpanan dari masyarakat, bagi
bank milik BUMN dapat juga bersumber dari uang Negara.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas makalah ini mempunyai tujuan untuk:
5
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Character, yang bermakna kepribadian, watak, sifat, kebiasan debitur (pihak yang
berutang) sangat berpengaruh pada pemberian kredit. Kreditur dapat meneliti apakah
calon debitur tersebut masuk dalam Daftar Orang Tercela (DOT) atau tidak. Untuk itu
kreditur juga dapat meneliti biodatanya dan informasi dari lingkungan usahanya.
Informasi dari lingkungan usahanya dapat diperoleh dari supplier dan customer dari
debitur. Selain itu dapat pula di peroleh dari informasi Bank Sentral, namun tidak dapat
diperoleh dengan mudah oleh masyarakat umum, karena informasi tersebut hanya
dapat diakses oleh pegawai bank bidang perkreditan dengan menggunakan password
dan computer yang terhubung secara on-line dengan Bank Sentral. Agar selain
memeriksa dokumen formal yang menyertai kredit, juga perlu diketahui pula track
record dari permohonan kredit dari berbagai yang dapat dijadikan referensi oleh analis
kredit bank.
2. Capacity, Kapasitas adalah berhubungan dengan kemampuan seorang debitur untuk
mengembalikan pinjaman. Untuk mengukurnya, kreditur dapat meneliti kemampuan
debitur dalam bidang manajemen, keuangan, pemasaran, dan lain-lain.
3. Capital, Melihat banyaknya modal yang dimiliki oleh debitor atau melihat berapa
banyak modal yang ditanamkan debitur dalam usahanya, kreditur menilai modal
debitur tersebut. Semakin banyak modal yang ditanamkan, debitur akan dipandang
semakin serius dalam menjalankan usahanya.
4. Collateral, jaminan yang digunakan untuk berjaga-jaga seandainya debitur tidak
dapat mengembalikan pinjamannya. Biasanya nilai jaminan lebih tinggi dari jumlah
pinjaman. Bank harus pandai menilai atau melakukan taksasi harta kekayaan yang
dimiliki oleh calon debitur yang akan dijadikan jaminan. Agar bank tidak mendapatkan
6
kerugian akibat dari debitur yang tidak bisa mengembalikan dana tersebut. Biasanya
nilai jaminan atau agunan lebih besar dari utang atau kredit yang diberikan oleh
debitur.
5. Condition of Economy, dilihat dari keadaan perekonomian disekitar tempat tinggal
calon debitur juga harus diperhatikan untuk memperhitungkan kondisi ekonomi yang
akan terjadi di masa datang. Kondisi ekonomi yang perlu diperhatikan antara lain
masalah daya beli masyarakat, luas pasar, persaingan, perkembangan teknologi,
bahan baku, pasar modal, dan lain sebagainya.
Dalam dunia perbankan, Prinsip 5C atau The Five C’s Principle of Credit Analysis
merupakan implementasi dari Ketentuan prinsip kehati-hatian, yang mana bank
berkewajiban untuk menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya resiko
keinginan sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan bank, sebagaimana
dijelaskan dalam Pasal 29 ayat (4) Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998
tentang Perubahan atas Undang-Undang Perbankan Nomor 7 tahun 1992 tentang
Perbankan. Penyediaan informasi mengenai kemungkinan timbulnya resiko kerugian
nasabah dimaksudkan agar akses untuk memperoleh informasi perihal kegiatan usaha
dan kondisi bank menjadi lebih terbuka yang sekaligus menjamin adanya transparansi
dalam dunia perbankan. Apabila informasi tersebut telah dilaksanakan maka bank
dianggap telah melaksanakan ketentuan ini. Ketentuan ini juga menunjukkan bahwa bank
benar-benar memiliki tanggung jawab dengan nasabahnya. Hal ini sangat relevan dengan
konsep hubungan antara bank dengan nasabahnya yang bukan hanya sekedar hubungan
antara debitur dengan kreditur melainkan juga hubungan kepercayaan.
1. Personality (Kepribadian)
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah laku seharihari
maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan
tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah. Jika kepribadiannya baik maka
kredit dapat diberikan. Sebaliknya apabila kepribadiannya jelek maka kredit tidak
dapat diberikan. Alasannya adalah karena kepribadian yang baik akan berusaha
membayar pinjamannya sedangkan kepribdian yang jelek akan sulit membayar
pinjamannya. Kepribadian calon nasabah ini dapat diketahui dengan mengumpulkan
7
informasitentang keturunan, pekerjaan, pendidikan, dan pergaulannya. Menilai
nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa
lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah
dalam menghadapi suatu masalah.
2. Party (Pihak atau Golongan)
Yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau golongan-
golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah
dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda
dari bank.
3. Purpose (Tujuan)
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam pengambilan kredit termasuk
jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-
macam apakah tujuan untuk konsumtif, produktif atau untuk tujuan perdagangan.
Apabila kredit digunakan sebagai kegiatan konsumtif maka kredit tidak dapat
diberikan, tetapi jika digunakan sebagai modal kerja (produktif) maka kredit dapat
diberikan. Jadi, analisis kredit harus mengetahui secara pasti tujuan dan penggunaan
kredit yang akan diberikan sehingga dapat dipertimbangkan.
4. Prospect (Kemungkinan)
Yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang apakah
menguntungkan atau tidak. Prospect adalah prospek perusahaan dimasa datang,
apakah akan menguntungkan (baik) atau merugikan (jelek). Jika prospek terlihat baik
maka kredit dapat diberikan, sebaliknya jika jelek akan ditolak. Oleh karena itu analisis
kredit harus mampu mengestimasi masa depan perusahaan calon debitur agar
pengembalian kredit menjadi lancar.
5. Payment (Pembayaran)
Yaitu ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah
diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit yang
diperolehnya.
6. Profitability (keuntungan)
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.
Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan semakin
meningkat dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya dari bank atau bukan
bank.
7. Protection (perlindungan)
Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikeluarkan oleh bank atau bukan
bank namun melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang
atau jaminan asuransi.
8
2.3 Prosedur Pemberian Kredit
Prosedur kredit merupakan tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam
pengajuan kredit. Dimulai dari permohonan kredit sampai dengan pencairan kredit
tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Thomas Suyatno, dkk (2003:69-87) bahwa
preosedur kredit adalah: Permohonan Kredit – Penyidikan dan Analisis Kredit – Keputusan
Atas Permohonan Kredit – Penolakan Permohonan Kredit – Persetujuan Permohonan
Kredit – Pencairan Fasilitas Kredit – Pelunasan Fasilitas Kredit.
9
a. Pengertian Yang dimaksud dengan keputusan adalah setiap tindakan pejabat
yang berdasarkan wewenangnya berhak mengambil keputusan berupa menolak,
menyetujui dan atau mengusulkan permohonan fasilitas kredit kepada pejabat
yang lebih tinggi.
b. Bahan pertimbangan pengambilan keputusan Setiap keputusan kredit, harus
memperhatikan penilaian syaratsyarat umum yang pada dasarnya tercantum
dalam laporan pemeriksaan kredit dan analisa kredit.
4. Penolakan Permohonan Kredit Dapat terjadi untuk permohonan kredit yang nyata-
nyata dianggap oleh bank secara teknis tidak memenuhi persyaratan. Langkah-
langkah yang harus diperhatikan adalah:
a. Semua keputusan penolakan harus disampaikan secara tertulis kepada nasabah
dengan disertai alasan penolakannya.
b. Surat penolakan permohonan minimal dibuat dalam rangkap tiga, asli dikirimkan
kepada pemohon, lembar kedua bersama copy surat permohonan nasabah dikirim
kepada direksi, lembar ketiga untuk arsip bagian kredit atau kantor cabang.
5. Persetujuan Permohonan Kredit Adalah keputusan bank untuk mengabulkan sebagian
atau seluruh permohonan kredit dari calon debitur. Langkah-langkah yang harus
diambil antara lain seperti dibawah ini:
a. Surat penegasan permohonan kredit kepada pemohon
b. Pengikatan jaminan
c. Penandatanganan perjanjian kredit
d. Penandatanganan surat askeb
e. Informasi untuk bagian lain
f. Pembayaran bea materai kredit
g. Pembayaran provisi kredit
h. Asuransi barang jaminan
i. Asuransi kredit
6. Pencairan Fasilitas Kredit
a. Pengertian Pencairan fasilitas kredit adalah setiap transaksi yang menggunakan
kredit yang telah disetujui oleh bank. Dalam prateknya, pencairan kredit ini berupa
pembayaran dan atau pemindahbukuan atas beban rekening pinjaman atau
fasilitas lainnya.
b. Syarat-syarat pencairan Bank hanya menyetujui pencairan kredit oleh nasabah,
bila syaratsyarat yang harus dipenuhi nasabah telah dilaksanakan. Pengikatan
jaminan secara sempurna dan penandatanganan warkat-warkat kredit mutlak
harus mendahului pencairan kredit.
10
7. Pelunasan Fasilitas Kredit
Pelunasan kredit adalah dipenuhinya semua kewajiban utang nasabah
terhadap bank yang berakibat hapusnya ikatan perjanjian kredit. Untuk mencegah
timbulnya claim dari nasabah karena tidak lengkap pengembalian dokumen-dokumen
jaminan, bank harus mengadakan investigasi atas dokumen yang tersimpan pada
berkas jaminan dan dicocokan dengan catatan yang tersedia.
11
c. Persyaratan Kredit atau Pembiayaan kepada pihak-pihak tersebut khususnya
mengenai perbandingan suku bunga Kredit atau imbal hasil Pembiayaan dengan
yang ditetapkan terhadap debitur lain serta bentuk dan jenis agunan.
d. Kebijakan Bank dalam pemberian Kredit atau Pembiayaan kepada pihak-pihak
tersebut dalam kaitannya dengan ketentuan perkreditan atau pembiayaan,
khususnya ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai batas maksimum
pemberian kredit bank umum.
3. Sektor ekonomi, segmen pasar, kegiatan usaha, dan debitur yang mengandung risiko
tinggi bagi Bank.
4. Kredit atau Pembiayaan yang perlu dihindari antara lain:
a. Kredit atau Pembiayaan untuk tujuan spekulasi.
b. Kredit atau Pembiayaan yang diberikan tanpa informasi keuangan yang cukup,
dengan catatan bahwa informasi untuk Kredit atau Pembiayaan kecil dapat
disesuaikan seperlunya oleh Bank.
c. Kredit atau Pembiayaan yang memerlukan keahlian khusus yang tidak dimiliki
Bank.
d. Kredit atau Pembiayaan kepada debitur bermasalah dan/atau macet pada Bank
lain.
12
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam pemberian kredit pihak bank maupun nonbank harus melakukan analisis
terhadap permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur. Penilaian yang
dilakukan tersebut sesuai dengan prinsip kehati-hatian dalam rangka pemberian kredit
tercermin dalam kriteria-kriteria yang dinamakan Prinsip 5C, yaitu: Character,
Capacity, Capital, Collateral, Condition of Economy.
2. Selain prinsip 5C yang digunakan dalam menganalisis permohonan kredit adapun
prinsip 7P, antara lain: Personality, Party, Purpose, Prospect, Payment, Profitability,
dan Protection.
3. Pemberian kredit harus melalui tahapan-tahapan atau prosedur yang harus dilalui.
Prosedur tersebut seperti: Permohonan Kredit – Penyidikan dan Analisis Kredit –
Keputusan Atas Permohonan Kredit – Penolakan Permohonan Kredit – Persetujuan
Permohonan Kredit – Pencairan Fasilitas Kredit – Pelunasan Fasilitas Kredit.
4. Kebijakan Perkreditan Bank harus ditetapkan pokok pengaturan mengenai tata cara
pemberian Kredit atau Pembiayaan yang sehat, pokok pengaturan pemberian Kredit
atau Pembiayaan kepada pihak terkait dengan Bank dan debitur besar tertentu, Kredit
atau Pembiayaan yang mengandung risiko yang tinggi, serta Kredit atau Pembiayaan
yang perlu dihindari.
13
DAFTAR PUSTAKA
Afifah Nur Aini Saputri. (2009). Prosedur Pemberian Kredit Kepada Golongan Berpenghasilan
Tetap (Kretap) Di Pt. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Solo
Kartasura.
Dan Pelaksanaan Kebijakan Perkreditan Atau Pembiayaan Bank Bagi Bank Umum.
Sembiring, Sentosa. (2007). Arti Penting Jaminan dalam Pemberian Kredit dalam Transaksi
Siregar, L. H & Mekar M. A. (2019). Implementasi Dan Prinsip Kehati - Hatian (Prudential
Banking Principle) Pembiayaan Mikro Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Marelan.
14