Anda di halaman 1dari 27

MANAJEMEN PERBANKAN

“Manajemen Perkreditan”

Dosen Pengampu : Tiksnayana Vipraprastha, SE.MM

Oleh :

Ni Komang Ayu Sri Utami (05) 2002612010806


Ni Kadek Mellyna Dewi (06) 2002612010844
Nur Haliza Fauzi (20) 2002612010977
I Pande Putu Deny Gunawan (34) 2002612011050

Kelompok V :
Manajemen Keuangan B Malam 2020

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR


FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
MANAJEMEN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Manajemen Perkreditan”. Penyusunan makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Perbankan.

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2

1.3 Tujuan...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1 Pengertian Kredit..................................................................................3

2.2 Hal-hal Pokok Dalam Pedoman Pemberian Kredit...............................4

2.3 Penerapan Prinsip Kehati-hatian Dalam Perkreditan............................7

2.4 Organisasi Perkreditan........................................................................10

2.5 Proses Persetujuan Kredit...................................................................16

2.6 Dokumentasi dan Administrasi Kredit................................................18

2.7 Pengawasan dan Pembinaan Kredit....................................................20

BAB III PENUTUP...............................................................................................22

3.1 Kesimpulan.........................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam memberikan kredit atau pembiayaan, bank harus mempunyai
keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta
kesanggupan debitur untuk melunasi kredit atau pembiayaan sesuai dengan yang
diperjanjikan. Kredit atau pembiayaan yang diberikan oleh bank mengandung
risiko sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas
perkreditan atau pembiayaan yang sehat.

Untuk mengurangi risiko tersebut, jaminan pemberian kredit atau pembiayaan


dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi
kewajiban sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus
diperhatikan oleh bank. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum
memberikan kredit atau pembiayaan, bank harus melakukan penilaian yang
seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari
debitur.

Sehubungan dengan itu, bank harus memiliki serta menerapkan pedoman


perkreditan atau pembiayaan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
Otoritas Jasa Keuangan. Untuk mendukung upaya tersebut maka peranan
Kebijakan Perkreditan Bank (KPB) atau Kebijakan Pembiayaan Bank (KPB)
sangat penting karena berfungsi sebagai panduan dalam pelaksanaan seluruh
kegiatan yang terkait dengan perkreditan atau pembiayaan yang sehat dan
menguntungkan bagi Bank. Dengan adanya KPB yang dibakukan maka Bank
diharapkan dapat menerapkan asas-asas perkreditan atau pembiayaan yang sehat
secara lebih konsisten dan berkesinambungan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kredit ?
2. Apa saja hal-hal pokok dalam pedoman pemberian kredit ?
3. Bagaimana penerapan prinsip kehati-hatian dalam perkreditan ?
4. Bagaimana organisasi perkreditan ?
5. Bagaimana proses persetujuan kredit ?
6. Apa saja dokumentasi dan administrasi kredit ?
7. Bagaimana pengawasan dan pembinaan kredit ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu kredit
2. Untuk mengetahui apa saja hal-hal pokok dalam pedoman pemberian
kredit
3. Untuk mengetahui penerapan prinsip kehati-hatian dalam perkreditan
4. Untuk mengetahui organisasi perkreditan
5. Untuk mengetahui proses persetujuan kredit
6. Untuk mengetahui apa saja dokumentasi dan administrasi kredit
7. Untuk mengetahui proses pengawasan dan pembinaan kredit

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kredit


Kredit berasal dari kata “credere” yang berarti : percaya, atau to believe / to
trust. Maksud dari kata tersebut bahwa kredit mengandung unsur kepercayaan dari
bank kepada nasabah untuk dapat menggunakan kredit sebaik mungkin. terdapat
banyak definisi dari para ahli dalam mendefinisikan tentang kredit yaitu :
1. Anwar
Menyatakan bahwa kredit adalah pemberian prestasi ( jasa ) dari pihak
yang satu ( pihak pemberi kredit ) kepada pihak yang lain ( pihak yang
menerima kredit ) dan prestasinya akan dikembalikan dalam jangka waktu
yang disepakati beserta uang sebagai kontraprestasinya ( balas jasa).
2. Hasibuhan
Menjelaskan bahwa semua jenis kredit adalah pinjaman yang harus
dibayar bersama bunganya oleh peminjam seperti perjanjian yang
disepakati bersama.
3. Kasmir
Menjelaskan bahwa kredit adalah pembiayaan yang bisa berupa uang,
maupun tagihan yang nilainya dapat ditukar dengan uang.
4. Muljono
Kredit adalah kemampuan untuk melakukan pembelian atau melaksanakan
suatu pinjaman dengan perjanjian untuk melakukan pembayaran dalam
waktu yang ditentukan.
5. Veithzal Rivai
Kredit adalah penyerahan uang, barang atau jasa kepada pihak lain atas
dasar kepercayaan dengan pernjanjian mampu atau dapat membayar pada
tanggal yang sudah disepakati.
Dari penjelasan para ahli-ahli diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
pada dasarnya kredit adalah “kondisi penyerahan baik berupa uang, barang
maupun jasa dari pihak satu (pihak pemberi kredit) kepada pihak lainnya (pihak

3
penerima kredit) dengan kesepakatan bersama untuk dapat diselesaikan dengan
jangka waktu tertentu disertai adanya imbalan atas tambahan pokok tersebut”
Sedangkan menurut Undang-undang perbankan, yaitu UU No. 7 Tahun 1998,
bahwa kredit adalah “ Penyediaan uang atau tagihan yang bisa disamakan
berdasarkan kesepakatan atau persetujuan pinjam meminjam antara bank dengan
pihak lainnya dan mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya dengan
jumlah bunga, imbalan atau bagi hasil lainnya dalam jangka waktu yang
disepakati.”

2.2 Hal-hal Pokok Dalam Pedoman Pemberian Kredit


Pedoman perkreditan atau pembiayaan sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan, dengan pokok-pokok pengaturan
perkreditan atau pembiayaan yang memuat antara lain:
1. Pemberian kredit atau pembiayaan dibuat dalam bentuk perjanjian tertulis.
2. Bank harus memiliki keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur
yang diperoleh dari penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan,
modal, agunan, dan prospek usaha dari debitur.
3. Kewajiban bank untuk menyusun dan menerapkan prosedur pemberian
kredit atau pembiayaan.
4. Kewajiban bank untuk memberikan informasi yang jelas mengenai
prosedur dan persyaratan kredit atau pembiayaan.
5. Larangan bank untuk memberikan kredit atau pembiayaan dengan
persyaratan yang berbeda kepada debitur dan/atau pihak terafiliasi.
6. Penyelesaian sengketa.

Menurut konsep manajemen keuangan perbankan, bank hendaknya memeriksa


aspek- aspek yang dimiliki atau melekat pada nasabah debitur yang dapat
digunakan untuk mengukur kemampuan nasabah debitur dalam mengembalikan
pinjamannya kepada bank. Kriteria penilaian/pemeriksaan yang harus dilakukan
oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dan
mampu membayar kreditnya, dilakukan dengan analisa aspek-aspek yang
kemudian dikenal dengan sebutan Prinsip 5C, meliputi :

4
1. Watak (Character)
Suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang yang akan diberikan
kredit benar- benar dapat dipercaya. Hal ini tercantum dalam latar
belakang nasabah, baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun
yang bersifat pribadi, seperti : cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya,
keadaan keluarga, hobby, sosial standingnya, moral dan kejujuran
pemohon kredit.
2. Kemampuan (Capacity)
Untuk melihat nasabah dalam kemampuan untuk mengendalikan bisnis,
yang dihubungkan dengan pendi- dikannya, kemampuannya dalam
memahami ketentuan- ketentuan pemerintah, memimpin, menguasasi
bidang usahanya, kesung- guhan dan melihat prespektif masa depan,
sehingga usaha pemohon berjalan dengan baik dan memberikan untung
(rendable), dan pada akhirnya dapat mengem- balikan kredit yang
diterimanya.
3. Modal (Capital)
Yaitu modal dari pemohon kredit, untuk mengem- bangkan usahanya.
Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat dari laporan
keuangan (neraca dan laporan rugi laba) dengan melakukan pengu- kuran
seperti dari segi likuiditas dan solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya.
Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada.
4. Jaminan (Collateral)
Kekayaan yang dapat diikat sebagai jaminan, guna kepastian pelunasan di
belakang hari, kalau penerima kredit tidak melunasi hutangnya. Jaminan
hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus
diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi masalah atau kredit macet,
maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.
Jaminan tidak hanya berbentuk kebendaan tapi juga dapat berbentuk
jaminan yang tidak berwujud, seperti : jaminan pribadi (borgtocht), Letter
of guarantee, Letter of comfort, rekomendasi dan avails.
5. Kondisi ekonomi (Condition of Economic)

5
Situasi politik, sosial, ekonomi, budaya yang dapat mempengaruhi
keadaan perekono- mian pada waktu dan jangka waktu tertentu, dimana
kredit diberikan bank kepada pemohon, termasuk prospek usaha dari
sektor yang dijalankan, haruslah prospek usaja yang benar-benar memiliki
prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah
relatif kecil.

Selain berpedoman pada Prinsip 5C, maka dalam pemberian kredit juga harus
melakukan analisis pada prinsip 7P, sebagai berikut :
1. Personality
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya
sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap,
emosi, tingkah laku dan tindakan masabah dalam menghadapi suatu
masalah.
2. Party
Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau
golongan- golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta
karakternya. Sehingga nasabah daapat digolongkan ke golongan tertentu
dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.
3. Purpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,
termasuk jenis kredit yang diinginkan. Tujuan pengambilan kredit dapat
bermacam-macam. Sebagai contoh apakah untuk modal kerja atau
investasi, konsumtif atau produktif dan lain sebagainya.
4. Prospect
Yaitu untuk memilih usaha nasabah dimasa yang akan datang
menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau
sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang
dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi tetapi
juga nasabah.
5. Payment

6
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang
telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk mengembalikan
kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin
baik. Sehingga jika salah saatu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh
sektor lainnya.
6. Profitability
Untuk menganalisa bagai- mana kemampuan nasabah dalam mencari laba.
Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau
akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan
diperolehnya.
7. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan
mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang
atau orang atau jaminan asuransi.

Prinsip 3R dalam kredit juga menjadi petimbangan dalam memutus kredit.


Prinsip tersebut adalah :
1. Return
Yaitu penilaian atas hasil yang akan dicapai oleh perusahaan calon
peminjam setelah mendapatkan kredit, apakah hasil tersebut cukup untuk
menutup hasil pinjaman serta sekaligus memungkinkan pula usahanya
untuk berkembang terus.
2. Repayment
Sebagai kelanjutan dari return di atas, yang kemudian diperhitungkan
kemampuan, jadwal serta jangka waktu pengembalian.
3. Risk Bearing Activity
Yaitu sejauh mana ketahanan suatu perusahaan calon peminjam untuk
menang-gung risiko kegagalan andaikata terjadi suatu hal di kemudian
hari yang tidak diinginkan.

7
2.3 Penerapan Prinsip Kehati-hatian Dalam Perkreditan
Dalam setiap KPB (Kebijakan Perkreditan Bank) harus dimuat dan ditetapkan
secara jelas dan tegas mengenai prinsip kehati-hatian dalam perkreditan atau
pembiayaan, yang paling sedikit harus meliputi kebijakan pokok dalam
perkreditan atau pembiayaan, tata cara penilaian kualitas Kredit atau Pembiayaan,
dan profesionalisme serta integritas pejabat perkreditan atau pembiayaan.

Dalam KPB (Kebijakan Perkreditan Bank) harus ditetapkan pokok pengaturan


mengenai tata cara pemberian Kredit atau Pembiayaan yang sehat, pokok
pengaturan pemberian Kredit atau Pembiayaan kepada pihak terkait dengan Bank
dan debitur besar tertentu, Kredit atau Pembiayaan yang mengandung risiko yang
tinggi, serta Kredit atau Pembiayaan yang perlu dihindari, paling sedikit meliputi :

1. Pokok pengaturan mengenai :


a. Prosedur perkreditan atau pembiayaan yang sehat, termasuk prosedur
persetujuan Kredit atau Pembiayaan, prosedur dokumentasi dan
administrasi Kredit atau Pembiayaan serta prosedur pengawasan
Kredit atau Pembiayaan.
b. Kredit atau Pembiayaan yang perlu mendapat perhatian khusus.
c. Perlakuan terhadap Kredit yang tunggakan bunganya dikapitalisasi.
d. Prosedur penyelesaian Kredit atau Pembiayaan bermasalah dan
prosedur penghapusbukuan Kredit atau Pembiayaan macet serta tata
cara pelaporan Kredit atau Pembiayaan macet.
e. Tata cara penyelesaian barang agunan Kredit atau Pembiayaan yang
telah dikuasai Bank yang diperoleh dari hasil penyelesaian Kredit atau
Pembiayaan.
2. Pokok pengaturan mengenai pemberian Kredit atau Pembiayaan kepada
pihak yang terkait dengan Bank dan/atau debitur besar tertentu paling
sedikit meliputi :
a. Batasan paling banyak jumlah penyediaan keseluruhan fasilitas Kredit
atau Pembiayaan yang akan diberikan oleh Bank kepada pihak-pihak
tersebut dalam angka persentase terhadap jumlah keseluruhan Kredit

8
atau Pembiayaan dan jumlah modal Bank berdasarkan perhitungan
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) Bank.
b. Tata cara penyediaan Kredit atau Pembiayaan kepada pihak-pihak
tersebut yang akan disindikasikan, dikonsorsiumkan, dan dibagi
risikonya (risk sharing) dengan Bank lain.
c. Persyaratan Kredit atau Pembiayaan kepada pihak-pihak tersebut
khususnya mengenai perbandingan suku bunga Kredit atau imbal hasil
Pembiayaan dengan yang ditetapkan terhadap debitur lain serta bentuk
dan jenis agunan.
d. Kebijakan Bank dalam pemberian Kredit atau Pembiayaan kepada
pihak-pihak tersebut dalam kaitannya dengan ketentuan perkreditan
atau pembiayaan, khususnya ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai batas maksimum pemberian kredit bank umum.
3. Sektor ekonomi, segmen pasar, kegiatan usaha, dan debitur yang
mengandung risiko tinggi bagi Bank.
4. Kredit atau Pembiayaan yang perlu dihindari antara lain :
a. Kredit atau Pembiayaan untuk tujuan spekulasi.
b. Kredit atau Pembiayaan yang diberikan tanpa informasi keuangan
yang cukup, dengan catatan bahwa informasi untuk Kredit atau
Pembiayaan kecil dapat disesuaikan seperlunya oleh Bank.
c. Kredit atau Pembiayaan yang memerlukan keahlian khusus yang tidak
dimiliki Bank.
d. Kredit atau Pembiayaan kepada debitur bermasalah dan/atau macet
pada Bank lain.

Dalam KPB (Kebijakan Perkreditan Bank) harus ditetapkan bahwa penilaian


kualitas Kredit atau Pembiayaan harus didasarkan pada suatu tata cara yang
bertujuan untuk memastikan bahwa hasil penilaian kolektibilitas Kredit atau
Pembiayaan yang dilakukan oleh Bank telah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai penilaian kualitas aset bank umum dan ketentuan
Otoritas Jasa Keuangan yang mengatur mengenai penilaian kualitas aset bagi bank
umum syariah dan unit usaha syariah.

9
Dalam KPB (Kebijakan Perkreditan Bank) setiap Bank harus dinyatakan
secara tegas dan jelas bahwa seluruh pejabat Bank yang terkait dengan perkreditan
atau pembiayaan termasuk anggota direksi, anggota dewan komisaris, dan dewan
pengawas syariah paling sedikit harus:

1. Bertindak secara profesional di bidang perkreditan atau pembiayaan


dengan jujur, objektif, cermat, serta seksama.
2. Menyadari dan memahami sepenuhnya ketentuan Pasal 49 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana
diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Pasal
63 ayat (2) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, serta menghindari perbuatan tersebut.

2.4 Organisasi Perkreditan


1. Perangkat Perkreditan
Untuk lebih mendukung pemberian Kredit atau Pembiayaan yang sehat
dan mengandung unsur pengendalian intern mulai tahap awal proses
kegiatan perkreditan atau pembiayaan, di samping keterkaitan pejabat-
pejabat Bank dalam perkreditan atau pembiayaan seperti direksi, dewan
komisaris, dewan pengawas syariah, pejabat perkreditan atau pembiayaan
lain dan/atau satuan-satuan kerja dalam organisasi Bank, setiap Bank harus
memiliki Komite Kebijakan Perkreditan atau Komite Kebijakan
Pembiayaan (KKP) dan Komite Kredit atau Komite Pembiayaan (KP).
2. Pencantuman Fungsi, Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab di Bidang
Perkreditan atau Pembiayaan Dalam Kebijakan Perkreditan atau
Pembiayaan Bank
Dalam KPB (Kebijakan Perkreditan Bank) harus dicantumkan secara jelas
dan tegas rincian fungsi, tugas, wewenang, dan tanggung jawab direksi,
dewan komisaris, dewan pengawas syariah, satuan kerja perkreditan atau
pembiayaan, KKP, dan KP dalam kaitannya dengan perkreditan atau
pembiayaan sebagaimana ditetapkan dalam PPKPB, dengan ketentuan :

10
1. Bank dapat memperluas cakupan fungsi, tugas, wewenang, dan
tanggung jawab dimaksud sesuai dengan kebutuhan masing-masing
Bank dengan ketentuan tidak boleh bertentangan dengan yang
ditetapkan dalam PPKPB.
2. Bagi kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri di
Indonesia, pengertian direksi dan dewan komisaris disesuaikan dengan
perangkat organisasi atau pejabat yang selama ini lazim berfungsi
sebagai direksi dan dewan komisaris pada kantor cabang dari bank
yang berkedudukan di luar negeri.
3. Komitmen Kebijakan Perkreditan atau Pembiayaan (KKP)
Bank wajib memiliki KKP yang merupakan komite yang membantu
direksi dalam merumuskan kebijakan, mengawasi pelaksanaan kebijakan,
memantau perkembangan dan kondisi portofolio perkreditan atau
pembiayaan serta memberikan saran langkah perbaikan. Keanggotan,
fungsi, dan tanggung jawab KKP adalah sebagai berikut :
A. Keanggotaan KKP
1. KKP diketuai oleh direktur utama atau presiden direktur dengan
anggota paling sedikit terdiri dari direktur Kredit atau Pembiayaan,
pimpinan satuan kerja bidang operasional yang terkait dengan
perkreditan atau pembiayaan, dan pimpinan Satuan Kerja Audit
Intern (SKAI). Dalam hal direktur utama atau presiden direktur
tidak dapat mengetuai KKP, dapat ditunjuk salah seorang anggota
direksi lain dengan persetujuan dewan komisaris.
2. Keanggotan KKP disertai dengan penjelasan tugas dan wewenang
yang ditetapkan secara tertulis oleh direksi.
B. Fungsi KKP
Fungsi KKP paling sedikit mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. memberikan masukan kepada direksi dalam penyusunan KPB,
terutama yang berkaitan dengan perumusan prinsip kehatihatian
dalam perkreditan atau pembiayaan sebagaimana dimaksudkan
dalam BAB II PPKPB (Pedoman Penyusunan Kebijakan
Perkreditan Bank).

11
2. Mengawasi agar KPB dapat diterapkan dan dilaksanakan secara
konsekuen dan konsisten serta merumuskan pemecahan dalam hal
terdapat hambatan atau kendala dalam penerapan KPB. Selanjutnya
KKP juga melakukan kajian berkala terhadap KPB dan
memberikan saran kepada direksi dalam hal diperlukan perubahan
atau perbaikan KPB.
3. Memantau dan mengevaluasi :
a. Perkembangan dan kualitas portofolio perkreditan atau
pembiayaan secara keseluruhan.
b. Kebenaran pelaksanaan kewenangan memutus Kredit atau
Pembiayaan.
c. Kebenaran proses pemberian, perkembangan, dan kualitas
Kredit atau Pembiayaan yang diberikan kepada pihak terkait
dengan Bank dan debitur besar tertentu.
d. Kebenaran pelaksanaan ketentuan BMPK (Batas Maksimum
Pemberian Kredit).
e. Ketaatan terhadap ketentuan peraturan perundangundangan dan
peraturan lain dalam pelaksanaan pemberian Kredit atau
Pembiayaan.
f. Penyelesaian Kredit atau Pembiayaan bermasalah sesuai
dengan yang ditetapkan dalam KPB.
g. Upaya Bank dalam memenuhi kecukupan jumlah penyisihan
penghapusan Kredit atau Pembiayaan
C. Tanggung jawab KKP
Tanggung jawab KKP paling sedikit meliputi :
a. Menyampaikan laporan tertulis secara berkala kepada direksi
dengan tembusan kepada dewan komisaris mengenai :
1. Hasil pengawasan atas penerapan dan pelaksanaan KPB
2. Hasil pemantauan dan evaluasi mengenai hal-hal yang
dimaksud dalam butir 2c

12
b. Memberikan saran langkah-langkah perbaikan kepada direksi
dengan tembusan kepada dewan komisaris mengenai hal-hal yang
terkait dengan butir 3a
c. Dalam hal terdapat penyimpangan dalam pelaksanaan KPB yang
terkait dengan pemenuhan prinsip syariah maka laporan
disampaikan pula kepada dewan pengawas syariah.
4. Komite Perkreditan atau Pembiayaan (KP)
Bank paling sedikit harus memiliki KP pada kantor pusat Bank yang
merupakan komite operasional yang membantu direksi dalam
mengevaluasi dan/atau memutuskan permohonan Kredit atau Pembiayaan
untuk jumlah dan jenis Kredit atau Pembiayaan yang ditetapkan oleh
direksi.
1. Keanggotan KP
Jumlah dan keanggotaan KP ditetapkan oleh direksi sesuai dengan
kebutuhan masing-masing Bank.
2. Tugas KP
Tugas KK paling sedikit meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Memberikan persetujuan atau penolakan Kredit atau Pembiayaan
sesuai dengan batas wewenang atau jenis Kredit atau Pembiayaan
yang ditetapkan oleh direksi.
b. Melakukan koordinasi dengan Assets and Liabilities Committee
(ALCO) dalam aspek pendanaan Kredit atau Pembiayaan. Dalam
hal ALCO belum ada, KK harus melakukan evaluasi atas aspek
pendanaan Kredit atau Pembiayaan tersebut dan secara berkala
melaporkan secara tertulis kepada direksi.
3. Tanggung jawab KP
Tanggung jawab KP paling sedikit meliputi :
a. Melaksanakan tugas terutama dalam pemberian persetujuan Kredit
atau Pembiayaan berdasarkan kompetensinya secara jujur, objektif,
cermat, serta seksama.
b. Menolak permintaan dan/atau pengaruh pihak yang berkepentingan
dengan pemohon Kredit atau Pembiayaan untuk memberikan

13
persetujuan Kredit atau Pembiayaan yang hanya bersifat
formalitas.
5. Direksi
Tugas dan wewenang serta tanggung jawab direksi yang berkaitan dengan
perkreditan atau pembiayaan paling sedikit meliputi :
1. Menyusun atau bertanggung jawab atas penyusunan rencana
perkreditan atau pembiayaan yang dituangkan dalam Rencana Bisnis
Bank yang disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan serta
memastikan bahwa pelaksanaanya telah sesuai dengan rencana.
2. Menyusun atau bertanggung jawab atas penyusunan KPB yang
memuat seluruh aspek yang tercantum dalam PPKPB dan paling
sedikit mencantumkan masukan yang disampaikan KKP.
3. Memastikan bahwa KPB telah diterapkan dan dilaksanakan secara
konsekuen dan konsisten.
4. Bertanggung jawab atas pelaksanaan langkah-langkah perbaikan atas
hasil evaluasi dan saran yang disampaikan KKP.
5. Memastikan pelaksanaan langkah-langkah perbaikan atas berbagai
penyimpangan dalam perkreditan atau pembiayaan yang ditemukan
oleh SKAI.
6. Memastikan ketaatan Bank terhadap ketentuan peraturan perundangan-
undangan dan peraturan lain di bidang perkreditan atau pembiayaan.
7. Menetapkan anggota-anggota KKP dan KP
8. melaporkan secara berkala dan tertulis kepada dewan komisaris
disertai langkah-langkah perbaikan yang telah, sedang, dan akan
dilakukan paling sedikit mengenai :
a. Perkembangan dan kualitas portofolio perkreditan atau pembiayaan
secara keseluruhan.
b. Perkembangan dan kualitas Kredit atau Pembiayaan yang diberikan
kepada pihak yang terkait dengan Bank dan debitur besar tertentu.
c. Kredit atau Pembiayaan dalam pengawasan khusus dan Kredit atau
Pembiayaan bermasalah.
d. Penyimpangan dalam pelaksanaan KPB.

14
e. Temuan-temuan penting dalam perkreditan atau pembiayaan yang
dilaporkan oleh SKAI.
f. Pelaksanan dari rencana perkreditan atau pembiayaan sebagaimana
yang telah tertuang dalam Rencana Bisnis Bank yang disampaikan
kepada Otoritas Jasa Keuangan.
g. Penyimpangan atau pelanggaran ketentuan di bidang perkreditan
atau pembiayaan.

6. Dewan Komisaris
Tugas dan wewenang dewan komisaris yang berkaitan dengan perkreditan
atau pembiayaan paling sedikit meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Menyetujui rencana Kredit atau Pembiayaan tahunan termasuk rencana
pemberian Kredit atau Pembiayaan kepada pihak terkait dengan Bank
dan Kredit atau Pembiayaan kepada debitur besar tertentu yang
tertuang dalam Rencana Bisnis Bank yang disampaikan kepada
Otoritas Jasa Keuangan.
2. Mengawasi pelaksanaan rencana pemberian Kredit atau Pembiayaan
tersebut.
3. Meminta penjelasan dan/atau pertanggungjawaban direksi serta
meminta langkah-langkah perbaikan dalam hal pelaksanaan pemberian
Kredit atau Pembiayaan menyimpang dari rencana perkreditan atau
pembiayaan yang telah dibuat.
4. Menyetujui KPB yang paling sedikit telah memuat seluruh aspek yang
tercantum dalam PPKPB.
5. Meminta penjelasan dan/atau pertanggungjawaban direksi dalam hal
terdapat penyimpangan dalam pelaksanaan KPB.
6. Meminta penjelasan dan/atau pertanggungjawaban direksi mengenai
perkembangan dan kualitas portofolio perkreditan atau pembiayaan
secara keseluruhan termasuk Kredit atau Pembiayaan yang diberikan
kepada pihak yang terkait dengan Bank dan debitur besar tertentu.
7. Dewan Pengawas Syariah

15
Tugas dan wewenang dewan pengawas syariah yang berkaitan dengan
Pembiayaan paling sedikit meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Memastikan pemenuhan prinsip syariah dalam KPB.
2. Meminta penjelasan dan/atau pertanggungjawaban direksi dalam hal
terdapat penyimpangan dalam pelaksanaan KPB yang terkait dengan
pemenuhan prinsip syariah.
8. Satuan Kerja Perkreditan atau Pembiayaan
Direksi dapat menetapkan bentuk, cakupan tugas, dan kewenangan satuan
kerja perkreditan atau pembiayaan sesuai dengan kebutuhan masing-
masing Bank. Dalam hal ini, setiap pejabat dan pegawai satuan kerja
perkreditan atau pembiayaan paling sedikit wajib :
1. Menaati seluruh ketentuan yang ditetapkan dalam KPB.
2. Melaksanakan tugasnya secara jujur, objektif, cermat, serta seksama.
3. Menghindarkan diri dari pengaruh pihak yang berkepentingan dengan
pemohon Kredit atau Pembiayaan yang dapat merugikan Bank

2.5 Proses Persetujuan Kredit


Proses persetujuan Kredit atau Pembiayaan paling sedikit meliputi :
1. Permohonan Kredit atau Pembiayaan
Dalam menilai permohonan Kredit atau Pembiayaan, Bank perlu
memperhatikan prinsip sebagai berikut :
a. Bank hanya memberikan Kredit atau Pembiayaan dalam hal
permohonan Kredit atau Pembiayaan diajukan secara tertulis. Hal ini
berlaku baik untuk Kredit atau Pembiayaan baru, perpanjangan jangka
waktu, tambahan Kredit atau Pembiayaan maupun permohonan
perubahan persyaratan Kredit atau Pembiayaan.
b. Permohonan Kredit atau Pembiayaan harus memuat informasi yang
lengkap dan memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank termasuk riwayat perkreditan atau pembiayaan
pada Bank lain.
c. Bank harus memastikan kebenaran data dan informasi yang
disampaikan dalam permohonan Kredit atau Pembiayaan.
2. Analisis Kredit atau Pembiayaan

16
Setiap permohonan Kredit atau Pembiayaan yang telah memenuhi syarat
harus dilakukan analisis Kredit atau Pembiayaan secara tertulis, dengan
prinsip sebagai berikut :
a. Bentuk, format, dan kedalaman analisis Kredit atau Pembiayaan
ditetapkan oleh Bank yang disesuaikan dengan jumlah dan jenis Kredit
atau Pembiayaan.
b. Analisis Kredit atau Pembiayaan harus menggambarkan konsep
hubungan total pemohon Kredit atau Pembiayaan sebagaimana
dimaksudkan dalam hal pemohon telah mendapat fasilitas Kredit atau
Pembiayaan dari Bank atau dalam waktu bersamaan mengajukan
permohonan Kredit atau Pembiayaan lain kepada Bank.
c. Analisis Kredit atau Pembiayaan harus dibuat secara lengkap, akurat,
dan objektif yang paling sedikit meliputi :
1. Menggambarkan seluruh informasi yang berkaitan dengan usaha
dan data pemohon, termasuk hasil penelitian pada daftar Kredit
atau Pembiayaan macet.
2. Penilaian atas kelayakan jumlah permohonan Kredit atau
Pembiayaan dengan proyek atau kegiatan usaha yang akan
dibiayai, dengan tujuan menghindari kemungkinan terjadinya
praktik penggelembungan (mark-up) yang dapat merugikan Bank.
3. Menyajikan penilaian yang objektif dan tidak dipengaruhi oleh
pihak yang berkepentingan dengan pemohon Kredit atau
Pembiayaan. Analisis Kredit atau Pembiayaan tidak boleh
merupakan suatu formalitas yang dilakukan sematamata untuk
memenuhi prosedur perkreditan atau pembiayaan.
d. Analisis Kredit atau Pembiayaan paling sedikit harus mencakup
penilaian atas watak (character), kemampuan (capacity), modal
(capital), agunan (collateral), dan prospek usaha debitur (condition of
economy) atau yang lebih dikenal dengan 5 C’s dan penilaian terhadap
sumber pelunasan Kredit atau Pembiayaan yang dititikberatkan pada
hasil usaha yang dilakukan pemohon serta menyajikan evaluasi aspek

17
yuridis perkreditan atau pembiayaan dengan tujuan untuk melindungi
Bank atas risiko yang mungkin timbul.
e. Dalam pemberian Kredit atau Pembiayaan sindikasi, analisis Kredit
atau Pembiayaan bagi Bank yang merupakan anggota sindikasi harus
meliputi pula penilaian terhadap Bank yang bertindak sebagai bank
induk.
3. Rekomendasi Persetujuan Kredit atau Pembiayaan
Rekomendasi persetujuan Kredit atau Pembiayaan harus disusun secara
tertulis berdasarkan hasil analisis Kredit atau Pembiayaan yang telah
dilakukan. Isi rekomendasi Kredit atau Pembiayaan harus sejalan dengan
kesimpulan analisis Kredit atau Pembiayaan.
4. Pemberian Persetujuan Kredit atau Pembiayaan
a. Setiap pemberian persetujuan Kredit atau Pembiayaan harus
memperhatikan analisis dan rekomendasi persetujuan Kredit atau
Pembiayaan.
b. Setiap keputusan pemberian persetujuan Kredit atau Pembiayaan yang
berbeda dengan isi rekomendasi harus dijelaskan secara tertulis.

2.6 Dokumentasi dan Administrasi Kredit


Mengingat dokumentasi Kredit atau Pembiayaan merupakan salah satu aspek
penting yang dapat menjamin pengembalian Kredit atau Pembiayaan, Bank harus
melaksanakan dokumentasi Kredit atau Pembiayaan yang baik dan tertib.
1. Jenis Dokumen Kredit atau Pembiayaan
Bank harus menetapkan jenis dokumen yang diperlukan sesuai dengan
jenis Kredit atau Pembiayaan yang diberikan termasuk fotokopi kartu
NPWP pemohon Kredit atau Pembiayaan dan fotokopi SPT Tahunan PPh
atau fotokopi laporan keuangan yang merupakan lampiran SPT Tahunan
PPh pemohon Kredit atau Pembiayaan bagi pemohon Kredit atau
Pembiayaan yang disyaratkan Bank melampirkan laporan keuangan,
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Pengecekan Keabsahan Dokumen Kredit atau Pembiayaan

18
Bank harus memastikan keabsahan dan dipenuhinya persyaratan hukum
atas setiap dokumen Kredit atau Pembiayaan yang akan diterbitkan oleh
Bank atau yang diterima dari pemohon Kredit atau Pembiayaan.
3. Penyimpanan dan Penggunaan Dokumen Kredit atau Pembiayaan
Setiap dokumen Kredit atau Pembiayaan harus disimpan dengan aman dan
tertib. Tata cara penggunaan atau pengambilan dokumen Kredit atau
Pembiayaan dari tempat penyimpanan harus mengandung unsur
pengawasan ganda.

Administrasi Kredit atau Pembiayaan sangat diperlukan dalam rangka penilaian


perkembangan dan kualitas Kredit atau Pembiayaan, pengawasan Kredit atau
Pembiayaan, perlindungan kepentingan Bank, bahan masukan untuk penyusunan
KPB, dan laporan kepada Otoritas Jasa Keuangan, Bank perlu mengatur
administrasi perkreditan atau pembiayaan dengan baik dan tertib.
1. Penatausahaan Kredit atau Pembiayaan
Seluruh Kredit atau Pembiayaan yang diberikan oleh Bank, tanpa
pengecualian harus dicatat dan dibukukan secara benar, lengkap, dan
akurat.
2. Tata Cara Pengadministrasian Kredit atau Pembiayaan
Tata cara pengadministrasian Kredit atau Pembiayaan harus mengandung
unsur pengendalian intern dan paling sedikit meliputi:
a. Penetapan pejabat dan/atau satuan kerja yang bertanggung jawab
dalam pengadministrasian Kredit atau Pembiayaan.
b. Jenis-jenis dokumen, berkas, atau warkat yang harus ditatausahakan.
c. Tata cara penatausahaan Kredit atau Pembiayaan.
d. Tata cara penyusunan statistik perkreditan atau pembiayaan.

Berkas-berkas pengajuan kredit, yaitu :


1. Akta Pendirian Perusahaan
2. Bukti diri (KTP) para pengurus dan pemohon kredit
3. TDP (Tanda Daftar Perusahaan)
4. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)

19
5. Neraca dan laporan laba rugi 3 tahun terakhir
6. Fotokopi sertifikat yang dijadikan jaminan
7. Daftar penghasilan bagi perseorangan
8. Kartu Keluarga (KK) bagi perseorangan

2.7 Pengawasan dan Pembinaan Kredit


Pengawasan adalah suatu usaha untuk menetapkan standar pelaksanaan
dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya,
menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil
kegiatan koreksi yang diperlihatkan untuk menjamin bahwa semua sumber daya
perusahaan digunakan dan cara efektif dan efesien dalam mencapai tujuan-tujuan
perusahaan. Dengan demikian pengawasan kredit merupakan langkah pengawasan
terhadap fasilitas kredit yang diberikan secara keseluruhan maupun secara
individual kepada debitur untuk memastikan apakah pelaksanaan pengawasan
kredit sesuai dengan rencana yang disusun atau tidak.

Bentuk-bentuk pengawasan, yaitu :

1. Pengawasan Aktif
Adalah pengawasan secara langsung dari pegawai baik pengurus kredit
maupun pejabat yang terjun secara langsung kepada nasabah untuk melihat
perkembangan usaha nasabah memberikan bantuan manajemen,
memberikan dorongan serta memantau alur yang diberikan. Teknik
pelaksanaan pengawasan aktif dilakukan dengan membuat strategi yang
tepat untuk mengunjungi nasabah atau debitur lainnya karena pengawasan
yang dilakukan secara langsung sehingga pegawai perlu terjun langsung
kelapangan.

20
2. Pengawasan Pasif
Adalah pengawasan yang dilakukan melalui lapran-laporan tertulis yang
dilakukan seperti laporan keadaan keuangan (dari neraca dan laporan laba
rugi), laporan penyaluran keuangan (dari mutasi pinjaman), dan
sebagainya. Pengawasan ini merupakan pengawasan yang dilakukan
secara tidak langsung sehingga pegawai tidak perlu terjun langsung
kelapangan.

Pembinaan pembiayaan adalah upaya yang dilakukan Bank dalam mengelola


pembiayaan bermasalah agar dapat diperoleh hasil yang optimal sesuai dengan
tujuan pemberian pembiayaan tersebut. Pembianaan pembiayaan adalah upaya
pembinaan yang berkesinambungan (mulai dari pencairan pembiayaan sampai
dengan pembiayaan dibayar lunas termasuk pemecahan masalanya) dan dilakukan
oleh pejabat kredit atau pembiayaan yang berwenang. Pembinaan menyangkut
penilaian perkembangan usaha debitur, penggunaan pembiayaan maupun
perlindungan kepentingan Bank, baik yang dilakukan secara administratif maupun
secara langsung.

Pembinaan secara administratif dilakukan dibelakang meja berdasarkan


laporan-laporan dari anggota, yang mencangkup analisis laporan yang diterima
dari anggota, mengambil langkah-langkah untuk bahan pertimbangan dilapangan,
memberikan informasi perkembangan pembiayaannya dan meminta tindakan
segera. Pembinaan di lapangan dilakukan dengan mengadakan kunjungan
ketempat usaha anggota, yang meliputi penelitian tentang pembiayaan yang
diberikan dapat mengembangkan atau meningkatkan perkembangan usaha,
terpeliharanya manajemen usaha dengan baik, perkembangan usaha anggota
setelah diberi pembiayaan.

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengelolaan kredit yang baik sangat penting untuk keberlangsungan bisnis.
Dalam manajemen perkreditan, perusahaan atau lembaga keuangan harus mampu
mengelola risiko kredit dengan baik dan memastikan bahwa kredit yang diberikan
dapat dilunasi tepat waktu. Strategi dan teknik yang digunakan dalam manajemen
perkreditan, seperti analisis kredit, pengawasan kredit, dan manajemen piutang,
sangat penting untuk meminimalkan risiko kredit. Selain itu, keputusan pemberian
kredit harus didasarkan pada profil risiko kredit, kebijakan perusahaan, dan
kondisi pasar.

Dengan menerapkan manajemen perkreditan yang baik, perusahaan atau


lembaga keuangan dapat meminimalkan risiko kredit yang diambil,
memaksimalkan keuntungan, dan meningkatkan reputasi mereka sebagai lembaga
keuangan yang dapat dipercaya. Oleh karena itu, manajemen perkreditan harus
menjadi fokus utama bagi perusahaan atau lembaga keuangan yang ingin
mengembangkan bisnis.

22
DAFTAR PUSTAKA

Purnomolastu, N., & Widyanti, R. (2018). Manajemen Perkreditan Bagi Bank


Perkreditan Rakyat.

Andrianto, A. (2020). Manajemen Kredit.

Darmawi, H. (2011). Manajemen perbankan. Bumi Aksara.

Saraswati, R. A. (2012). Peranan analisis laporan keuangan, Penilaian prinsip 5c


calon debitur dan pengawasan kredit Terhadap efektivitas pemberian kredit
Pada pd bpr bank pasar kabupaten temanggung. Nominal: Barometer Riset
Akuntansi dan Manajemen, 1(1).

Susani, M. (2017). Pengawasan dan Pembinaan Nasabah Pembiayaan Oleh


Account Officer dalam Meminimalisir Pembiayaan Bermasalah di BNI
Syariah Cabang Bengkulu (Doctoral dissertation, IAIN Bengkulu).

Dewi Rustiana, C. (2010). Analisis Pengawasan Kredit Untuk Mengurangi Kredit


Macet Pada PD. Bank Perkreditan Rakyat Kota Bandung (Doctoral
dissertation, Universitas Komputer Indonesia).

Astarina, I., & Hapsila, A. (2015). Manajemen perbankan. Deepublish.

23
24

Anda mungkin juga menyukai