Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

SELUK BELUK AKUNTANSI BIAYA


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan

Kelompok 1
1. Bahrul Hayat :
2. Ahmad Gunawan A.K :
3. Wardi : 166200108

UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA


2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberikan petunjuk dan rahmatnya , serta dukungan dari Dosen,
orang-tua, juga teman teman karena penulis dapat menyelesaikan tulisan ini yang
berupa makalah dengan judul “Manajemen Kredit dan Piutang” untuk memenuhi
tugas mata kuliah manajemen keuangan, oleh dosen pembimbing Bp. Dody
Faraitody T., SE., MH.

Dengan membaca makalah ini penulis berharap dapat membantu teman-


teman serta pembaca dalam memahami materi tentang Manajemen Kredit dan
Piutang, dan dapat memperkaya wawasan pembaca.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah ini terdapat


kekurangan dan kesalahan dari segi kata-kata , bahasa, atau penulisan dalam
menyajikan materi. Saran dan kritik sangat diharapkan oleh penulis agar makalah
ini dapat lebih baik lagi.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman dan
pembaca.

Cianjur, 17 April 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 2
2.1 Kredit ......................................................................................................................... 2
2.1.1 Pengertian Kredit ............................................................................................... 2
2.1.2 Tujuan Kredit ...................................................................................................... 3
2.1.3 Manfaat Kredit ................................................................................................... 4
2.1.4 Resiko Kredit ...................................................................................................... 5
2.1.5 Unsur – unsur kredit .......................................................................................... 5
2.2 Piutang ...................................................................................................................... 6
2.2.1 Pengertian Piutang ............................................................................................. 6
2.2.2 Klasifikasi Piutang............................................................................................... 9
2.2.3 Kegiatan manajemen piutang .......................................................................... 11
2.2.4 Biaya yang timbul akibat piutang ..................................................................... 11
2.2.5 Faktor yang mempengaruhi piutang ................................................................ 12
2.3 Manajemen Kredit .................................................................................................. 12
2.3.1 Syarat - Syarat Kredit ....................................................................................... 13
2.4 Kredit Macet ........................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem keuangan merupakan satu kesatuan sistem yang dibentuk dari semua
lembaga keuangan yang ada dan yang kegiatan utamanya dibidang keuangan
yaitu menarik dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada
masyarakat. Keberadaan sistem keuangan ini diharapkan dapat melaksanakan
fungsinya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediation) dan
lembaga transmisi yang mampu menjembatani mereka yang kelebihan dana
dengan mereka yang kekurangan dana serta memperlancar transaksi ekonomi.
Berkaitan dengan sistem keuangan yang dianut di indonesia, terdiri dari
sistem keuangan moneter dan lembaga keuangan lainnya. sistem keuangan
moneter terdiri atas otoritas moneter dan sistem Bank Umum (Commercial
Bank).

Piutang timbul karena adanya transaksi penjualan barang atau jasa secara
kredit. Ini berarti perusahaan mempunyai hak klaim terhadap seseorang atau
perusahaan lain. Piutang termasuk dalam golongan aktiva lancar. Perusahaan
pasti memiliki beberapa pelanggan yang tidak sanggup membayar atau akan
melunasi hutang mereka. Rekening pelangggan seperti itu umumnya disebut
piutang tidak tertagih atau piutang ragu-ragu, dan merupakan suatu kerugian
atau beban penjualan secara kredit.

1.2 Rumusan Masalah

Dari penjelasan diatas dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:


1. Pengertian kredit
2. Pengertian piutang
3. Manajemen Kredit
4. Kredit Macet

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kredit

2.1.1 Pengertian Kredit


Kredit (UU no. 10/1998 pl 1) adalah Penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam peminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga.

Ikatan Akuntan Indonesia (2004:31.4) Mendefiniskan kredit sebagai


berikut: Kredit adalah pinjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam - meminjam antara
bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau
pembagian hasil keuntungan. Hal yang termasuk dalam pengertian kredit yang
diberikan adalah kredit dalam rangka pembiayaan bersama, kredit dalam
restrukturisasi, dan pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan
Note Purchase Agreement (NPA).

Sedangkan menurut Hasibuan (2001:87), “kredit adalah semua jenis


pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai
dengan perjanjian yang telah disepakati”.

Menurut Rivai (2004:4), “kredit adalah penyerahan barang, jasa, atau uang
dari satu pihak (kreditur atau pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada
pihak lain (nasabah atau pengutang) dengan janji membayar dari penerima
kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah
pihak”.

2
Sastradipoera (2004:151) menyebutkan, “kredit adalah penyediaan uang
atau tagihan (yang disamakan dengan uang) berdasarkan kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dan pihak lain yang dalam hal ini peminjam
berkewajiban melunasi kewajibannya setelah jangka waktu tertentu dengan
(biasanya) sejumlah bunga yang ditetapkan lebih dahulu”.

Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan (200:II.8A.1) mengartikan


kredit sebagai: Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam (debitur) untuk melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau
pembagian hasil keuntungan.

Manajemen Kredit adalah proses pengelolaan kredit yang terdiri dari


perencanaan jumlah kredit, penentuan suku bunga, prosedur pemberian kredit,
analisis pemberian kredit sampai kepada pengendalian kredit macet.

2.1.2 Tujuan Kredit


Tujuan dari kredit adalah untuk memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam
sesuai dengan harkatnya, selalu meningkat. Sedangkan kemampuan manusia
mempunyai suatu batasan tertentu, memaksakan seseorang untuk berusaha
memperoleh bantuan permodalan untuk pemenuhan hasrat dan cita - citanya
guna peningkatan usaha dan peningkatan daya guna sesuatu barang atau jasa.
 Guna mendapatkan nilai tambah baik bagi nasabah sebagai debitur mupun
bagi bank sebagai kreditur (pendekatan mikro ekonomi).
 Salah satu instrumen untuk menjaga keseimbangan uang beredar di
masyarakat (pendekatan makro ekonomi).

3
Bagi Nasabah, Kredit digunakan untuk mengatasi kesulitan pembiayaan
dalam meningkatkan usaha & pendapatan di masa depan. Bagi Bank, Pemberian
kredit akan menghasilkan pendapatan bunga sebagai pengganti harga dari
pinjaman itu sendiri

2.1.3 Manfaat Kredit


1. Bagi Debitur
a) Menambah modal usaha
b) Meningkatkan usahanya dengan pengadaan berbagai faktor produksi.
c) Rahasia keuangan debitur terlindungi.

2. Bagi Bank
a) Bank memperoleh pendapatan dari bunga kredit.
b) Dengan adanya bunga kredit diharapkan rentabilitas bank akan membaik
dan perolehan laba meningkat.
c) Dengan pemberian kredit akan membantu dalam memasarkan produk
atau jasa perbankan lainnya.
d) Pemberian kredit untuk merebut pangsa pasar dalam industri perbankan.
e) Pemberian kredit untuk mempertahankan dan menggembangkan usaha
bank.

3. Bagi Pemerintah
a) Alat untuk memacu pertumbuhan ekonomi secara umum.
b) Alat untuk mengendalikan pengendalian moneter.
c) Alat untuk menciptakan lapangan usaha.
d) Meningkatkan pendapatan negara.
e) Menciptakan dan memperluas pasar.

4. Bagi Masyarakat
a) Mendorong pertumbuhan dan perluasan ekonomi.
b) Mengurangi tingkat pengangguran.

4
c) Meningkatkan pendapatan masyarakat.
d) Memberikan rasa aman bagi masyarakat yang menyimpan uangnya di
bank.

2.1.4 Resiko Kredit


Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit akan
memungkinkan suatu resiko tidak tertagihnya atau macet pemberian suatu
kredit. Semakin panjang suatu jangka waktu kredit, maka semakin besar
resikonya. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja
oleh nasabah maupun resiko yang tidak disengaja, misalnya karena bencana
alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya,
sehingga nasabah tidak mampu lagi melunasi kredit yang diperolehnya.

Penyebab timbulnya kredit bermasalah diantaranya ketidaklayakan debitur


kemudian faktor ekstern yang terdiri dari penurunan kondisi ekonomi moneter
negara atau sektor usaha, debitur yang mengalami bencana alam (kebakaran,
banjir, gempa, dll) dan peraturan pemerintah dapat menjadi sebab lain
merosotnya kemampuan debitur mengembalikan kredit. Behrens dalam Sutojo
(2000:23), menyebutkan juga tiga sebab utama kredit bermasalah oleh yaitu,
salah urus (mismanagement), kurangnya pengetahuan dan pengalaman pemilik
dalam bidang usaha bisnis dimana mereka beroperasi, dan penipuan (fraud).
Dari ketiga sebab tersebut menurut Behrens yang paling besar pengaruhnya
adalah salah urus atau (mismanagement).

2.1.5 Unsur – unsur kredit


Menurut Kasmir (2008:98) unsur-unsur dalam kredit adalah:

a. Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang di


berikan (berupa uang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali di masa
di masa datang.

5
b. Kesepakatan, selain unsur percaya di dalam kredit juga mengandung unsur
kesepakatan antara pemberi kredit dan penerima kredit. Kesepakatan ini di
tuangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-masing pihak
menandatangani hak dan kewajibannya masingmasing.
c. Jangka waktu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang
telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek,
jangka menengah, atau jangka panjang.
d. Risiko, adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan
suatu resiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang
suatu kredit semakin besar resikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini
menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang
lalai, maupun oleh risiko yang tidak sengaja.
e. Balas Jasa, merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa
tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk
bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank.

2.2 Piutang

2.2.1 Pengertian Piutang


Piutang merupakan salah satu unsur dari aktiva lancar dalam neraca
perusahaan yang timbul akibat adanya penjualan barang, jasa atau pemberian
kredit terhadap debitur yang pembayaran pada umumnya diberikan dalam
tempo 30 hari sampai dengan 90 hari. Dalam arti luas, piutang merupakan
tuntutan terhadap pihak lain yang berupa uang, barang atau jasa yang dijual
secara kredit. Piutang dalam akuntansi lebih sempit pengertiannya yaitu untuk
menunjukkan tuntutan pada pihak luar perusahaan yang diharapkan akan
diselesaikan dengan penerimaan sejumlah uang tunai.

Pada umumnya piutang timbul akibat dari transaksi penjualan barang dan
jasa perusahaan, di mana pembayaran oleh pihak yang bersangkutan baru akan
dilakukan setelah tanggal transaksi jual beli. Dalam perbankan dimana usaha

6
utamanya adalah mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan
dan menyalurkan dana dalam bentuk pinjaman atau kredit, maka piutang akan
timbul dari transaksi kredit nasabah, bukan dari penjualan barang secara kredit.
Piutang merupakan kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelonggaran
kepada para pelanggan pada waktu melakukan penjualan. Kelonggaran-
kelonggaran yang diberikan, biasanya dalam bentuk memperbolehkan para
pelanggan tersebut membayar kemudian atas penjualan barang atau jasa yang
dilakukan. Penjualan dengan syarat demikian disebut penjuala kredit.
Akbar (2004:199) menyatakan bahwa pengertian piutang meliputi semua hak
atau klaim perusahaan pada organisasi lain untuk menerima sejumlah kas,
barang, atau jasa dimasa yang akan datang sebagai akibat kejadian pada masa
lalu.

Menurut Warren Reeve dan Fess (2005:404) menyatakan bahwa yang


dimaksud piutang adalah Piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang
terhadap pihak lainya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya.

Sedangkan menurut M. Munandar (2006:77) yang dimaksud piutang adalah


tagihan perusahaan kepada pihak lain yang nantinya akan dimintakan
pembayarannya bilamana telah sampai jatuh tempo.

Menurut Van Horne dan Wachowicz (2005), Piutang Dagang adalah


sejumlah uang yang dialihkan kepemilikannya kepada suatu perusahaan oleh
para pelanggan yang telah membeli barang atau jasa secara kredit.

Menurut Enny Pudjiastuti (2004:117), Piutang merupakan proses penjualan


barang hasil produksi secara kredit.

Menurut Baridwan (2004:123), Piutang adalah klaim sebuah perusahan atas


uang, barang atau jasa terhadap pihak lain.

7
Menurut Soemarso (2004:338), Piutang adalah kebiasaan perusahaan untuk
memberikan kelonggaran bagi para pelanggan pada waktu melakukan
penjualan. Kelonggaran tersebut biasanya dalam bentuk izin bagi pelanggan
untuk membayar kemudian atas penjualan barang/jasa yang dilakukan.

Menurut Jusup (2005:52), Piutang adalah hak untuk menagih sejumlah uang
oleh penjual kepada pembeli yang timbul karena adanya suatu transaksi.
Menurut Wibowo dan Abu Bakar Arif (2005:121), Piutang adalah klaim
terhadap sejumlah uang yang diharapkan akan diperoleh pada masa yang akan
datang.

Menurut Warren Reeve dan Fess (2005:404), Piutang adalah semua klaim
dalam bentuk uang terhadap pihak lain, termasuk individu, perusahaan, atau
organisasi lain.

Menurut Niswonger (2006:240), Piutang Usaha adalah utang pelanggan,


tetapi karena kurang formal bila dibandingkan dengan wesel dan tidak
memperhitungkan bunga.

Menurut Martono dan Harjito (2007:95), Piutang piutang adalah tagihan


perusahaan kepada pelanggan atau pembeli atau pihak lain yang membeli
produk perusahaan.

Menurut Rudianto (2009:224), Piutang adalah klaim perusahaan atas uang,


barang, atau jasa kepada pihak lain akibat transaksi di masa lalu.
Menurut Kieso dan Weygandt, Piutang adalah klaim yang diadakan terhadap
pelanggan untuk uang, barang, jasa, dan lain-lain.

Menurut Skousen dan Stice, Piutang Usaha adalah piutang yang


dihubungkan dengan aktivitas operasi normal sebuah bisnis, yaitu penjualan
kredit barang atau jasa untuk pelanggan. Piutang wesel adalah piutang yang

8
diterbitkan oleh janji tertulis formal untuk membayar sejumlah uang tertentu
pada tanggal tertentu. Sedangkan piutang lain-lain adalah piutang apapun yang
muncul dari transaksi yang tidak secara langsung berhubungan dengan aktivitas
opersi normal sebuah bisnis.

2.2.2 Klasifikasi Piutang


Piutang merupakan aktiva lancar yang diharapkan dapat dikonversi menjadi
kas dalam waktu satu tahun atau dalam satu periode akuntansi. Piutang pada
umumnya timbul dari hasil usaha pokok perusahaan. Namun selain itu, piutang
dapat juga ditimbulkan dari adanya usaha dari luar kegiatan pokok perusahaan.
Warren Reeve dan Fess mengklasifikasikan Piutang ke dalam 3 kategori yaitu
Piutang Usaha, Wesel, Tagih dan piutang lain –lain sebagai berikut:
1. Piutang usaha
Menurut Soemarso (2002:338) piutang usaha adalah: Perusahaan
mempunyai hak klaim terhadap seseorang atau perusahaan lain dengan
adanya hak klaim ini perusahaan dapat menuntut pembayaran dalam bentuk
uang atau penyerahan aktiva atau jasa lain kepada pihak dengan siapa ia
berpiutang”. Piutang usaha timbul dari penjualan secara kredit agar dapat
menjual lebih banyak produk atau jasa kepada pelanggan. Transaksi paling
umum yang menciptakan Piutang Usaha adalah penjualan barang dan jasa
secara kredit. Piutang Usaha semacam ini normalnya diperkirakan akan
tertagih dalam periode waktu relatit pendek, seperti 30 atau 60 hari.

Piutang usaha adalah tagihan yang tidak didukung dengan janji


tertulis yang hanya dilengkapi oleh surat jalan, faktur/tanda terima lainnya
yang telah ditandatangani oleh debitur sehingga pernyataan telah menerima
barang ada didalam surat-surat tersebut.

Selain itu pengertian piutang yang pada umumnya digolongkan


dalam aktiva lancar yang berarti bahwa tagihan-tagihan pada pihak lain
yang nantinya akan diminta pembayarannya dalam jangka waktu yang tidak

9
lama (kurang dari satu tahun) yang biasanya digolongkan dalam piutang
jangka pendek.

Piutang jangka pendek dapat dibagi dua yaitu:


a. Piutang usaha/piutang terhadap pelanggan
Piutang usaha/piutang terhadap langganan dalam perkiraan piutang
usaha dicatat sebagai tagihan yang timbul dari penjualan barang atau
jasa yang merupakan usaha perusahaan yang normal/kurang dari 1
tahun, disajikan dalam neraca sebagai aktiva lancar, tetapi apabila telah
lebih dari jangka waktu 1 tahun maka akan dilaporkan sebagai aktiva
tidak lancar.

b. Piutang yang akan diterima


Piutang yang akan diterima merupakan kontrak prestasi yang
sebenarnya sudah menjadi hak perusahaan, akan tetapi belum/tidak
saatnya untuk diterima, piutang ini timbul pada suatu akhir periode
dimana sebenarnya tagihan tersebut akan diterima pada periode yang
akan datang.
Hal-hal yang termasuk piutang yang akan diterima adalah:
1) Bunga yang masih harus diterima yang timbul dari aktiva yang
dimiliki perusahaan, seperti wesel tagih dan bon.
2) Piutang sewa yang masih harus diterima yang timbul dari hasil
penyewaan, seperti gedung, mobil dan alat-alat besar lainnya.
3) Pendapatan piutang merupakan pendapatan yang akan diterima
sebagai hasil investasi dalam perusahaan.

2. Wesel tagih
Wesel Tagih adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan disaat
perusahaan telah menerbitkan surat utang formal. Sepanjang wesel tagih
diperkirakan akan tertagih dalam setahun. Maka biasanya diklasifikasikan
dalam neraca sebagai aktiva lancar. Wesel biasanya digunakan untuk

10
periode kredit lebih dari 60 hari. Wesel bisa digunakan untuk menyelesaikan
piutang usaha pelanggan. Bila wesel tagih dan piutang usaha berasal dari
transaksi penjualan maka hal itu kadang – kadang disebut piutang dagang
(trade receivable).

3. Piutang lain-lain
Piutang lain – lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca.
Jika piutang ini diharapkan akan tertagih dalam 1 tahun, maka piutang
tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika penagihanya lebih dari
1 tahun maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dan
dilaporkan dibawah judul investasi. Piutang lain-lain (other receivable)
meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat atau
karyawan perusahaan.

2.2.3 Kegiatan manajemen piutang


1. Perencanaan jumlah dan pengumpulan piutang.
2. Pengendalian piutang
 Penyaringan langganan
 Penetuan risiko kredit
 Penentuan potongan-potongan (return)
 Penentuan ketentuan-ketentuan dalam menghadapi para penunggak
 Pelaksanaan administrasi yang berhubungan dengan penarikan
kredit

2.2.4 Biaya yang timbul akibat piutang


 Biaya penghapusan piutang
 Biayan pengumpulan piutang
 Biaya administrasi
 Biaya sumber dana

11
2.2.5 Faktor yang mempengaruhi piutang
1. Kenapa perusahaan mempunyai piutang
Piutang dagang muncul ketika penjualan terjadi, tetapi perusahaan belum
menerima kas. Piutang diharapkan bisa meningkatkan penjualan dan
keuntungan, tetapi di lain pihak, piutang juga menyebabkan peningkatan
biaya yang berkaitan dengan piutang.
Biaya tersebut antara lain biaya kesempatan karena dana tetanam dalam
investasi piutang dan biaya piutang tidak terbayar. Kebijakan piutang yang
ba ik ad al ah kebijakan y an g bisa mengoptimalkan trade-off keuntungan
dan resiko (kerugian) dari piutang tersebut. Pada akhirnya pembeli melunasi
utangnya sehingga piutang akan segera terbayar.

Besarnya piutang dagang tergantung dari penjualan kredit per-per iode dan
lamanya periode pengumpulan piutang. Sebagai contoh, jika suatu
perusahaan mempunyai penjualan rata -rata sebesar Rp 1jt per hari,
kemudian periode pengumpulan piutang adalah 30 hari. Maka piutang
dagang perusahaan tersebut, j ika kondisi sudah mul ai stabil adalah Rp1jt
x 30 hari = 30 juta. Jika perusahaan mempunyai kebijakan kredit yang
berubah, misal mengurangi tingkat penjualan kredit atau mempercepat
periode pengumpulan piutang, maka piutang dagang perusahaan tersebut
juga akan berubah.

2.3 Manajemen Kredit

Sebelum dijelaskan tentang manajemen kredit terlebih dahulu akan


dijelaskan pengertian manajemen. Manajemen merupakan merupakan suatu
seni mengatur orang-orang untuk dapat menyelesaikan tanggung jawab yang
dibebankan kepadanya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan atau
direncankan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pengertian manajemen yang
dikemukan oleh Follett, mengandung arti bahwa manajer mencapai tujuan-

12
tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan
berbagai pekerjaan itu sendiri (Handoko, 2008:3).
Terry dan Rue (2005:1), menjelaskan manajemen adalah : “Suatu proses
atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu
kelompok orang-orang kearah tujuantujuan organisasi atau maksud-maksud
yang nyata”. Pengertian ini mengandung manajemen adalah suatu kegiatan,
pelaksanaannya adalah managing atau pengelolaan, sedang pelaksanaannya
disebut manager atau pengelola. Manajemen mempunyai tujuan tertentu dan
tidak dapat diraba. Ia berusaha untuk mencari hasil-hasil tertentu, yang
biasanya diungkapkan dengan istilah-istilah “objectivives” atau hal-hal yang
nyata.

Prinsip penyaluran kredit adalah prinsip kepercayaan dan kehati-hatian.


Indikator kepercayaan ini adalah kepercayaan moral, komersial, finansial dan
agunan. Menurut Hasibuan (2008:87), membedakan dua jenis kepercayaan,
antara lain:
a. Kepercayaan murni, adalah jika kreditor memberikan kredit kepada
kreditornya atas dasar kepercayaan saja tanpa ada jaminan lainnya.
b. Kepercayaan reserve, diartikan kreditor menyalurkan kredit/pinjaman
kepada debitor atas kepercayaan, tetapi kurang yakin sehingga bank selalu
meminta agunan berupa materi (seperti BPKB, dan lain-lain).

2.3.1 Syarat - Syarat Kredit


Suatu syarat kredit menetetapkan adanya periode dimana kredit
diberikan dan potongan tunai (bila ada) untuk pembayaran yang lebih awal.
Faktor yang mempengaruhi syarat kredit adalah:
1. sifat ekonomik produk,
2. kondisi penjual,
3. kondisi pembeli,
4. periode kredit,
5. potongan tunai dan
6. tingkaat bunga bebas risiko (tingkat bunga bank)

13
Kredit diberikan atas dasar kepercayaan sehingga pemberian kredit berarti
pemberian kepercayaan. Hal ini berarti bahwa prestasi yang diberikan benar-benar
di yakini dapat dikembalikan oleh penerima kredit sesuai dengan waktu dan syarat-
syarat yang telah disepakati bersama. Dengan demikian, apabila unsur-unsur
tersebut diatas dianalisis oleh pihak dengan baik, diharapkan kredit yang diberikan
kepada debitor dapat dikembalikan tepat pada waktunya sesuai dengan parjanjian
dan dengan tingkat risiko yang sangat kecil.

Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria serta aspek penilaiannya tetap


sama. Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standar
penilaian setiap bank. Biasanya kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank
untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan
analisis 5C dan 7P.

A. Syarat Kredit Prinsip 5C

1. Karakter (character), berhubungan dengan kebiasaan, kejujuran,


kepribadian, cara hidup dan keadaan keluarga.
2. Kemampuan (capability), berhubungan dengan kemampuan,
kepandaian, keahlian pemohon kredit untuk mengelola usahanya.
3. Modal (capital), penerima kredit harus memiliki modal sendiri,
pinjaman hanya sebagai pendorong perkembangan usahnya.
4. Jaminan (colleteral), peminjam harus memberikan jaminan untuk
mendapat kredit, bisa berupa tanah, rumah atau surat berharga.
5. Kondisi ekonomi (condition of economic), keadaan ekonomi yang
sedang berlangsung dan ramalan ekonomi pada masa yang akan
datang.

B. Syarat Kredit Prinsip 7P

a. Personality, adalah menilai nasabah dari segi kepribadian atau


tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Selain itu juga

14
mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalm
menghadapi masalah.
b. Party, adalah mengklasifikasi nasabah kedalam golongan–golongan
tertentu berdasarkan modal, loyalitas dan karakternya sehingga
nasabah akan mendapatkan fasilitas yang berbeda pula.
c. Perpose, untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,
termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.
d. Prospect, adalah menilai usaha nasabah di masa yang akan datang
menguntungkan atau tidak atau dengan kata lain mempunyai
prospek atau tidak.
e. Payment, adalah merupakan ukuran bagaimana cara nasabah
mengembalikan kredit yang diambil atau dari sumber mana saja
dana untuk pengembalian kredit.
f. Profitability, untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah
dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode apakah akan
tetap sama atau akan semakin meningkat apalagi dengan tambahan
kredit yang diperolehnya.
g. Protection, tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan
jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa
jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.
C. Syarat Kredit Prinsip 3R

1. Returns, kemampuan keberhasilan dari kredit yang diberikan.


2. Repayment, kemampuan pembayaran kembali kredit yang dipinjam
3. Risk, kemampuan peminjam dalam menanggung resiko
ketidakmampuan mengembalikan kreditnya.

2.4 Kredit Macet

Sebuah kredit digolongkan dalam kategori kredit macet apabila didalam


kemampuan membayarnya terdapat tunggakan pokok dan atau bunga yang telah
melampaui 270 hari. Kemudian setiap pinjaman baru akan dipergunakan untuk
menutup kerugian operasionalnya. Menurut Siamat (2005:174), kredit macet atau

15
problem loan dapat diartikan: “Sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan
pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor ekstemal di luar
kemampuan kendali debitur”. Adanya kredit macet ini menimbulkan kerugian pada
pihak debitur yang disebabkan tidak berputarnya modal yang dimilikinya, sehingga
akan menyebabkan menurunnya pendapatan bank, selanjutnya memungkinkan
terjadinya penurunan laba.

Kredit macet dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor eksternal
ataupun faktor internal. Menurut Tangkilisan (2003:56) adapun faktor internal
penyebab timbulnya kredit macet yaitu dikarenakan adanya kebijakan perkreditan
yang ekspansif, penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur kredit, adanya itikad
yang kurang baik dari pemilik, pengurus, atau pegawai bank, lemahnya sistem
administrasi dan pengawasan kredit serta lemahnya sistem inforrnasi kredit macet.
Sedangkan faktor eksternal penyebab timbulnya kredit macet adalah karena
kegagalan dari usaha debitur, musibah terhadap debitur atau terhadap kegiatan
usaha debitur, serta menurunya kegiatan ekonomi dan tingginya suku bunga kredit,
dan pemanfaatan iklim persaingan perbankan yan g ti dak sehat oleh debitur.

Sumber-sumber penyebab kegagalan/kesulitan kredit atau penyebab kredit


bermasalah pada bank menurut Rivai dan Viethzal (2006:15), dapat dikemukakan
sebagai berikut:

1. Self Dealing, terjadi karena adanya interst tertentu dari pejabat pemberi kredit
terhadap permohonan yang diajukan nasabah, berupa pemberian kredit yang
tidak layak atas dasar yang kurang sehat kepada nasabahnya.
2. Anxiety for income, adalah pendapatan perkreditan merupakan sumber
pendapatan utama sebagaian besar bank sehingga ambisi yang berlebihan
untuk memperoleh laba bank rnelalui penerimaan bunga kredit sering
menimbulkan pertimbangan yang tidak sehat dalam pemberian kredit yang
pada akhirnya akan menjadi beban berat jika kredit tersebut macet bila
dibandirigkan dengan besarnya pendapatan bunga yang hendak diraih dari
pemberian kredit.

16
3. Compromise of Credit Principles, adalah pelanggaran prinsip-prinsip kredit
oleh pimpinan bank yang menyetujui pemberian kredit yang mengandung
resiko yang potensial. Tindakan kompromitis yang dilakukan pimpinan bank
terhadap nasabahnya terutama disebabkan oleh keeratan hubungan antara
pejabat bank dengan nasabahnya dan kuatnya persaingan dalam bisnis
perbankan.
4. Incomplete Credit Information, adalah terbatasnya data atau informasi yang
diperlukan untuk mendukung evaluasi permohonan kredit seperti data
keuangan dan laporan usaha, tujuan penggunaan kredit, perencanaan, ataupun
keterangan mengenai sumber pelunasan kembali kredit.
5. Failure to Obtain Liquidation Agreements, merupakan sikap ragu-ragu dalam
menentukan tindakan terhadap suatu kewajiban yang telah diperjanjikan, Hal
lain yang menyebabkan timbulnya masalah ini karena tidak lengkapnya atau
terdapat cacat hukum dalam dokumen perkreditan sehingga posisi yuridis bank
menjadi lemah.
6. Complacency, merupakan sikap memudahkan suatu masalah dalam proses
kredit yang mengakibatkan terjadinya kegagalan atas pelunasan kredit yang
diberikan.
7. Lack of Supervising, adalah kurangnya pengawasan yang efektif dan
berkesinambungan setelah pamberian kredit, kondisi kredit akan berkembang
menjadi kerugian karena nasabah tidak memenuhi kewajibannya dengan baik.
8. Technical Incompetence, tidak adanya kemampuan teknis dalam menganalisis
permohonan kredit dari aspek keuangan maupun aspek lainnya akan berakibat
kegagalan dalam operasi perkreditan suatu bank.
9. Poor Selection of Risk, adalah kurangnya risiko yang dipahami oleh pejabat
kredit, seperti risiko sifat uasaha, risiko geografis, risiko politik, risiko
ketidakpastian, risiko inflasi, dan risiko persaingan.
10. Overlending, adalah pemberian kredit yang besarnya melampaui batas
kemampuan pelunasan kredit oleh nasabah.

17
Usaha untuk menyelesaikan kredit yang dikategorikan macet dapat
ditempuh dengan usaha-usaha sebagai berikut :

1. Rescheduling ( penjadwalan ulang), adalah perubahan syarat kredit hanya


menyangkut jadwal pembayaran kredit dan atau jangka waktu termasuk masa
tenggang, dan besarnya perubahan angsuran kredit. Tentu tidak semua debitur
diberikan kebijakan ini oleh bank, melainkan hanya diberikan kepada debitur
yang menunjukkan itikad dan karakter yang jujur dan memiliki kemampuan
untuk membayar atau melunasi kredit. Disamping itu usaha debitur yang
tidak memerlukan dana atau likuiditas.
2. Reconditioning (persyaratan ulang), adalah perubahan sebagian atau seluruh
persyaratan kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran,
jangka waktu, tingkat suku bunga, penundaan pembayaran sebagian atau
seluruh bunga dan persyaratan lainnya. Perubahan persyaratan kredit tersebut
tidak menyangkut penambahan dana atau injeksi dan konversi sebagian atau
seluruh kredit menjadi equity perusahaan.
3. Restructuring (penataan ulang), adalah perubahan syarat kredit yang
menyangkut penambahan dana bank atau konversi atau seluruh atau sebagian
tunggakan menjadi bunga pokok kredit baru, dan atau konversi seluruh atau
sebagian dari kredit menjadi persyaratan bank atau mengambil partner uang
lain untuk menambah penyertaan.
4. Liquidation (likuidasi), adalah penjualan barang-barang yang dijadikan
jaminan dalam rangka pelunasan utang. Pelaksanaan liquidasi ini dilakukan
memang benar-benar pada kredit yang dikategorikan sudah tidak dapat lagi
dibantu untuk disehatkan kembali atau usaha nasabah yang tidak dapat
dilakukan dengan penyerahan penjualan barang tersebut kepada nasabah yang
bersangkutan. Sedangkan bagi BUMN, proses penjualan barang jaminan dan
asset bank dapat diserahkan kepada BPPN untuk selanjutnya dilakukan
eksekusi atau pelelangan.

18
DAFTAR PUSTAKA

http://www.landasanteori.com/2015/07/pengertian-kredit-menurut-definisi-
para.html (diakses tanggal 16 April 2018)

http://www.pelajaran.co.id/2017/12/pengertian-ciri-ciri-jenis-dan-klasifikasi-
piutang.html (diakses tanggal 18 April 2018)

https://www.kompasiana.com/ussisa/standar-dan-syarat-kredit-dalam-manajemen-
piutang_563eab46aa23bda405b6b398 (diakses 19 April 2018)

http://www.ekonomi-holic.com/2015/01/pengertian-kredit-prinsip-dan-syarat.html
(diakses 19 April 2018)

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/388/jbptunikompp-gdl-linnaismaw-19356-3-
3manaje-g.pdf , manajemen piutang (diunduh tanggal 18 April 2018)

Amelianda, & Reupandi (2012). Analisis Perkembangan Kredit Macet Pada


Pt. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Unit Kcp Mmu Argamakmur. Journal of
Ekonomi Bisnis Universitas Dehasen Bengkulu, 1, 141-146.

19

Anda mungkin juga menyukai