Kelompok 1
1. Bahrul Hayat :
2. Ahmad Gunawan A.K :
3. Wardi : 166200108
Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberikan petunjuk dan rahmatnya , serta dukungan dari Dosen,
orang-tua, juga teman teman karena penulis dapat menyelesaikan tulisan ini yang
berupa makalah dengan judul “Manajemen Kredit dan Piutang” untuk memenuhi
tugas mata kuliah manajemen keuangan, oleh dosen pembimbing Bp. Dody
Faraitody T., SE., MH.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman dan
pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 2
2.1 Kredit ......................................................................................................................... 2
2.1.1 Pengertian Kredit ............................................................................................... 2
2.1.2 Tujuan Kredit ...................................................................................................... 3
2.1.3 Manfaat Kredit ................................................................................................... 4
2.1.4 Resiko Kredit ...................................................................................................... 5
2.1.5 Unsur – unsur kredit .......................................................................................... 5
2.2 Piutang ...................................................................................................................... 6
2.2.1 Pengertian Piutang ............................................................................................. 6
2.2.2 Klasifikasi Piutang............................................................................................... 9
2.2.3 Kegiatan manajemen piutang .......................................................................... 11
2.2.4 Biaya yang timbul akibat piutang ..................................................................... 11
2.2.5 Faktor yang mempengaruhi piutang ................................................................ 12
2.3 Manajemen Kredit .................................................................................................. 12
2.3.1 Syarat - Syarat Kredit ....................................................................................... 13
2.4 Kredit Macet ........................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem keuangan merupakan satu kesatuan sistem yang dibentuk dari semua
lembaga keuangan yang ada dan yang kegiatan utamanya dibidang keuangan
yaitu menarik dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada
masyarakat. Keberadaan sistem keuangan ini diharapkan dapat melaksanakan
fungsinya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediation) dan
lembaga transmisi yang mampu menjembatani mereka yang kelebihan dana
dengan mereka yang kekurangan dana serta memperlancar transaksi ekonomi.
Berkaitan dengan sistem keuangan yang dianut di indonesia, terdiri dari
sistem keuangan moneter dan lembaga keuangan lainnya. sistem keuangan
moneter terdiri atas otoritas moneter dan sistem Bank Umum (Commercial
Bank).
Piutang timbul karena adanya transaksi penjualan barang atau jasa secara
kredit. Ini berarti perusahaan mempunyai hak klaim terhadap seseorang atau
perusahaan lain. Piutang termasuk dalam golongan aktiva lancar. Perusahaan
pasti memiliki beberapa pelanggan yang tidak sanggup membayar atau akan
melunasi hutang mereka. Rekening pelangggan seperti itu umumnya disebut
piutang tidak tertagih atau piutang ragu-ragu, dan merupakan suatu kerugian
atau beban penjualan secara kredit.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kredit
Menurut Rivai (2004:4), “kredit adalah penyerahan barang, jasa, atau uang
dari satu pihak (kreditur atau pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada
pihak lain (nasabah atau pengutang) dengan janji membayar dari penerima
kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah
pihak”.
2
Sastradipoera (2004:151) menyebutkan, “kredit adalah penyediaan uang
atau tagihan (yang disamakan dengan uang) berdasarkan kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dan pihak lain yang dalam hal ini peminjam
berkewajiban melunasi kewajibannya setelah jangka waktu tertentu dengan
(biasanya) sejumlah bunga yang ditetapkan lebih dahulu”.
3
Bagi Nasabah, Kredit digunakan untuk mengatasi kesulitan pembiayaan
dalam meningkatkan usaha & pendapatan di masa depan. Bagi Bank, Pemberian
kredit akan menghasilkan pendapatan bunga sebagai pengganti harga dari
pinjaman itu sendiri
2. Bagi Bank
a) Bank memperoleh pendapatan dari bunga kredit.
b) Dengan adanya bunga kredit diharapkan rentabilitas bank akan membaik
dan perolehan laba meningkat.
c) Dengan pemberian kredit akan membantu dalam memasarkan produk
atau jasa perbankan lainnya.
d) Pemberian kredit untuk merebut pangsa pasar dalam industri perbankan.
e) Pemberian kredit untuk mempertahankan dan menggembangkan usaha
bank.
3. Bagi Pemerintah
a) Alat untuk memacu pertumbuhan ekonomi secara umum.
b) Alat untuk mengendalikan pengendalian moneter.
c) Alat untuk menciptakan lapangan usaha.
d) Meningkatkan pendapatan negara.
e) Menciptakan dan memperluas pasar.
4. Bagi Masyarakat
a) Mendorong pertumbuhan dan perluasan ekonomi.
b) Mengurangi tingkat pengangguran.
4
c) Meningkatkan pendapatan masyarakat.
d) Memberikan rasa aman bagi masyarakat yang menyimpan uangnya di
bank.
5
b. Kesepakatan, selain unsur percaya di dalam kredit juga mengandung unsur
kesepakatan antara pemberi kredit dan penerima kredit. Kesepakatan ini di
tuangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-masing pihak
menandatangani hak dan kewajibannya masingmasing.
c. Jangka waktu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang
telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek,
jangka menengah, atau jangka panjang.
d. Risiko, adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan
suatu resiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang
suatu kredit semakin besar resikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini
menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang
lalai, maupun oleh risiko yang tidak sengaja.
e. Balas Jasa, merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa
tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk
bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank.
2.2 Piutang
Pada umumnya piutang timbul akibat dari transaksi penjualan barang dan
jasa perusahaan, di mana pembayaran oleh pihak yang bersangkutan baru akan
dilakukan setelah tanggal transaksi jual beli. Dalam perbankan dimana usaha
6
utamanya adalah mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan
dan menyalurkan dana dalam bentuk pinjaman atau kredit, maka piutang akan
timbul dari transaksi kredit nasabah, bukan dari penjualan barang secara kredit.
Piutang merupakan kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelonggaran
kepada para pelanggan pada waktu melakukan penjualan. Kelonggaran-
kelonggaran yang diberikan, biasanya dalam bentuk memperbolehkan para
pelanggan tersebut membayar kemudian atas penjualan barang atau jasa yang
dilakukan. Penjualan dengan syarat demikian disebut penjuala kredit.
Akbar (2004:199) menyatakan bahwa pengertian piutang meliputi semua hak
atau klaim perusahaan pada organisasi lain untuk menerima sejumlah kas,
barang, atau jasa dimasa yang akan datang sebagai akibat kejadian pada masa
lalu.
7
Menurut Soemarso (2004:338), Piutang adalah kebiasaan perusahaan untuk
memberikan kelonggaran bagi para pelanggan pada waktu melakukan
penjualan. Kelonggaran tersebut biasanya dalam bentuk izin bagi pelanggan
untuk membayar kemudian atas penjualan barang/jasa yang dilakukan.
Menurut Jusup (2005:52), Piutang adalah hak untuk menagih sejumlah uang
oleh penjual kepada pembeli yang timbul karena adanya suatu transaksi.
Menurut Wibowo dan Abu Bakar Arif (2005:121), Piutang adalah klaim
terhadap sejumlah uang yang diharapkan akan diperoleh pada masa yang akan
datang.
Menurut Warren Reeve dan Fess (2005:404), Piutang adalah semua klaim
dalam bentuk uang terhadap pihak lain, termasuk individu, perusahaan, atau
organisasi lain.
8
diterbitkan oleh janji tertulis formal untuk membayar sejumlah uang tertentu
pada tanggal tertentu. Sedangkan piutang lain-lain adalah piutang apapun yang
muncul dari transaksi yang tidak secara langsung berhubungan dengan aktivitas
opersi normal sebuah bisnis.
9
lama (kurang dari satu tahun) yang biasanya digolongkan dalam piutang
jangka pendek.
2. Wesel tagih
Wesel Tagih adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan disaat
perusahaan telah menerbitkan surat utang formal. Sepanjang wesel tagih
diperkirakan akan tertagih dalam setahun. Maka biasanya diklasifikasikan
dalam neraca sebagai aktiva lancar. Wesel biasanya digunakan untuk
10
periode kredit lebih dari 60 hari. Wesel bisa digunakan untuk menyelesaikan
piutang usaha pelanggan. Bila wesel tagih dan piutang usaha berasal dari
transaksi penjualan maka hal itu kadang – kadang disebut piutang dagang
(trade receivable).
3. Piutang lain-lain
Piutang lain – lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca.
Jika piutang ini diharapkan akan tertagih dalam 1 tahun, maka piutang
tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika penagihanya lebih dari
1 tahun maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dan
dilaporkan dibawah judul investasi. Piutang lain-lain (other receivable)
meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat atau
karyawan perusahaan.
11
2.2.5 Faktor yang mempengaruhi piutang
1. Kenapa perusahaan mempunyai piutang
Piutang dagang muncul ketika penjualan terjadi, tetapi perusahaan belum
menerima kas. Piutang diharapkan bisa meningkatkan penjualan dan
keuntungan, tetapi di lain pihak, piutang juga menyebabkan peningkatan
biaya yang berkaitan dengan piutang.
Biaya tersebut antara lain biaya kesempatan karena dana tetanam dalam
investasi piutang dan biaya piutang tidak terbayar. Kebijakan piutang yang
ba ik ad al ah kebijakan y an g bisa mengoptimalkan trade-off keuntungan
dan resiko (kerugian) dari piutang tersebut. Pada akhirnya pembeli melunasi
utangnya sehingga piutang akan segera terbayar.
Besarnya piutang dagang tergantung dari penjualan kredit per-per iode dan
lamanya periode pengumpulan piutang. Sebagai contoh, jika suatu
perusahaan mempunyai penjualan rata -rata sebesar Rp 1jt per hari,
kemudian periode pengumpulan piutang adalah 30 hari. Maka piutang
dagang perusahaan tersebut, j ika kondisi sudah mul ai stabil adalah Rp1jt
x 30 hari = 30 juta. Jika perusahaan mempunyai kebijakan kredit yang
berubah, misal mengurangi tingkat penjualan kredit atau mempercepat
periode pengumpulan piutang, maka piutang dagang perusahaan tersebut
juga akan berubah.
12
tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan
berbagai pekerjaan itu sendiri (Handoko, 2008:3).
Terry dan Rue (2005:1), menjelaskan manajemen adalah : “Suatu proses
atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu
kelompok orang-orang kearah tujuantujuan organisasi atau maksud-maksud
yang nyata”. Pengertian ini mengandung manajemen adalah suatu kegiatan,
pelaksanaannya adalah managing atau pengelolaan, sedang pelaksanaannya
disebut manager atau pengelola. Manajemen mempunyai tujuan tertentu dan
tidak dapat diraba. Ia berusaha untuk mencari hasil-hasil tertentu, yang
biasanya diungkapkan dengan istilah-istilah “objectivives” atau hal-hal yang
nyata.
13
Kredit diberikan atas dasar kepercayaan sehingga pemberian kredit berarti
pemberian kepercayaan. Hal ini berarti bahwa prestasi yang diberikan benar-benar
di yakini dapat dikembalikan oleh penerima kredit sesuai dengan waktu dan syarat-
syarat yang telah disepakati bersama. Dengan demikian, apabila unsur-unsur
tersebut diatas dianalisis oleh pihak dengan baik, diharapkan kredit yang diberikan
kepada debitor dapat dikembalikan tepat pada waktunya sesuai dengan parjanjian
dan dengan tingkat risiko yang sangat kecil.
14
mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalm
menghadapi masalah.
b. Party, adalah mengklasifikasi nasabah kedalam golongan–golongan
tertentu berdasarkan modal, loyalitas dan karakternya sehingga
nasabah akan mendapatkan fasilitas yang berbeda pula.
c. Perpose, untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,
termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.
d. Prospect, adalah menilai usaha nasabah di masa yang akan datang
menguntungkan atau tidak atau dengan kata lain mempunyai
prospek atau tidak.
e. Payment, adalah merupakan ukuran bagaimana cara nasabah
mengembalikan kredit yang diambil atau dari sumber mana saja
dana untuk pengembalian kredit.
f. Profitability, untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah
dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode apakah akan
tetap sama atau akan semakin meningkat apalagi dengan tambahan
kredit yang diperolehnya.
g. Protection, tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan
jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa
jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.
C. Syarat Kredit Prinsip 3R
15
problem loan dapat diartikan: “Sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan
pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor ekstemal di luar
kemampuan kendali debitur”. Adanya kredit macet ini menimbulkan kerugian pada
pihak debitur yang disebabkan tidak berputarnya modal yang dimilikinya, sehingga
akan menyebabkan menurunnya pendapatan bank, selanjutnya memungkinkan
terjadinya penurunan laba.
Kredit macet dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor eksternal
ataupun faktor internal. Menurut Tangkilisan (2003:56) adapun faktor internal
penyebab timbulnya kredit macet yaitu dikarenakan adanya kebijakan perkreditan
yang ekspansif, penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur kredit, adanya itikad
yang kurang baik dari pemilik, pengurus, atau pegawai bank, lemahnya sistem
administrasi dan pengawasan kredit serta lemahnya sistem inforrnasi kredit macet.
Sedangkan faktor eksternal penyebab timbulnya kredit macet adalah karena
kegagalan dari usaha debitur, musibah terhadap debitur atau terhadap kegiatan
usaha debitur, serta menurunya kegiatan ekonomi dan tingginya suku bunga kredit,
dan pemanfaatan iklim persaingan perbankan yan g ti dak sehat oleh debitur.
1. Self Dealing, terjadi karena adanya interst tertentu dari pejabat pemberi kredit
terhadap permohonan yang diajukan nasabah, berupa pemberian kredit yang
tidak layak atas dasar yang kurang sehat kepada nasabahnya.
2. Anxiety for income, adalah pendapatan perkreditan merupakan sumber
pendapatan utama sebagaian besar bank sehingga ambisi yang berlebihan
untuk memperoleh laba bank rnelalui penerimaan bunga kredit sering
menimbulkan pertimbangan yang tidak sehat dalam pemberian kredit yang
pada akhirnya akan menjadi beban berat jika kredit tersebut macet bila
dibandirigkan dengan besarnya pendapatan bunga yang hendak diraih dari
pemberian kredit.
16
3. Compromise of Credit Principles, adalah pelanggaran prinsip-prinsip kredit
oleh pimpinan bank yang menyetujui pemberian kredit yang mengandung
resiko yang potensial. Tindakan kompromitis yang dilakukan pimpinan bank
terhadap nasabahnya terutama disebabkan oleh keeratan hubungan antara
pejabat bank dengan nasabahnya dan kuatnya persaingan dalam bisnis
perbankan.
4. Incomplete Credit Information, adalah terbatasnya data atau informasi yang
diperlukan untuk mendukung evaluasi permohonan kredit seperti data
keuangan dan laporan usaha, tujuan penggunaan kredit, perencanaan, ataupun
keterangan mengenai sumber pelunasan kembali kredit.
5. Failure to Obtain Liquidation Agreements, merupakan sikap ragu-ragu dalam
menentukan tindakan terhadap suatu kewajiban yang telah diperjanjikan, Hal
lain yang menyebabkan timbulnya masalah ini karena tidak lengkapnya atau
terdapat cacat hukum dalam dokumen perkreditan sehingga posisi yuridis bank
menjadi lemah.
6. Complacency, merupakan sikap memudahkan suatu masalah dalam proses
kredit yang mengakibatkan terjadinya kegagalan atas pelunasan kredit yang
diberikan.
7. Lack of Supervising, adalah kurangnya pengawasan yang efektif dan
berkesinambungan setelah pamberian kredit, kondisi kredit akan berkembang
menjadi kerugian karena nasabah tidak memenuhi kewajibannya dengan baik.
8. Technical Incompetence, tidak adanya kemampuan teknis dalam menganalisis
permohonan kredit dari aspek keuangan maupun aspek lainnya akan berakibat
kegagalan dalam operasi perkreditan suatu bank.
9. Poor Selection of Risk, adalah kurangnya risiko yang dipahami oleh pejabat
kredit, seperti risiko sifat uasaha, risiko geografis, risiko politik, risiko
ketidakpastian, risiko inflasi, dan risiko persaingan.
10. Overlending, adalah pemberian kredit yang besarnya melampaui batas
kemampuan pelunasan kredit oleh nasabah.
17
Usaha untuk menyelesaikan kredit yang dikategorikan macet dapat
ditempuh dengan usaha-usaha sebagai berikut :
18
DAFTAR PUSTAKA
http://www.landasanteori.com/2015/07/pengertian-kredit-menurut-definisi-
para.html (diakses tanggal 16 April 2018)
http://www.pelajaran.co.id/2017/12/pengertian-ciri-ciri-jenis-dan-klasifikasi-
piutang.html (diakses tanggal 18 April 2018)
https://www.kompasiana.com/ussisa/standar-dan-syarat-kredit-dalam-manajemen-
piutang_563eab46aa23bda405b6b398 (diakses 19 April 2018)
http://www.ekonomi-holic.com/2015/01/pengertian-kredit-prinsip-dan-syarat.html
(diakses 19 April 2018)
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/388/jbptunikompp-gdl-linnaismaw-19356-3-
3manaje-g.pdf , manajemen piutang (diunduh tanggal 18 April 2018)
19